Anda di halaman 1dari 63

PENGGUNAAN ALAT METERING ORIFICE METER DENGAN

MENGGUNAKAN METODE AGA3 UNTUK PENENTUAN LAJU ALIR


GAS DI SKG X PRABUMULIH BARAT
PT PERTAMINA HULU ROKAN REGIONAL 1 ZONA 4
FIELD PRABUMULIH

TUGAS AKHIR

Dibuat Untuk Memenuhi Syarat


Mendapatkan Gelar Ahli Madya Teknik (A.Md.T)
Pada Program Studi Teknik Ekplorasi Produksi Migas
Jurusan Teknik Perminyakan
Politeknik Akamigas Palembang

OLEH:

M. THAHIR NPM 2003032

PROGRAM STUDI TEKNIK EKSPLORASI PRODUKSI MIGAS


JURUSAN TEKNIK PERMINYAKAN
POLITEKNIK AKAMIGAS PALEMBANG
2023
ABSTRAK
PENGGUNAAN ALAT METERING ORIFICE METER DENGAN
MENGGUNAKAN METODE AGA3 UNTUK PENENTUAN LAJU ALIR
GAS DI SKG X PRABUMULIH BARAT
PT PERTAMINA HULU ROKAN REGIONAL 1 ZONA 4
FIELD PRABUMULIH
(M. Thahir, 2003032, 2023)

Stasiun Kompresi Gas (SKG) X Prabumulih Barat merupakan pusat


metering gas dalam operasinya diperlukan alat ukur/metering untuk pengukuran
Flow rate gas yang masuk dan keluar, metering yang digunakan di SKG X
berjenis Orifice Meter dikarenakan dapat mengukur flowrate gas dengan kapasitas
yang besar. Dari perhitungan yang telah dilakukan secara manual menggunakan
metode AGA3 maka didapatkan besarnya laju alir sebesar 28401,41662 Mscf.
Dan hasil perhitungan secara otomatis menggunakan Flowcom sebesar
29950,1948 Mscf. Kemudian perbandingan antara perhitungan manual dengan
perhitungan dari flowcom yang dideviasikan memiliki nilai sebesar
0,05453172286. Dalam surat edaran Direktur Jendral Minyak Dan Gas Bumi
Nomor 8631/18.06/DJM.T/2008 tentang penggunaan sistem alat ukur pada
kegiatan usaha migas di Indonesia yang menyatakan bahwa sistem alat ukur legal
untuk gas bumi Plus (+) atau minus (-) satu persen (1%), oleh karena itu alat
Orifice Meter yang digunakan sudah akurat.

Kata Kunci : Orifice Meter, AGA3.

iv
ABSTRACT
USE OF A METERING ORIFICE METER WITHUSING AGA3 METHOD
FOR FLOW RATE DETERMINATIONGAS AT SKG X PRABUMULIH
BARAT
PT PERTAMINA HULU ROKAN REGIONAL 1 ZONE 4
FIELD PRABUMULIH
(M. Thahir, 2003032, 2023)

Gas Compression Station (SKG) X Prabumulih Barat is a gas metering center. In its operation, a mea

Keywords : Orifice Meter, AGA3

v
MOTTO DAN PERSEMBAHAN

Motto :
 Belajar dari kegagalan adalah hal yang bijak.
 Berbuat baiklah tanpa perlu alasan.
 Jangan hanya menunggu, tapi ciptakan waktumu sendiri.
 Tidak ada orang suci tanpa masa lalu, tidak ada orang berdosa tanpa masa
depan.
 Prioritas Anda tidak seperti yang Anda katakan. Prioritas itu terungkap
dari cara Anda hidup.
Kupersembahkan kepada :
 Yang pertama dari segalanya, sembah sujudku dan penuh rasa syukurku
kepada ALLAH SWT.
 Ibuku yang tercinta dan keluargaku. yang sangat saya sayangi dimuka
bumi ini.
 Saudara-saudara saya yang selalu memberikan semangat dan motivasi
dalam menyelesainya Laporan Tugas Akhir (TA) ini Ayu Okta Rina, Ayu
Okta rini dan Risa Miranda.
 Dosen PA saya yang sangat saya hormati yaitu Ibu Trimadona S.Si.,M.T
 Dosen pembimbing Tugas Akhir saya, pembimbing I Ibu Selfira
Andalucia, S.T.,M.T. dan pembimbing II Ibu Trimadona, S.Si.,M.T yang
sangat membantu dalam penyelesaian laporan Tugas Akhir ini.
 Bapak Aditha Verdian Panae, Bapak Dody Azhar, Bapak Bony Repala,
Bapak Prima Fandra, serta Bapak/Ibu Staff Gas Production yang telah
membimbing saya dan membantu dalam penyelesaian Tugas Akhir.
 Seluruh dosen dan Staf Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas
yang telah membantu kami selama ini.
 Teman seperjuanganku saat melaksanakan Tugas Akhir selama 1 bulan
penuh Sigit Al-Qodri dan Aldro Ikwalendi.
 Teman teman rantau TEPM VI B yang telah berjuang sampai dengan
sekarang.

vi
KATA PENGANTAR

Puji syukur Penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas rahmat dan
karunia-Nya jualah Penulis dapat menyelesaikan Tugas Akhir ini dengan judul
“Penggunaan Alat Metering Orifice Meter Dengan Menggunakan Metode Aga3
Untuk Penentuan Laju Alir Gas Di Stasiun Kompresi Gas (SKG) X Prabumulih
Barat Pt Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 4 Field Prabumulih” yang
disusun guna memenuhi syarat untuk menyelesaikan Program Diploma III pada
Program Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas di Politeknik Akamigas
Palembang.
Pada kesempatan ini Penulis mengucapkan terimakasih yang sebesar-
besarnya kepada :
1. Ibu I r . Hj. Amiliza Miarti, S.T.,M.Si., selaku Direktur Politeknik
Akamigas Palembang.
2. Bapak Roni Alida, S.T., M.T. selaku Ketua Program Studi Teknik
Eksplorasi Produksi Migas di Politeknik Akamigas Palembang.
3. Ibu Selfira Andalucia, S.T.,M.T. selaku pembimbing I yang ikut
membimbing dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir.
3. Ibu Trimadona, S.Si.,M.T selaku Pembimbing II yang ikut membimbing
dan membantu penulis dalam menyelesaikan Tugas Akhir ini.
4. Kedua orang tua dan keluarga tercinta yang selalu memberikan motivasi
dan dukungan secara moril maupun materi sehingga tugas akhir ini bisa
terselesaikan dengan baik.
5. Seluruh dosen, staf dan pegawai Politeknik Akamigas Palembang yang
telah bersedia untuk saling berbagi informasi, dan motivasi dalam proses
penyusunan tugas akhir ini
6. Teman-teman seperjuangan TEPM VI B 2020 yang selalu memberikan
bantuan dalam menyelesaikan Tugas Akhir.

vii
Atas segala kekurangan dan ketidak sempurnaan Tugas Akhir ini, Penulis
sangat mengharapkan masukan, kritik, dan saran yang bersifat membangun agar
Tugas Akhir ini sempurna.
Akhir kata semoga tugas akhir ini dapat bermanfaat bagi Penulis sendiri
dan bagi mahasiswa Politeknik Akamigas Palembang. Khususnya bagi Program
Studi Teknik Eksplorasi Produksi Migas.

Palembang, Juli 2023

Penulis,

viii
DAFTAR ISI
Halaman

HALAMAN JUDUL…...........................................................................................i
KATA PENGANTAR..........................................................................................vii
DAFTAR ISI..........................................................................................................ix
DAFTAR GAMBAR.............................................................................................xi
DAFTAR TABEL................................................................................................xii
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................13
1.1 Latar Belakang........................................................................................13
1.2 Batasan Masalah......................................................................................14
1.3 Tujuan......................................................................................................14
1.4 Manfaat....................................................................................................15
1.5 Sistematika Penulisan..............................................................................15
BAB II DASAR TEORI.......................................................................................17
2.1 Sifat Fisik Gas.........................................................................................17
2.2 Gas Ideal dan Gas Nyata.........................................................................19
2.3 Aliran Fluida dalam Pipa.........................................................................21
2.3.1 Aliran Laminar.................................................................................21
2.3.2 Aliran Turbulen................................................................................21
2.4 Instrumentasi...........................................................................................22
2.4.1 Fungsi-Fungsi Instrumentasi............................................................22
2.4.2 Fungsi Pengukuran dalam Instrumentasi.........................................23
2.5 Orifice Meter...........................................................................................24
2.5.1 Komponen Orifice Meter.................................................................25
2.5.2 Prinsip Kerja Orifice Meter..............................................................31
2.5.3 Proses Pengukuran Pada Orifice Meter...........................................32
2.5.4 Parameter Orifice Meter...................................................................33
2.6 Metode AGA3 (American Gas Association)...........................................35
BAB III METODOLOGI PENELITIAN.........................................................37
3.1 Waktu dan Tempat Penelitian.................................................................37
3.2 Metode Pengambilan Data......................................................................37
3.3 Jenis Data................................................................................................38

ix
3.4 Pengolahan Data......................................................................................39
3.4.1 Parameter Perhitungan Flowrate.....................................................39
3.4.2 Prosedur Perhitungan AGA 3..........................................................40
3.5 Analisa Dan Pembahasan........................................................................44
3.6 Kesimpulan..............................................................................................44
3.7 Bagan Alir Penelitian..............................................................................45
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN.............................................................46
4.1 Skema Gas di SKG X Prabumulih Barat................................................46
4.2 Perhitungan Flow rate Gas Pada Tanggal 08 Mei 2023.........................47
4.2.1 Tahapan Perhitungan Laju Alir Gas Dengan Metode AGA3.........47
4.3 Perhitungan Deviasi Gas.........................................................................52
4.4 Analisa Dan Pembahasan........................................................................52
BAB V PENUTUP................................................................................................54
5.1 Kesimpulan..............................................................................................54
Daftar Pustaka......................................................................................................55
Lampiran..............................................................................................................57

