Anda di halaman 1dari 33

BAB I

GAMBARAN DAN DATA UMUM Tn. K


Nama
: Tn. K
Alamat
: Kendal
Umur
: 60 Tahun
Tinggi badan
: 160. 93 cm
Berat badan
: 35 kg
Jenis kelamin
:L
Bangsa/suku
: Indonesia/Jawa
Agama
: Islam
Status perkawinan
: Menikah
Pekerjaan
: Tukang becak dan petani
Tempat dirawat
: Ruang Cempaka II
Tanggal MRS
: 05 November 2015
Diit yang diberikan : TKTP
Bentuk makanan
: Bubur
No.Register/CM
: 403933
Tanggal Pengamatan : 05-11-2015
Diagnosis
: TB Paru
BBI
: 60.93 kg
IMT
: 13.5 kg/cm2
Tn. K datang kerumah sakit dengan keluhan sesak napas serta tiga hari
yang lalu, kebiasaan makan pasien sebelum sakit. Pasien makan 3x sehari,
suka makan pisang pada saat pagi dan sore. Pasien suka minum teh, dan susu
pada pagi dan siang hari. Sayur kesukaan pasien adalah sayur bening, ikan
mangut, pasien tidak suka daging dagingan dan telur. Buah kesukaan pasien
semangka dan melon. Makanan sehari hari pasien dimasak oleh istrinya.
Hasil FFQ 1 bulan terahir diperoleh hasil asupan : E: 2023 kkal, P 67.
2: gr, Lemak 76.1: gr dan Karbohidrat : 325.1 gr. Tingkat konsumsi recall 24
jam terakhir energi 625 kkal, protein 21 gr, lemak 2 gr, Karbohidrat 331.5 g.
Tabel 1.1 Hasil Pemeriksaan Biokimia Pada Tanggal 05 November 2015
sebagai berikut:
No
1.
2.
3.
4.

Hasil pemeriksaan
Hb
Trombosit
HT
Leukosit

Nilai rujukan
13.4 gr/dl
225 /Ul
45.6 %
13.4

BAB II
PENGKAJIAN GIZI
1. Pengekajian Riwayat Gizi
Kebiasaan makan pasien sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3x
sehari, makan utama sebanyak 3x. Pasien tidak memiliki alergi makanan.
Pasien suka makan makan pisang pada saat pagi dan siang hari serta

pasien suka minum susu dan teh pada saat pagi dan malam. Makanan
sehari hari pasien dimasakan oleh istrinya. pasien tidak merokok.
Tabel 1.2 recall 24 jam terakhir Tn.K
Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

Energi
625
2193.5
Protein
21
82.28
Lemak
2
137.1
Karbohidrat 131.5
329.025
Kesimpulan : Hasil Recall 24 jam
28.5 %, protein 25.5 %,

%
Nilai
Kategori
Asupan
mormal
28.5 %
80 100
Kurang
25.5 %
80 100
Kurang
1.5 %
80 100
Kurang
40 %
80 100
Kurang
terakhir asupan makan Tn. K, energi

lemak 1.5 % dan karbohidrat 40 5 yang

termasuk dalam kategori kurang.


Tabel 1.3 FFQ Tn. K dibandingkan dengan AKG 2013
Zat gizi

Asupan

Kebutuhan

%
Nilai
Asupan
mormal
Energi kkal
2023
2325
87
80 100
Protein gr
67.2
65
103.4
80 100
Lemak
76.1
65
117.1
80 100
Karbohidrat 331.5
349
95
80 100
Kesimpulan asupan FFQ Tn. Termasuk kategori baik

Kategori
Baik
Lebih
Lebih
Baik

2. Pengkajian data biokimia pasien, pemeriksaan, dan prosedur medis


Tabel. 1.4 pemeriksaan hasil biokimia
No Hasil
pemeriksaan
1. Hb
2. Trombosit
3. HT
4. Leukosit

Nilai
rujukan
13.4 gr/dl
225 /Ul
45.6 %
13.4
3

Normal

Keterangan

12 14 gr/dl
150-500 / uL
39,0 -54,0 %
4,0-10,0 /uL

Normal
Normal
Normal
Tinggi

Kesimpulan : Pasien Leukosit Tinggi (Infeksi)


3. Pengkajian Data Antropometri
Usia

: 60 Tahun

Jenis kelamin : L
BB

: 35 kg

TB

: 160. 51 cm

BBI

: 60. 93 kg

IMT

: 13. 51 kg/ cm

Kesimpulan : Status Gizi Tn.K termasuk kategori underweight


4. Pengkajian data fisik dan klinis
Fisik: Keadaan umum pasien sadar. pasien lemas. terlihat susah bernapas,
dan menggunakan oksigen.
Tabel . 1.5 Data Klinis Pasien
Hasil pemeriksan
Nilai noral
Keterangan
pada tanggal 5
november
Tekanan darah 140/ 100
120-80 mmHg Tinggi
Nadi
83x/menit
60-100 x/menit Normal
Suhu
36.2 C
36-37 oC
Normal
RR
24x/menit
20x/menit
Tinggi
Kesimpulan : Tekanan Darah, Nadi, Suhu dan Respirasi Normal
5. Riwayat personal
a. Tn. K bekerja sebagai tukang becak, jam kerjanya tidak tentu.
b. Tinggal bersama istrinya dan kedua anaknya.
c. Belum pernah mendapatkan konseling gizi
6. Riwayat penyakit dahulu
4

Pasien sejak lama sering mengalami sesak napas. Setiap tahun pasien
masuk rumah sakit dengan diagnnosa yang yang sama. Pasien memeliki
riwayat keluarga sesak napas dari orang tuanya.
7. Riwayat penyakit sekarang
Pasien saat ini dirawat di rumah sakit dr H. soewondo Kendal dengan
diagnosa medis TB paru.
8. Riwayat obat dikonsumsi dari rumah sakit
a) Ranitidin 3x1 (oral)
Idikasi

Kontra indikasi

Efek samping

Tukak
Penderita
lambung dan gangguan fungsi
usus 12 jari.
ginjal.

Berupa diare, nyeri otot,


pusing dan timbul ruam
kulit, malaise, nause.

Wanita hamil dan menyusui

Penurunan jumlah sel darah


putih dan platelet (pada
beberapa penderita)

b) Ceftriaxme 2x1 (injeksi)


Idikasi
Digunakan
sebangai antibiotik,
Infeksi infeksi
yang
disebabkan
oleh patogen yang
sensitif
terhadap
ceftriaxone, seperti

Kontra indikasi
Hipersensitif
terhadap
cephalosporin dan
penicilin (sebagai
reaksi
alergi
silang)
5

Efek samping
Pada pasien dengan
ganguan fungsi ginjal
dan hati yang berat,
kadar plasma obat perlu
dipantau.
Sebaiknya
tidak digunkaan pada
wanita hamil, (khusnya

saluran
napas,
infeksi
THT,
infeksi
saluran
kemih, seta infeksi
pada pasien dengan
gannguan
pertahanan tubuh

trismester I)
-

Tidak boleh dibeikan


pada neonatus (trutama
perematur)
yang
mempunyai
resiko
pembentukan
ensephalopati bilirubin.

