Anda di halaman 1dari 31

MAKALAH HUKUM KEUANGAN NEGARA

Materi Ke-14

PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN


UMUM (BLU)
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH

Materi Ke-15

(SPIP),

PENGAWASAN,

PENGELOLAAN

DAN

DAN

PEMERIKSAAN

TANGGUNGJAWAB

KEUANGAN NEGARA (PPTKN)


Disusun Oleh:
PURNOMO WIJAYANTO

143010004497

PUTERI AL PHAROSI

143010004544

RIDWAN HERIANSYAH PUTRA

143010004527

RIZKIE TUBAGUS SHAKTI

143010004565

RIZKY SHARA ARIYANI

143010004501

KELAS II-G

DIPLOMA III KEBENDAHARAAN NEGARA

SEKOLAH TINGGI AKUNTANSI NEGARA

2015

Daftar Isi

DAFTAR ISI
PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU) ....................................... 1
14.1 KONSEPSI DASAR BADAN LAYANAN UMUM ....................................................... 1
14.1.1

Pengertian Badan Layanan Umum (BLU) ................................................................ 1

14.1.2

Dasar Hukum Badan Layanan Umum (BLU) .......................................................... 1

14.1.3

Tujuan Badan Layanan Umum (BLU) ..................................................................... 4

14.1.4

Asas Badan Layanan Umum (BLU) ......................................................................... 4

14.2 PERSYARATAN, PENETAPAN, DAN PENCABUTAN BLU ..................................... 5


14.2.1

Persyaratan Badan Layanan Umum (BLU) .............................................................. 5

14.2.2

Penetapan dan Pencabutan BLU .............................................................................. 6

14.3 STANDAR DAN TARIF LAYANAN............................................................................ 8


14.3.1

Standar Layanan ...................................................................................................... 8

14.3.2

Tarif Layanan .......................................................................................................... 8

14.4 PENGELOLA KEUANGAN BLU ................................................................................. 9


14.4.1

Perencanaan dan Penganggaran ............................................................................... 9

14.4.2

Dokumen Pelaksanaan Anggaran ............................................................................10

14.4.3

Pendapatan dan Belanja ..........................................................................................11

14.4.4

Pengelolaan Kas .....................................................................................................12

14.4.5

Pengelolaan Piutang dan Utang...............................................................................12

14.4.6

Investasi .................................................................................................................13

14.4.7

Pengelolaan Barang ................................................................................................13

14.4.8

Penyelesaian Kerugian ............................................................................................14

14.4.9

Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan.....................................14

14.4.10 Akuntabilitas Kinerja .............................................................................................15

Daftar Isi

14.4.11 Surplus dan Defisit .................................................................................................15


14.5 TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM ...........................................................16
14.5.1

Kelembagaan, Pejabat Pengelola, dan Kepegawaian ...............................................16

14.5.2

Pembinaan dan Pengawasan ...................................................................................17

14.5.3

Remunerasi.............................................................................................................18

SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP), PENGAWASAN, DAN


PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN TANGGUNGJAWAB KEUANGAN NEGARA
(PPTKN) ...................................................................................................................................19
15.1 Konsepsi Dasar Sistem Pengendian Intern Pemerintah ...................................................19
15.1.1

Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah .................................................19

15.1.2

Dasar Hukum Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ............................................20

15.1.3

Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah ......................................................20

15.2 Unsur-Unsur dan Implementasi SPIP .............................................................................20


15.3 Pengawasan Pengelolaan Keuangan Negara ...................................................................22
15.4 Konsepsi Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara ..................23
15.5 Lingkup dan Pelaksanaan PPTKN .................................................................................25
15.5.1

Lingkup Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara .............25

15.5.2

Pelaksanaan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara .......26

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................................................28

ii

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

Materi Ke-14
PENGELOLAAN KEUANGAN BADAN LAYANAN UMUM (BLU)
14.1

KONSEPSI DASAR BADAN LAYANAN UMUM

14.1.1 Pengertian Badan Layanan Umum (BLU)


Berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2005 Pasal 1 ayat 1, Badan Layanan
Umum, yang selanjutnya disebut BLU, adalah instansi di lingkungan Pemerintah yang dibentuk
untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat berupa penyediaan barang dan/atau jasa yang
dijual tanpa Mengutamakan mencari keuntungan dan dalam melakukan kegiatarnya didasarkan
pada prinsip efisiensi dan produktivitas.

14.1.2 Dasar Hukum Badan Layanan Umum (BLU)


Undang-Undang RI
a. Undang-Undang RI No. 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara
b. Undang-Undang RI No. 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara
c. Undang-Undang RI No. 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan TanggungJawab
Keuangan Negara
d. Undang-Undang RI No. 45 Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja
NegaraTahun Anggaran 2008
e. Undang-Undang RI No. 16 Tahun 2008 tentang Perubahan atas Undang-Undang Nomor
45Tahun 2007 tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun Anggaran 2008

Peraturan Pemerintah RI
a. Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum
b. Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan
c. Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2006 tentang Pengelolaan Barang MilikNegara/Daerah

Peraturan Menteri Keuangan RI


a. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 08/PMK.02/2006
Tentang Kewenangan Pengadaan Barang/Jasa pada Badan Layanan Umum

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

b. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006


Tentang Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan
Pegawai Badan Layanan Umum
c. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006
Tentang Tata Cara Penyusunan, Pengajuan, Penetapan, dan Perubahan Rencana Bisnis dan
Anggaran serta Dokumen Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
d. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 73/PMK.05/2007
Tentang Perubahan Atas Peraturan Menteri Keuangan Nomor 10/PMK.02/2006 tentang
Pedoman Penetapan Remunerasi Bagi Pejabat Pengelola, Dewan Pengawas, dan Pegawai
Badan Layanan Umum
e. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 109/PMK.05/2007
Tentang Dewan Pengawas Badan Layanan Umum
f. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007
Tentang Persyaratan Administratif dalam Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan
KerjaInstansi Pemerintah untuk Menerapkan Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum
(sebagai pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 07/PMK.02/2006)
g. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 171/PMK.05/2007
Tentang Sistem Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Pemerintah Pusat
h. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 76/PMK.05/2008
Tentang Pedoman Akuntansi dan Pelaporan Keuangan Badan Layanan Umum
i. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 197/PMK.05/2008
Tentang Tata Cara Revisi Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran untuk Satuan Kerja Badan
Layanan Umum Tahun Anggaran 2008
j. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 44/PMK.05/2009 dan lampiran
Tentang Rencana Bisnis dan Anggaran serta Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum
(sebagai Pengganti Peraturan Menteri Keuangan Nomor 66/PMK.02/2006)
k. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 77/PMK.05/2009
Tentang Pengelolaan Pinjaman pada Badan Layanan Umum
l. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 218/PMK.05/2009 Perubahan Atas PeraturanMenteri
Keuangan Nomor 99/PMK.05/2008
Tentang Pedoman Pengelolaan Dana Bergulir Pada Kementerian Negara/Lembaga

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

m. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 230/PMK.05/2009 dan lampiran


Tentang Penghapusan Piutang Badan Layanan Umum
n. Peraturan Menteri Keuangan Nomor 05/PMK.05/2010 dan lampiran
Tentang

Perubahan

atas

Peraturan

Menteri

Keuangan

Nomor

57/PMK.05/2007

tentangPengelolaan Rekening Milik Kementerian Negara/Lembaga/Kantor/Satuan Kerja


o. Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 2006
Tentang Pelaporan Keuangan dan Kinerja Instansi Pemerintah

Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan


a. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 43 Tahun 2010
Tentang Tata Cara Revisi Rencana Bisnis dan Anggaran dan Revisi Daftar Isian
PelaksanaanAnggaran Badan Layanan Umum.
b. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 46 Tahun 2009
Tentang Langkah-langkah dalam Menghadapi Akhir Tahun Anggaran.
c. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 58 Tahun 2008
Tentang Mekanisme Pengembalian Sisa Penerimaan Negara Bukan Pajak (PNBP)
PerguruanTinggi Negeri (PTN) yang diterima sebelum ditetapkan sebagai Satuan Kerja
yangMenerapkan Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (PK BLU)
d. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 57 Tahun 2008
Tentang Format Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran Badan Layanan Umum (DIPA BLU)
e. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 08 Tahun 2008
Tentang Pedoman Penyusunan Laporan Dewan Pengawas Badan Layanan Umum
diLingkungan Pemerintah Pusat
f. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 50 Tahun 2007
Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pengelolaan PNBP oleh Satuan Kerja Instansi Pemerintahyang
Menerapkan PK BLU
g. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan No. 67 Tahun 2007
Tentang Tatacara Pengintegrasian Laporan Keuangan Badan Layanan Umum ke dalamLaporan
Keuangan Kementerian Negara/Lembaga Lampiran

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

14.1.3 Tujuan Badan Layanan Umum (BLU)


BLU bertujuan untuk meningkatkan pelayanan kepada masyarakat dalam rangka
memajukan kesejahteraan umum dan mencerdaskan kehidupan bangsa dengan memberikan
fleksibilitas dalam pengelolaan keuangan berdasarkan prinsip ekonomi dan produktivitas, dan
penerapan praktek bisnis yang sehat. Tujuan yang dimaksud termasuk perwujudan efisiensi dan
efektivitas pelayanan masyarakat serta pengamanan aset negara yang dikelola oleh instansi terkait.

14.1.4 Asas Badan Layanan Umum (BLU)


BLU beroperasi sebagai unit kerja kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah untuk
tujuan pemberian layanan umum yang pengelolaannya berdasarkan kewenangan yang
didelegasikan oleh instansi induk yang bersangkutan. Kementrian negara/lembaga/pemerintah
daerah tetap bertanggung jawab atas pelaksanaan kewenangan yang didelegasikannya kepada
BLU. Oleh karena itu, kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah harus menjalankan peran
pengawasan terhadap kinerja layanan dan pelaksanaan kewenangan yang didelegasikan.
BLU

merupakan

bagian

perangkat

pencapaian

tujuan

kementerian

negara/lembaga/pemerintah daerah dan karenanya status hukum BLU tidak terpisah dari
kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah sebagai instansi induk.
Menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota bertanggung jawab atas pelaksanaan
kebijakan penyelenggaraan pelayanan umum yang didelegasikannya kepada BLU dari segi
manfaat layanan yang dihasilkan. Pejabat yang ditunjuk mengelola BLU bertanggung jawab atas
pelaksanaan kegiatan pemberian

layanan umum

yang

didelegasikan

kepadanya

oleh

menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota.
BLU menyelenggarakan kegiatannya tanpa mengutamakan pencarian keuntungan. Rencana
kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja BLU disusun dan disajikan sebagai bagian
yang tidak terpisahkan dari rencana kerja dan anggaran serta laporan keuangan dan kinerja
kementerian negara/lembag/SKPD/pemerintah daerah. BLU mengelola penyelenggaraan layanan
umum sejalan dengan praktek bisnis yang sehat. Dalam rangka mewujudkan konsep bisnis yang
sehat, BLU harus senantiasa meningkatkan efisiensi dan produktivitas, antara lain dengan
kewenangan merencanakan dan menetapkan kebutuhan sumber daya yang dibutuhkan.

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

14.2

PERSYARATAN, PENETAPAN, DAN PENCABUTAN BLU

14.2.1 Persyaratan Badan Layanan Umum (BLU)


Suatu satuan kerja instansi pemerintah dapat diizinkan mengelola keuangan dengan PPKBLU (Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum) apabila memenuhi persyaratan
substantif, teknis, dan administratif. Persyaratan substantif terpenuhi apabila instansi pemerintah
yang bersangkutan menyelenggarakan layanan umum yang berhubungan dengan:
a. Penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum;
b. Pengelolaan wilayah/kawasan tertentu untuk tujuan meningkatkan perekonomian masyarakat
atau layanan umum; dan/atau
c. Pengelolaan dana khusus dalam rangka meningkatkan ekonomi dan/atau pelayanan kepada
masyarakat.
Bidang layanan umum yang diselenggarakan oleh instansi dengan PPK-BLU meliputi kegiatan
pemerintah yang bersifat operasional dalam menyelenggarakan pelayanan umum yang
menghasilkan

semi

barang/jasa

publik

(quasipublic

goods).

Contoh

instansi

yang

menyelenggarakan penyediaan barang dan/atau jasa layanan umum adalah pelayanan bidang
kesehatan seperti rumah sakit pusat atau daerah, penyelenggaraan pendidikan, serta pelayanan jasa
penelitian dan pengujian. Contoh instansi yang melaksanakan kegiatan pengelolaan wilayah atau
kawasan secara otonom adalah otorita dan Kawasan Pengembangan Ekonomi Terpadu (Kapet).
Contoh instansi yang melaksanakan pengelolaen dana adalah pengelola dana bergulir untuk usaha
kecil dan menengah, pengelola penerusan pinjaman, dan pengelola tabungan perumahan.
Persyaratan teknis terpenuhi apabila:
a. kinerja pelayanan di bidang tugas pokok dan fungsinya layak dikelola dan ditingkatkan
pencapaiannya

melalui

BLU

sebagaimana

direkomendasikan

oleh

menteri/pimpinan

lembaga/kepala SKPD scsuai dengan kewenangannya; dan


b. kinerja keuangan satuan kerja instansi yang bersangkutan adalah sehat sebagaimana
ditunjukkan dalam dokumen usulanpenetapan BLU.
Persyaratan administratif terpenuhi apabila instansi

pemerintah yang bersangkutan

dapatmenyajikan seluruh dokumen berikut:


a. pernyataan kesanggupan untuk meningkatkan kinerja pelayanan,keuangan, dan manfaat bagi
masyarakat;

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

Pernyataan kesanggupan dibuat oleh pimpinan instansi yang mengajukan usulan sebagai
BLU dan diketahui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD.
b. pola tata kelola;
Pola tata kelola (corporate governance) BLU yang dimaksud adalah peraturan internal
yang antara lain menetapkan organisasi dan tata laksana, akuntabilitas, dan tranparansi.
c. rencana strategis bisnis;
Rencana strategis bisnis mencakup antara lain pernyataan visi, misi, program strategis,
dan pengukuran pencapaian kinerja.
d. laporan keuangan pokok;
Laporan keuangan pokok yang dimaksud adalah laporan keuangan yang berlaku bagi
instansi tersebut, termasuk laporan realisasi anggaran/Iaporan operasional keuangan, laporan
posisi keuangan, laporan arus kas (dalam hal berlaku), dan catatan atas laporan keuangan, serta
neraca/prognosa neraca.
e. standar pelayanan minimum; dan
Standar pelayanan minimum yang dimaksud adalah prognosa standar pelayanan
minimum BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD.
f. laporan audit terakhir atau pernyataan bersedia untuk diaudit secara independen.
Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan administratif diatur dengan Peraturan Menteri
Keuangan/gubemur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Peraturan Menteri Keuangan
yang mengatur mengenai persyaratan administratif dalam rangka pengusulan dan penetapan satuan
kerja instansi pemerintah untuk menerapkan pengelolaan keuangan badan layanan umum adalah
Nomor 119/PMK.05/2007.
Dokumen
mendapatkan

disampaikan
persetujuan

kepada
sebelum

menteri/pimpinan
disampaikan

lembaga/kepala
kepada

SKPD

Menteri

untuk

Keuangan/

gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya.

14.2.2 Penetapan dan Pencabutan BLU


Menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD mengusulkan instansi pemerintah yang
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan administratif untuk menerapkan PPK-BLU kepada
Menteri

Keuangan/gubernur/bupati/walikota,

sesuai

dengan

kewenangannya.

