Hasil pemeriksaan
Hb
Trombosit
HT
Leukosit
Nilai rujukan
13.4 gr/dl
225 /Ul
45.6 %
13.4
BAB II
PENGKAJIAN GIZI
1. Pengekajian Riwayat Gizi
Kebiasaan makan pasien sebelum masuk rumah sakit pasien makan 3x
sehari, makan utama sebanyak 3x. Pasien tidak memiliki alergi makanan.
Pasien suka makan makan pisang pada saat pagi dan siang hari serta
pasien suka minum susu dan teh pada saat pagi dan malam. Makanan
sehari hari pasien dimasakan oleh istrinya. pasien tidak merokok.
Tabel 1.2 recall 24 jam terakhir Tn.K
Zat gizi
Asupan
Kebutuhan
Energi
625
2193.5
Protein
21
82.28
Lemak
2
137.1
Karbohidrat 131.5
329.025
Kesimpulan : Hasil Recall 24 jam
28.5 %, protein 25.5 %,
%
Nilai
Kategori
Asupan
mormal
28.5 %
80 100
Kurang
25.5 %
80 100
Kurang
1.5 %
80 100
Kurang
40 %
80 100
Kurang
terakhir asupan makan Tn. K, energi
Asupan
Kebutuhan
%
Nilai
Asupan
mormal
Energi kkal
2023
2325
87
80 100
Protein gr
67.2
65
103.4
80 100
Lemak
76.1
65
117.1
80 100
Karbohidrat 331.5
349
95
80 100
Kesimpulan asupan FFQ Tn. Termasuk kategori baik
Kategori
Baik
Lebih
Lebih
Baik
Nilai
rujukan
13.4 gr/dl
225 /Ul
45.6 %
13.4
3
Normal
Keterangan
12 14 gr/dl
150-500 / uL
39,0 -54,0 %
4,0-10,0 /uL
Normal
Normal
Normal
Tinggi
: 60 Tahun
Jenis kelamin : L
BB
: 35 kg
TB
: 160. 51 cm
BBI
: 60. 93 kg
IMT
: 13. 51 kg/ cm
Pasien sejak lama sering mengalami sesak napas. Setiap tahun pasien
masuk rumah sakit dengan diagnnosa yang yang sama. Pasien memeliki
riwayat keluarga sesak napas dari orang tuanya.
7. Riwayat penyakit sekarang
Pasien saat ini dirawat di rumah sakit dr H. soewondo Kendal dengan
diagnosa medis TB paru.
8. Riwayat obat dikonsumsi dari rumah sakit
a) Ranitidin 3x1 (oral)
Idikasi
Kontra indikasi
Efek samping
Tukak
Penderita
lambung dan gangguan fungsi
usus 12 jari.
ginjal.
Kontra indikasi
Hipersensitif
terhadap
cephalosporin dan
penicilin (sebagai
reaksi
alergi
silang)
5
Efek samping
Pada pasien dengan
ganguan fungsi ginjal
dan hati yang berat,
kadar plasma obat perlu
dipantau.
Sebaiknya
tidak digunkaan pada
wanita hamil, (khusnya
saluran
napas,
infeksi
THT,
infeksi
saluran
kemih, seta infeksi
pada pasien dengan
gannguan
pertahanan tubuh
trismester I)
-
c) Digoxin (oral)
Idikasi
Kontra indikasi
Gagal
jantung Usia lanjut, kor
kongnitif akut dan pulmonalis
kronik.
kronik,
insuifisiensi
koroner, ganguan
elektrolit,
insufisiensi ginjal
dan hati
Efek samping
Penurunan segmen ST pada
EKG, pruritus, urtikaria,
ruam
makular,
ginekomastia, ganguan SSP,
anoreksia, mual, muntah,
ganguan kecepatan denyut
jangtung, kondisi dan irama
jantung.