Pada jangkuan waktu


lama, profil darah harus
dicek secara teratur.

c) Digoxin (oral)
Idikasi

Kontra indikasi

Gagal
jantung Usia lanjut, kor
kongnitif akut dan pulmonalis
kronik.
kronik,
insuifisiensi
koroner, ganguan
elektrolit,
insufisiensi ginjal
dan hati

Efek samping
Penurunan segmen ST pada
EKG, pruritus, urtikaria,
ruam
makular,
ginekomastia, ganguan SSP,
anoreksia, mual, muntah,
ganguan kecepatan denyut
jangtung, kondisi dan irama
jantung.

9. Infus yang diberikan RL, RL berfungsi Mengembalikan keseimbangan


elektrolit tubuh.

BAB III
DIAGNOSA GIZI

1. Domain Asupan
Promblem

Etiologi

Symtom

Asupan oral tidak


Pasien mengalami Asupan energi hanya
adekuat
sesak sesak napas
55,7 %
Asupan protein hanya
26 %
Asupan lemak hanya
6

68,4 %
Asupan karbohidrat
hanya 63,5%
Pasien hanya mampu
makan dalam porsi
kecil (karena sesak
nafas dan batuk)
NI2.1: Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan pasien
mengalami sesak, ditandai dengan asupan energi : 55,7 % protein 26
%, lemak 68,4 % dan KH 63,5 % kurang
2. Domain klinis
Promblem

Etiologi

Symtom

Perubahan nilai lab Penyakit pasien TB Ditandai


terkait gizi
paru
leukosit
(infeksi)

dengan
meningkat

NC 2.2 Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC-2.2)


berkaitan dengan gangguan pada paru-paru berupa fusipluola dan TB
ditandai dengan nilai leukosit yang tinggi (infeksi).

BAB IV
INTERVENSI GIZI
1.
a.
1)
2)

Perencanaan intervensi gizi


Tujuan Intervensi
Mencukupi asupan oral sesuai dengan kebutuhan dan kondisi pasien
Memberikan motivasi berupa informasi, konseling dan edukasi kepada

3)
b.
1)
2)
3)

pasien dan keluarga pasien agar mengerti tentang diit yang direncanakan
Membantu meningkatkan berat badan pasien, mencapai status gizi optimal.
Preskripsi
Jenis diit : TKTP
Bentuk makanan : Makanan lunak (bubur)
Porsi dan Jadwal pemberian makan:
7

4) Diit diberikan dalam porsi kecil namun dengan frekuensi sering : 3 kali
makanan utama dan 1 kali selingan.
a) Perhitungan kebutuhan gizi
Perhitungan panjang badan mengunakan rumus tinggi lutut
PB
= 59.01 + ( 2.08 x TL (cm)
= 59.01 + (2.08 x 49)
= 59.01 + 101.92
= 160.93 cm
Perhitungan IMT pasien
IMT
= BB/ TB (m)
=
35
1.6093
= 35
2.59
= 13. 15 kg/ cm
Perhitungan BBI pasien
BBI = TB 100
= 160.93 100
= 60. 93 kg
Perhitungan kebutuhan pasien mengunakan rumus Broca
Energi (O)
= 30 x BBI
= 30 x 60.93 kg
BBE = 1.827.9 kal
TEE = BEE x Af
= 1827.9 kal x 1.2
= 2193. 5 kkal
b) Protein dihitung 15 % dari total kebutuhan
Protein = 15% x 2193. 5 kal = 329. 025 : 4 kkal/gr
= 82.26 gr
c) Lemak dihitung 25% dari total kebutuhan
Lemak = 25% x 2193. 5 kkal = 548.375 : 9 kkal
= 60. 93 gr
d) Karbohidrat dihitung 60% dari total energi
KH
= 100% - (%P + %L) = 100% - (15% + 25%)
= 100 % - 40 %
= 60 % : 2193. 5 kal
= 1316.1 kkal 4
= 329.029 gr
c. Rekomendasi Modifikasi diit
1) Modifikasi energi sebesar 2193.5 kkal yang diawali dengan pemberian
kalori sebesar 1700 kkal / hari
2) Modifikasi karbohidrat sebesar 263.22 gram / hari diberikan 80 % dari
total kebutuhan.

3) Modifikasi asupan protein sebesar 65.8 gram / hari diberikan 80 % dari


total kebutuhan)
Sumber protein berasal dari protein hewani dan protein nabati.
4) Rekomendasi asupan lemak sebesar 48.75 gram/hari diberikan 80%
dari total kebutuhan.
Lemak yang diberikan merupakan lemak jenuh dan lemak tidak jenuh.
Asupan lemak jenuh tidak boleh lebih dari 7%. Asupan lemak tak
jenuh diberikan dalam kadar yang seimbang dan tidak berlebih salah
satu (omega 3 dan omega 6 diberikan dalam prakiraan asupan yang
seimbang).
5) Rekomendasi asupan mikronutrien seperti vitamin A, C, E, B6, Seng,
dan zat besi. yang bersumber dari makanan. Vitamin A sebesar
600mg/hari, vitamin C sebesar 75mg/hari, vitamin E sebesar 15
mg/hari, vitamin B6 1,2 mg, Seng 14 mg, dan zat besi 26 mg.
6) Untuk memenuhi kebutuhannya dapat diperoleh dari sumber vitamin
7) Rekomendasi asupan cairan sebesar 35 cc / kg = 1000 ml
2. Implementasi
a. Pemberian terapi diit
Terapi diit yang diberikan berupa diit tinggi kalori dan tinggi protein.
Tujuan dari pemberian diit ini adalah mencukupi asupan oral sesuai dengan
kebutuhan dan kondisi pasien, mengurangi beban kerja saluran pernafasan
(paru-paru), mempertahankan dan mencegah penurunan berat badan, serta
memberikan motivasi berupa informasi, konseling dan edukasi kepada
pasien dan keluarga pasien agar mengerti tentang diit yang direncanakan.
Kebutuhan zat gizi pasien terdiri dari energi 1700 kkal, protein 65.8 gram,
lemak 48.75 gram dan karbohidrat 263.22 gram.
Diit diberikan secara oral karena pasien mampu untuk makan secara oral,
masih mampu untuk menelan makanan dan tidak memiliki gangguan
mengunyah. Bentuk makanan berupa makanan lunak (bubur). Diit dengan
frekuensi 3 kali makan utama dan 1 kali selingan diberikan dalam porsi
kecil.
Rincian pemberian makan berdasarkan menu yang direncanakan (3x24
jam)

a) Hari Pertama : diberikan diit secara oral, bentuk makanan nasi dengan
energi sebesar1725 kkal, protein sebesar 63.5 gram, karbohidrat sebesar
236 gram dan lemak sebesar 49 gram
b) Hari kedua : diberikan diit secara oral, bentuk makanan nasi dengan energi
sebesar 1718.7 kkal, protein sebesar 67.75 gram, karbohidrat sebesar 217.
c)