Menteri

Keuangan/gubernur/bupati/walikota menetapkan instansi pemerintah yang telah memenuhi

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

persyaratan. Penetapan tersebut dapat berupa pemberian status BLU secara penuh atau status BLU
bertahap. BLU-Bertahap diberikan fleksibilitas pada batas-batas tertentu berkaitan dengan jumlah
dana yang dapat dikelola langsung, pengelolaan barang, pengelolaan piutang, serta perumusan
standar, kebijakan, sistem, dan prosedur pengelolaan keuangan. Fleksibilitas tidak diberikan dalam
pengelolaan investasi, pengelolaan utang, dan pengadaan barang dan jasa. Batas-batas fleksibilitas
yang diberikan dan yang tidak diberikan tersebut selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan/gubernur/ bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Status BLU secara penuh diberikan apabila seluruh persyaratan telah dipenuhi dengan
memuaskan. Status BLU-Bertahap diberikan apabila persyaratan substantif dan teknis telah
terpenuhi, namun persyaratan administratif sebagaimana belum terpenuhi secara memuaskan.
Status BLU-Bertahap berlaku paling lama 3 (tiga) tahun. BLU-Bertahap harus memenuhi seluruh
persyaratan secara memuaskan untuk ditetapkan menjadi BLU secara penuh dalam periode
tersebut pada ayat ini. Apabila hal tersebut tidak terpenuhi, maka status BLU-Bertahap dibatalkan.
Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, memberi keputusan
penetapan atau surat penolakan terhadap usulan penetapan BLU paling lambat 3 (tiga) bulan sejak
diterima dan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD.
Penerapan PPK-BLU berakhir apabila:
a. dicabut oleh Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya;
b. dicabut

oleh

Menteri

Keuangan/gubernur/bupati/walikota

berdasarkan

usul

dari

menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya; atau


c. berubah statusnya menjadi badan hukum dengan kekayaan negara yang dipisahkan.
Pencabutan penerapan PPK-BLU dilakukan apabila BLU yang bersangkutan sudah tidak
memenuhi persyaratan substantif, teknis, dan/atau administratif. Pencabutan status dilakukan
berdasarkan

penetapan

ketentuan

peraturan

perundangundangan.

Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya,

Menteri

membuat: penetapan

pencabutan penerapan PPK-BLU atau penolakannya paling lambat 3 (tiga) bulan sejak tanggal
usul pencabutan diterima. Dalam hal jangka waktu 3 (tiga) bulan terlampaui, usul pencabutan
dianggap ditolak. Instansi pemerintah yang pernah dicabut dari status PPK-BLU dapat diusulkan
kembali untuk menerapkan PPK-BLU sesuai dengan ketentuan. Dalam rangka menilai usulan
penetapan dan

pencabutan,

Menteri

Keuangan/gubernur/bupati/walikota,

sesuai

dengan

kewenangannya, menunjuk suatu tim penilai.

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

14.3

STANDAR DAN TARIF LAYANAN

14.3.1 Standar Layanan


Instansi pemerintah yang menerapkan PPK-BLU (Pola Pengelolaan Keuangan Badan
Layanan

Umum)

menggunakan

standar

pelayanan

minimum,

yang

ditetapkan

oleh

menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Standar


pelayanan minimum bertujuan untuk memberikan batasan layanan minimum yang seharusnya
dipenuhi oleh pemerintah. Agar fungsi standar pelayanan dapat mencapai tujuan yang diharapkan,
maka standar layanan BLU semestinya memenuhi persyaratan SMART (Specific, Measurable,
Attainable, Reliable, and Timely), yaitu :
a. fokus pada jenis layanan;
b. dapat diukur;'
c. dapat dicapai;
d. relevan dan dapat diandalkan; dan
e. tepat waktu.
Standar pelayanan minimum tersebut dapat diusulkan oleh instansi pemerintah yang
menerapkan PPK-BLU (Pola Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum). Standar pelayanan
minimum harus mempertimbangkan kualitas layanan, pemerataan dan kesetaraan layanan, biaya
serta kemudahan untuk mendapatkan layanan. Kualitas layanan meliputi teknis layanan, proses
layanan, tata cara, dan waktu tunggu untuk mendapatkan layanan.
14.3.2 Tarif Layanan
BLU dapat memungut biaya kepada masyarakat sebagai imbalan atas barang/jasa layanan
yang diberikan. Imbalan atas barang/jasa layanan yang diberikan sebagaimana ditetapkan dalam
bentuk tarif yang disusun atas dasar perhitungan biaya per unit layanan atau hasil per investasi
dana. Tarif tersebut, termasuk imbal hasil (return) yang wajar dari investasi dana, dapat bertujuan
untuk menutup seluruh atau sebagian dari biaya per unit layanan. Tarif layanan diusulkan oleh
BLU kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan kewenangannya. Usul tarif
layanan dari menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD selanjutnya ditetapkan oleh Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya. Tarif layanan dalam
ketentuan ini dapat berupa besaran tarif atau pola tarif sesuai jenis layanan BLU yang
bersangkutan. Dalam rangka penetapan tarif dimaksud Menteri Keuangan/gubernur/bupati/

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

walikota, sesuai dengan kewenangannya, dibantu oleh suatu tim dengan nara sumber yang berasal
dan sektor terkait. Tarif layanan BLU harus mempertimbangkan:
a. kontinuitas dan pengembangan layanan;
b. daya beli masyarakat;
c. asas keadilan dan kepatutan; dan
d. kompetisi yang sehat.

14.4

PENGELOLA KEUANGAN BLU

14.4.1 Perencanaan dan Penganggaran


BLU menyusun rencana strategis bisnis lima tahunan dengan mengacu kepada Rencana
Strategis Kementerian Negara/Lembaga (Renstra-KL) atau Rencana Pembangunan Jangka
Menengah Daerah (RPJMD). BLU menyusun RBA tahunan dengan mengacu kepada rencana
strategis bisnis. RBA memuat antara lain kondisi kinerja BLU tahun berjalan, asumsi makro dan
mikro, target kinerja (output yang terukur), analisis dan perkiraan biaya per output dan agregat,
perkiraan harga, anggaran, serta prognosa laporan keuangan. RBA juga memuat prakiraan maju
(forward estimate) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. RBA tersebut disusun
dengan menganut pola anggaran fleksibel (flexible budget) dengan suatu persentase ambang batas
tertentu. RBA dimaksud merupakan refleksi program dan kegiatan dari kementerian
negara/lembaga /SKPD/pemerintah daerah. RBA disusun berdasarkan basis kinerja dan
perhitungan akuntansi biaya menurut jenis layanannya. RBA BLU disusun berdasarkan kebutuhan
dan kemampuan pendapatan yang diperkirakan akan diterima dari masyarakat, badan lain, dan
APBN/APBD. Dalam hal BLU pemerintah daerah ditunjuk sebagai pelaksana anggaran
dekonsentrasi/tugas pembantuan, proses pengelolaan keuangannya diselenggarakan secara terpisah
berdasarkan ketentuan yang berlaku dalam pelaksanaan APBN.
BLU mengajukan RBA kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD untuk dibahas
sebagai bagian dari RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD. RBA
disertai dengan usulan standar pelayanan minimum dan biaya dari keluaran yang akan dihasilkan.
RBA BLU yang telah disetujui oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD diajukan kepada
Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, sebagai bagian RKA-KL, rencana kerja
dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD. Sebagai bagian yang tidak terpisahkan, RBA BLU
dikonsolidasikan dengan RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau Rancangan APBD.

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengkaji kembali standar biaya dan
anggaran BLU dalam rangka pemrosesan RKA-KL, rencana kerja dan anggaran SKPD, atau
Rancangan APBD sebagai bagian dari mekanisme pengajuan dan penetapan APBN/APBD. BLU
menggunakan APBN/APBD yang telah ditetapkan sebagai dasar penyesuaian terhadap RBA
menjadi RBA definitif.