BAB III
DIAGNOSA GIZI
1. Domain Asupan
Promblem
Etiologi
Symtom
68,4 %
Asupan karbohidrat
hanya 63,5%
Pasien hanya mampu
makan dalam porsi
kecil (karena sesak
nafas dan batuk)
NI2.1: Asupan oral tidak adekuat berkaitan dengan pasien
mengalami sesak, ditandai dengan asupan energi : 55,7 % protein 26
%, lemak 68,4 % dan KH 63,5 % kurang
2. Domain klinis
Promblem
Etiologi
Symtom
dengan
meningkat
BAB IV
INTERVENSI GIZI
1.
a.
1)
2)
3)
b.
1)
2)
3)
pasien dan keluarga pasien agar mengerti tentang diit yang direncanakan
Membantu meningkatkan berat badan pasien, mencapai status gizi optimal.
Preskripsi
Jenis diit : TKTP
Bentuk makanan : Makanan lunak (bubur)
Porsi dan Jadwal pemberian makan:
7
4) Diit diberikan dalam porsi kecil namun dengan frekuensi sering : 3 kali
makanan utama dan 1 kali selingan.
a) Perhitungan kebutuhan gizi
Perhitungan panjang badan mengunakan rumus tinggi lutut
PB
= 59.01 + ( 2.08 x TL (cm)
= 59.01 + (2.08 x 49)
= 59.01 + 101.92
= 160.93 cm
Perhitungan IMT pasien
IMT
= BB/ TB (m)
=
35
1.6093
= 35
2.59
= 13. 15 kg/ cm
Perhitungan BBI pasien
BBI = TB 100
= 160.93 100
= 60. 93 kg
Perhitungan kebutuhan pasien mengunakan rumus Broca
Energi (O)
= 30 x BBI
= 30 x 60.93 kg
BBE = 1.827.9 kal
TEE = BEE x Af
= 1827.9 kal x 1.2
= 2193. 5 kkal
b) Protein dihitung 15 % dari total kebutuhan
Protein = 15% x 2193. 5 kal = 329. 025 : 4 kkal/gr
= 82.26 gr
c) Lemak dihitung 25% dari total kebutuhan
Lemak = 25% x 2193. 5 kkal = 548.375 : 9 kkal
= 60. 93 gr
d) Karbohidrat dihitung 60% dari total energi
KH
= 100% - (%P + %L) = 100% - (15% + 25%)
= 100 % - 40 %
= 60 % : 2193. 5 kal
= 1316.1 kkal 4
= 329.029 gr
c. Rekomendasi Modifikasi diit
1) Modifikasi energi sebesar 2193.5 kkal yang diawali dengan pemberian
kalori sebesar 1700 kkal / hari
2) Modifikasi karbohidrat sebesar 263.22 gram / hari diberikan 80 % dari
total kebutuhan.
a) Hari Pertama : diberikan diit secara oral, bentuk makanan nasi dengan
energi sebesar1725 kkal, protein sebesar 63.5 gram, karbohidrat sebesar
236 gram dan lemak sebesar 49 gram
b) Hari kedua : diberikan diit secara oral, bentuk makanan nasi dengan energi
sebesar 1718.7 kkal, protein sebesar 67.75 gram, karbohidrat sebesar 217.
c)
10
BAB V
MONITORING DAN EVALUASI GIZI
1700 kkal
Energi
Protein
Lemak Karbohidrat
(kkal)
(gr)
(gr)
(gr)
Asupan
1170
42.5
10
235
Kebutuhan zat gizi
1725
63.5
49
236
% asupan
67.83%
68.5
20.4
99.6
Tingkat asupan
Kurang
Kurang
Kurang
Baik
Kesimpulan : Hari pertama pemberian intervensi 1725 kkal, asupan
belum mencukupi kebutuhan namun sudah mengalami peningkatan.
Diagnosis:
NI 5.3 Asupan energi, protein dan lemak tidak adekuat berkaitan
dengan nafsu makan yang menurun dan kecenderungan tidak
menyukai lauk hewani (daging dan telur ) ditandai dengan asupan
energi dan protein kurang dari kebutuhan (Tingkat kecukupan energi
67. 83 %, tingkat kecukupan protein 68.5 % dan lemak hanya 20.4%)
Evaluasi:
Memberikan edukasi gizi kepada pasien dan keluarga pasien
dengan tujuan untuk meningkatkan asupan energi, protein dan lemak
pasien.