25 gram dan lemak sebesar 58 gram


Hari ketiga : diberikan diit secara oral, bentuk makanan nasi dengan energi
sebesar 1725 kkal, protein sebesar 63.5 gram, karbohidrat sebesar 239
gram dan lemak sebesar 51 gram.

b. Rencana Edukasi gizi


Tujuan:
1) Meningkatkan pengetahuan pasien dan keluarga mengenai penyakit
TB paru bagaimana peran gizi dalam membantu menangani kondisi
tersebut
2) Memotivasi pasien dan keluarga untuk melaksanakan diit yang
direncanakan dan mengasup makanan sesuai dengan kebutuhan
pasien disesuaikan dengan kondisi penyakit pasien
a. Sasaran : pasien dan keluarga
b. Tempat
: ruang rawat inap Cempaka / II
c. Waktu
: 15 menit
d. Metode : Diskusi, tanya jawab
e. Materi
:
3) Memberikan informasi dan pengetahuan mengenai gambaran
penyakit secara umum dan diit yang direncanakan
4) Memberikan manfaat pengaturan makan yang disesuaikan dengan
kondisi penyakit pasien
5) Menjelaskan tentang manfaat dan kerugian dalam memenuhi asupan
zat gizi dan lauk pauk yang seimbang
6) Memberikan informasi mengenai pola makan yang baik dan jajanan
yang sehat
7) Memberikan manfaat dari pengaturan alat makan untuk mengurangi
risiko penularan penyakit pada kerabat / keluarga
8) Memberikan motivasi kepada pasien agar tetap menjaga asupan
sesuai dengan kebutuhan dan kondisi penyakit

10

9) Memberikan motivasi kepada keluarga agar terus memberikan


support kepada pasien untuk melaksanakan pengaturan makan yang
direncanakan.
c. Rencana Konseling Gizi
Tujuan:
1) Memecahkan masalah gizi yang dialami pasien terkait dengan
kondisi pasien
2) Mencapai komitmen pasien / keluarga untuk patuh pada diit dan
melakukan perubahan perilaku makan menjadi baik
a. Sasaran : pasien dan keluarga
b. Tempat
: ruang rawat inap Cempaka / II
c. Waktu
: 15 menit
d. Media
: leaflet (prinsip diit tinggi kalori tinggi protein),
daftar BM penukar
e. Materi
:
- Menjelaskan tujuan dan prinsip diet
- Menjelaskan tentang manfaat menjalani diet secara konsisten
- Menjelaskan mengenai bahan makanan penukar
- Memberikan contoh menu sehari
- Meningkatkan motivasi pasien sehingga mematuhi diit yang
direncanakan
f. Evaluasi: Menanyakan kembali kepada pasien dan keluarga
mengenai materi yang disampaikan

BAB V
MONITORING DAN EVALUASI GIZI

a. Hasil Asupan Makanan


Hasil recall asupan makan pasien mulai tanggal 05 07 november
2015 dapat dilihat pada tabel sebagai berikut.
Tabel 1.6. Monitoring Asupan Makan Pasien pada Intervensi Hari
Pertama
Tanggal 05/11/2015
11

1700 kkal
Energi
Protein
Lemak Karbohidrat
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
Asupan
1170
42.5
10
235
Kebutuhan zat gizi
1725
63.5
49
236
% asupan
67.83%
68.5
20.4
99.6
Tingkat asupan
Kurang
Kurang
Kurang
Baik
Kesimpulan : Hari pertama pemberian intervensi 1725 kkal, asupan
belum mencukupi kebutuhan namun sudah mengalami peningkatan.
Diagnosis:
NI 5.3 Asupan energi, protein dan lemak tidak adekuat berkaitan
dengan nafsu makan yang menurun dan kecenderungan tidak
menyukai lauk hewani (daging dan telur ) ditandai dengan asupan
energi dan protein kurang dari kebutuhan (Tingkat kecukupan energi
67. 83 %, tingkat kecukupan protein 68.5 % dan lemak hanya 20.4%)
Evaluasi:
Memberikan edukasi gizi kepada pasien dan keluarga pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan asupan energi, protein dan lemak
pasien.

Tabel 1.7 Monitoring Asupan Makan Pasien pada Intervensi Hari Kedua
Tanggal 06/11/2015
1700 kkal
Energi
Protein
(kkal)
(gr)
1097,75
41.75
1718.7
67.75
63.87 %
70.5
Kurang
Kurang

Lemak
(gr)
21
58
36.2
Kurang

Karbohidrat
(gr)
194
217.25
89.3
Cukup

Asupan
Kebutuhan zat gizi
% asupan
Tingkat asupan
Kesimpulan :
Hari kedua pemberian intervensi 1718.7 kkal, tingkat kecukupan
asupan energi masih kurang yaitu 63.87, sedangkan untuk protein
sudah meningkat dan untuk kebutuhan lemak masih kurang yaitu 36.2
% Diagnosis:

12

NI

5.7.1

Asupan

lemak

tidak

adekuat

berkaitan

dengan

kecenderungan pilih-pilih lauk hewani (daging dan telur) ditandai


dengan asupan lemak kurang dari kebutuhan (Tingkat kecukupan
lemak 36.2 %).
Evaluasi:
Memberikan konseling gizi kepada pasien secara mendalam dengan
tujuan

untuk

mendapatkan

komitmen

kesepakatan

dalam

melaksanakan diet dengan konsisten.


Tabel 1.7 Monitoring Asupan Makan Pasien pada Intervensi Hari
Ketiga
Tanggal 07/11/2015
1700 kkal
Energi
Protein
Lemak
(kkal)
(gr)
(gr)
1560.3
57.5
47
1725
63.5
51
90.45
90.5
92.2
Baik
Baik
Baik

Karbohidrat
(gr)
211.1
239
88.4
Baik

Asupan
Kebutuhan zat gizi
% asupan
Tingkat asupan
Kesimpulan :
Hari ketiga pemberian intervensi 1725 kkal, tingkat kecukupan
asupan energi. Protein, dan lemak sudah mencukupi kebutuhan.
Memberikan konseling gizi kepada pasien secara mendalam dengan
tujuan

untuk

mendapatkan

komitmen/kesepakatan

dalam

melaksanakan diet dengan konsisten.


Tabel 1.8 Perkembangan Asupan Makan
No.

Tanggal

Intervensi

Intervensi
1.

Dampak

Evaluasi

Intervensi

Dampak

Tanggal

a. Terapi diet =

Asupan energi, Tidak

05 06

TKTP
b. (bubur

protein, lemak peningkatan

November

1725

kkal)
c. Bentuk=

terjadi

dan

asupan makan

karbohidrat

pada

Tn.

ratarata dikarenakan
lunak
d. Rute= oral
hanya
di Tn. K masih
e. Frekuensi =
konsumsi
mengalami
3x utama, 1x
setengah dari
13

selingan
f. Edukasi

kebutuhannya
dan

motivasi

sesak

energi = 67. 83
%, protein =

untuk

68. 5 % lemak

menghabiskan
makanan

20.4

karbohidrat

99.6 %
2.