14.4.2 Dokumen Pelaksanaan Anggaran


RBA BLU digunakan sebagai acuan dalam menyusun dokumen pelaksanaan anggaran
BLU untuk diajukan kepada Menteri Keuangan/PPKD sesuai dengan kewenangannya. Dokumen
pelaksanaan anggaran BLU paling sedikit mencakup seluruh pendapatan dan belanja, proyeksi
arus kas, serta jumlah dan kualitas jasa dan/atau barang yang akan dihasilkan oleh BLU. Menteri
Keuangan/PPKD, sesuai dengan kewenangannya, mengesahkan dokumen pelaksanaan anggaran
BLU paling lambat tanggal 31 Desember menjelang awal tahun anggaran. Dalam hal dokumen
pelaksanaan anggaran belum disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan
kewenangannya, BLU dapat melakukan pengeluaran paling tinggi sebesar angka dokumen
pelaksanaan anggaran tahun lalu.
Dokumen pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD
menjadi lampiran dari perjanjian kinerja

yang ditandatangani oleh

menteri/pimpinan

lembaga/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, dengan pimpinan BLU yang


bersangkutan.

Sebagai

manifestasi

dari

hubungan

kerja

antara

menteri/pimpinan

lembaga/gubernur/bupati/walikota dengan pimpinan BLU, kedua belah pihak menandatangani


perjanjian kinerja (a contractual performance agreement). Dalam perjanjian tersebut, pihak
terdahulu menugaskan pihak terakhir untuk menyelenggarakan kegiatan pelayanan umum sesuai
dengan yang tercantum dalam dokumen pelaksanaan anggaran, dan pihak yang terakhir berhak
mengelola dana sebagaimana tertuang dalam dokumen pelaksanaan anggaran tersebut. Dokumen
pelaksanaan anggaran yang telah disahkan oleh Menteri Keuangan/PPKD, sesuai dengan
kewenangannya, menjadi dasar bagi penarikan dana yang bersumber dari APBN/APBD oleh BLU.
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyusunan, pengajuan, penetapan, perubahan RBA dan
dokumen

pelaksanaan

anggaran

BLU

diatur

dengan

Peraturan

Menteri

Keuangan/gubemur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.

10

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

14.4.3 Pendapatan dan Belanja


Penerimaan anggaran yang bersumber dari APBN/APBD diberlakukan sebagai pendapatan
BLU. Penerimaan anggaran yang dimaksud adalah penerimaan yang berasal dari otorisasi kredit
anggaran kementerian negara/lembaga/pemerintah daerah, bukan dari kegiatan pembiayaan
APBN/APBD. Pendapatan yang diperoleh dari jasa layanan yang diberikan kepada masyarakat
dan hibah tidak terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan pendapatan
operasional BLU. Hibah terikat yang diperoleh dari masyarakat atau badan lain merupakan
pendapatan yang harus diperlakukan sesuai dengan peruntukan. Peruntukan hibah terikat dapat
ditujukan untuk membiayai kegiatan operasional, aset tetap, investasi keuangan (endowment
funds), atau pembebasan kewajiban, tergantung tujuan pemberian hibah. Hasil kerjasama BLU
dengan pihak lain dan/atau hasil usaha lainnya merupakan pendapatan bagi BLU. Hasil yang
dimaksud dapat diperoleh dari kerjasama operasional, sewa-menyewa, dan usaha lainnya yang
tidak berhubungan langsung dengan tugas pokok dan fungsi BLU. Pendapatan BLU dapat dikelola
langsung untuk membiayai belanja BLU sesuai RBA. Pendapatan BLU dilaporkan sebagai
pendapatan negara bukan pajak kementerian/lembaga atari pendapatan bukan pajak pemerintah
daerah.
Belanja BLU terdiri dari unsur biaya yang sesuai dengan struktur biaya yang dituangkan
dalam RBA definitif. Pengelolaan belanja BLU diselenggarakan secara fleksibel berdasarkan
kesetaraan antara volume kegiatan pelayanan dengan jumlah pengeluaran, mengikuti praktek
bisnis yang sehat. Yang dimaksud dengan fleksibel adalah bahwa belanja dapat bertambah atau
berkurang dari yang dianggarkan sepanjang pendapatan terkait bertambah atau berkurang
setidaknya proporsional (flexible budget). Fleksibilitas pengelolaan belanja berlaku dalam ambang
batas sesuai dengan yang ditetapkan dalam RBA. Besaran ambang batas belanja ditentukan
dengan mempertimbangkan fluktuasi kegiatan operasional. Belanja BLU yang melampaui ambang
batas fleksibilitas harus mendapat persetujuan Menteri Keuangan/gubemur/bupati/walikota atas
usulan menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya. Dalam hal terjadi
kekurangan anggaran, BLU dapat mengajukan usulan tambahan anggaran dari APBN/APBD
kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui nenteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD sesuai dengan
kewenangannya. Belanja BLU dilaporkan sebagai belanja barang dan jasa kementerian
negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah.

11

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

14.4.4 Pengelolaan Kas


Dalam rangka pengelolaan kas, BLU menyelenggarakan hal-hal sebagai berikut:
a. merencanakan penerimaan dan pengeluaran kas;
b. melakukan pemungutan pendapatan atau tagihan;
c. menyimpan kas dan mengelola rekening bank;
d. melakukan pembayaran;
e. mendapatkan sumber dana untuk menutup defisit jangka pendek; dan
f. memanfaatkan surplus kas jangka pendek untuk memperoleh pendapatan tambahan.
Pengelolaan kas BLU dilaksanakan berdasarkan praktek bisnis yang sehat. Penarikan dana
yang bersumber dari APBN/APBD dilakukan dengan menerbitkan Surat Perintah Membayar
(SPM) sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Rekening bank dibuka oleh
pimpinan BLU pada bank umum. Pemanfaatan surplus kas dilakukan sebagai investasi jangka
pendek pada instrumen keuangan dengan risiko rendah.

14.4.5 Pengelolaan Piutang dan Utang


BLU dapat memberikan piutang sehubungan dengan penyerahan barang, jasa, dan/atau
transaksi lainnya yang berhubungan langsung atau tidak langsung dengan kegiatan BLU. Piutang
BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien, ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab
serta dapat memberikan nilai tambah, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat dan berdasarkan
ketentuan peraturan perundang-undangan. Piutang BLU yang sulit ditagih dapat dilimpahkan
penagihannya kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya.
Piutang BLU dapat dihapus secara mutlak atau bersyarat oleh pejabat yang berwenang, yang
nilainya ditetapkan secara berjenjang. Kewenangan penghapusan piutang secara berjenjang
ditetapkan dengan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan
kewenangannya, dengan memperhatikan ketentuan peraturan perundang-undangan.
BLU dapat memiliki utang sehubungan dengan kegiatan operasional dan/atau perikatan
peminjaman dengan pihak lain. Utang BLU dikelola dan diselesaikan secara tertib, efisien,
ekonomis, transparan, dan bertanggung jawab, sesuai dengan praktek bisnis yang sehat.
Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka pendek ditujukan hanya unfuk
belanja operasional. Pemanfaatan utang yang berasal dari perikatan peminjaman jangka

12

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

panjang ditujukan hanya untuk belanja modal. Perikatan peminjaman dilakukan oleh pejabat yang
berwenang secara berjenjang berdasarkan nilai pinjaman. Kewenangan peminjaman diatur dengan
Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota. Pembayaran kembali utang merupakan
tanggung jawab BLU. Hak tagih atas utang BLU menjadi kadaluarsa setelah 5 (lima) tahun sejak
utang tersebut jatuh tempo, kecuali ditetapkan lain oleh undang-undang. Jatuh tempo dihitung
sejak 1 Januari tahun berikutnya.

14.4.6 Investasi
BLU tidak dapat melakukan investasi jangka panjang, kecuali atas persetujuan Menteri
Keuangan/gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Investasi jangka panjang yang
dimaksud antara lain adalah penyertaan modal, pemilikan obligasi untuk masa jangka panjang,
atau investasi langsung (pendirian perusahaan). Jika BLU mendirikan/membeli badan usaha yang
berbadan

hukum,

kepemilikan

badan

usaha

tersebut

ada

pada

Menteri

Keuangan/

gubernur/bupati/walikota sesuai dengan kewenangannya. Keuntungan yang diperoleh dari


investasi jangka panjang merupakan pendapatan BLU.