Tabel 1.7 Monitoring Asupan Makan Pasien pada Intervensi Hari Kedua
Tanggal 06/11/2015
1700 kkal
Energi
Protein
(kkal)
(gr)
1097,75
41.75
1718.7
67.75
63.87 %
70.5
Kurang
Kurang
Lemak
(gr)
21
58
36.2
Kurang
Karbohidrat
(gr)
194
217.25
89.3
Cukup
Asupan
Kebutuhan zat gizi
% asupan
Tingkat asupan
Kesimpulan :
Hari kedua pemberian intervensi 1718.7 kkal, tingkat kecukupan
asupan energi masih kurang yaitu 63.87, sedangkan untuk protein
sudah meningkat dan untuk kebutuhan lemak masih kurang yaitu 36.2
% Diagnosis:
12
NI
5.7.1
Asupan
lemak
tidak
adekuat
berkaitan
dengan
untuk
mendapatkan
komitmen
kesepakatan
dalam
Karbohidrat
(gr)
211.1
239
88.4
Baik
Asupan
Kebutuhan zat gizi
% asupan
Tingkat asupan
Kesimpulan :
Hari ketiga pemberian intervensi 1725 kkal, tingkat kecukupan
asupan energi. Protein, dan lemak sudah mencukupi kebutuhan.
Memberikan konseling gizi kepada pasien secara mendalam dengan
tujuan
untuk
mendapatkan
komitmen/kesepakatan
dalam
Tanggal
Intervensi
Intervensi
1.
Dampak
Evaluasi
Intervensi
Dampak
Tanggal
a. Terapi diet =
05 06
TKTP
b. (bubur
November
1725
kkal)
c. Bentuk=
terjadi
dan
asupan makan
karbohidrat
pada
Tn.
ratarata dikarenakan
lunak
d. Rute= oral
hanya
di Tn. K masih
e. Frekuensi =
konsumsi
mengalami
3x utama, 1x
setengah dari
13
selingan
f. Edukasi
kebutuhannya
dan
motivasi
sesak
energi = 67. 83
%, protein =
untuk
68. 5 % lemak
menghabiskan
makanan
20.4
karbohidrat
99.6 %
2.
Tanggal
a. Terapi diet =
06 07
peningkatan
November
kkal
pada
(bubur
diabetes
melitus kkal)
b. Bentuk=
protein = 70.5
%,
lemak=
36.2
%,
karbohidrat
lunak
c. Rute= oral
89.3 %
d. Frekuensi =
3x utama, 1x
.
selingan
e. Edukasi dan
asupan
protein,
diakrenakan
Tn.K
sudah
mau
mengkonsumsi
lauk
sedikit
hewani
demi
sedikit
motivasi
untuk
menghabiskan
3.
Tanggal
makanan
a. Terapi diet =
07 08
TKTP
1725
November
kkal
b. Bentuk=
Asupan, yaitu
energi = 90.45
%, protein =
Terjadi
peningkatan
yang
asupan
makan
90.5 %, lemak
lunak
termasuk
c. Rute= oral
= 92.2 %,
d. Frekuensi =
kategori baik
karbohidrat
=
3x utama, 1x
semua.
88.4 %
selingan.
Edukasi dan
motivasi
14
untuk
menghabiskan
makanan
b. Hasil Pengamatan Data Biokimia
Data biokimia yang perlu dievaluasi adalah kadar hemoglobin.
Berdasarkan observasi yang dilakukan selama 3 hari intervensi, data
biokimia pasien berupa leukosit terjadi penurunan dari 11.3 gr/dl.
