Pengertian Anemia
Anemia adalah suatu kondisi medis dimana jumlah sel darah merah atau hemoglobin
kurang dari normal (Pearce, 2010). Anemia didefinisikan sebagai konsentrasi hemoglobin
yang kurang dari 12 g/dl pada wanita yang tidak hamil (Cunningham, 2012). Anemia
dalam kehamilan ialah kondisi dimana kadar Hemoglobin dibawah 11 g% pada trimester
1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin, 2009). Ibu hamil dikatakan
anemia ringan jika kadar Hb 9-10,9g%, anemia sedang jika kadar Hb 7-8,9g% dan anemia
berat jika kadar Hb kurang dari 7g% . Sedangkan menurut usia kehamilan ibu hamil
dikatakan anemia bila kadar Hb kurang dari 11g% pada trimester I dan III atau Hb kurang
dari 10,5g% pada trimester II (Fadlun & Feryanto, 2011). Anemia yang sering terjadi pada
ibu hamil yaitu anemia defisiensi zat besi dengan prevalensi 51% di seluruh dunia.
Anemia merupakan salah satu masalah kesehatan di dunia yang berakibat buruk bagi
penderita terutama golongan rawan gizi yaitu anak balita, anak sekolah, remaja, ibu hamil
dan menyusui serta pekerja terutama yang berpenghasilan rendah (Suharno, 1993).
Berdasarkan hasil penelitian WHO tahun 2008, diketahui bahwa prevalensi anemia
defisiensi besi di Asia >75%, di Indonesia kasus anemia gizi mencapai 63,5%.
B. Gejala Anemia pada ibu hamil
Zat besi terutama sangat diperlukan di trimester tiga kehamilan. Wanita hamil
cenderung terkena anemia pada trimester ketiga, karena pada masa ini janin menimbun
cadangan zat besi untuk dirinya sendiri sebagai persediaan bulan pertama sesudah lahir
Tingginya angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga
menyebabkan rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen. Pada wanita hamil anemia meningkatkan frekuensi komplikasi pada
kehamilan dan persalinan. Resiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan bayi
lahir rendah dan angka kematian perinatal meningkat. Pengaruh anemia pada kehamilan
bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan kelangsungan
kehamilan (Abortus, partus prematurus), gangguan proses persalinan (atonia uteri, partus
lama), gangguan pada masa nifas (daya tahan terhadap infeksi dan stress, produksi ASI
rendah) dan gangguan pada janin (abortus, mikrosomia, BBLR, kematian perinatal)
premature, perdarahan ante partum, gangguan pertumbuhan janin dalam rahim, asfiksia
intrapartum sampai kematian, gestosis dan mudah terkena infeksi, dan dekompensasi kordis
Pada saat persalinan anemia dapat menyebabkan gangguan his primer, sekunder,
janin lahir dengan anemia, persalinan dengan tindakan-tindakan tinggi karena ibu cepat lelah
dan gangguan perjalanan persalinan perlu tindakan operatif (Mansjoer dkk, 2008).
Kondisi anemia pada ibu hamil berdampak pada berat badan lahir rendah
dikarenakan kondisi anemia pada ibu hamil dapat mengganggu nutrisi pada janin,
dimana dengan adanya penurunan sel darah merah atau hemoglobin, sehingga
plasenta.
b) Kelahiran premature
Kondisi anemia pada ibu hamil mencetuskan sel darah merah atau
dan mengakibatkan kontraksi pada Rahim, dan dengan ditambah kondisi janin
yang tidak sesuai dengan perkembangan bayi yang berdasarkan usia kehamilan
ibu, dan juga biasanya kehamilan premature dapat menyebabkan kematian pada
saat di lahirkan.
c) Kematian janin
anemia pada ibu hamil yang akan mengakibatkan resiko peningkatan kejadian
Hipoksia janin pada saat proses persalinan, di mana akan meningkatkan kematian
pada janin.