14.4.7 Pengelolaan Barang


Pengadaan barang/jasa oleh BLU dilakukan berdasarkan prinsip efisiensi dan ekonomis,
sesuai dengan praktek bisnis yang sehat. BLU dapat dibebaskan sebagian atau seluruhnya dari
ketentuan yang berlaku umum bagi pengadaan barang/jasa pemerintah bila terdapat alasan
efektivitas dan/atau efisiensi. Kewenangan pengadaaan barang/jasa diselenggarakan berdasarkan
jenjang nilai yang diatur dalam Peraturan Menteri Keuangar/gubernur/bupati/walikota.
Barang inventaris milik BLU dapat dialihkan kepada pihak lain dan/atau dihapuskan
berdasarkan pertimbangan ekonomis. Barang inventaris yang dimaksud adalah barang pakai habis,
barang untuk diolah atau dijual, barang lainnya yang tidak memenuhi persyaratan sebagai aset
tetap. Pengalihan kepada pihak lain dilakukan dengan cara dijual, dipertukarkan, atau dihibahkan.
Penerimaan hasil penjualan barang inventaris sebagai akibat dari pengalihan merupakan
pendapatan BLU. Hasil penjualan barang inventaris dimaksud harus diungkapkan secara
memadai dalam laporan keuangan BLU. Pengalihan dan/atau penghapusan barang inventaris
dilaporkan kepada menteri/ pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.

13

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

BLU tidak dapat mengalihkan dan/atau menghapus aset tetap, kecuali atas persetujuan
pejabat yang berwenang. Yang dimaksud dengan aset tetap adalah aset berwujud yang mempunyai
masa manfaat lebih dari 12 (dua belas) bulan untuk digunakan dalam kegiatan BLU atau
dimanfaatkan oleh masyarakat umum, sesuai dengan standar akuntansi yang berlaku. Kewenangan
pengalihan dan/atau penghapusan aset tetap diselenggarakan berdasarkan jenjang nilai dan jenis
barang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Penerimaan hasil penjualan aset
tetap sebagai akibat dari pengalihan merupakan pendapatan BLU. Pengalihan dan/atau
penghapusan aset tetap dilaporkan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.
Penggunaan aset tetap untuk kegiatan yang tidak terkait langsung dengan tugas pokok dan fungsi
BLU harus mendapat persetujuan pejabat yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang-undangan.
Tanah

dan

bangunan

BLU

disertifikatkan

atas

nama

Pemerintah

Republik

Indonesia/pemerintah daerah yang bersangkutan. Tanah dan bangunan yang tidak digunakan BLU
untuk penyelenggaraan tugas pokok dan fungsinya dapat dialihgunakan oleh menteri/pimpinan
lembaga/kepala SKPD terkait dengan persetujuan Menteri Keuangan/ gubernur/bupati/walikota
sesuai dengan kewenangannya.

14.4.8 Penyelesaian Kerugian


Setiap kerugian negara/daerah pada BLU yang disebabkan oleh tindakan melanggar hukum
atau kelalaian seseorang diselesaikan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan
mengenai penyelesaian kerugian negara/daerah.

14.4.9 Akuntansi, Pelaporan, dan Pertanggungjawaban Keuangan


BLU menerapkan sistem informasi manajemen keuangan sesuai dengan kebutuhan dan
praktek bisnis yang sehat. Setiap transaksi keuangan BLU harus diakuntansikan dan dokumen
pendukungnya dikelola secara tertib. Akuntansi dan laporan keuangan BLU diselenggarakan
sesuai dengan Standar Akuntansi Keuangan yang diterbitkan oleh asosiasi profesi akuntansi
Indonesia. Dalam hal tidak terdapat standar akuntansi, BLU dapat menerapkan standar akuntansi
industri yang spesifik setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. BLU mengembangkan dan
menerapkan sistem akuntansi dengan mengacu pada standar akuntansi yang berlaku sesuai dengan

14

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

jenis layanannya dan ditetapkan oleh menteri/pimpinan lembaga/gubernur/bupati/walikota sesuai


dengan kewenangannya.
Laporan keuangan BLU setidak-tidaknya meliputi laporan realisasi anggaran/laporan
operasional, neraca, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan, disertai laporan
mengenai kinerja. Laporan keuangan unit-unit usaha yang diselenggarakan oleh BLU
dikonsolidasikan dalam laporan keuangan Lembar muka laporan keuangan unit-unit usaha dimuat
sebagai lampiran laporan keuangan BLU. Yang dimaksud dengan lembar muka laporan keuangan
(face of financial statements) adalah lembar laporan realisasi anggaran/ operasional, lembar
neraca, dan lembar laporan arus kas. Laporan keuangan BLU disampaikan secara berkala kepada
menteri/pimpinan lembaga/gubernur/ bupati/ walikota, sesuai dengan kewenangannya, untuk
dikonsolidasikan dengan laporan keuangan kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah
daerah. Laporan realisasi anggaran, laporan arus kas, dan catatan atas laporan keuangan
disampaikan setiap triwulanan. Laporan keuangan yang lengkap disampaikan untuk masa semester
dan tahunan. Laporan keuangan disampaikan kepada menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD
serta kepada Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, paling
lambat 1 (satu) bulan setelah periode pelaporan berakhir. Laporan keuangan BLU merupakan
bagian yang tidak terpisahkan dari laporan pertanggungjawaban keuangan kementerian
negara/lembaga/ SKPD/ pemerintah daerah. Penggabungan laporan keuangan BLU pada laporan
keuangan kementerian negara/lembaga/SKPD/pemerintah daerah dilakukan sesuai dengan Standar
Akuntansi Pemerintahan. Laporan pertanggungjawaban keuangan BLU diaudit oleh pemeriksa
ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

14.4.10 Akuntabilitas Kinerja


Pimpinan BLU bertanggungjawab terhadap kinerja operasional BLU sesuai dengan tolok
ukur yang ditetapkan dalam RBA. Pimpinan BLU mengihktisarkan dan melaporkan kinerja
operasional BLU secara terintegrasi dengan laporan keuangan.

14.4.11 Surplus dan Defisit


Surplus anggaran BLU dapat digunakan dalam tahun anggaran berikutnya kecuali atas
perintah Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota, sesuai dengan kewenangannya, disetorkan
sebagian atau seluruhnya ke Kas Umum Negara/Daerah dengan mempertimbangkan posisi

15

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

likuiditas BLU. Surplus anggaran BLU dimaksud adalah selisih lebih antara pendapatan dengan
belanja BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada suatu
periode anggaran. Surplus tersebut diestimasikan dalam RBA tahun anggaran berikut untuk
disetujui penggunaannya.
Defisit anggaran BLU dapat diajukan pembiayaannya dalam tahun anggaran berikutnya
kepada Menteri Keuangan/PPKD melalui menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan
kewenangannya. Menteri Keuangan/PPKD sesuai dengan kewenangannya dapat mengajukan
anggaran untuk menutup defisit pelaksanaan anggaran BLU dalam APBN/APBD tahun anggaran
berikutnya. Defisit anggaran BLU dimaksud adalah selisih kurang antara pendapatan dengan
belanja BLU yang dihitung berdasarkan laporan keuangan operasional berbasis akrual pada suatu
periode anggaran.