Hasil pengamatan data klinis dan terkait gizi dapat dilihat pada tabel
dengan memonitor dan mengevaluasi indikator sebagai berikut
Tabel 1.9 Perkembangan Data Klinis dan Fisik
Indikator
Tekanan
darah
Nadi
Suhu
Nilai
rujukan
120/80
Mm/hg
80-100
36-37
x/menit
C
Satuan
05/11/2015
140/100
Tanggal
06/11/2015
120/70
07/11/2015
120/90
83
36.2
83
36.4
88
36
Intervensi
Edukasi
Waktu
Metode
05 07 Komunikasi
november , Informasi
2015
dan Edukasi
(diskusi,
tanya
jawab)
Edukasi
Kebiasaan
Makan
15
Target
pencapaian
Pasien
melaksanakan
diit
yang
diberikan dan
menghabiskan
80% makanan
yang
diberikan.
Pasien
mengurai
mengkonsumsi
pisang .
Evaluasi
Pasien
dapat
mematuhi Diit
yang diberikan
karena asupan
sudah mencapai
80-81 %.
Pasien
mulai
mau
mengkonsumsi
lauk
nabati
seperti tahu dan
tempe
namun
lauk
hewani
Konseling
gizi
Motivasi
keluarga
yang
dikonsumsi
hanya ayam.
Pasien
mulai
mengurangi
Komunikasi Keluarga
konsumsi pisang
, Informasi pasien
.Keluarga pasien
dan Edukasi memiliki
memberikan
(diskusi,
pengetahuan
dukungan
tanya
tentang
Diit kepada pasien
jawab)
yang diberikan agar
dan
menghabiskan
mendukung
makanan yang
pasien
agar disiapkan.
mau makan.
Pasien
masih
memilih jenisjenis
lauk
Komunikas,
hewani
yang
Informasi
dikonsumsi
dan Edukasi
namun jumlah
(diskusi)
asupan
(kuantitas)
asupan protein
sudah
mengalami
peningkatan
sebesar 15 %
dari
hasil
sebelumnya.
atau Tb (singkatan
dari
yaitu batuk
darah sputum atau dahak, demam, berkeringat di malam hari, dan berat badan
turun. (dahulu TB disebut penyakit "konsumsi" karena orang-orang yang
terinfeksi biasanya mengalami kemerosotan berat badan.) Infeksi pada organ
lain
menimbulkan
bergantung
pada
gejala
yang
bermacam-macam. Diagnosis TB
melalui sinar-X
dada)
aktif
serta
itu,
diagnosis
TB
laten
bergantung
pada tes
tuberkulin
kulit/tuberculin skin test (TST) dan tes darah. Pengobatan sulit dilakukan dan
memerlukan pemberian banyak macam antibiotik dalam jangka waktu lama.
17
Orang-orang yang melakukan kontak juga harus menjalani tes penapisan dan
diobati bila perlu. Resistensi antibiotik merupakan masalah yang bertambah
besar pada infeksi tuberkulosis resisten multi-obat (TB MDR). Untuk
mencegah TB, semua orang harus menjalani tes penapisan penyakit tersebut
dan mendapatkan vaksinasi basil CalmetteGurin.
Para ahli percaya bahwa sepertiga populasi dunia telah terinfeksi oleh M.
tuberculosis, dan infeksi baru terjadi dengan kecepatan satu orang per satu
detik. Pada tahun 2007, diperkirakan ada 13,7 juta kasus kronis yang aktif di
tingkat global. Pada tahun 2010, diperkirakan terjadi pertambahan kasus baru
sebanyak 8.8 juta kasus, dan 1,5 juta kematian yang mayoritas terjadi di negara
berkembang. Angka mutlak kasus Tuberkulosis mulai menurun semenjak tahun
2006, sementara kasus baru mulai menurun sejak tahun 2002. Tuberkulosis
tidak tersebar secara merata di seluruh dunia. Dari populasi di berbagai negara
di Asia dan Afrika yang melakukan tes tuberkulin, 80%-nya menunjukkan hasil
positif, sementara di Amerika Serikat, hanya 510% saja yang menunjukkan
hasil positif. Masyarakat di dunia berkembang semakin banyak yang menderita
Tuberkulosis karena kekebalan tubuh mereka yang lemah. Biasanya, mereka
mengidap Tuberkulosis akibat terinfeksi virus HIV dan berkembang menjadi
AIDS. Pada tahun 1990-an Indonesia berada pada peringkat-3 dunia penderita
TB, tetapi keadaan telah membaik dan pada tahun 2013 menjadi peringkat-5
dunia.