Tanggal

a. Terapi diet =

Asupan energi Terjadi

06 07

TKTP 1718.7 = 63.87%

peningkatan

November

kkal

pada

(bubur

diabetes
melitus kkal)
b. Bentuk=

protein = 70.5
%,

lemak=

36.2

%,

karbohidrat
lunak
c. Rute= oral
89.3 %
d. Frekuensi =
3x utama, 1x
.
selingan
e. Edukasi dan

asupan

protein,
diakrenakan
Tn.K

sudah

mau
mengkonsumsi
lauk
sedikit

hewani
demi

sedikit

motivasi
untuk
menghabiskan
3.

Tanggal

makanan
a. Terapi diet =

07 08

TKTP

1725

November

kkal
b. Bentuk=

Asupan, yaitu
energi = 90.45
%, protein =

Terjadi
peningkatan
yang

asupan

makan
90.5 %, lemak
lunak
termasuk
c. Rute= oral
= 92.2 %,
d. Frekuensi =
kategori baik
karbohidrat
=
3x utama, 1x
semua.
88.4 %
selingan.
Edukasi dan
motivasi

14

untuk
menghabiskan
makanan
b. Hasil Pengamatan Data Biokimia
Data biokimia yang perlu dievaluasi adalah kadar hemoglobin.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama 3 hari intervensi, data
biokimia pasien berupa leukosit terjadi penurunan dari 11.3 gr/dl.
Hasil pengamatan data klinis dan terkait gizi dapat dilihat pada tabel
dengan memonitor dan mengevaluasi indikator sebagai berikut
Tabel 1.9 Perkembangan Data Klinis dan Fisik
Indikator
Tekanan
darah
Nadi
Suhu

Nilai
rujukan
120/80

Mm/hg

80-100
36-37

x/menit
C

Satuan

05/11/2015
140/100

Tanggal
06/11/2015
120/70

07/11/2015
120/90

83
36.2

83
36.4

88
36

c. Perkembangan Pengetahuan dan Perilaku terkait Gizi


Monitoring dan evaluasi untuk hasil pengetahuan dan perilaku terkait
dengan gizi dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel 1.10 Hasil Perilaku dan Lingkungan terkait Gizi
Parameter
yang
dimonitor
Kemauan
untuk makan

Intervensi
Edukasi

Waktu

Metode

05 07 Komunikasi
november , Informasi
2015
dan Edukasi
(diskusi,
tanya
jawab)

Edukasi
Kebiasaan
Makan

15

Target
pencapaian
Pasien
melaksanakan
diit
yang
diberikan dan
menghabiskan
80% makanan
yang
diberikan.
Pasien
mengurai
mengkonsumsi
pisang .

Evaluasi
Pasien
dapat
mematuhi Diit
yang diberikan
karena asupan
sudah mencapai
80-81 %.
Pasien
mulai
mau
mengkonsumsi
lauk
nabati
seperti tahu dan
tempe
namun
lauk
hewani

Konseling
gizi

Motivasi
keluarga

yang
dikonsumsi
hanya ayam.
Pasien
mulai
mengurangi
Komunikasi Keluarga
konsumsi pisang
, Informasi pasien
.Keluarga pasien
dan Edukasi memiliki
memberikan
(diskusi,
pengetahuan
dukungan
tanya
tentang
Diit kepada pasien
jawab)
yang diberikan agar
dan
menghabiskan
mendukung
makanan yang
pasien
agar disiapkan.
mau makan.
Pasien
masih
memilih jenisjenis
lauk
Komunikas,
hewani
yang
Informasi
dikonsumsi
dan Edukasi
namun jumlah
(diskusi)
asupan
(kuantitas)
asupan protein
sudah
mengalami
peningkatan
sebesar 15 %
dari
hasil
sebelumnya.

d. Sterategi perubahan prilaku


1) Jangka Pendek
a. Mengurangi konsumsi minuman manis dan makanan yang
tinggi garam
b. Mematuhi diet diabetes melitus dan Karbohidrat yang sudah
diberikan sesuai dengan kebutuhan.
c. Mengurangi protein terutama protein terutama protein nabati.
Protein yang hanyak bisa di konsumsi adalah telur, susu,
daging, ikan, ayam.
2) Jangka panjang
a. Melakukan perubahan pola makan dan gaya hidup yang lebih
baik.
16

b. Tetap menjalankan diet yang sudah diberikan yang bertujuan


untuk membantu menormalkan nilab lab terkait gizi , seperti
creatinin, albumin, ureum. Mempertahankan status gizi, dengan
mengkonsumsi makanan sesuai dengan diet dan porsi yang
sudah direncanakan secara bertahap.
c. Tetap melakukan pola hidup sehat dan melakukan aktivitas
fisik dengan rajin berolahraga secara teratur 3-4 kali/ minggu.
d.
BAB VI
PEMBAHASAN
A. Tuberkulosis
1. Tuburkulosis
Terkulosis (Tuberculosis,disingkat Tbc),

atau Tb (singkatan

dari

"Tubercle bacillus") merupakan penyakit menular yang umum, dan dalam


banyak kasus bersifat mematikan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai
strain mikobakteria,umumnya Mycobacterium tuberculosis (disingkat "MTb"
atau "MTbc"). Tuberkulosis biasanya menyerang paru-paru, namun juga bisa
berdampak pada bagian tubuh lainnya. Tuberkulosis menyebar melalui udara
ketika seseorang dengan infeksi TB aktif batuk, bersin, atau menyebarkan
butiran ludah mereka melalui udara. Infeksi TB umumnya bersifat asimtomatik
dan laten. Namun hanya satu dari sepuluh kasus infeksi laten yang berkembang
menjadi penyakit aktif. Bila Tuberkulosis tidak diobati maka lebih dari 50%
orang yang terinfeksi bisa meninggal.
Gejala klasik infeksi TB aktif

yaitu batuk

kronis dengan bercak

darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan
turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang
terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ
lain

menimbulkan

bergantung

pada

gejala

yang

bermacam-macam. Diagnosis TB

hasil radiologi (biasanya

melalui sinar-X

dada)

aktif
serta

pemeriksaan mikroskopis dan pembuatan kultur mikrobiologis cairan tubuh.


Sementara

itu,

diagnosis

TB

laten

bergantung

pada tes

tuberkulin

kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan
memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama.
17

Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan
diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah
besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk
mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut
dan mendapatkan vaksinasi basil CalmetteGurin.
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M.
tuberculosis, dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu
detik. Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di
tingkat global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru
sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara
berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun
2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis
tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara
di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil
positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 510% saja yang menunjukkan
hasil positif. Masyarakat di dunia berkembang semakin banyak yang menderita
Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka
mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi
AIDS. Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita
TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5
dunia.
Bila dikaitkan dengan status gizi bahwa gizi merupakan faktor pendukung
bagi penanggulangan penyakit infeksi seperti Tuberkulosis, maka gizi yang
seimbang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit
Tuberkulosis.
Risiko komplikasi, termasuk kematian pada pasien Tuberkulosis
dipengaruhi

oleh

status

gizi

secara

individual.