x
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 2.1 Aliran Turbulen dan Laminer.......................................................22
Gambar 2.2 bentuk orifice plate.........................................................................26
Gambar 2.3Senior Orifice plate..........................................................................27
Gambar 2.4 Junior orifice Plate.........................................................................27
Gambar 2.5 Straightening vanes........................................................................28
Gambar 2.6 Meter tube.......................................................................................28
Gambar 2.7 Transmitter Differential Pressure.................................................29
Gambar 2.8Pressure Transmitter......................................................................29
Gambar 2.9 Flow Chart Recorder......................................................................30
Gambar 2.10 Flow Computer.............................................................................31
Gambar 2.11 Sistem Orifice Meter....................................................................32
Gambar 2.12Orifice Plate Meter Instalation.....................................................32
Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian.................................................................................45
Gambar 4 1Diagram Alir SKG X...................................................................................45

xi
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 4.1 Data Hasil Pengamatan Untuk Metode AGA 3 Pada Meter Feed.
47 Tabel 4.2 Hasil Perhitungan Konstanta C’...................................................51

xii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Dalam transportasi minyak dan gas bumi, proses pengukuran (metering)
dalam perniagaan minyak dan gas haruslah akurat. Oleh karena itu diperlukan
metering yang terliti agar tidak terdapat selisih atau perbedaan hasil pengukuran
dari pihak penjual dan pembeli. Hasil pengukuran dan perhitungan yang akurat
akan menghindari adanya pihak yang dirugikan. Pada proses pengolahannya, gas
bumi tidak dapat disimpan kecuali dalam bentuk cair karena gas bumi merupakan
suatu zat yang kompresibel, sehingga dalam pengukuran dan perhitungan
jumlahnya tidak mudah. Tidak seperti pengolahan hasil bumi lainnya, pengukuran
gas bumi dilakukan pada saat gas dalam keadaan mengalir di dalam pipa.
Gas alam atau natural gas merupakan salah satu sumber energi bahan
bakar fosil berbentuk gas yang tersusun atas metana (CH 4) dan komponen
hidrokarbon lainnya. Dimana proses eksplorasi, pengolahan dan distribusi dari
Gas alam atau Natural Gas membutuhkan investasi yang sangat besar. Oleh
karena itu setiap potensi kerugian harus diminimalisir guna menurunkan resiko
atas kerugian yang ditanggung dan untuk meningkatkan kelayakan investasinya.
Pengukuran gas sendiri memiliki berbagai jenis metering yang dipakai
dalam pengukuran laju alir gas, diantaranya adalah Orifice meter, Ultrasonic
Meter (USM), dan ventury Meter. Dari berbagai jenis meter yang dipakai,
pengunaan orifice meter yang umum digunakan karena harganya lebih murah
dibandingkan alat pengukuran laju alir lainnya.
Orifice meter adalah satu set alat yang diletakan di suatu pipa untuk
menghambat aliran fluida dan menimbulkan pressure drop. Pengukuran laju
aliran (flow rate) didapat dari perbedaan tekanan karena adanya pressure drop
tersebut. Metode pengukuran ini disebut inferential atau rate meter. Jadi tidak
langsung mengukur quantity fluida. Fluida yang dihitung adalah fluida alir yang
masuk kedalam. Jenis orifice meter yang banyak dipakai dan sudah memiliki
standar, antara lain berbentuk concentric, square edge, flange tap orifice
meter. Selain

1
orifice plate, Flow nozzle dan venturi tube juga masuk kedalam jenis flowmeter
ini. Agar dapat dipakai untuk pengukuran, alat ini perlu di kalibrasi secara
empiris. Yaitu dengan mengalirkan sejumlah volume tertentu fluida dan mencatat
pembacaannya untuk mendapatkan quantity standard bagi pengukuran fluida
lainnya. Dengan mengikuti konstruksi mekanis yang standard, tidak diperlukan
kalibrasi kembali. Area jet yang mengecil sesaat fluida melalui lubang orifice.
American gas association atau AGA3 adalah sebuah asosiasi yang
berkecimpung untuk standar, metode, dan kalkulasi dalam pengukuran gas.
Perhitungan laju alir (flowrate) gas pada umumnya menggunakan formula AGA
(American Gas Association). Antara lain laju aliran gas dalam kondisi dasar,
konstanta aliran orifice, beda tekanan bagian hulu dan hilir dari orifice. dan
tekanan aliran gas. Maka dalam penyusunan Laporan Tugas Akhir (TA) ini
penulis tertarik untuk mengambil judul Penggunaan Alat Metering Orifice Meter
Dengan Menggunakan Metode AGA3 Untuk Penentuan Laju Alir Gas Di SKG X
Prabumulih Barat.

1.2 Batasan Masalah


Penelitian ini mencakup antara keakuratan dan kelayakan dalam
penggunaan orifice meter yang terpasang. Dalam penulisan laporan ini, penulis
terfokus membahas mengenai penentuan laju alir gas dengan menggunakan
metode AGA3.

1.3 Tujuan
Adapaun tujuan yang penulis dalam penyusunan laporan tugas akhir ini,
adalah sebagai berikut:
1. Mengetahui prinsip kerja dari alat metering orifice meter
2. Mengetahui data pressure differential dan pressure statis berdasarkan alat
metering orifice meter berdasarkan metode AGA3.
3. Mengetahui besarnya nilai laju alir gas dengan menggunakan metode
AGA3.

1
4. Mengetahui keakuratan dari peralatan Orifice Meter yang digunakan
dalam pengukuran flowrate berdasarkan hasil deviasi gas.

1.4 Manfaat
Manfaat yang diharapkan dari pelaksanaan Tugas Akhir ini antara lain
sebagai berikut:
1. Dapat mengetahui jenis metering yang cocok digunakan untuk
pengukuran laju alir gas pada SKG X Prabumulih Barat
2. Dapat mengetahui peralatan metering yang digunakan pada SKG X
Prabumulih Barat.
3. Dapat melakukan perhitungan laju alir gas dengan menggunakan Metode
AGA3.

1.5 Sistematika Penulisan


Penulisan laporan ini dibagi dalam beberapa bab dengan pertimbangan
keterikatan antara masing-masing subtema bahasan. Adapaun sistematika dalam
penulisan laporan ini terlihat pada uraian sebagai berikut:
1. Bab I Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan, manfaat, Batasan masalah, dan sistematika
penulisan.
2. Bab II Teori Dasar
Meliputi tentang sifat fisik gas, gas ideal dan gas nyata, aliran fluida dalam
pipa, aliran turbulen, aliran laminar, instrumentasi, fungsi-fungsi instrumentasi,
fungsi pengukuran dalam instrumentasi, orifice meter, komponen orifice meter,
prinsip kerja orifice meter, parameter orifice meter, Metode AGA3.
3. Bab III Metodologi
Merupakan bab yang berisi tentang tempat dan waktu pelaksanaan Tugas
Akhir , pengumpulan data, alur perhitungan dan kelayakan pengukuran.
4. Bab IV Hasil dan Pembahasan
Meliputi pembahasan dan Analisa terhadap hasil pengukuran flow rate gas
menggunakan metode AGA3.

1
5. Bab V Penutup
Menjelaskan tentang kesimpulan dari hasil pembahasa laporan Tugas Akhir

1
BAB II
DASAR TEORI

2.1 Sifat Fisik Gas


Gas merupakan campuran dari hidrokarbon golongan paraffin terdiri dari
C1 sampai C4 tiap molekulnya, tetapi sering ditemukan gas bumi yang
mengandung hidrokarbon dengan berat molekul lebih besar dari molekul C 1
sampai C4. Selain senyawa hidrokarbon, gas bumi juga mengandung CO₂, N₂,
H₂S, He dan uap air. Pada umumnya fraksi terbesar gas bumi adalah komponen
metane yang mencapai 98%.
Secara garis besar gas dapat digolongkan sebagai berikut:
1. Sweet gas, gas bumi yang tidak mengandung H₂S.
2. Sour gas, gas bumi yang mengadung H₂S.
3. Dry gas, gas bumi yang tidak mengandung fraksi liquid.
4. Wet gas, gas bumi yang mengandung fraksi liquid.

Sifat fisik gas yang akan dibahas disini diantaranya adalah densitas gas (pg),
Viskositas (µg), factor volume formasi gas (Bg) dan kompresibilitas gas (Cg).
Sifat- sifat ini memberi peranan dalam perkiraan reservoir. (Sabono, 2021)
1. Density Gas (pg)
Massa jenis atau densitas didefinisikan sebagai massa tiap satuan volume.
Dari definisi ini kita dapat menggunakan persamaan keadaan untuk menghitung
densitas gas pada berbagai tekanan dan temperature tertentu:
𝑚 𝑃𝑀
𝑝𝑞 = = .................................................................................................... (2.1)
𝑉 𝑅𝑇

Dimana :
M = Berat gas, lb
V = Volume gas, Cuft
P = Tekanan Reservoir, Psia
T = TemperatureºR (ºR=ºF+460)

1
2. Viskositas Gas
Viskositas gas adalah ukuran tahanan fluida (gas) terhadap aliran yang
viskositas gas akan mempunyai satuan centipoice (cp) viskositas gas akan naik
dengan bertambahnya suhu, dalam hal ini ini kebiasaan gas akan berlainan dengan
cairan, untuk gas campuran viskositasnya tidak tergantung dari tekanan. Gas
sempurna berubah menjadi gas tidak sempurna bila tekanan dinaikkan dan sifat
mendekati sifat zat cair.
Salah satu cara menentukan viskositas gas adalah dengan korelasi grafis,
dimana cairan ini untuk menentukan viskositas gas campuran pada sembarang
tekanan maupun suhu dengan memperhatikan adanya gas-gas ikutan, seperti H ₂S,
CO₂, N₂. Adanya gas-gas non hidrokarbon tersebut akan memperbesar viskositas
gas campuran.
3. Faktor Volume Formasi Gas (Bg)
Jika factor volume formasi gas didefiniskan sebagai volume barrel yang
ditempati oleh satu SCF gas pada temperature 60 ºF saat berada pada tekanan dan
temperature reservoir. Faktor volume formasi gas (Bg) dengan asumsi
menggunakan Tsc = 520 ºR dan Psc = 14,7 psia serta Zsc = 1, maka persamaan
factor volume formasi gas (Bg) adalah:
𝑧𝑇
𝐵𝑔 = 0,0283 ( ) . . 𝑓𝑡3/𝑠𝑐𝑓 ....................................................................... (2.2)
𝑝
𝑧𝑇
𝐵𝑔 = 0,0283 ( ) . . 𝑏𝑏𝑙/𝑠𝑐𝑓 ........................................................................ (2.3)
𝑝

Dimana :
Z = Faktor Deviasi Gas
T = Temperature, ºR (Rankine)
P = Tekanan, psia

4. Kompresibilitas Gas (Cg)


Kompresibilitas gas didefinisikan sebagai fraksi perubahan volume gas
yang disebabkan oleh adanya perubahan volume gas yang disebabkan oleh adanya
perubahan tekanan yang mempengaruhinya, yaitu tekanan hidrostatik dan tekanan
udara kering.