Bila dikaitkan dengan status gizi bahwa gizi merupakan faktor pendukung
bagi penanggulangan penyakit infeksi seperti Tuberkulosis, maka gizi yang
seimbang dapat membantu mempercepat proses penyembuhan penyakit
Tuberkulosis.
Risiko komplikasi, termasuk kematian pada pasien Tuberkulosis
dipengaruhi
oleh
status
gizi
secara
individual.
Status
gizi
dan
energi dan protein. Karena itulah tubuh menggunakan cadangan energi yang
menyebabkan penurunan berat badan, lemah dan status gizi menurun. Oleh
karena itu kebutuhan bahan makanan yang mengandung antioksidan seperti
vitamin C, vitamin E dan karoten meningkat. Antioksidan sangat dibutuhkan
untuk melindungi paru dari proses inflamasi akibat asap rokok dan polutan
lainnya yang juga menjadi factor risiko terjadinya penyakit Tuberkulosis itu
sendiri2. Obat anti tuberkulosis (rimfampisin dan INH) dan beberapa obat lini
kedua dapat mengganggu absorpsi zat gizi apabila diminum bersamaan dengan
makanan. Kondisi tersebut menunjukkan pentingnya perencanaan kebutuhan
gizi dan pemantauan terhadap asupan makanan serta status gizi pasien,
disamping pemantauan terhadap pengobatan Tuberkulosis.
Tn. K berusia 60 tahun, berat badan 35 kg dan tinggi badan 160.93 cm,
datang ke RSUD dr. H. Soewondo Kendal dengan diagnose medis Penomunia
TB Paru. Tn. K mengeluh batuk dan sesak nafas sejak 1 minggu yang yang
lalu. Tn. K tidak mengalami penurunan berat badan. Namun Tn. K pilih pilih
soal makanan terutama pada lauk hewani, Tn. K, tidak menyukai daging
dagingan dan telur. Hasil lab biokimia Tn. K menunjukan leukosit yang tinggi
yang artinya terdapat infeksi pada Tn.K.
B. Skrining Gizi
Langkah awal yang dilakukan dalam menangani kasus Tn. K adalah
melakukan skrining dengan menggunakan formulir skrining gizi untuk
menentukan derajat risiko malnutrisi dan menentukan penanganan selanjutnya.
Skrining gizi bertujuan untuk mengidentifikasi apakah seseorang malnutrisi
atau berisiko malnutrisi, menentukan apakah pasein membutuhkan pengkajian
gizi lebih mendalam, dan sebagai tindakan preventif untuk menghindari
komplikasi kondisi pasien lebih buruk.
Dalam kasus ini, skrining gizi dilakukan menggunakan formulir skrining
Mini Nutrition Assessment. Mini Nutrition Assessment merupakan alat
skrining yang dikembangkan dan divalidasi di rumah sakit. Yang terdiri dari
enam aitem yang pertama, tentang asupan makan, yang kedua tentang
penurunan berat badan, yang ketiga tentang mobilitas, yang ke empat tentang
19
menderita steres psikologis atau penyakit akut 3 bulan terakhir, yang kelima
masalah neuropsikologi dan yang keenam bodi massa index BMI pada pasien.
Hasil skrining yang dilakukan pada Tn. K saat pengambilan kasus tanggal
05 Oktober 2015 menunjukkan hasil skrining denga skor 6, bahwa pasien
berisiko berat mengalami kekurangan gizi, sehingga Tn. K memerlukan
pengkajian gizi lebih lanjut.