Status

gizi

dan

utilisasi/penggunaan zat gizi menjadi terganggu akibat adanya infeksi. Selain


itu dengan adanya infeksi, kebutuhan zat gizi menjadi meningkat karena tubuh
memerlukan energi untuk melawan penyakit.
Adanya ketidakmampuan memenuhi kebutuhan zat gizi yang meningkat
akan mengakibatkan tubuh mengalami defisiensi/kekurangan zat gizi terutama
18

energi dan protein. Karena itulah tubuh menggunakan cadangan energi yang
menyebabkan penurunan berat badan, lemah dan status gizi menurun. Oleh
karena itu kebutuhan bahan makanan yang mengandung antioksidan seperti
vitamin C, vitamin E dan karoten meningkat. Antioksidan sangat dibutuhkan
untuk melindungi paru dari proses inflamasi akibat asap rokok dan polutan
lainnya yang juga menjadi factor risiko terjadinya penyakit Tuberkulosis itu
sendiri2. Obat anti tuberkulosis (rimfampisin dan INH) dan beberapa obat lini
kedua dapat mengganggu absorpsi zat gizi apabila diminum bersamaan dengan
makanan. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya perencanaan kebutuhan
gizi dan pemantauan terhadap asupan makanan serta status gizi pasien,
disamping pemantauan terhadap pengobatan Tuberkulosis.
Tn. K berusia 60 tahun, berat badan 35 kg dan tinggi badan 160.93 cm,
datang ke RSUD dr. H. Soewondo Kendal dengan diagnose medis Penomunia
TB Paru. Tn. K mengeluh batuk dan sesak nafas sejak 1 minggu yang yang
lalu. Tn. K tidak mengalami penurunan berat badan. Namun Tn. K pilih pilih
soal makanan terutama pada lauk hewani, Tn. K, tidak menyukai daging
dagingan dan telur. Hasil lab biokimia Tn. K menunjukan leukosit yang tinggi
yang artinya terdapat infeksi pada Tn.K.
B. Skrining Gizi
Langkah awal yang dilakukan dalam menangani kasus Tn. K adalah
melakukan skrining dengan menggunakan formulir skrining gizi untuk
menentukan derajat risiko malnutrisi dan menentukan penanganan selanjutnya.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi apakah seseorang malnutrisi
atau berisiko malnutrisi, menentukan apakah pasein membutuhkan pengkajian
gizi lebih mendalam, dan sebagai tindakan preventif untuk menghindari
komplikasi kondisi pasien lebih buruk.
Dalam kasus ini, skrining gizi dilakukan menggunakan formulir skrining
Mini Nutrition Assessment. Mini Nutrition Assessment merupakan alat
skrining yang dikembangkan dan divalidasi di rumah sakit. Yang terdiri dari
enam aitem yang pertama, tentang asupan makan, yang kedua tentang
penurunan berat badan, yang ketiga tentang mobilitas, yang ke empat tentang

19

menderita steres psikologis atau penyakit akut 3 bulan terakhir, yang kelima
masalah neuropsikologi dan yang keenam bodi massa index BMI pada pasien.
Hasil skrining yang dilakukan pada Tn. K saat pengambilan kasus tanggal
05 Oktober 2015 menunjukkan hasil skrining denga skor 6, bahwa pasien
berisiko berat mengalami kekurangan gizi, sehingga Tn. K memerlukan
pengkajian gizi lebih lanjut.
C. Pengkajian Gizi (Asesmen Gizi)
Pengkajian gizi atau asesmen gizi merupakan kegiatan mengumpulkan,
mengintegrasikan, dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang
terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan, aspek klinis, dan aspek
perilaku lingkugan serta penyebabnya. Data pengkajian gizi yang digunakan
dalam kasus ini meliputi :
1. Riwayat Makan
Pada asesmen riwayat asupan dapat disimpulkan bahwa riwayat makan
pasien menggambarkan ketidakcukupan asupan dibandingkan dengan
kebutuhan gizi pasien. Asupan energi pasien sebelum masuk rumah sakit
hanya 625 kkal atau hanya

mencukupi 28.5 % dari total kebutuhan.

Sedangkan untuk zat gizi makro juga tidak memenuhi kebutuhan pasien,
yaitu tingkat kecukupan protein hanya 21 gram atau sekitar 25.58 %;
tingkat kecukupan karbohidrat hanya 131.5 gram atau 37. 34 %; dan
tingkat kecukupan lemak hanya 2 gram atau 3. 3 %. Hal ini disebabkan
karena Tn. K mengalami sesak nafas dan batuk sehingga menurunkan
nafsu makan pasien. Kondisi ini dibuktikan dengan kemampuan makan
pasien hanya dalam porsi yang sangat kecil.
Pada penderita TB Paru asupan energi dan protein yang adekuat
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan dan memperbaiki
jaringan yang rusak akibat inflamasi serta mencegah resiko terjadinya
undernutrisi yang dapat memperparah kondisi infeksinya.
2. Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan antropometri diperlukan untuk memantau status gizi pasien
sebab pada penderita TB Paru rentan terjadi undernutrisi akibat kondisi
inflamasi yang dialami. Data antropometri yang di dapat pada Tn. K
adalah tinggi badan 160. 93 cm, berat badan 35 kg, serta dapat

20

disimpulkan bahwa IMT Tn. K 13,51 kg/m. Berdasarkan pengukuran


status gizi IMT/ diketahui pasien mengalami staus gizi kurang.
Gizi buruk bisa terjadi akibat dari ketidak cukupan asupan baik
makronutrien maupun mikronutrien. Gizi buruk atau gizi kurang
umumnya berkaitan dengan penyakit dan infeksi seperti gangguan
pencernaan dan malabsorbsi, pneumonia, TB dan HIV. Hubungan antara
tuberculosis dan gizi telah lama diketahui. TB menyebabkan keadaan
pasien dengan status gizi buruk atau kurang menjadi semakin buruk dan
melemahkan system imun. Kebanyakan individu dengan TB aktif berada
pada fase katabolic, kehilangan berat badan, dan beberapa menunjukkan
gejala defisiensi vitamin dan mineral. Kehilangan berat badan pada pasien
TB dapat disebabkan oleh beberapa factor seperti asupan makanan yang
berkurang karena hiangnya nafsu makan , mual dan sakit perut, muntah,
diare, dan perubahan metabolic yang disebabkan oleh penyakit.
3. Data Biokimia
Kadar leukosit yang tinggi sering kali digunakan sebagai indikator
penanda adanya infeksi dalam tubuh. Leukosit 13.4 ul normal adalah 4,010,0 /Ul.
4. Pemeriksaan Klinis dan Fisik
Pemeriksaan ini menunjukan adanya tanda dan gejala yang dialami
pasien selama menderita penyakit. Penampakan fisik yang diamati
meliputi kenampakan umum fisik, hilangnya massa otot dan massa lemak,
fungsi menelan, nafsu makan, dan kenampakan fisik lainnya yang telah
diatur dalam IDNT (International Dietetics And Nutrition Terminology)
Reference Manual merupakan panduan standar dunia bagi ahli gizi untuk
melaksanakan asuhan gizi terstandar.
Penampakan fisik Tn. K adalah sadar, lemah, terlihat kurus, sesak nafas,
dan terkadang batuk. Kemampuan berkomunikasi Tn. K masih cukup baik.
Pasien tidak mengeluh adanya mual ataupun muntah. Pada Tn. K
ditemukan tanda vital penting pada penyakit paru seperti Respiratory rate
24 kali per menityang menunjukkan adanya peningkatan RR, dimana rate
normalnya adalah 12-20 kali per menit.