14.5

TATA KELOLA BADAN LAYANAN UMUM

14.5.1 Kelembagaan, Pejabat Pengelola, dan Kepegawaian


Dalam hal instansi pemerintah perlu mengubah status kelembagaannya untuk menerapkan
PPK-BLU. perubahan struktur kelembagaan dan instansi pemerintah tersebut berpedoman pada
ketentuan yang ditetapkan oleh menteri yang bertanggung jawab di bidang pendayagunaan
aparatur negara.
Pejabat pengelola BLU terdiri atas:
1. Pemimpin ;
Pemimpin sebagaimana berfungsi sebagai penanggung jawab umum operasional dan keuangan
BLU yang berkewajiban:
a. menyiapkan rencana strategis bisnis BLU;
b. menyiapkan RBA tahunan;
c. mengusulkan calon pejabat keuangan dan pejabat teknis sesuai dengan ketentuan yang berlaku;
d. menyampaikan pertanggungjawaban kinerja operasional dan keuangan BLU.

2. Pejabat keuangan;
Pejabat keuangan BLU berfungsi sebagai penanggung jawab keuangan yang berkewajiban :
a. mengkoordinasikan penyusunan RBA;
b. menyiapkan dokumen pelaksanaan anggaran BLU;

16

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

c. melakukan pengelolaan pendapatan dan belanja;


d. menyelenggarakan pengelolaan kas;
e. melakukan pengelolaan utang-piutang;
f. menyusun kebijakan pengelolaan barang, aset tetap, dan investasi BLU;
g. menyelenggarakan sistem informasi manajemen keuangan; dan
h. menyelenggarakan akuntansi dan penyusunan laporan keuangan.

3. Pejabat teknis.
Pejabat teknis BLU berfungsi sebagai penanggung jawab teknis di bidang masing-masing
yang berkewajiban:
a. menyusun perencanaan kegiatan teknis di bidangnya;
b. melaksanakan kegiatan teknis sesuai menurut RBA; dan
c. mempertanggungjawabkan kinerja operasional di bidangnya.

Pejabat pengelola BLU dan pegawai BLU dapat terdiri dari pegawai negeri sipil dan/atau
tenaga profesional non-pegawai negeri sipil sesuai dengan kebutuhan BLU. Syarat pengangkatan
dan pemberhentian pejabat pengelola dan pegawai BLU yang berasal dari pegawai negeri sipil
disesuaikan dengan ketentuan peraturan perundang-undangan di bidang kepegawaian.

14.5.2 Pembinaan dan Pengawasan


Pembinaan teknis BLU dilakukan oleh menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD terkait.
Pembinaan

keuangan

BLU

dilakukan

oleh

Menteri

Keuangan/PPKD

sesuai

dengan

kewenangaanya. Dalam pelaksanaan pembinaan dapat dibentuk dewan pengawas. Pembentukan


dewan pengawas berlaku hanya pada BLU yang memiliki realisasi nilai omzet tahunan menurut
laporan realisasi anggaran atau nilai aset menurut neraca yang memenuhi syarat minimum yang
ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah pusat
dibentuk dengan keputusan menteri/pimpinan lembaga atas persetujuan Menteri Keuangan.
Dewan pengawas BLU di lingkungan pemerintah daerah dibentuk dengan keputusan
gubernur/bupati/ walikota atas usulan kepala SKPD.
Pemeriksaan intern BLU dilaksanakan oleh satuan pemeriksaan intern yang merupakan
unit kerja yang berkedudukan langsung di bawah pemimpin BLU. Pemeriksaan ekstern terhadap

17

Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum (BLU)

BLU dilaksanakan oleh pemeriksa ekstern sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.

14.5.3 Remunerasi
Pejabat pengelola, dewan pengawas, dan pegawai BLU dapat diberikan remunerasi
berdasarkan tingkat tanggung jawab dan tuntutan profesionalisme yang diperlukan. Remunerasi
ditetapkan berdasarkan Peraturan Menteri Keuangan/gubernur/bupati/walikota atas usulan
menteri/pimpinan lembaga/kepala SKPD, sesuai dengan kewenangannya.

18

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

Materi Ke-15
SISTEM PENGENDALIAN INTERN PEMERINTAH (SPIP),
PENGAWASAN, DAN PEMERIKSAAN PENGELOLAAN DAN
TANGGUNGJAWAB KEUANGAN NEGARA (PPTKN)
15.1

Konsepsi Dasar Sistem Pengendian Intern Pemerintah

15.1.1 Pengertian Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


Sistem Pengendalian Intern adalah proses yang integral pada tindakan dan kegiatan yang
dilakukan secara terus menerus oleh pimpinan dan seluruh pegawai untuk memberikan keyakinan
memadai atas tercapainya tujuan organisasi melalui kegiatan yang efektif dan efisien, keandalan
pelaporan keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundangundangan.
Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP) adalah Sistem Pengendalian Intern yang
diselenggarakan secara menyeluruh di lingkungan pemerintah pusat dan pemerintah daerah.
Pengawasan Intern adalah seluruh proses kegiatan audit, reviu, evaluasi, pemantauan, dan
kegiatan pengawasan lain terhadap penyelenggaraan tugas dan fungsi organisasi dalam rangka
memberikan keyakinan yang memadai bahwa kegiatan telah dilaksanakan sesuai dengan tolok
ukur yang telah ditetapkan secara efektif dan efisien untuk kepentingan pimpinan dalam
mewujudkan tata kepemerintahan yang baik.
Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) adalah aparat pengawasan intern
pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada Presiden.
Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern
adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab langsung kepada
menteri/pimpinan lembaga.
Inspektorat Provinsi adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung jawab
langsung kepada gubernur.
Inspektorat Kabupaten/Kota adalah aparat pengawasan intern pemerintah yang bertanggung
jawab langsung kepada bupati/walikota.

19

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

15.1.2 Dasar Hukum Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


Dasar hukum sistem pengendalian intern pemerintah adalah Undang-Undang No. 1 Tahun
2004 tentang Perbendaharaan Negara.
Pasal 55 ayat (4) : Menteri/Pimpinan lembaga selaku Pengguna Anggaran/Pengguna Barang
memberikan pernyataan bahwa pengelolaan APBN telah diselenggarakan berdasarkan Sistem
Pengendalian Intern yang memadai dan akuntansi keuangan telah diselenggarakan sesuai dengan
Standar Akuntansi Pemerintah (SAP).
Pasal 58 ayat (1) dan (2) : Dalam rangka meningkatkan kinerja, transparansi dan akuntabilitas
pengelolaan

keuangan

negara,

Presiden

selaku

Kepala

Pemerintah

mengatur

dan

menyelenggarakan Sistem Pengendalian Intern di lingkungan pemerintah secara menyeluruh. SPI


ditetapkan dengan Peraturan Pemerintah.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 tentang Sistem Pengendalian Intern
Pemerintah.

15.1.3 Tujuan Sistem Pengendalian Intern Pemerintah


SPIP bertujuan untuk memberikan keyakinan yang memadai bagi tercapainya efektivitas
dan efisiensi pencapaian tujuan penyelenggaraan pemerintahan negara, keandalan pelaporan
keuangan, pengamanan aset negara, dan ketaatan terhadap peraturan perundang-undangan.