C. Pengkajian Gizi (Asesmen Gizi)
Pengkajian gizi atau asesmen gizi merupakan kegiatan mengumpulkan,
mengintegrasikan, dan menganalisis data untuk identifikasi masalah gizi yang
terkait dengan aspek asupan zat gizi dan makanan, aspek klinis, dan aspek
perilaku lingkugan serta penyebabnya. Data pengkajian gizi yang digunakan
dalam kasus ini meliputi :
1. Riwayat Makan
Pada asesmen riwayat asupan dapat disimpulkan bahwa riwayat makan
pasien menggambarkan ketidakcukupan asupan dibandingkan dengan
kebutuhan gizi pasien. Asupan energi pasien sebelum masuk rumah sakit
hanya 625 kkal atau hanya
Sedangkan untuk zat gizi makro juga tidak memenuhi kebutuhan pasien,
yaitu tingkat kecukupan protein hanya 21 gram atau sekitar 25.58 %;
tingkat kecukupan karbohidrat hanya 131.5 gram atau 37. 34 %; dan
tingkat kecukupan lemak hanya 2 gram atau 3. 3 %. Hal ini disebabkan
karena Tn. K mengalami sesak nafas dan batuk sehingga menurunkan
nafsu makan pasien. Kondisi ini dibuktikan dengan kemampuan makan
pasien hanya dalam porsi yang sangat kecil.
Pada penderita TB Paru asupan energi dan protein yang adekuat
diperlukan untuk mempercepat proses penyembuhan dan memperbaiki
jaringan yang rusak akibat inflamasi serta mencegah resiko terjadinya
undernutrisi yang dapat memperparah kondisi infeksinya.
2. Pengukuran Antropometri
Pemeriksaan antropometri diperlukan untuk memantau status gizi pasien
sebab pada penderita TB Paru rentan terjadi undernutrisi akibat kondisi
inflamasi yang dialami. Data antropometri yang di dapat pada Tn. K
adalah tinggi badan 160. 93 cm, berat badan 35 kg, serta dapat
20
21
22
Obat
Infus RL (Ringe Laktat)
Digoxin (oral)
Fungsi
Mengembalikan
Interaksi / efek
samping
Edema jaringan pada
keseimbangan
penggunaan
elektrolit tubuh
Gagal
volume
paru-paru
jantung Penurunan segmen ST
EKG,
urtikaria,
pruritus,
ruam
makular, ginekomastia,
ganguan
anoreksia,
muntah,
kecepatan
SSP,
mual,
ganguan
denyut
irama jantung.
Menimbulkan
Digunakan
diare,
infeksi
seperti
berlebih
Instruksi khusus :
Boleh
dikonsumsi
pneumonia,
Tuberkulosis
Ranitidine
saluran
efek
gastrik
Interaksi
dengan
tidak
Menghilangkan
mencegah
komplikasi infeksi
merugikan
Efek samping : diare,
konstipasi
23
6. Diagnosis Gizi
Dalam kasus Tn. K diagnosis yang dapat disusun berdasarkan pengkajian
gizi berasal dari domain asupan dan domain klinis, dengan rumusan
diagnosis sebagai berikut :
1) Asupan oral tidak adekuat (NI-2.1) berkaitan dengan penurunan nafsu
makan ditandai dengan hanya mampu makan dengan porsi kecil dan
tingkat kecukupan asupan energy sebesar 67. 83 % (kurang), protein
68.5 % (kurang), lemak 24% (kurang).
2) Perubahan nilai laboratorium terkait gizi (NC-2.2) berkaitan dengan
gangguan pada paru-paru berupa TB dan Bronkopneumonia ditandai
dengan nilai leukosit yang tinggi (infeksi).
Pada domain asupan, subkelas diagnosis NI-2.1 dipilih karena
asupan oral Tn. K tidak memenuhi kebutuhan, dibuktikan dengan
tingkat kecukupan energi dan zat gizi makro kurang dari < 80% yaitu
energi hanya 67. 83 % dari total kebutuhan, tingkat kecukupan protein
68.5 dan tingkat kecukupan lemak hanya 68,4%. Kondisi infeksi pada
pasien
Tuberkulosis
dapat
memperburuk
status
gizi
melalui
mampu patuh dan berkomitmen dalam diet yang telah direncanakan dan
keluarga dapat mendukung pasien dalam menjalankan diet. Pada
monitoring domain data biokimia, terjadi penuruna kadar leukosit 8.0/ul
leukosit.