21

Tn. K mengalami kaheksia yang ditandai dengan kehilangan massa otot


dan massa lemak. Selain itu dari pemeriksaan tekanan darah diketahui
tekanan darah Tn. K tergolong tinggi yaitu 140/90 mmHg. Nilai normal
untuk tekanan darah adalah 120/80 mmHg.
5. Riwayat personal pasien
Selama perawatan di RS, Tn. K diberi terapi : infus RL 20 tts/I. Tn. K
bernafas menggunakan alat bantu pernafasan yaitu nasal canul 4
liter/menit, dan mendapatkan obat berupa, ceftriaxon, ranitidine dan
digoxin.
Tabel 1.12. Fungsi dan Interaksi / Efek Samping obat

22

Obat
Infus RL (Ringe Laktat)

Digoxin (oral)

Fungsi
Mengembalikan

Interaksi / efek
samping
Edema jaringan pada

keseimbangan

penggunaan

elektrolit tubuh

yang besar, biasanya

Gagal

volume

paru-paru
jantung Penurunan segmen ST

kongnitif akut dan pada


kronik.

EKG,

urtikaria,

pruritus,
ruam

makular, ginekomastia,
ganguan
anoreksia,
muntah,
kecepatan

SSP,
mual,
ganguan
denyut

jangtung, kondisi dan


Ceftriaxme

irama jantung.
Menimbulkan

Digunakan

sebagai antibiotik Gangguan


untuk menangani pencernaan,

diare,

infeksi

bakteri mual, sekresi lambung

seperti

berlebih
Instruksi khusus :
Boleh
dikonsumsi

pneumonia,
Tuberkulosis

dengan makanan untuk


mengurangi

Ranitidine

saluran

efek

gastrik
Interaksi

dengan

gejala nyeri dan makanan

tidak

Menghilangkan
mencegah
komplikasi infeksi

merugikan
Efek samping : diare,
konstipasi

23

6. Diagnosis Gizi
Dalam kasus Tn. K diagnosis yang dapat disusun berdasarkan pengkajian
gizi berasal dari domain asupan dan domain klinis, dengan rumusan
diagnosis sebagai berikut :
1) Asupan oral tidak adekuat (NI-2.1) berkaitan dengan penurunan nafsu
makan ditandai dengan hanya mampu makan dengan porsi kecil dan
tingkat kecukupan asupan energy sebesar 67. 83 % (kurang), protein
68.5 % (kurang), lemak 24% (kurang).
2) Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC-2.2) berkaitan dengan
gangguan pada paru-paru berupa TB dan Bronkopneumonia ditandai
dengan nilai leukosit yang tinggi (infeksi).
Pada domain asupan, subkelas diagnosis NI-2.1 dipilih karena
asupan oral Tn. K tidak memenuhi kebutuhan, dibuktikan dengan
tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro kurang dari < 80% yaitu
energi hanya 67. 83 % dari total kebutuhan, tingkat kecukupan protein
68.5 dan tingkat kecukupan lemak hanya 68,4%. Kondisi infeksi pada
pasien

Tuberkulosis

dapat

memperburuk

status

gizi

melalui

peningkatan kebutuhan zat gizi karena infeksi, maupun penurunan


asupan makan karena gejala yang ditimbulkan seperti sesak napas,
batuk berdahak dan penurunan nafsu makan.
Pada domain klinis, subkelas diagnosis NC-2.2 dipilih karena Tn.
K memiliki nilai leukosit 13.4 ul dan nilai normal (4,0-10,0 /uL). Hal
tersebut mengindikasikan adanya perubahan nilai laboratorium terkait
gizi yang disebabkan karena adanya infeksi.
7. Intervensi Gizi
Intervensi merupakan tahap ketiga dalam proses asuhan gizi terstandar.
Dalam kasus ini tujuan intervensi adalah mencukupi asupan oral sesuai
24

dengan kebutuhan dan kondisi pasien, meningkatkan nilai Hb Tn. K


menjadi normal, memberikan motivasi berupa informasi, konseling dan
edukasi kepada pasien dan keluarga pasien agar mengerti tentang diit yang
direncanakan, dan mencegah penurunan berat badan.
Preskripsi gizi berisi rekomendasi-rekomendasi asupan yang diberikan
kepada pasien untuk memenuhi asupan gizi sesuai dengan kondisi klinis
dan patofisiologis penyakit. Kondisi pasien agak sulit untuk bernafas
dengan normal sehingga dibantu dengan alat bantu pernafasan (selang
oksigen). Pasien mengalami batuk dan sesak nafas, namun merasa tidak
ada kesulitan dalam menelan makanan sehingga untuk pemberian asupan
makanan diberikan secara oral dengan tekstur biasa (nasi). Pemberian diet
dengan tekstur biasa juga dikarenakan pasien tidak menyukai tekstur yang
lunak seperti bubur dan nasi tim. Makanan dengan tekstur biasa diberikan
dalam porsi yang kecil dengan frekuensi makan seperti biasa yakni 3 kali
makan utama dan 2 kali selingan.
Memenuhi asupan kalori pasien sebesar 22193.5 kkal yang didasarkan
pada rata-rata kebutuhan basal metabolik rate yakni 35-45 kkal/kg berat
badan atau 50-60% dari kebutuhan energy. Pada implementasinya, kalori
diberikan secara bertahap dimulai dari pemberian 1700 kkal. Pemberian
kalori secara bertahap ini dilakukan karena berdasarkan hasil recall 24 jam
SMRS jumlah asupan Tn. K < 1000 kkal. Asupan kalori diberikan dengan
jumlah karbohidrat sebesar 80% dari kebutuhan energy, protein 80% dari
kebutuhan energy, dan lemak 80% dari kebutuhan energi.
Kebutuhan karbohidrat ditetapkan 80% (sebesar 65.8 gram) karena Tn. K
mengalami sesak napas yang masih tergolong ringan, sehingga karbohidrat
diberikan sesuai kebutuhan untuk pasien tuberculosis yaitu 80% dari
kebutuhan energi pasien. Asupan protein dipenuhi sebesar 20% dari total
kebutuhan, dengan sumber protein hewani dan protein nabati. Kebutuhan
protein ditetapkan 80% (65.8 gram) dan kebutuhan lemak 80% (48.75
gram) karena Tn. K mengalami reaksi inflamasi maka asupan protein perlu
ditingkatkan. Untuk asupan lemak, salah satu jenis lemak yang dicukupi
secara seimbang adalah asam lemak omega 3 dan asam lemak omega 6
25