15.2

Unsur-Unsur dan Implementasi SPIP


Unsur Sistem Pengendalian Intern dalam Peraturan Pemerintah ini mengacu pada unsur

Sistem Pengendalian Intern yang telah dipraktikkan di lingkungan pemerintahan di berbagai


negara, yang meliputi:
a. Lingkungan pengendalian
Pimpinan Instansi Pemerintah dan seluruh pegawai harus menciptakan dan memelihara lingkungan
dalam keseluruhan organisasi yang menimbulkan perilaku positif dan mendukung terhadap
pengendalian intern dan manajemen yang sehat.
b. Penilaian risiko
Pengendalian intern harus memberikan penilaian atas risiko yang dihadapi unit organisasi baik dari
luar maupun dari dalam.
c. Kegiatan pengendalian

20

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

Kegiatan pengendalian membantu memastikan bahwa arahan pimpinan Instansi Pemerintah


dilaksanakan. Kegiatan pengendalian harus efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi.
d. Informasi dan komunikasi
Informasi harus dicatat dan dilaporkan kepada pimpinan Instansi Pemerintah dan pihak lain yang
ditentukan. Informasi disajikan dalam suatu bentuk dan sarana tertentu serta tepat waktu sehingga
memungkinkan pimpinan Instansi Pemerintah melaksanakan pengendalian dan tanggung
jawabnya.
e. Pemantauan
Pemantauan harus dapat menilai kualitas kinerja dari waktu ke waktu dan memastikan bahwa
rekomendasi hasil audit dan reviu lainnya dapat segera ditindaklanjuti.
Pimpinan Instansi

Pemerintah wajib

menciptakan dan

memelihara

lingkungan

pengendalian yang menimbulkan perilaku positif dan kondusif untuk penerapan Sistem
Pengendalian Intern dalam lingkungan kerjanya, melalui:
a. penegakan integritas dan nilai etika;
b. komitmen terhadap kompetensi;
c. kepemimpinan yang kondusif;
d. pembentukan struktur organisasi yang sesuai dengan kebutuhan;
e. pendelegasian wewenang dan tanggung jawab yang tepat;
f. penyusunan dan penerapan kebijakan yang sehat tentang pembinaan sumber daya manusia;
g. perwujudan peran aparat pengawasan intern pemerintah yang efektif; dan
h. hubungan kerja yang baik dengan Instansi Pemerintah terkait.
Untuk memperkuat dan menunjang efektivitas penyelenggaraan Sistem Pengendalian
Intern dilakukan pengawasan intern dan pembinaan penyelenggaraan SPIP.
Pengawasan intern merupakan salah satu bagian dari kegiatan pengendalian intern yang
berfungsi melakukan penilaian independen atas pelaksanaan tugas dan fungsi Instansi Pemerintah.
Lingkup pengaturan pengawasan intern mencakup kelembagaan, lingkup tugas, kompetensi
sumber daya manusia, kode etik, standar audit, pelaporan, dan telaahan sejawat.
Pembinaan penyelenggaraan SPIP meliputi penyusunan pedoman teknis penyelenggaraan,
sosialisasi, pendidikan dan pelatihan, dan pembimbingan dan konsultansi SPIP, serta peningkatan
kompetensi auditor aparat pengawasan intern pemerintah.

21

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

15.3

Pengawasan Pengelolaan Keuangan Negara


Pengawasan terhadap pengelolaan keuangan Negara dilakukan oleh internal pemerintah dan

eksternal pemerintah. Pengawasan intern dilakukan oleh aparat pengawasan intern pemerintah.
Aparat pengawasan intern pemerintah melakukan pengawasan intern melalui:
a.

audit;

b.

reviu;

c.

evaluasi;

d.

pemantauan; dan

e.

kegiatan pengawasan lainnya.


Aparat pengawasan intern pemerintah terdiri atas:

a.

BPKP;

b.

Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern;

c.

Inspektorat Provinsi; dan

d.

Inspektorat Kabupaten/Kota.
BPKP melakukan pengawasan intern terhadap akuntabilitas keuangan negara atas kegiatan

tertentu yang meliputi:


a.

kegiatan yang bersifat lintas sektoral;

b.

kegiatan kebendaharaan umum negara berdasarkan penetapan oleh Menteri Keuangan selaku
Bendahara Umum Negara; dan

c.

kegiatan lain berdasarkan penugasan dari Presiden.


Inspektorat Jenderal atau nama lain yang secara fungsional melaksanakan pengawasan intern

melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka penyelenggaraan tugas dan fungsi
kementerian negara/lembaga yang didanai dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara.
Inspektorat Provinsi melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah provinsi yang didanai dengan
Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah provinsi.
Inspektorat Kabupaten/Kota melakukan pengawasan terhadap seluruh kegiatan dalam rangka
penyelenggaraan tugas dan fungsi satuan kerja perangkat daerah kabupaten/kota yang didanai
dengan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah kabupaten/kota.
Dari Peraturan Pemerintah No. 60 Tahun 2008 di atas tidak disebut BPK sebagai Badan
Pengawas Intern Pemerintah. Hal tersebut berarti BPK secara legal hukum disebut sebagai

22

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

pengawas ekstern pemerintah. Begitu pula pengawasan oleh DPR dan DPRD (pengawasan
politik); pengawasan oleh masyarakat (Wasmas - social control) dan pengawasan oleh lembaga
peradilan (pengawasan yudikatif).
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) merupakan badan pengawas tertinggi dalam hal keuangan
Negara, sebagaimana diatur dalam Bab VIIIA Pasal 23E, 23F dan 23G UUD Negara Republik
Indonesia 1945. Kedudukan Badan Pemeriksaan Keuangan diatur lebih lanjut dengan UU Nomor
15 Tahun 2006 tentang Badan Pemeriksaan Keuangan. Menurut ketentuan Pasal 2 UU Nomor 15
Tahun 2006, BPK merupakan satu lembaga Negara yang bebas dan mandiri dalam memeriksa
pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Tugas BPK adalah memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara yang
dilakukan oleh pemerintah pusat, pemerintah daerah, lembaga Negara lainnya, Bank Indonesia,
Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Badan Layanan Umum (BLU), dan lembaga atau badan lain
yang mengelola keuangan negara.
Sementara pengawasan DPR dan DPRD dikenal dengan pengawasan politik. DPR dan DPRD
melakukan pengawasan terhadap pemerintah atau daerah sesuai dengan tugas, wewenang, dan
haknya. Pengawasan DPR dilakukan melalui kegiatan Dengar Pendapat, Kunjungan Kerja,
pembentukan Panitia Khusus, dan pembentukan Panitia Kerja pemandangan umum fraksi-fraksi
dalam rapat paripurna; Pembahasan dalam Sidang Komisi; dan sebagainya sebagaimana diatur
dalam tata tertib dan peraturan perundang-undangan.

15.4

Konsepsi Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara


(PPTKN)
Untuk mewujudkan pengelolaan keuangan negara sesuai dengan ketentuan yang telah

ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara dan Undangundang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara perlu dilakukan pemeriksaan oleh
satu badan pemeriksa keuangan yang bebas dan mandiri, sebagaimana telah ditetapkan dalam
Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Dalam pelaksanaan
tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, sampai saat ini, BPK masih
berpedoman kepada Instructie en Verdere Bepalingen voor de Algemene Rekenkamer atau IAR
(Staatsblad 1898 Nomor 9 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Staatsblad 1933 Nomor
320).

23

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

Sampai saat ini BPK, yang diatur dalam Undang-undang Nomor 5 Tahun 1973 tentang
Badan Pemeriksa Keuangan, masih belum memiliki landasan operasional yang memadai dalam
pelaksanaan tugasnya untuk memeriksa pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara.
Sebelum berlakunya Undang-undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, selain
berpedoman pada IAR, dalam pelaksanaan pemeriksaan BPK juga berpedoman pada Indische
Comptabiliteitswet atau ICW (Staatsblad 1925 Nomor 448 Jo. Lembaran Negara 1968 Nomor 53).
Agar BPK dapat mewujudkan fungsinya secara efektif, dalam Undang-undang ini diatur
hal-hal pokok yang berkaitan dengan pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara sebagai berikut:
1. Pengertian pemeriksaan dan pemeriksa;
2. Lingkup pemeriksaan;
3. Standar pemeriksaan;
4. Kebebasan dan kemandirian dalam pelaksanaan pemeriksaan;
5. Akses pemeriksa terhadap informasi;
6. Kewenangan untuk mengevaluasi pengendalian intern;
7. Hasil pemeriksaan dan tindak lanjut;
8. Pengenaan ganti kerugian negara;
9. Sanksi pidana.
Pemeriksaan adalah proses identifikasi masalah, analisis, dan evaluasi yang dilakukan
secara independen, obyektif, dan profesional berdasarkan standar pemeriksaan, untuk menilai
kebenaran, kecermatan, kredibilitas, dan keandalan informasi mengenai pengelolaan dan tanggung
jawab keuangan negara.
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK) adalah Badan Pemeriksa Keuangan sebagaimana
dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Pemeriksa
adalah orang yang melaksanakan tugas pemeriksaan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan
negara untuk dan atas nama BPK. Pejabat yang diperiksa dan/atau yang bertanggung jawab adalah
satu orang atau lebih yang diserahi tugas untuk mengelola keuangan negara. Lembaga perwakilan
adalah DPR, DPD, DPRD Provinsi dan/atau DPRD Kabupaten/Kota sebagaimana dimaksud
dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