1
Adapun persamaan kompresibilitas gas adalah :
𝑝
𝐺𝑎𝑠 𝑖𝑑𝑒𝑎𝑙: 𝐶 = 1
= ............................................................................ (2.4)
𝑛𝑅𝑇 ( 𝑛 ) 𝑝
𝑜𝑝
1⁄ 𝑜𝑧....................................................................................................................
Gas ideal: C = − 1
𝑧 (2.5)
2 𝑜𝑝

5. Faktor Deviasi Gas (Faktor Z)


Faktor deviasi gas dapat didefinisikan sebagai perbandingan volume
sebenarnya yang ditempati oleh gas pada suatu temperatur dan tekanan tertentu
terhadap apa, yang ditempati bila ideal. Untuk mengetahui harga Z diperlukan
harga Ppc dan Tpc sehingga diperoleh harga Pr dan Tr. Dari harga Pr dan Tr yang
diperoleh dapat ditentukan harga Z (deviasi factor) dengan menggunakan grafik
korelasi Katz dan Standing.

2.2 Gas Ideal dan Gas Nyata


Gas merupakan salah satu dari tiga wujud zat dan walaupun ini merupakan
bagian tak terpisahkan dari studi kimia, sifat fisik gas bergantung pada struktur
molekul gasnya dan sifat kimia gas juga tergantung pada strukturnya. Perilaku gas
yang ada sebagai molekul tunggal adalah contoh yang baik kebergantungan sifat
makroskopik pada struktur mikroskopik.
Adapun gas memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
1. Gas bersifat transparan.
2. Gas terdistribusi merata dalam ruang apapun dan bentuk apapun.
3. Gas dalam ruang akan memberikan tekanan ke dinding.
4. Volume jumlah gas sama dengan volume wadahnya. Bila gas tidak diwadahi,
volume gas akan menjadi tak hingga besarnya, dan tekanannya akan menjadi
tak hingga kecilnya.
5. Gas berdisfusi ke segala arah tidak peduli ada atau tidak tekanan dari luar.
6. Gas dapat ditekan dengan tekanan luar. Bila tekanan luar dikurangi, gas akan
mengembang.
7. Bila dipanaskan gas akan mengembang, Bila didinginkan akan mengkerut.

1
Gas ideal adalah suatu gas hipotetis yang memiliki molekul yang
dipantulkan satu sama lain (dalam batas-batas wadah mereka) dengan elastisitas
yang sempurna dan memiliki ukuran yang diabaikan, dan dimana gaya antar
molekul yang bekerja antara molekul tidak bersentuhan satu sama lain juga
diabaikan. Gas tersebut akan mematuhi hukum gas.
Gas ideal dapat dicirikan oleh tiga variable keadaan, tekanan mutlak (P), volume
(V), dan suhu mutlak (T). Hubungan antara mereka dapat disimpulkan pada teori
kinetic dibawah ini:
𝑃𝑉 = 𝑛𝑅𝑇 = 𝑁𝐾𝑇............................................................................................. (2.6)
Dimana :
n = Banyaknya mol
R = Konstanta Universal Gas = 8,3145 J/mol K
N = Jumlah molekul
K = Konstanta Boltzman = 1,38066x10ˉ²³ J/K = 8,617385x10ˉ³
k = R/NA
NA = Avogadro number = 6,0221 x 10²³ molekul/ mol

Gas nyata (real gas) bersifat menyimpang dari gas ideal, terutama pada
tekanan tinggi dan suhu rendah. Teori kinetika gas menjelaskan : massa gas dapat
diabaikan jika dibandingkan dengan volume bejana. Pada tekanan tinggi, atau jika
jumlah molekul banyak, volume gas harus diperhitungkan volume ideal
sebetulnya lebih kecil dari volume real. Pada tekanan tinggi rapatan gas tinggi
molekul- molekul sangat berdekatan gaya antara molekul gas harus
diperhitungkan karena ada gaya Tarik menarik tekanan yang sebenarnya lebih
rendah dari tekanan ideal.

Perbedaan Gas Nyata Dan Gas Ideal:


1. Gas ideal patuhi semua hukum dalam semua gas keadaan suhu dan
tekanan. Gas nyata memenuhi hukum gas hanya pada tekanan suhu rendah
dan tinggi.
2. Gas ideal volume yang ditempati oleh molekul diabaikan dibandingkan
dengan total volume ditempati oleh gas. Gas nyata volume yang ditempati

2
oleh molekul tidak dapat diabaikan dibandingkan dengan total volume
ditempati oleh gas.
3. Gas ideal kekuatan Tarik antara molekul diabaikan. Gas nyata kekuatan
Tarik yang tidak dapat diabaikam sama sekali suhu dan tekanan.
4. Gas ideal mematuhi persamaan gas ideal PV nRT, gas nyata mematuhi
persamaan Van Der Waals.

2.3 Aliran Fluida dalam Pipa


Fluida yang bergerak di dalam pipa dapat dikategorikan sebagai aliran
laminar dan aliran turbulen, fluida yang viskos atau non-viskos atau apakah aliran
fluida tersebut laminar atau turbulen. Jika fluidanya steady, kecepatan partikel
fluida pada setiap titik terhadap waktu. Fluida pada berbagai bagian dapat
mengalir dengan laju atau kecepatan berbeda, tetapi fluida pada satu lokasi selalu
mengalir dengan laju atau kecepatan yang tetap.

2.3.1 Aliran Laminar


Aliran laminar adalah aliran fluida yang bergerak dengan kondisi lapisan-
lapisan yang membentuk garis-garis alir dan tidak berpotongan satu sama lain.
Alirannya relative mempunyai kecepatan rendah an fluidanya bergerak sejajar
(laminer) dan mempunyai batasan-batasan yang berisi aliran fluida. Pada laju
aliran rendah, aliran laminar tergambar sebagai filamen Panjang yang mengalir
sepanjang aliran. Aliran laminar mempunyai bilangan Reynold lebih kecil dari
2300

2.3.2 Aliran Turbulen


Aliran turbulen adalah aliran fluida yang partikel-partikelnya bergerak
secara acak dan tidak stabil dengan kecepatan berfluktuasi yang saling interaksi.
Akibat dari hal tersebut garis alir antar partikel fluidanya saling berpotongan.
Turbulen mentransport partikel-partikel dengan dua cara, dengan penambahan
gaya fluida dan penurunan tekanan local Ketika pusaran turbulen bekerja padanya.
Keduanya adalah penyebab terjadinya transport pasir sepanjang bawah
permukaan. Aliran turbulen mempunyai bilangan Reynold yang lebih besar dari

2
4000.

2
Sumber:Docplayer.Info
Gambar 2.1 Aliran Turbulen dan Laminer

2.4 Instrumentasi
Instrumentasi berasal dari kata instrument yang berarti alat atau perlatan,
jadi isntrumentasi adalah pemakaian alat bantu ataupun peralatan yang bertujuan
untuk memudahkan suatu kegiatan pengukuran dan pengendalian dalam suatu
system yang kompleks. Dalam penggunaanya, instrumentasi memiliki peran dan
fungsi yang banyak dan amat penting. Ada beberapa fungsi dan kegunaan dari
instrumentasi tersebut dapat diklasifikasikan sebagai berikut.

2.4.1 Fungsi-Fungsi Instrumentasi


Fungsi-fungsi instrumentasi antara lain yaitu sebagai berikut:
1) Instrumentasi sebagai alat ukur (Measurement)
Yaitu instrumentasi yang berfungsi untuk memonitor kondisi operasi,
melalui pengukuran variable proses yang mempengaruhi jalannya operasi
seperti tekanan (Pressure), suhu (Temperature), jumlah aliran (Flow),
ketinggian fluida (Level) dan sebagainya.

2) Instrumentasi sebagai alat kontrol (Control)

2
Yaitu instrumentasi yang berfungsi sebagai pengendali (control) pada
suatu proses. Tujuan pengendalian ini adalah agar variable pada proses
dapat sesuai dengan nilai yang dibutuhkan.
3) Instrumentasi sebagai alat pengaman (Safety)
Yaitu imstrumentasi untuk mencegah kerusakan baik proses, peralatan dan
mencegah kecelakaan pada operator. Selain itu juga digunakan sebagai
system alarm yang memberikan sinyal pada operator bila variable proses
yang diukur mencapai nilai kritis.
4) Instrumentasi sebagai alat Analisa (analyze)
Yaitu instrumentasi untuk menganalisa produk apakah sudah memenuhi
spesifikasi tertentu yang telah diinginkan, selain itu juga dapat digunakan
untuk mencegah polusi dengan menganalisa air buangan apakah
mengandung minyak, racun., limbah kimia yang membahayakan
lingkungan.

