Anda di halaman 1dari 1

Sistiserkus hidup hanya menimbulkan sedikit peradangan jaringan sekitar dan hanya sedikit

mononuklear serta jumlah eosinofil yang bervariasi. Untuk melengkapi siklus hidupnya,
sistiserkus harus mampu hidup dalam otot hospes selama berminggu-minggu sampai bulanan.
Oleh karena itu, kista akan mengembangkan mekanisme untuk mengatasi respon imun penjamu.
Pada hewan yang telah terinfeksi sebelumnya dengan stadium kista kebal terhadap reinfeksi
onkosfer. Imunitas ini dimediasi oleh antibodi dan komplemen. Meskipun begitu dalam infeksi
alami, respons antibodi dibangun hanya setelah parasit berubah menjadi bentuk metacestoda yang
lebih resisten (Wiria, 2008).
Metacestoda dapat mengembangkan sebuah mekanisme untuk memproteksi diri dari destruksi
yang dimediasi komplemen dengan menghasilkan paramiosin. Paramiosin akan mengikat C1q
dan menghambat jalur klasik aktivasi komplemen. Parasit juga akan mensekresikan inhibitor
protease serin yang disebut taeniastatin. Taeniastatin dapat menghambat jalur aktivasi klasik atau
alternatif, berintegrasi dengan kemotaksis leukosit, dan menghambat produksi sitokin. Sedangkan
polisakarida sulfa, yang melapisi dinding kista, mengaktivasi komplemen untuk menjauhi parasit,
menurunkan deposisi komplemen, dan membatasi jumlah sel radang yang menuju parasit.
Antibodi saja tidak dapat membunuh metacestoda matang. Kista yang hidup juga dapat
menstimulasi produksi sitokin yang dibutuhkan untuk menghasilkan imunoglobulin yang
kemudian diambil oleh kista dan diperkirakan ini merupakan sumber protein (White, 1997).

Mekanisme imunologis dalam eliminasi cacing cestoda dalam hal ini metacestoda ada dua
tahap . Pertama dengan adanya intervensi IgG1, yang aktif tanpa adanya komplemen. IgGi bersifat
melukai atau menyakiti cacing tetapi tidak menyebabkan eliininasi cacing dan dilanjutkan dengan
tahap yang kedua yaitu dengan adanya respon produksi sekrit yang tergantung Sel-T. Sel-T tidak
menempel langsung pada cacing. Antigen cacing akan merangsang pembebasan faktor non spesifik
yang mengaktifkan sekresi mukus dan sel-sel calciformis epitel usus dan juga merangsang produksi
IgE yang merangsang meningkatnya histamin dalam darah. Hipersekresi mukus itulah yang akan
mengeliminasi caring bersama dengan meningkatnya kontraksi usus (kontraksi otot polos ) (Wiria,
2008).

Wiria A.E., Prasetyani M.A., Hamid F., Wammes L.J., Lell B., Ariawan I., Uh Hae
Won., Wibowo H., Djuardi Y., Wahyuni S., Sutanto I., May Linda., Luty A.J.F.,
Verweij J.J., Sartono E., Yazdanbakhsh M., Supali T. 2008, Does treatment of
intestinal helminth infections influence malaria? Background and of a
longitudinal study of clinical, parasitological and immunological parameters in
Nangapanda, Flores, Indonesia (ImmunoSPIN Study). BMC Infectious
Diseases, 10:77
White AC.Neurocycticercosis : A major cause of neurological disease
worldwide.Clin Inf Dis 1997;24:101-5

Anda mungkin juga menyukai