24

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

Pengelolaan Keuangan Negara adalah keseluruhan kegiatan pejabat pengelola keuangan


negara sesuai dengan kedudukan dan kewenangannya, yang meliputi perencanaan, pelaksanaan,
pengawasan, dan pertanggungjawaban.
Tanggung Jawab Keuangan Negara adalah kewajiban Pemerintah untuk melaksanakan
pengelolaan keuangan negara secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien,
ekonomis, efektif, dan transparan, dengan memperhatikan rasa keadilan dan kepatutan.
Standar pemeriksaan adalah patokan untuk melakukan pemeriksaan pengelolaan dan
tanggung jawab keuangan negara yang meliputi standar umum, standar pelaksanaan pemeriksaan,
dan standar pelaporan yang wajib dipedomani oleh BPK dan/atau pemeriksa. Laporan Keuangan
adalah bentuk pertanggungjawaban. Dokumen adalah data, catatan, dan/atau keterangan yang
berkaitan dengan pengelolaan dan tanggung jawab keuangan negara, baik tertulis di atas kertas
atau sarana lain, maupun terekam dalam bentuk/corak apapun. Opini adalah pernyataan
profesional sebagai kesimpulan pemeriksa mengenai tingkat kewajaran informasi yang disajikan
dalam laporan keuangan. Rekomendasi adalah saran dari pemeriksa berdasarkan hasil
pemeriksaannya, yang ditujukan kepada orang dan/atau badan yang berwenang untuk melakukan
tindakan dan/atau perbaikan.

15.5

Lingkup dan Pelaksanaan PPTKN

15.5.1 Lingkup Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara


Sebagaimana telah ditetapkan dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia
Tahun 1945, pemeriksaan yang menjadi tugas BPK meliputi pemeriksaan atas pengelolaan dan
tanggung jawab mengenai keuangan negara. Pemeriksaan tersebut mencakup seluruh unsur
keuangan negara sebagaimana dimaksud dalam Pasal 2 Undang-undang Nomor 17 tahun 2003
tentang Keuangan Negara.
Sehubungan dengan itu, kepada BPK diberi kewenangan untuk melakukan 3 (tiga) jenis
pemeriksaan, yakni:
1.

Pemeriksaan keuangan, adalah pemeriksaan atas laporan keuangan pemerintah pusat dan
pemerintah daerah. Pemeriksaan keuangan ini dilakukan oleh BPK dalam rangka memberikan
pernyataan opini tentang tingkat kewajaran informasi yang disajikan dalam laporan keuangan
pemerintah.

25

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

2.

Pemeriksaan kinerja, adalah pemeriksaan atas aspek ekonomi dan efisiensi, serta pemeriksaan
atas aspek efektivitas yang lazim dilakukan bagi kepentingan manajemen oleh aparat
pengawasan intern pemerintah.
Pasal 23E Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan
BPK untuk melaksanakan pemeriksaan kinerja pengelolaan keuangan negara. Tujuan
pemeriksaan ini adalah untuk mengidentifikasikan hal-hal yang perlu menjadi perhatian
lembaga perwakilan. Adapun untuk pemerintah, pemeriksaan kinerja dimaksudkan agar
kegiatan yang dibiayai dengan keuangan negara/daerah diselenggarakan secara ekonomis dan
efisien serta memenuhi sasarannya secara efektif.

3.

Pemeriksaan dengan tujuan tertentu, adalah pemeriksaan yang dilakukan dengan tujuan
khusus, di luar pemeriksaan keuangan dan pemeriksaan kinerja. Termasuk dalam pemeriksaan
tujuan tertentu ini adalah pemeriksaan atas hal-hal lain yang berkaitan dengan keuangan dan
pemeriksaan investigatif. Pelaksanaan pemeriksaan sebagaimana dimaksudkan di atas
didasarkan pada suatu standar pemeriksaan.
Standar dimaksud disusun oleh BPK dengan mempertimbangkan standar di lingkungan

profesi audit secara internasional. Sebelum standar dimaksud ditetapkan, BPK perlu
mengkonsultasikannya dengan pihak pemerintah serta dengan organisasi profesi di bidang
pemeriksaan.

15.5.2 Pelaksanaan Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara


BPK memiliki kebebasan dan kemandirian dalam ketiga tahap pemeriksaan, yakni
perencanaan, pelaksanaan, dan pelaporan hasil pemeriksaan. Kebebasan dalam tahap perencanaan
mencakup kebebasan dalam menentukan obyek yang akan diperiksa, kecuali pemeriksaan yang
obyeknya telah diatur tersendiri dalam undang-undang, atau pemeriksaan berdasarkan permintaan
khusus dari lembaga perwakilan.
Untuk mewujudkan perencanaan yang komprehensif, BPK dapat memanfaatkan hasil
pemeriksaan aparat pengawasan intern pemerintah, memperhatikan masukan dari pihak lembaga
perwakilan, serta informasi dari berbagai pihak. Sementara itu kebebasan dalam penyelenggaraan
kegiatan pemeriksaan antara lain meliputi kebebasan dalam penentuan waktu pelaksanaan dan
metode pemeriksaan, termasuk metode pemeriksaan yang bersifat investigatif. Selain itu,

26

Sistem Pengendalian Intern Pemerintah (SPIP), Pengawasan, dan Pemeriksaan Pengelolaan dan
Tanggungjawab Keuangan Negara (PPTKN)

kemandirian BPK dalam pemeriksaan keuangan negara mencakup ketersediaan sumber daya
manusia, anggaran, dan sarana pendukung lainnya yang memadai.
BPK dapat memanfaatkan hasil pekerjaan yang dilakukan oleh aparat pengawasan intern
pemerintah. Dengan demikian, luas pemeriksaan yang akan dilakukan dapat disesuaikan dan
difokuskan pada bidang-bidang yang secara potensial berdampak pada kewajaran laporan
keuangan serta tingkat efisiensi dan efektivitas pengelolaan keuangan negara. Untuk itu, aparat
pengawasan intern pemerintah wajib menyampaikan hasil pemeriksaannya kepada BPK.
BPK diberi kewenangan untuk mendapatkan data, dokumen, dan keterangan dari pihak yang
diperiksa, kesempatan untuk memeriksa secara fisik setiap aset yang berada dalam pengurusan
pejabat instansi yang diperiksa, termasuk melakukan penyegelan untuk mengamankan uang,
barang, dan/atau dokumen pengelolaan keuangan negara pada saat pemeriksaan berlangsung.

27

Daftar Pustaka

DAFTAR PUSTAKA

http://www.academia.edu/4929177/BLU_Badan_Layanan_Umum_
http://www.bppk.kemenkeu.go.id/publikasi/artikel/150-artikel-keuangan-umum/21142-sistempengendalian-intern-dan-ekstern-pemerintah
Peraturan Menteri Keuangan Nomor 119/PMK.05/2007 Tentang Persyaratan Administratif Dalam
Rangka Pengusulan dan Penetapan Satuan Kerja Instansi pemerintah Untuk Menerapkan
Pengelolaan Keuangan Badan Layanan Umum.
Peraturan Pemerintah Nomor 23 Tahun 2005 Tentang Pengelolaan Keuangan Badan Layanan
Umum.
Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2008 Tentang Sistem Pengendalian Intern Pemerintah
Undang-Undang Dasar 1945 Amandemen IV.
Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 Tentang Perbendaharaan Negara.
Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 Tentang Pemeriksaan dan Pengelolaan Tanggung Jawab
Keuangan Negara.
Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 Tentang Keuangan Negara.

28

Anda mungkin juga menyukai