2.4.2 Fungsi Pengukuran dalam Instrumentasi


Teknik pengukuran adalah cara-cara untuk mendapatkan hasil pengukuran
yang setepat-tepatnya atau mengurangi kesalahan-kesalahan yang mungkin terjadi
pada saat proses pengukuran, dalam porses pengukuran sangat dipengaruhi oleh
factor-faktor berikut:
a. Standar yang dipakai.
b. Prosedur atau cara mendapatkan hasil perbandingan atau juga dapat
disebut cara pengukuran
c. Alat yang digunakan untuk mendapatkan hasil perbandingan yang biasa
disebut alat ukur.
Secara umum tahapan system pengukuran dalam instrumentasi dibagi
menjadi 3 bagian yaitu:
1. Tahap detector (sensor), yang mendeteksi besaran fisika (proses variable)
Dan melakukan trasnformasi secara mekanik atau listrik untuk mengubah
sinyal menjadi bentuk yang lebih beruguna

2
2. Tahapan antara (prosesor), yang mengubah sinyal langsung dengan
penguatan, penyaringan atau cara lain agar didapatkan keluaran yang
dikehendaki atau diubah menjadi sinyal transmisi (transmitter) agar dapat
dikirim ke tempat lain.
3. Tahap akhir (display), yang berfungsi untuk menunjukan (indikator) atau
mereka variable yang diukur.
Alat ukur fluida ada banyak macamnya, salah satunya yakni alat ukur yang
digunakan untuk mengukur laju alir fluida tiap satuan waktu tertentu. Berdasarkan
cara kerjanya, alat ukur dibedakan menjadi dua yakni alat ukur langsung dan alat
ukur tidak langsung. Untuk alat ukur langsung adalah alat ukur yang dapat
langsung digunakan untuk mengukur laju alir fluida secara langsung, sedangkan
alat ukur tidak langsung adalah alat ukur yang digunakan orifice meter. Orifice
meter hanya digunakan untuk mengukur faktor-faktor yang diperlukan untuk
mengukur laju aliran fluida pada saat fluida melewati alat ukur tersebut, kemudian
data-data yang telah diperoleh dikirim ke flow computer untuk kemudian dihitung
secara komputerisasi, dan untuk perhitungan juga bisa dilakukan secara manual
yakni menggunakan metode AGA3 dan juga dapat dihitung secara otomatis
menggunakan flow computer.
Pengukuran laju alir adalah suatu proses untuk mengukur besaran atau
jumlah fluida yang melalui titik dalam interval waktu tertentu. Parameter yang
diukur biasanya volume, berat, tekanan, temperature, dan sifat fluida yang
mengalir. Satuan laju alir yang umum dipakai adalah gallon per minute (gpm).
cubic feet per hour (cfh), barrel per day (BPD), cubic feet per day (cfd), meter
cubic per jam (m3/h).

2.5 Orifice Meter


Orifice meter adalah satu set alat yang diletakan di suatu pipa untuk
menghambat aliran fluida dan menimbulkan pressure drop. Untuk di Stasiun
Kompresi Gas (SKG) X Prabumulih Barat sendiri menggunakan senior orifice
meter. Pengukuran laju aliran (flow rate) didapat dari perbedaan tekanan karena
adanya pressure drop tersebut. Metode pengukuran ini disebut inferential atau rate

2
meter. Jadi tidak langsung mengukur quantity fluida. Fluida yang dihitung adalah
fluida alir yang masuk kedalam. Jenis orifice meter yang banyak dipakai dan
sudah memiliki standar, antara lain berbentuk concentric, square edge, flange tap
orifice meter. Selain orifice plate, Flow nozzle dan venturi tube juga masuk
kedalam jenis flowmeter ini. Agar dapat dipakai untuk pengukuran, alat ini perlu
di kalibrasi secara empiris. Yaitu dengan mengalirkan sejumlah volume tertentu
fluida dan mencatat pembacaannya untuk mendapatkan quantity standard bagi
pengukuran fluida lainnya. Dengan mengikuti konstruksi mekanis yang standard,
tidak diperlukan kalibrasi kembali. Area jet yang mengecil sesaat fluida melalui
lubang orifice.
Sistematika kerja flow meter fill rite adalah mengukur aliran gas di dalam
pipa yang dipersempit lubang alirannya dengan orifice (lubang kecil), akan terjadi
gesekan dan terjadi perbedaan tekanan antara sebelum orifice (upstream) dan
setelah orifice (downstream). Untuk menentukan beda tekanan tersebut digunakan
alat ukur beda tekanan dengan alat bellow atau merqury float.
Ada beberapa jenis orifice meter yang biasa digunakan dalam pengukuran
laju alir pada gas antara lain yaitu; Orifice meter, Ultrasonic Meter (USM),
ventury Meter dan turbin meter. Untuk di SKG X Prabumulih Barat menggunakan
Jenis alat ukur yaitu senior orifice meter, dan junior orifice meter.

2.5.1 Komponen Orifice Meter


Orifice meter memiliki 2 bagian utama yaitu: Primary element dan
Secondary element.
1. Primary Element
Primary Element dari orifice meter adalah komponen-komponen utama
yang berhubungan langsung dengan aliran gas. Dimana komponen-komponen
tersebut berfungsi mengkondisikan aliran sehingga bisa diukur oleh secondary
element, yang kedalam primary element adalah senior orifice fitting, junior orifice
fitting , pengukuran beda tekanan, straightening vanes, Dan meter tube.

2
1) Orifice plate
Orifice plate adalah sebuah plat tipis dengan adanya lubang ditengahnya.
Yang berfungsi sebagai alat penyempitan aliran. Ketika fluida mencapat plat
orifice dengan lubang ditengahnya, fluida dipaksa mengumpul untuk melewati
lubang plat orifice.
Pada SKG X Prabumulih Barat jenis orifice plat yang digunakan yaitu
yang berbentuk concentric. Sesuai dengan bentuk dan letak lubangnya maka
orifice plate dibagi menjadi 3 jenis, yaitu:
a. Bentuk concentric : lubang terletak tepat ditengah plat orifice dan
berbentuk bulat sempurna, biasanya digunakan pada fluida yang
bersih tanpa adanya padatan (solid).
b. Bentuk eccentric: lubang terletak tidak tepat di tengah plat orifice dan
memiliki bentuk bulat sempurna, biasanya digunakan pada fluida yang
mengandung padatan (solid).
c. Bentuk segmental: lubang terletak dibagian bawah plat orifice dan
berbentuk setengah lingkaran, digunakan seperti bentuk eccentric
fluida yang mengandung padatan (solid).

Sumber: Rudywinonto.Com
Gambar 2.2 bentuk orifice plate
2) Senior orifice fitting
Senior orifice fitting merupakan jenis orifice yang memiliki dua ruang
(chamber), sehingga apabila mengganti orifice plate tidak perlu mematikan aliran
fluida, dalam perancangannya cukup menghemat waktu dan juga biaya.

2
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.3 Senior Orifice plate
3) Junior Orifice fitting
Junior orifice fitting adalah jenis orifice yang mempunyai satu ruang
(single chamber), sehingga apabila akan melakukan pergantian orifice plate harus
mematikan aliran terlebih dahulu.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 2.4 Junior orifice Plate
4) straightening vanes
straightening vanes adalah sebuah pipa yang berfungsi untuk meluruskan
aliran dialam flowline agar tidak terjadinya turbulensi dan agar pembacaan flow
pada transmitter akurat, straightening vanes ini biasanya dipasang sebelum
transmitter.

2
Sumber: Www.Technoflow.Co.Za
Gambar 2.5 Straightening vanes
5) Meter Tube
Meter tube adalah sebuah pipa lurus yang berfungsi untuk meluruskan
aliran dan meminimalkan turbulensi yang terjadi melalui orifice plate pada aliran
fluida, meter tube ini merupakan selubung untuk straightening vanes.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 2.6 Meter tube

2. Secondary Element

Secondary element adalah alat-alat tambahan yang digunakan dalam


pengukuran laju alir fluida. Terdiri dari differential pressure, transmitter, pressure
transmitter, temperature transmitter, flow chart recorder dan flow computer.
1) Differential Pressure Transmitter

2
Fluida yang melewati plat orifice, akan mengalami perbedaan tekanan
pada upstream dan juga downstream. Selisih tekanan tersebut (AP) inilah yang
akan dijadikan sebagai factor dalam perhitungan laju alir fluida. Differential
pressure transmitter memiliki dua buah input, yaitu high (upstream) low
(downstream). Di SKG X Prabumulih Barat untuk satuan dari differential
pressure transmitter menggunakan inH2o.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 2.7 Transmitter Differential Pressure
2) Pressure Transmitter
Pressure Transmitter berfungsi sebagai alat untuk mengukur tekanan statis
dari gas yang mengalir, bisa dipasang di upstream dan downstream.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 2.8Pressure Transmitter

3) Temperature transmitter

3
Temperature Transmitter berfungsi sebagai alat untuk mengukur
temperature gas statis yang mengalir pada meter tube, sama seperti pressure
transmitter.
4) Flow Chart Recorder
Flow chart recorder adalah alat yang mencatat proses aliran, seperti
differential pressure, static pressure dan temperature. Ketiga parameter ini akan
dituangkan kedalam bentuk grafik yang melingkar, chart ini diganti setiap hari
agar data yang dihasilkan tidak saling menumpuk. Di SKG X Prabumulih Barat
dilakukan pergantian chart pada pukul 00.00 dini hari dalam waktu 1x24 jam
sekali.
Pada saat pencatatan di chart barton ada tiga jenis tinta yang berbeda
warna yang digunakan untuk membedakan hasil dari pembacaan, yaitu: Tinta
berwarna merah untuk mencatat perbedaan tekanan, tinta berwarna biru untuk
mencatat tekanan statis dan tinta berwarna hijau untuk mencatat temperature.

Sumber: Dokumentasi Penulis


Gambar 2.9 Flow Chart Recorder
5) Flow computer
Flow computer adalah alat yang digunakan untuk menghitung volume gas
pada alat ukur orifice meter. Di flow computer inilah semua sinyal dar transmitter
akan diolah kemudian akan dihitung secara otomatis. Dengan menggunakan flow
computer, jumlah gas yang mengalir dapat diketahui dalam bentuk volume, massa
dan juga energinya.