1. Pendidikan
konsumsi tablet besi. Ibu hamil sangat penting mengkonsusmsi tablet Fe selama
kehamilan, karena kebutuhan zat besi ibu hamil meningkat selama kehamilan. Tablet Fe
adalah garam besi dalam bentuk tablet/ kapsul yang apabila dikonsumsi secara teratur
dapat meningkatkan jumlah sel darah merah. Wanita hamil mengalami pengenceran sel
darah merah sehingga memerlukan tambahan zat besi untuk meningkatkan jumlah sel
darah merah janin (Rasmaliah, 2004). Dalam hal ini kurangnya pendidikan juga menjadi
factor pendukung terjadinya anemia, yang mana sebagian besar ibu hamil (56,9%) adalah
berpendidikan rendah. Pendidikan rendah ibu hamil tentang tata cara konsumsi tablet
besi, kurangnya pengetahuan ibu tentang efek samping konsumsi tablet besi dan
kurangnya pengetahuan tentang bahaya anemia sehingga menyebabkan ibu enggan untuk
mengkonsumsi tablet besi. Pada kondisi inilah dukungan keluarga terutama suami
menjadi penting untuk mempertahankan kondisi kesehatan ibu hamil. Tingkat pendidikan
ibu hamil dapat menyebabkan keterbatasan dalam upaya menangani masalah gizi dan
kesehatannya. Pengetahuan gizi dan kesehatan akan berpengaruh terhadap pola konsumsi
pangan. Semakin tinggi pendidikan tentang gizi dan kesehatan, maka semakin beragam
pula jenis makanan yang dikonsumsi sehingga dapat memenuhi kecukupan gizi dan
2. Umur
Selain itu Menurut Amiruddin (2007), bahwa ibu hamil yang berumur kurang dari 20
tahun dan lebih dari 35 tahun yaitu 74,1% menderita anemia dan ibu hamil yang berumur 20
35 tahun yaitu 50,5% menderita anemia. Pada dasarnya usia ibu hamil dapat mempengaruhi
anemia jika usia ibu hamil relatif muda (<20 tahun), karena pada umur tersebut masih terjadi
pertumbuhan yang membutuhkan zat gizi lebih banyak, bila zat gizi yang dibutuhkan tidak
terpenuhi, akan terjadi kompetisi zat gizi antara ibu dan bayinya.Wanita yang berumur
kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil,
karena akan membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya, beresiko
mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami anemia. Dalam kurun
reproduksi sehat di kenal bahwa usia aman untuk kehamilan dan persalinan adalah 20 30
tahun. kematian maternal pada wanita hamil dan melahirkan pada usia di bawah 20 tahun
ternyata 2 5 kali lebih tinggi dari pada kematian maternal meningkat kembali sesudah umur
3. Paritas
Status kehamilan juga dapat mempengaruhi derajat anemia, semakin sering seorang ibu
melahirkan maka semakin besar resiko kehilangan darah dan berdampak pada penurunan
kadar Hb (Tristiyanti, 2006). Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang
ibu baik lahir hidup maupun mati. Seorang Ibu yang sering melahirkan mempunyai resiko
nutrisi, karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan janin yang dikandungnya
(Amiruddin, 2007). Menurut Herlina (2007), Ibu hamil dengan paritas tinggi mempunyai
resiko 1.454 kali lebih besar untuk mengalami anemia dibanding dengan paritas rendah.
Adanya kecenderungan bahwa semakin banyak jumlah kelahiran (paritas), maka akan
Ibu hamil yang menderita anemia ialah ibu hamil dengan kondisi kadar Hemoglobin
dibawah 11 g% pada trimester 1 dan 3 atau kadar <10,5 g% pada trimester 2 (Saifuddin,
2009). Ibu hamil dikatakan anemia ringan jika kadar Hb 9-10,9g%, anemia sedang jika
kadar Hb 7-8,9g% dan anemia berat jika kadar Hb kurang dari 7g% .