Pada monitoring domain penampakan klinis dan fisik dilakukan
pemantauan terhadap tanda vital pada rekam medis terbaru yaitu
respiratory rate, suhu tubuh, nadi dan tekanan darah. Sedangkan tanda
fisik dapat dilihat secara langsung atau menanyakan kepada pasien, seperti
keadaan sesak nafasnya apakah sudah berkurang, dan apakah ada
peningkatan nafsu makan.
Pada hari ketiga intervensi (tanggal 7 November 2015) masih diberikan
diet 1725 kkal dengan tekstur makanan lunak (bubur) dengan porsi kecil
namun frekuensi pemberian diet yang sering (3x makan utama dan 1 x
selingan). Terdapat peningkatan asupan makan dari hari intervensi
sebelumnya, yaitu dengan peningkatan asupan energi sebesar 90.45 %,
asupan protein sebesar 90.5 %, asupan lemak sebesar 92.2 % dan asupan
karbohidrat sebsar 88.4 %. Terdapat peningkatan asupan dilihat dari
asupan energi, lemak, protein dan KH termasuk kategori baik. Dilakukan
evaluasi hari ketiga dengan memberikan konseling gizi yang mendalam
kepada pasien dan keluarga agar pasien mampu patuh dan berkomitmen
dalam diet yang telah direncanakan dan keluarga dapat mendukung pasien
dalam menjalankan diet.
Berkurangnya tanda dan gejala pada penderita pasien menandakan bahwa
kondisi pasien yang semakin membaik dan intervensi pemberian makan
dapat disesuaikan atau ditingkatkan sesuai dengan keadaan pasien yang
terkini. Misalnya adalah, bila sudah tidak terdapat kesulitan dalam
mengasup makanan dan nafsu makan sudah mulai normal, kuantitas dan
kualitas diet dapat diubah menyesuaikan kondisi pasien seperti
meningkatkan jumlah asupan atau porsi makan pasien. Sehingga
diharapkan asupan makan pasien dapat meningkat dan kebutuhan energi
dapat terpenuhi secara bertahap.
30
BAB VII
SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan
1. Tn. K menjalani rawat inap di Rumah sakit dr H.soewondo kendal
diruang cempaka II, dengan diagnosa penomunia, TB paru
2. Status gizi Tn MD menurut IMT kurang
3. Asupan makan diberikan kepada Tn K. sesuai dengan perhitungan
kebutuhan Tn. K Bentuk makanan yang diberikan adalah lunak
(bubur) dengan 3x makan utama dan 1x snack.
4. Diberikan intervensi selama 3 hari dengan 9 x makan, selama
intervensi asupan makan Tn K mengalami peningkatan.
5. Tn K mendapatkan edukasi gizi dan konseling gizi.
B. Saran
1. Sebaiknya Tn. K rutin kontrol kerumah sakit .
2. Sebaiknya Tn. K menjaga kepatuhan diet yang telah dijelaskan dan
menerapkan selama dirumah.
31
DAFTAR PUSTAKA
Https://id.wikipedia.org/wiki/Tuberkulosis
Kemenkes RI. 2014. Pedoman Pelayanan Gizi Pada Pasien Tuberkulosis.
Jakarta.
Smeltzer, C.S & Bare, G.B. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Brunner dan Suddarth, Edisi 8, Volume 1 ; Alih bahasa : Waluyo
Agung,dkk, Editor Monica Ester. Jakarta : EGC
Pratomo, dkk. 2013 Anatomi dan Fisiologi Pleura Departemen
Pulmonologi dan Ilmu Kedokteran Respirasi, Fakultas Kedokteran
Universitas Indonesia/ RSUP Persahabatan, Jakarta, Indonesia
Wahyuningsih, Retno. 2013. Penatalaksanaan Diet pada Pasien. Graha
Ilmu. Yogyakarta.
WHO. 2013. Guideline: Nutritional Care And Support For Patients With
Tuberkulosis. Geneva: World Health Organization.
32
LAMPIRAN
33