3
Sumber: Dokumentasi Penulis
Gambar 2.10 Flow Computer

2.5.2 Prinsip Kerja Orifice Meter


Prinsip kerja dari orifice meter pada dasarnya tergantung pada pernedaan
tekanan cekikan dari orifice tersebut atau biasa disebut (throttle pressure) oleh
orifice plate sehingga kecepatan fluida yang melalui orifice meningkat dan
tekanannya berkurang. Pada awalnya aliran gas alam yang masuk melalui pipa
kemudian akan melewati straightening vanes yang berfungsi untuk mencegah
terjadinya tubulensi aliran gas, dan membuat aliran gas tersebut lebih beraturan
dan kemudian akan membentur orifice sehingga akan menyebabkan aliran gas
mengalami perbedaan tekanan antara aliran upstream dan downstream.
Pada saat proses pengukuran dibuatlah sebuah lubang dengan ukuran dan
penempatan tertentu sesuai standar pada meter tube disebut dengan pressure taps
dengan fungsi sebagai letak sambungan device transmitter yang akan mengukur
parameter dengan sesuai fungsi transmitter tersebut, transmitter tersebut akan
menhasilkan nilai besaran pada parameter tersebut kedalam sinyal analog elektrik
tersebut. Sinyal elektrik akan masuk ke flow computer selanjutnya akan diolah
kedalam bentuk parameter volume rate Q dengan menggunakan persamaan yang
sudah terprogram didalam flow computer yang sesuai dengan standar perhitungan
aliran dengan menggunakan orifice meter yang diatur dalam standar American
Gas Association (AGA3)

3
Sumber: Www.Wma.Co.Id
Gambar 2.11 Sistem Orifice Meter

2.5.3 Proses Pengukuran Pada Orifice Meter


Pada saat melakukan kegiatan pengukuran, lubang yang disebut pressure
taps dengan ukuran dan penempatan yang teukur pada holding device yang mana
tekanan gas dari yang ada di kedua sisi antara up stream dan down stream
melewati orifice disensor. pressure taps inilah yang menimbulkan perbedaan dari
tekanan antara tekanan pada up stream dan downstream, sensor tersebut akan
dibaca oleh differential pressure transmitter (DPT) yang nanti bias dilihat pada
transsmitter. Dari DPT tersebut akan terjadi perubahan parameter tekanan
menjadi parameter arus (mA), dimana DPT tersebut hanya dapat mentransmisikan
sinyal hanya dalam range (mA) tertentu sesuai dengan spesifikasi dari DPT .
Selain itu pada meter tube pada posisi downstream dipasang temperature (TT)
untuk mengetahui berapa besar jumlah suhu aliran gas yang lewat pada meter tube
tersebut. dari ketiga transmitter tersebut kemudian masuk dan dapat dilihat di
flow computer.

Sumber: Www.Wma.Co.Id
Gambar 2.12Orifice Plate Meter Instalation

3
2.5.4 Parameter Orifice Meter
Adapun data- data yang diperlukan untuk menghitung flow aliran gas
dengan menggunakan orifice meter yaitu:
1. Pressure (Psi atau Bar)
Pressure adalah tekanan normal gas yang melewati meter di posisi
downstream, biasanya sesudah orifice plate dipasang pressure transmitter untuk
mengukur tekanan dari gas yang di alirkan melewati meter sesuai dengan kontrak
kesepakatan antara produsen dan konsumen. Semakin besar flow yang dibutuhkan
biasanya pressurenya juga semakin besar. Dan nanti hasil dari pengukuran ini
akan dijadikan oleh flow com dan dihitung oleh software yang Bernama AGA 3
untuk mendapatkan nilai flow gas yang di alirkan ke konsumen.
2. Differential pressure (In H2O)
Differential pressure adalah perbedaan tekanan antara pressure up stream
terhadap pressure downstream akibat adanya plate orifice sehingga terjadi
penurunan diameter luas penampang yang dilewati gas. Satuan yang dipakai disini
biasanya dalam In H2O dimana itu lebih kecil dari psi supaya akurasi nya dalam
perhitungan lebih tinggi.
Differential pressure ini juga akan digunakan flow computer untuk
menghitung aliran gas oleh software AGA 3, dan dicatat pada kertas barton
dengan tinta warna merah untuk melakukan perhitungan dibantu oleh alat
pembaca yaitu planimeter sehingga didapatkan hasil differential pressure nya dan
dimasukkan ke perhitungan AGA 3 setelah itu baru diapatkan nilai flow nya.
Semakin besar nilai differential pressure yang terbaca di transmitter maka akan
semakin besar flow gas yang terhitung oleh meter. Jika semakin kecil nilai
differential pressure maka semakin kecil juga flow yang terhitung oleh meter yang
apabila nilai nya nol maka tidak ada flow yang terhitung oleh flow computer.
3. Temperature (°C atau °R)
Temperature adalah salah satu parameter penting yang dibutuhkan
software AGA 3 dalam flow comp untuk menghitung aliran yang melewati meter
tersebut. Biasanya temperatur ini diukur dalam satuan °F dan dengan
menggunakan

3
transmitter temperature dimana peralatan- peralatan sekarang ini sudah berbasis
elektronik digital sehingga sinyal yang dihasilkan sinyal digital dan akurat.
4. Komposisi gas (Mol)
Komposisi utama dari gas alam adalah Sekitar 90% metana (CH 4), yang
hanya satu atom karbon dengan empat atom hidrogen melekat, dengan sisanya
terdiri dari etana (C2H6), propana (C3H8), butana (C4H10) dan komponen-
komponen lain serta komponen pengotor seperti Air, H 2S, CO2. Selain komposisi
tersebut gas alam juga mengandung nitrogen, karbon dioksida, helium dan
karbon- karbon lainnya.
5. Gross Heating Value
Nilai kalor tinggi adalah jumlah panas yang dihasilkan oleh pembakaran
sempurna dari sejumlah satuan bahan bakar. Dalam termodinamika, istilah panas
pembakaran standar sesuai dengan Nilai kalor. GHV didefinisikan sebagai nilai
kalor yang digunakan untuk memanaskan fluida sebesar H1 dan panas yang
dihasilkan dari terkondensasinya uap air menjadi fase cair atau dengan kata lain
GHV adalah nilai panas yang dihasilkan dari produk bahan bakar dan uap air hasil
pembakaran.
6. Density (Spesific Gravity)
Densitas adalah pengukuran masa setiap satuan volume suatu benda.
Massa jenis rata- rata setiap benda merupakan total masa dibagi dengan total
volumenya. Sebuah benda yang memiliki masa jenis lebih tinggi akan memiliki
volume yang lebih rendah.
7. Diameter Pipa
Diameter pipa yang digunakan untuk menghitung suatu flow atau aliran
pada meter adalah diameter yang terletak sebelum orifice meter dan ukurannya
akan sama dengan diameter pipa sesudah orifice plate meter dalam satuan inch.
Diameter pipa ini akan dimasukkan data ke flow comp yang dibutuhkan metode
AGA 3 untuk menghitung flow aliran gas tersebut.
8. Diameter Orifice
Diameter plate orifice adalah salah satu parameter penting yang dipakai
oleh flow comp untuk digunakan dalam perhitungan metode AGA 3. Data yang

3
dimasukkan biasanya dalam satuan inch atau mili dan untuk ukuran plate orifice
dan bentuk orifice baik di fitting senior dan junior adalah sama.

2.6 Metode AGA3 (American Gas Association)


Aga didirikan pada tahun 1918 dan mewakili 197 orang local dari
perusahaan utilitas 35 symbol di seluruh Amerika Serikat. Anggota AGA
menyumbang sekitar 83 persen dari semua gas alam yang dikirim oleh gas alam
local 35ymbol perusahaan distribusi. Pernyataan misi “Assosiasi Gas Amerika
mendukung kepentingan anggotanya dan pelanggan mereka, dan menyediakan
informasi dan layanan yang mendorong permintaan yang efisien dan pertumbuhan
pasokan dan keunggulan operasional ditempat yang aman pengiriman gas alam
yang andal dan efisien “.
Bagian dari AGA Report No.3 ini, telah dikembangkan sebagai panduan
aplikasi untuk perhitungan aliran gas alam melalui orifice meter konsentris yang
disadap dengan flens menggunakan system satuan inci-pon, untuk aplikasi yang
melibatkan satuan SI, factor konversi dapat diterapkan pada hasil (Q Q atau Qi)
yang ditentukan dari persamaan pada konversi antara unit tidak akan selalu
menghasilkan hasil yang konsisten. Sebagai 35ymbol35tive, pendekatan yang
lebih universal yang ditentukan dalam laporan AGA No.3, Bagian 1, harus
digunakan. Meter harus dibangun dan dipasang sesuai dengan Laporan AGA
No.3, Bagian 2, seperti yang digunakan, istilah gas alam berlaku untuk cairan
yang semua tujuan praktis dianggap mencakup gas berkualitas pipa dan produksi
dengan aliran fase tunggal dan rentang presentase mol komponen seperti yang
diberikan dalam American Gas Association (AGA). Disusun sebagai berikut:
35ymbol dan satuan didefinisikan, persamaan aliran dasar disajikan, komponen
persamaan dan sifat gas yang berlaku untuk pengukuran lubang gas alam
dikembangkan semua nilai diasumsikan mutlak.

Pada pelaksanaan Tugas Akhir ini untuk perhitungan Flowrate gas penulis
menggunakan metode AGA3 dengan menggunakan rumus berikut ini:
Qgas = C’ √𝐻𝑤 x 𝑃𝑓..............................................................................................(2.7)

3
Dimana:

Qgas = flow rate


C’ = konstanta Aliran
Hw = Differential Pressure
pf = Flowing Pressure

3
BAB III
METODOLOGI PENELIATIAN

Metode penelitian merupakan langkah-langkah yang dilakukan dalam


pengumpulan informasi, pemeriksaan serta pengolahan data. Metode yang
digunakan pada penelitian ini memberikan gambaran mengenai perencanaan
penelitian, serta penarikan kesimpulan atas solusi terhadap permasalahan yang
sedang diteliti serta langkah-langkah dalam penggunaan alat metering orifice
meter dengan menggunakan metode AGA3 untuk penentuan laju alir gas.

3.1 Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian dilakukan di PT Pertamina Hulu Rokan Regional 1 Zona 4 Field
Prabumulih dari tanggal 08 Mei s.d 08 Juni 2023 dengan judul “Penggunaan Alat
Metering Orifice Meter Dengan Menggunakan Metode AGA3 Untuk Penentuan
Laju Alir Gas.”. Adapun objek dari penelitian ini dilakukan di Stasiun Kompresi
Gas (SKG) X Prabumulih Barat.

3.2 Metode Pengambilan Data


Metode pengumpulan data dilakukan dengan cara mengumpulkan data-
data dari studi literatur serta pengamatan secara langsung dengan memperhatikan
aspek- aspek keperluan yang akan diperoleh dari data tersebut. Adapun metode
pengumpulan data yang dilakukan selama mengambil tugas akhir meliputi:
1. Orientasi Lapangan
Cara melakukan pengamatan ini adalah langsung dengan mengamati
terhadap peralatan metering. Pelaksanaan Tugas Akhir merupakan tahapan
pengambilan data peralatan dan pekerjaan metering melalui pencatatan dari hasil
objek peralatan metering yang telah diteliti.
2. Studi Pustaka
Merupakan data yang di peroleh dalam pengumpulan data pada penelitian
ini yaitu dengan mengkaji beberapa sumber referensi yang berhubungan dengan

3
judul penelitian, dari buku-buku, media elektronik, dan internet sebagai bahan
tambahan dalam penyusunan laporan yang berkaitan dengan topik yang di tulis.
3. Diskusi dan Wawancara
Pada proses ini, pengambilan data dilakukan dengan melakukan diskusi
dan konsultasi secara langsung baik dengan pembimbing lapangan, operator yang
bersangkutan, dosen pembimbing maupun pihak- pihak yang lain terkait materi
Tugas Akhir yang dibutuhkan. Data yang diperoleh biasanya berupa informasi
verbal terkait dengan materi Tugas Akhir.