(sekitar 1-3 gram/hari) karena kemampuan nya sebagai anti inflamatori


dan imunomodulatory yang akan meningkatkan proses kesembuhan pada
manajemen TB.
Merekomendasikan asupan mikronutrient tertentu, yaitu Vitamin A, C,
B6, E, seng dan zat besi. Dalam edukasi juga disampaikan tentang
rekomendasi konsumsi bahan makanan dengan vitamin A, C dan E untuk
diet di rumah yang bisa didapatkan dari konsumsi buah-buahan, lauk
hewani dan sayuran. Contoh makanan yang mengandung banyak vitamin
tersebut adalah dari buah-buahan seperti buah jambu biji, jeruk, nanas dan
pepaya, sayur-sayuran seperti sayuran hijau, wortel, tomat, brokoli dan
bayam, Sumber makanan hewani seperti daging sapi, susu, ayam, telur,
ikan maupun nabati seperti tahu, tempe dan kacang-kacangan.
Vitamin A, C, E, zinc dan zat besi adalah beberapa zat gizi mikro yang
diperlukan oleh tubuh yang berguna untuk meningkatkan daya tahan
tubuh. Kekuragan vitamin A banyak ditemukan pada penderita
tuberculosis. Vitamin A dapat membantu mengobati penyakit dengan
meningkatkan respon sistem kekebalan tubuh terhadap bakteri. Vitamin A
akan meningkatkan aktivitas kerja dari sel darah putih dan antibodi di
dalam tubuh sehingga tubuh menjadi lebih resisten terhadap senyawa
toksin mauoun mikroorganisme parasit seperti bakteri.
Sebuah penelitian invitro menunjukkan bahwa asam retinoat dapat
menghambat multiplikasi bakteri mycobacterium daan makrofag. Selain
itu, vitamin A memiliki peran penting dalam proliferasi limfosit dan dalam
menjaga fungsi jaringan epitel. Sedangkan vitamin C dan E berfungsi
sebagai antioksidan yang akan menurunkan stress oksidatif dan
mengurangi inflamasi pada pasien TB. Selain itu vitamin C juga berperan
dalam mengurangi pembentukan mukosa yang melindungi bakteri TB.
Seng telah terbukti penting dalam metabolisme vitamin A karena
diperlukan untuk memobilisasi vitamin A dari hati. Kekurangan seng juga
mempengaruhi pertahanan host dalam berbagai cara, akibatnya jumlah
fagositosis menurun dan menyebabkan berkurangnya jumlah sel T yang
beredar dan mengurangi reaktivitas tuberkulin12.
26

Untuk rekomendasi asupan vitamin B6 diperlukan untuk mengurangi


timbulnya efek samping yaitu terjadi neuritis perifer yang biasa
ditimbulkan pada konsumsi obat anti TB. Isoniazid adalah obat antituberculosis yang paling banyak diberikan pada pasien TB. Obat tersebut
memberikan efek samping yaitu rasa kesemutan sampai rasa seperti
terbakar pada kaki,konstipasi, mual, muntah, pusing, anemia, dan
peningkatan kebutuhan piridoksin (B6), folat dan niasin karena isoniazid
menghambat penyerapan vitamin-vitamin tersebut. Kondisi inadekuat
pada vitamin tersebut dapat menyebabkan neuritis perifer (deplesi B6) dan
menimbulkan gejala kesemutan hebat, mual, muntah, pusing, perut kaku
dan mulut kering. Oleh karena itulah pada pasien TB perlu dicukupi
kebutuhan vitaminnya terutama vitamin B6 yang dapat diberikan melalui
tambahan suplementasi tablet multivitamin B kompleks, selain mendapat
vitamin-vitamin tersebut dari asupan makan sehari-hari.13
Edukasi dan konseling diberikan kepada pasien dan keluarga yang
merawat pasien. Edukasi dan konseling dilakukan pada tanggal 05 07
November 2015 selama 10-15 menit di ruang perawatan dengan
menggunakan alat peraga berupa leaflet. Edukasi dan konseling gizi
diberikan pada pasien berkaitan dengan ketidak-patuhan pasien dalam
melaksanakan diet yang direncanakan. Pasien tidak menghabiskan lauk
nabati dan memilih-milih lauk hewani, tidak mau makan sayuran yang
disiapkan sebagai sumber asupan protein, vitamin, mineral, dan serat.
Pasien memiliki kebiasaan makan hanya dengan satu jenis lauk makanan
berupa lauk hewani , sedangkan lauk nabati dan sayuran jarang dimakan.
Pasien juga memiliki kebiasaan mengkonsumsi pisang 2 sampai 3 biji per
hari.
Proses edukasi dan konseling gizi menjelaskan tentang pentingya asupan
makan dan mematuhi diet bagi kesembuhan penyakit. Edukasi dan
konseling juga menjelaskan tentang pola makan yang baik dan bagaimana
jajanan yang sehat dan kaya akan zat gizi. Berkaitan dengan masalah gizi
yang ditemukan dalam monitoring evaluasi hari pertama, proses edukasi
27

dan konseling diutamakan pada pemberian pemahaman tentang anjuran


asupan energi dan protein yang adekuat bagi pasien dan pemahaman
mengenai pola makan yang tepat. Pasien dan keluarga diberikan
penjelasan tentang bagaimana manfaat dari mengkonsumsi zat gizi
seimbang yang didapatkan dari makanan pokok, lauk hewani, lauk nabati,
sayuran, dan buah serta bagaimana kerugian yang terjadi apabila pasien
tidak mencukupi kebutuhan energi dan protein, dan kerugian bila tidak
mengkonsumsi makanan yang bervariasi dikaitkan dengan keadaan
penyakit saat ini sedang diderita pasien. Pasien dan keluarga juga
diberikan penjelasan mengenai kerugian dari kebiasaan Tn. K yang suka
jajan sembarangan dan mengkonsumsi jajanan yang rendah energi.
Pada proses edukasi dan konseling, pasien dan keluarga pasien
mendengarkan penjelasan yang disampaikan dan bertanya tentang
makanan apa yang diperbolehkan dan seharusnya dikonsumsi. Keluarga
pasien juga menanyakan tentang pola makan yang tepat untuk Tn. K.
Pada evaluasi edukasi dan konseling, pasien mengaku menyanggupi untuk
patuh dan berkomitmen menjalani diet demi mendukung kesembuhan
penyakit.
Monitoring dan evaluasi dilakukan mulai dari proses assessment hingga
konseling gizi. Hal ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana masalah
dapat teratasi. Pada riwayat makan, monev dilakukan dengan metode
recall asupan perhari (food recall 24 jam) dan melihat sisa makanan agar
dapat dilihat sejauh mana kepatuhan diet pasien.
Pada hari pertama intervensi (tanggal 05 november 2015) diberikan diet
1725 kkal dengan tekstur makanan lunak (bubur) dengan porsi kecil
namun frekuensi pemberian diet yang sering (3x makan utama dan 1 x
selingan). Monitoring hari pertama, terdapat peningkatan asupan oral
dibandingkan asupan sebelum pasien masuk rumah sakit. Asupan pasien
24 jam sebelum masuk rumah sakit diketahui tidak mencukupi kebutuhan
yakni asupan energi hanya 28.5 % dari total kebutuhan, asupan protein
25.53 % , asupan lemak 3.3 %, dan asupan karbohidrat 37.34 %.
Berdasarkan hasil recall 24 jam intervensi hari pertama menunjukkan
28