3.3 Jenis Data


Data yang dikumpulkan meliputi data sekunder pembanding dan
penunjang dari hasil data yang akan didapatkan, serta data primer sebagai data inti
penulisan laporan. Adapun data sekunder dan primer yang dikumpulkan pada
penelitian berupa:
1. Data Sekunder
Merupakan data yang sudah tercatat dalam buku atau suatu laporan, namun
dapat juga merupakan hasil dari laboratorium. Data yang digunakan pada
penelitian ini berupa data produksi, data lapangan dan buku-buku referensi
sebagai penunjang isi dan tugas akhir ini.
2. Data Primer
Merupakan data yang diambil dari sebuah penelitian dengan menggunakan
instrument yang dilakukan pada saat tertentu. Data yang digunakan pada
penelitian ini berupa, yaitu:
1) Pipe inside diameter [inch]
2) Orifice pipe Diameter [inch]
3) Mol percent of CO2 dan Mol Percent of N2 [%]
4) Spesific Gravity [SG]
5) Pressure base [Psia]
6) Temperature Base [oF]
7) Differential pressure [inH2O]
8) Flowing pressure[Psig]

3
9) Flowing Temperature [oF]

3.4 Pengolahan Data


Data yang telah dikumpul selanjutnya akan dihitung dengan menggunakan
perhitungan flowrate secara manual dengan menggunakan metode yang ada pada
industri migas untuk suatu pengukuran fluida gas yang mengalir dalam sebuah
pipa menggunakan meter orifice yaitu menggunakan persamaan laju alir yang
mengacu pada standar yang dikeluarkan oleh American Gas Association (AGA3).
Dimana standar yang digunakan adalah AGA report no 3 orifice metering of
natural gas and other related hydrocarbon fluids.

3.4.1 Parameter Perhitungan Flowrate


Pada perhitungan flowrate dihitung dengan menggunakan metode AGA 3.
Metode ini memerlukan parameter tertentu yang telah tersedia dalam tahap
pengumpulan data, kemudian dari hasil metode akan terlihat seberapa gas yang
digunakan. Adapun data-data yang diperlukan untuk menghitung nilai flowrate
menggunakan metode AGA 3 bisa dilihat dibawah ini:
a. Data yang didapatkan dari Flowcom
1. Pipe Inside Diameter (d)
2. Orifice Pipe Diameter (D)
3. Pressure Base (Pb)
4. Temperature Base (Tb)
b. Data yang didapatkan dari lab
1. Persent Mol CO2 (Mc)
2. Present Mol N2 (Mn)
c. Data yang didapatkan dari Orifice Meter
1. Differential Pressure (Hw)
2. Flowing Pressure (Pf)
3. Flowing Temperature (Tf)

4
3.4.2 Prosedur Perhitungan AGA 3
Setelah data-data diatas didapatkan dan dikumpulkan tahapan selanjutnya
merupakan perhitungan nilai flowrate menggunakan metode AGA 3 digunakan
untuk mendapatkan hasil flowrate. Adapun tahap perhitungan untuk mencari
parameter-parameter metode AGA 3 adalah sebagai berikut:
Untuk menghitung laju alir gas dengan metode AGA3 digunakan rumus
sebagai berikut:
Qgas = C’ √𝐻𝑤 x 𝑃𝑓.................................................................................. (3.1)
Dimana:
Qgas = flow rate
C’ = konstanta Aliran
Hw = Differential Pressure
pf = Flowing Pressure

Untuk mencari C’ (konstanta aliran) diperlukan langkah-langkah dibawah


ini:
1. Basic Orifice Factor (beta rasio)
Basic Orifice factor (beta ratio) diperoleh dari persamaan berikut:
𝑑
𝛽 = …………………………………………………………..………(3.2)
𝐷

Harga B (untuk flange tap) diperoleh dari persamaan berikut:


530
𝐵= …………………………………………………………….......(3.3)
√𝐷

Langkah selanjutnya mencari nilai E (pipeline efficiency), nilai E diperoleh


dari persamaan berikut:
𝐸 = 𝑑(830 − 5000𝛽 + 9000𝛽2 − 4200𝛽2 + 𝐵)…………………....(3.4)

Untuk nilai ke (coefficient of discharge when Reynold number equal


1000000/15 didapat dari persamaa berikut:

4
0,007 0,076
𝐾𝑒 = 0,5993 + + [0,364 +
. 𝛽4 + 0,4 [1,6 − 1 5 [(0,07 =
𝐷 √𝐷 𝐷]
5 0,034
0,5 3 65 5
+ )− (0,009 + ) [0,5 − 𝛽]2 + [ + 3] [𝛽 − 0,7]2 ……....(3.5)
𝛽] 𝐷 𝐷2
𝐷

Harga K0 untuk tap flange maupun tap pipa adalah:


𝐾𝑒
𝐾ₒ = ………………………………….……………….(3.6)
1+(15× 𝐸 )
𝑑.1000000

Untuk harga Fb didapatkan dari persamaan berikut:


𝐹𝑏 = 338,781 × 𝑑2 × 𝐾ₒ......................................................................(3.7)
Keterangan:
d = Orifice bore diameter, inchi
D = Pipe inside diameter, inchi
Kₒ = Koefisien alir pada Rd sama dengan tak terhingga
Ke = Koefisien alir pada bilangan Reynold orifice (Rd = d.106/15)
β = Beta rasio orifice = d/D

2. Reynold Number Factor (Fr)


Untuk mendapatkan hasil dari Reynold number factor adalah dengan
persamaan berikut:
Untuk mendapatkan nilai b (value for Fr) adalah dengan:
𝐸
𝑏=
12835×𝑑×𝐾 ……………….…...………………………..…………..(3.8)
Untuk mendapatkan nilai K adalah dengan persamaan berikut:
0,604
𝐾= …………………………………………..…………...…….(3.9)
√1− 𝛽4
𝑏
𝐹𝑟 = 1 + −
√𝐻𝑤.𝑃𝑓…………………………………………………...(3.10)

3. Expansion Factor (Y)


Untuk mendapatkan hasil dari expansion factor dapat diperoleh dengan
persamaan dibawah ini dimana, static pressure diambil dari downstream, maka:
𝑥
𝑌 = √1 + 𝑥 − (0,41 + 0,35 × 𝛽4)√ ………………….....(3.11)
𝑘(1+𝑥)^0,5

4
Untuk Mendapatkan hasil x (nilai untuk Y) bisa didapat dari persamaan
berikut:

𝑋 27.707×𝑃𝑓………………………………………………………….…(3.12)
𝐻𝑤

K merupakan nilai Cp/Cv temperature dimana Cp/Cv adalah kalor yang


diperlukan untuk menaikkan suhu suatu zat, dan untuk nilai K dari temperatur
adalah 1,4.
°K= (°F + 459,67) × 5/9.......................................................................(3.13)

4. Pressure Base Factor (Fpb)


Nilai pressure base factor dapat dihitung dengan persamaan:
14,73..................................................................................................................................
Fpb = (3.14)
𝑃𝑏

Pb merupakan pressure base dalam satuan psia.

5. Temperature Base Factor (Ftf)


Nilai temperature base factor dapat dihitung dengan persamaan:
460
𝐹𝑡𝑏 = 𝑇𝑏 + 520
…………………………………………………….....(3.15)

Nilai Tb merupakan temperature base dalam fahreinheit dikonversi ke


Rankine dengan ditambah 460.

6. Flowing Temperature correction factor (Ftf)


520
𝐹𝑡𝑓 = ..…………………..…………………………….…... (3.16)
√460+𝑇𝑓
Nilai Tf merupakan flowing temperature dalam meter feed gas.

7. Spesific Gravity Factor (Fg)


1
𝐹𝑔√ ………………………………………………………………….(3.17)
2

G merupakan nilai specific gravity yang didapat dari data flow computer,
dengan nilai (Flowcom)
8. Supercompresibility Factor (Fpv)

4
1.................................................................................................................................
Fpv = √ (3.18)
𝑧

Z merupakan nilai meter compress yang didapat dari data flow computer.

9. Orifice Thermal Expansion Factor (Fa)


𝐹𝑎 = 1 + [0,000185 (°𝐹 − 68)]…………………………………….(3.19)

Rumus untuk mencari konstanta aliran orifice adalah sebagai berikut:

𝐶′ = Fb × Fr × Y2 × Fpb × Ftb × Ftf × Fgr × Fpv × Fa ×Fm× Fi................(3.20)


Keterangan:
Fb = Basic Orifice Factor
Fr = Reynold Number Factor
Y = Expansion Factor
Fpb = Pressure Base Factor
Ftb = Temperature Base Factor
Ftf = Flowing Temperature Correction Factor
Fgr = Spesific Gravity Factor
Fpv = Supercompresibility Factor
Fa = Orifice Thermal Expansion Factor
Fm = Manometer Factor
Fi = Gage Location Factor
Setelah mendapatkan nilai dari C’ maka tahap selanjutnya adalah meghitung
besarnya laju alir fluida dengan persamaan berikut ini:
Qgas = C’ √𝐻𝑤 x 𝑃𝑓................................................................................ (3.21)
Keterangan:
Q = Laju alir gas
hw = Differential Pressure InH2O
Pf = Absolute Static Pressure, Psia
C’ = Konstanta aliran orifice

4
3.5 Analisa Dan Pembahasan
Merupakan tahapan akhir dari penelitian yang merupakan bentuk
penyajian dari setiap tahapan-tahapan yang dilakukan pada penelitian ini dengan
Menyusun laporan yang sistematis dan Menyusun kembali mulai dari penyusunan
yang sesuai dengan format laporan maupun analisis yang dilakukan pada
pengamat dalam perhitungan flow rate serta tingkat error pada software dan
metode yang digunakan pada saat dilapangan.

3.6 Kesimpulan
Berdasarkan tahap akhir dalam perhitungan dan pengolahan data yang
dilakukan maka akan diambil beberapa kesimpulan dari setiap hasil yang
didapatkan pada metode yang digunakan dalam tahap perhitungan. Pada setiap
kesimpulan ini merupakan jawaban atas tujuan yang telah dilakukan dalam
perhitungan ini sehingga dapat diketahui lebih detail dan terperinci.

4
3.7 Bagan Alir Penelitian
Pada penelitian ini penulis membahas kerangka ataupun diagram alir dari
setiap bagian pada metode penelitian yang telah dibahas pada sub bab ini

PENGGUNAAN ALAT MEETERING ORIFICE METER


DENGAN MENGGUNAKAN METODE AGA3 UNTUK
PENENTUAN LAJU ALIR GAS DI SKG X PRABUMULIH
BARAT PT PERTAMINA HULU ROKAN REGIONAL 1 ZONA 4
FIELD PRABUMULIH

Metode Pengambilan Data


1. Studi Literatur
2. Observasi Lapangan
3. Diskusi dan Wawancara
4. Pengumpulan Data

Data Primer Data Sekunder


1. Data Parameter Perhitungan 1. Komposisi Gas dari data
manual metode AGA 3 Flow Computer
2. Pengambilan data dari 2. Daily Report tanggal 08
Flowcom Mei, 2023

Pengolahan Data
1. Perhitungan Flow rate gas pada
tanggal 08 mei 2023 yaitu
dengan mengacu pada standar
yang di keluarkan oleh American
Gas Association AGA3

Analisa & Pembahasan

Kesimpulan

Gambar 3.1 Bagan Alir Penelitian

4
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Skema Gas di SKG X Prabumulih Barat


Stasiun Kompresi Gas (SKG) X Prabumulih Barat merupakan pusat
metering gas field Prabumulih SKG X mempunyai 2 kompresor aktif yang
berfungsi untuk mengkompresi gas Prabumulih dari yang low pressure menjadi
high pressure, sebagai pusat dari metering gas SKG X juga mengatur jumlah gas
yang akan di salurkan kemasyarakat kota Prabumulih, bukan hanya kota
Prabumulih saja SKG X juga mengatur gas yang akan dikirim kekonsumen di
Palembang dan juga di pulau Jawa guna memenuhi kebutuhan masyarakat disana.
Pada SKG X memiliki aliran pipa yang masuk dari header manifold, gas
yang masuk ke SKG X ini adalah gas yang bersih dan telah mengalami
pengolahan pada stasiun pengumpul sebelumnya. Untuk pipa inlet ada beberapa
metering dari wilayah pendopo dengan pipa 28 inch dan flow nya 140 mmscf,
benuang dengan menggunakan pipa 20 inch yang flow nya 59 mmscf, tundan
menggunakan pipa 8 inch dengan flow nya 9.4 mmscf, beringin menggunakan
pipa 12 inch dengan flow
14 mmscf, pada bagian prabumulih barat dengan dischart kompresor nya
menggunakan pipa 6 inch dengan flow 6.2 mmscf, gunung kemala dengan pipa 8
inch dan flow nya hanya sebesar 0.3 mmscf. Pipa dari gunung kemala 8 inch
kemudian pada saat sampai di SKG X menjadi 4 inch karena mengalami
penurunan dan terbaca juga di flowcomputer. Aliran gas tersebut selanjutnya
masuk ke pipa yang menuju slug catcher untuk mengalami proses pemisahan
kondensasi kemudian masuk ke jalur pipa mix 12 gabungan dan jalur terakhir nya
masuk ke jalur pipa 12 inch cambai. SKG X ini juga ada slug catcher, dimana
slug catcher ini berfungsi untuk mengatasi kondensasi. Slug catcher ini terletak di
awal masuk gas dari manifold stasiun pengumpul dan stasiun kompresi gas
sebelumnya. Gas- gas tersebut nanti melewati proses gas chromatography online
dimana masuk dari pipa 20 inch yang berfungsi membaca komposisi dari gas yang
akan dijual.

4
Sumber: Arsip Perusahaan
Gambar 4.1Diagram Alir SKG X

4.2 Perhitungan Flow rate Gas Pada Tanggal 08 Mei 2023


Berikut adalah tabel pengukuran laju alir gas pada Tanggal 08 Mei 2023
secara manual dengan menggunakan Metode AGA3.
Tabel 4.1Data Hasil Pengamatan Untuk Metode AGA 3 Pada Meter Feed
Data-Data Parameter Metode AGA3
No Nama Simbol Nilai Satuan
1 Pipe Inside Diameter d 6,8100 Inch
2 Orifice Pipe Diameter D 14,3140 Inch
3 Persent Mol CO2 Mc 9,0169 %
4 Present Mol N2 Mn 1,0956 %
5 Spesific Grafity G r 0,759591 -
6 Pressure Base P b 14,73 Psia
7 Temperature Base T b 60 o
F
8 Differential Pressure H w 32,1148 InH2o
9 Flowing Pressure P f 367,2588 Psig
10 Flowing Temperature T f 83,3059 o
F

4.2.1 Tahapan Perhitungan Laju Alir Gas Dengan Metode AGA3


Langkah awal dalam perhitungan laju alir gas (Qgas) adalah dengan
mencari C’ (konstanta aliran), dengan langkah-langkah sebagai berikut:

4
1) Basic Orifice Factor (Fb)
Langkah pertama yakni mencari β
ꞵ = 𝑑 Beta Ratio
𝐷

6,8100
ꞵ = 14,3140 = 0,04757
Langkah kedua mencari nilai B
530
B= √𝐷

530
B = √14,3140
530
= 3,7833 = 140,0893
Langkah selanjutnya mencari nilai E, nilai E diperoleh dari persamaan.
E = 𝑑 𝑥 [(830 − 5000 𝑥 ꞵ) + (9000 𝑥 𝛽2) − (4200 𝑥 𝛽3 + 𝐵)]
=6,8100 𝑥 [(830 − 5000 𝑥 0,4757) + (9000 𝑥 0,47572) −
(4200 𝑥 0,47573) + 140,0893)]
=6,8100 𝑥 [(830 − 2378,5) + (9000 𝑥 0,2262) − (4200 𝑥 0,1076) +
140,0893])
=6,8100 𝑥 (175,4693)
=1194,945933
Nilai Ke didapatkan dari persamaan berikut.
0,007 0,076 1 0,5
Ke =0,5993 + + [0,364 + ] 𝑥 ꞵ 4 + 0,4 [1,6 − ]5 [0,07 + −
𝐷 3√𝐷 𝐷 𝐷
0,034 65
ꞵ]5 (0,009 + ) [0,5 − ꞵ ]2 + [ + 3][ ꞵ− 0,7]2 5
𝐷 𝐷2
0,007
=0,5993 + + [0,364 +
0,076
14,3140 ] 𝑥 0,47574 + 0,4[1,6 −
√14,3140
3
1 ] 5[0,07 + 0,5 − 04757] 5(0,009 + 0,034) [0,5 − 0,4757]2 +
14,3140 14,3140 14,3140
5
65
[ + 3] [0,4757 − 0,7]2 = 0,6194561
0,47572

Bagian berpangkat pecahan apabila hasilnya negative maka bagian tersebut


dianggap bernilai nol.
Ke
Ko = E 0,6194561
1+(15 X = 1194,945933
) 1+(15 𝑥 6,8100 𝑥 1000.000
𝑑 𝑥 1000.000

4
0,6194561
= 1,0026 = 0,6178
Mencari nilai Fb (Basic Orifice Factor)
Dengan rumus :
Fb = 338,781 𝑥 𝑑2 𝑥 𝑘𝑜
Fb = 338,781 𝑥 6,81002 𝑥 0,6178
= 9706,4667

2) Reynold Number Factor (Fr)


Untuk mendapatkan nilai dari Fr yaitu dapat diperoleh dengan persamaan
berikut :
0,604
K = √1− 𝛽4 = √1− 0,47574 = 0,94879 = 0,63660
0,604 0,604

𝐸
b =
= 12835 X 6,8100 X 0,63660 = 0,021475
12835 X 𝑑 X 1194,945933
K
𝑏
Fr = 1 + 0.021475 = 1,0001
√𝐻𝑤 . 𝑃𝑓 = 1 + √32,1148 X 367,2588

3) Expansion Factor (Y2)


Untuk mendapatkan nilai Y2 maka menggunakan interpolasi. Untuk nilai Pf
pada nilai Psig (367.2588) dirubah menjadi nilai Psia dengan di tambah 14,73
maka menjadi 381.9888 Psia. Interpolasi dapat dilihat pada Tabel 7 di Lampiran
1.
Hw
( ) = 32,1148 = 0,08407
𝑃𝑓 381,9888

𝑥 = 0,08407
𝑥1 = 0,0 𝑌1 = 1,0000
𝑥2 = 0,1 𝑌2 = 1,0007
Y1 + ( X− X x (Y
− Y ))
X2− X11
2 1
=
(0,08407 − 0,0)
1,0000 + (
= (0,1−0,0) x (1,0007 − 1,0000))
Y2 = 1,0005
4) Pressure Base Factor (Fpb)

5
Untuk mendapatkan nilai pressure base factor (Fpb) dapat dihitung dengan
persamaan:

5
14,73 14,73
Fpb = 𝑃𝑏 = 14,73 𝑝𝑠𝑖𝑎 = 1
Pb merupakan pressure base atau tekanan dasar sesuai perjanjian dalam psia.
Nilai Fpb pada Pb tertentu dapat dilihat Pada Tabel 12, Lampiran 2.
5) Temperature Base Factor (Ftb)
Untuk mendapatkan nilai Temperature Base Factor (Ftb). Nilai Ftb dapat
dilihat pada Tabel 13, Lampiran 3.
Tb+460
Ftb = 520

60+460
= 520

520
= 520
Ftb = 1oF
Nilai Tb merupakan temperature base dalam Fahrenheit dikonversi ke
Rankine dengan ditambah 460.

6) Flow Temperature Correction Factor (Ftf)


520
Ftf √
𝑇𝑓+460

520
=√83,8138+460
520
=√543,8138

= √0,95620
Ftf = 0,97780
Nilai Tf merupakan flowing temperature dapat dilihat pada Lampiran 4.

7) Spesific Gravity Factor (Fgr)


1,000
Fgr =√
𝐺

1
=√
0,759591

Fgr = 1,1479

5
G merupakan nilai specific gravity yang didapat dari data print out dari flow
computer dengan nilai 0,759591 Lampiran 4.