asupan energi masih tergolong kurang yaitu 67. 83 %, asupan protein


sebesar 68.5 % (kurang), asupan lemak sebesar 20.4 % (kurang) dan
asupan karbohidrat 89% (baik). Asupan energi, lemak dan protein
dinyatakan tidak memenuhi kebutuhan karena pasien hanya mengasup
protein dari sumber hewani dan masih kurang nafsu makan.
Shingga didapatkan diagnosa baru yaitu NI 5. 7.1 Asupan protein dan
energi tidak adekuat berkaitan dengan kecenderungan pilih-pilih lauk
hewani (danging dan telur) ditandai dengan asupan lemak kurang dari
kebutuhan (Tingkat kecukupan protein 25.53 % energi 28.5 % )
Energi dan protein sangat penting untuk dicukupi kebutuhannya
berkaitan dengan tujuan diet yakni mencukupi asupan pasien agar
meningkatkan system imun tubuh dan membantu meningkatkan Hb
melalui konsumsi bahan makanan tinggi energi dan tinggi protein terutama
sumber karbohidrat dan protein hewani. Oleh karena itu, evaluasi
dilakukan dengan memberikan edukasi diet kepada pasien dengan tujuan
untuk meningkatkan asupan energi dan protein agar mencukupi kebutuhan.
Pada hari kedua intervensi (tanggal 6 november 2015) masih diberikan
diet 1718. 7 kkal dengan tekstur makanan lunak (bubur) dengan porsi kecil
namun frekuensi pemberian diet yang sering (3x makan utama dan 1 x
selingan). Terdapat peningkatan asupan makan dari hari intervensi
sebelumnya, yaitu dengan peningkatan asupan energi sebesar 63.87 %,
asupan protein sebesar 70.5 %, asupan lemak sebesar 36.2 % dan asupan
karbohidrat sebsar 89.3 %. Meskipun terdapat peningkatan asupan, namun
asupan lemak masih belum memenuhi kebutuhan karena pasien masih
tidak patuh terhadap diet dengan hanya mengkonsumsi lauk nabati saja
saja. Sehingga didapatkan diagnosa baru NI 5. 7.1 Asupan lemak tidak
adekuat berkaitan dengan kecenderungan pilih-pilih lauk hewani (danging
dan telur) ditandai dengan asupan lemak kurang dari kebutuhan (Tingkat
kecukupan lemak 36.2 %)
Oleh karena itu, dilakukan evaluasi hari kedua dengan memberikan
konseling gizi yang mendalam kepada pasien dan keluarga agar pasien
29

mampu patuh dan berkomitmen dalam diet yang telah direncanakan dan
keluarga dapat mendukung pasien dalam menjalankan diet. Pada
monitoring domain data biokimia, terjadi penuruna kadar leukosit 8.0/ul
leukosit.
Pada monitoring domain penampakan klinis dan fisik dilakukan
pemantauan terhadap tanda vital pada rekam medis terbaru yaitu
respiratory rate, suhu tubuh, nadi dan tekanan darah. Sedangkan tanda
fisik dapat dilihat secara langsung atau menanyakan kepada pasien, seperti
keadaan sesak nafasnya apakah sudah berkurang, dan apakah ada
peningkatan nafsu makan.
Pada hari ketiga intervensi (tanggal 7 November 2015) masih diberikan
diet 1725 kkal dengan tekstur makanan lunak (bubur) dengan porsi kecil
namun frekuensi pemberian diet yang sering (3x makan utama dan 1 x
selingan). Terdapat peningkatan asupan makan dari hari intervensi
sebelumnya, yaitu dengan peningkatan asupan energi sebesar 90.45 %,
asupan protein sebesar 90.5 %, asupan lemak sebesar 92.2 % dan asupan
karbohidrat sebsar 88.4 %. Terdapat peningkatan asupan dilihat dari
asupan energi, lemak, protein dan KH termasuk kategori baik. Dilakukan
evaluasi hari ketiga dengan memberikan konseling gizi yang mendalam
kepada pasien dan keluarga agar pasien mampu patuh dan berkomitmen
dalam diet yang telah direncanakan dan keluarga dapat mendukung pasien
dalam menjalankan diet.
Berkurangnya tanda dan gejala pada penderita pasien menandakan bahwa
kondisi pasien yang semakin membaik dan intervensi pemberian makan
dapat disesuaikan atau ditingkatkan sesuai dengan keadaan pasien yang
terkini. Misalnya adalah, bila sudah tidak terdapat kesulitan dalam
mengasup makanan dan nafsu makan sudah mulai normal, kuantitas dan
kualitas diet dapat diubah menyesuaikan kondisi pasien seperti
meningkatkan jumlah asupan atau porsi makan pasien. Sehingga
diharapkan asupan makan pasien dapat meningkat dan kebutuhan energi
dapat terpenuhi secara bertahap.

30

BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan
1. Tn. K menjalani rawat inap di Rumah sakit dr H.soewondo kendal
diruang cempaka II, dengan diagnosa penomunia, TB paru
2. Status gizi Tn MD menurut IMT kurang
3. Asupan makan diberikan kepada Tn K. sesuai dengan perhitungan
kebutuhan Tn. K Bentuk makanan yang diberikan adalah lunak
(bubur) dengan 3x makan utama dan 1x snack.
4. Diberikan intervensi selama 3 hari dengan 9 x makan, selama
intervensi asupan makan Tn K mengalami peningkatan.
5. Tn K mendapatkan edukasi gizi dan konseling gizi.
B. Saran
1. Sebaiknya Tn. K rutin kontrol kerumah sakit .
2. Sebaiknya Tn. K menjaga kepatuhan diet yang telah dijelaskan dan
menerapkan selama dirumah.

31

DAFTAR PUSTAKA
Https://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pelayanan Gizi Pada Pasien Tuberkulosis.
Jakarta.
Smeltzer, C.S & Bare, G.B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth, Edisi 8, Volume 1 ; Alih bahasa : Waluyo
Agung,dkk, Editor Monica Ester. Jakarta : EGC
Pratomo, dkk. 2013 Anatomi dan Fisiologi Pleura Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/ RSUP Persahabatan, Jakarta, Indonesia
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
WHO. 2013. Guideline: Nutritional Care And Support For Patients With
Tuberkulosis. Geneva: World Health Organization.

32

LAMPIRAN

33

Anda mungkin juga menyukai