8) Supercompressibility Factor (Fpv)


1 1
Fpv = √ = √ =1,0315
𝑧 0,9397

Z merupakan nilai meter compress yang didapat dari data flow computer.
9) Orifice Thermal Expansion Factor (Fa)
Fa = 1 + (0,000085 (℉ − 68)
= 1 + (0,0000185 (83,8138 − 68)
= 1,000292
Tabel 4 .2Hasil Perhitungan Konstanta C’

Parameter-Parameter Hasil Nilai C'


No Simbol Keterangan Nilai
1 Fb Basic Orifice Factor 9706,4667
2 Fr Reynold Number 1,0001
3 Y2 Expansion Factor 1,0005
4 Fpb Pressure Base Factor 1
5 Ftb Temperature Base Factor 1
6 Ftf Flowing Temperature Factor 0,9778
7 Fgr Spesific Gravity Factor 1,1479
8 Fvp Supercompressibility Factor 1,0315
9 Fa Temperature Factor 1,000292
10 Fm Manometer Factor 1
11 Fi Gage Location Factor 1
10. Perhitungan Konstanta aliran (C’) :
Untuk menghitung Konstanta aliran (C’) diperlukan parameter lainnya
dapat dilihat Pada Tabel 4.2

C’= (𝐹𝑏) 𝑥 (𝐹𝑟) 𝑥 ( 𝑌2) 𝑥 (𝐹𝑝𝑏) 𝑥 (𝐹𝑡𝑏) 𝑥 (𝐹𝑡𝑓) 𝑥 (𝐹𝑔𝑟) 𝑥 (𝐹𝑣𝑝)

𝑥 (𝐹𝑎) 𝑥 (𝐹𝑚) 𝑥 (𝐹𝑖)

= (9706,4667) 𝑥 (1,0001) 𝑥 (1,0005) 𝑥 (1) 𝑥 (1) 𝑥(0,9778)𝑥


(1,1479) 𝑥 (1,0315) 𝑥 (1,000292) 𝑥 (1) 𝑥 (1)

5
= 11247.90930 C’

Setelah mendapatkan nilai C’ maka langkah selanjutnya yaitu menghitung


flow rate gas dengan menggunakan Metode AGA3.

11. Perhitungan Qgas dengan menggunakan Metode AGA3.


Qgas = 24 𝑥 𝐶′𝑥 √𝐻𝑤 𝑥 𝑃𝑓

=24 𝑥 11247.90930 𝑥 √32,1148 𝑥 (367,2588 + 14,73)


= 24 x 11244,53661 x √32,1148 x 381,9888

=24 𝑥 11244,53661 𝑥 √110,7578193

= 28401416,62 scf/h
= 28401,41662 Mscf

4.3 Perhitungan Deviasi Gas


Berdasarkan data-data dari perhitungan Qgas secara manual selanjutnya
penulis membandingkan perhitungan manual menggunakan Metode AGA3
dengan hasil perhitungan dari Flow computer. Pada tanggal 08 mei 2023.
𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑢𝑡𝑒𝑟 − perhitungan manual AGA 3
Error = × 100%
perhitungan manual AGA
3
29950,1948−28401,41662
= 28401,41662 𝑥 100%
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0,05453172286

4.4 Analisa Dan Pembahasan


Data hasil perhitungan flowrate gas menggunakan Metode AGA3 pada
tanggal 08 mei 2023 mendapatkan hasil sebesar 28401,41662 Mscf. Data yang
telah didapatkan memiliki perbedaaan antara perhitungan Flowrate gas secara
manual menggunakan Metode AGA3 dengan hasil perhitungan menggunakan
flowcom.
Hasil yang didapatkan tidak jauh berbeda dengan hasil yang sudah
dihitung secara otomatis di flowcom dimana tingkat ketelitian tersebut akan

5
sangat

5
berpengaruh terhadap nilai jual gas ke konsumen dan juga perhitungan manual ini
bisa dijadikan sebagai backup jika flowcom tersebut mengalami masalah. Untuk
hasil perhitungan dari flowcom pada Tanggal 08 Mei 2023 memiliki nilai sebesar
29950,1948 Mscf. Data flowcom tersebut dapat dilihat pada Lampiran 4.
Untuk mengetahui hasil selisih dari perhitungan secara manual dengan
perhitungan dari flowcom maka langkah selanjutnya dilakukan perhitungan
deviasi. Hasil yang diperoleh adalah sebagai berikut:
𝑓𝑙𝑜𝑤 𝑐𝑜𝑚𝑝𝑢𝑡𝑒𝑟 − perhitungan manual AGA 3
Error = × 100%
perhitungan manual AGA
3
29950,1948−28401,41662
= 28401,41662 𝑥 100%
𝐸𝑟𝑟𝑜𝑟 = 0,05453172286

Berdasarkan Surat Edaran Direktur Jendral Minyak Dan Gas Bumi Nomor
8631/18.06/DJM.T/2008 tentang penggunaan sistem alat ukur pada kegiatan
usaha migas di Indonesia yang berdasar pada PP No 35 Tahun 2004, PP No 36
Tahun 2004 dan keputusan bersama Menteri perdagangan tentang Pelaksanaan
Tera dan Tera Ulang Alat Ukur, Takar, Timbang dan Perlengkapnya (UTTP)
tentang sistem alat ukur legal wajib memperhatikan dan memenuhi persyaratan
sesuai dengan peraturan perundang-undangan tersebut yang menyatakan bahwa
sistem alat ukur legal untuk gas bumi Plus (+) atau minus (-) satu persen (1%).
Jika melebihi 1% maka alat ukur tersebut tidak akurat.
Dari hasil perhitungan, deviasi/data error didapatkan nilai sebesar
0,05453172286. Oleh karena itu dapat dikatakan bahwa alat yang digunakan pada
proses pengukuran Flowrate dalam penelitian ini sudah akurat.

5
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan analisis yang telah penulis lakukan pada
saat pelaksanaan Tugas Akhir (TA) yang berjudul “Penggunaan Alat Metering
Orifice Meter Dengan Menggunakan Metode Aga3 Untuk Penentuan Laju Alir
Gas Di Skg X Prabumulih Barat” dapat diambil kesimpulan, yaitu:
1. Prinsip kerja dari orifice meter pada dasarnya tergantung pada perbedaan
tekanan cekikan dari orifice tersebut atau biasa disebut (throttle pressure)
oleh orifice plate sehingga kecepatan fluida yang melalui orifice
meningkat dan tekanannya berkurang. Pada awalnya aliran gas alam yang
masuk melalui pipa kemudian akan melewati straightening vanes yang
berfungsi untuk mencegah terjadinya turbulensi aliran gas, dan membuat
aliran gas tersebut lebih beraturan dan kemudian akan membentur orifice
sehingga akan menyebabkan aliran gas mengalami perbedaan tekanan
antara aliran upstream dan downstream.
2. Berdasarkan alat metering orifice meter, differential pressure (Hw)
memiliki nilai sebesar 32,1148 dan statis pressure 367,2588 Psia.
3. Berdasarkan Metode AGA3 maka laju alir gas sebesar 28401,41662 Mscf
Pengiriman gas ini dilakukan di tanggal 08 mei 2023 dari Stasiun
Kompresi Gas (SKG) X pada metering mix 12 ke Cambai.
4. Berdasarkan hasil perhitungan, nilai deviasi gas sebesar 0,05453172286.
Dalam surat edaran Direktur Jendral Minyak Dan Gas Bumi Nomor
8631/18.06/DJM.T/2008 tentang penggunaan sistem alat ukur pada
kegiatan usaha migas di Indonesia yang menyatakan bahwa sistem alat
ukur legal untuk gas bumi Plus (+) atau minus (-) satu persen (1%), oleh
karena itu alat Orifice Meter yang digunakan sebagai alat ukur flowrate
gas dapat dikatakan sudah akurat.

5
Daftar Pustaka

American Gas Association.2003.AGA Report No.3 Orifice Matering Of Natural


Gas Part 1 General. USA: Author.(https://www.aga.org/)

Bimbingan Profesi Sarjana Teknik.2007.Dasar-Dasar Instrumentasi dan Proses


Control. Direktorat Pengolahan. Balongan,(https://www.studocu.com/)

Ghurri, Ainul.Dkk.(2016). Pengujian Orifice Flow Meter Dengan Kapasitas


Aliran Rendah. (7).2

Haidi, Junas.(2015). Pengaruh perhitungan Flow Gas Terhadap Perubahan Suhu


Dengan Alat Ukur Orifice Meter.5(2).40-50

Ismail, Fasya Ali.1998. Teknologi Minyal Dan Gas Bumi. Palembang: Penerbit
Universitas Sriwijaya.

Sutarno,(2012).Metering Regulating System Station. PT.PPS, Jakarta.

Chamidy, N. Harita. 2009. Buku Ajar Instrumentasi dan Pengukuran. Bandung:


Polban

George V. Dyroff. 1999. ASTM Manual on Significance of Test For Petroleum


Product. California : American Petroleum Institute

PT Pertamina EP.2010. “Sistem Meter Gas Orifice”. Jakarta: Pertamina EP.

PT Pertamina EP Asset 2 Field Prabumulih. 2009. Standar Pengukuran Gas Bumi


dan Fluida Hidrokarbon Terkait Lainnya Menggunakan Orifice Meter. Prabumulih
: Departemen Instrumentasi.

5
Allen, T O. Dan Roberts, A P., 1978. Production Operations. The Univercity of
Tulsa : Oil and Gas Consultants International.

ANSI/API 2530. Orifice Metering Of Natural Gas. I St editing. Ame. Gas Ass.
Arilingtion. Virginia.

Wikipedia. 2016. “Gas Alam”.https://id.wikipedia.org/wiki/Gas_alam.

Aeroengineering.co.id. “Aliran Laminer dan Aliran Turbulen”.


https://www.aeroengineering.co.id.

5
Lampiran 1
Tabel 1. Expansion Factors

6
Lampiran 2
Tabel 1. Pressure Base

6
Lampiran 3
Tabel 1. Temperature Base

6
Lampiran 4.
Gambar 1. Printout Data Flowcom

6
Lampiran 5.
Gambar 1. Data Flowcom

6
Lampiran 6.

Anda mungkin juga menyukai