F. Lokasi Penelitian
selama 4 bulan yaitu dari bulan November 2013 hingga Februari 2014. Populasi dalam
penelitian ini adalah 172 ibu hamil yang berada di wilayah kerja Puskesmas I Kembaran
Kabupaten Banyumas. Penelitian ini menunjukkan bahwa asupan zat besi yang rendah,
umur ibu berisiko, dan ketidak patuhan ibu hamil mengonsumsi tablet besi menjadi
Pada tahun 2016 ( Dwi Astuti ) melakukan sebuah penelitian populasi pada penelitian
ini adalah seluruh ibu hamil yang menderita anemia di wilayah kerja puskesmas undaan
Kabupaten Kudus yang berjumlah 106 orang. Penelitian ini menunjukan sebagian besar
ibu hamil tidak terjadi anemia sebanyak 56,9%, dan yang terjadi anemia sebanyak 43,1%.
paling penting adalah dengan meningkatkan dan mencukupi asupan makanan yang
mengandung zat besi dan melakukan selain itu dengan makanan yang seimbang perlu
menjadi menu untuk ibu hamil. Makanan yang kaya akan zat besi diantaranya adalah daging
merah, sayuran berdaun hijau, sereal dengan kandungan zat besi yang dibutuhkan tubuh,
kacang-kacangan dan telur. Selain itu dukung juga dengan vitamin C yang baik untuk dapat
Beberapa jenis makanan diketahui dapat meningkatkan dan membantu tubuh dalam
penyerapan sari makanan yang mengandung zat besi. Sumber zat besi ada pada buah-
buahan, dan sayur-sayuran terutama buah yang banyak mengandung vitamin B kompleks
untuk meningkatkan produksi sel darah merah, seperti tomat, pisang, papaya, wortel.
3. Membatasi dan mengurangi minuman yang dapat memperlambat penyerapan zat besi
Jenis minuman yang harus dibatasi dan dikurangi komsumsinya seperti kopi, the dan
anggur merah saat makan. Kadar kafein yang dimiliki minuman tersebut akan memberi
Dilakukan pemeriksaan secara rutin atau berkala minimal 1 atau 3 bulan sekalai untuk
mengecek kesehatan. Umumnya pihak medis akan melakukan pengecekan pada tekanan
darah. Hal ini dapat dimanfaatkan untuk mengecek jumlah sel darah merah dan
pemberian suplemen penambahan zat besi. Apabila anemia yang dialami keadaan yang
cukup parah maka akan disarankan untuk melakukan transfuse darah segera.
1. Pencegahan Primer
Pencegahan primer dilakukan pada fase prepathogenesis yaitu pada tahap suseptibel dan
induksi penyakit sebelum dimulainya perubahan patologis. Tujuan pencegahan ini untuk
mencegah atau menunda terjadinya kasus baru penyakit dan memodifikasi faktor risiko atau
mencegah berkembangnya faktor risiko (AHA Task Force, 1998 dalam Murti 2010).
Pada pencegahan dalam anemia ibu hamil ini, bidan komunitas dapat berperan sebagai
edukator seperti memberikan nutrition education berupa asupan bahan makanan yang tinggi
Fe dan konsumsi tablet besi atau tablet tambah darah selama 90 hari. Edukasi tidak hanya
diberikan pada saat ibu hamil, tetapi ketika belum hamil. Penanggulangannya, dimulai jauh
sebelum peristiwa melahirkan (Junadi, 2007). Selain itu, bidan juga dapat berperan sebagai
konselor atau sebagai sumber berkonsultasi bagi ibu hamil mengenai cara mencegah anemia
pada kehamilan.
Selain itu, sebagai fasilitator bidan dapat mengaktifkan kader dan posyandu balita atau
pembentukan posyandu (jika belum ada) sebagai tenaga, sarana dan tempat dalam
mempromosikan kesehatan. Bidan juga dapat menjadi motivator bagi ibu hamil untuk
memotivasi keluarga ibu hamil untuk selalu mendukung perawatan yang dilakukan pada ibu
2. Pencegahan Sekunder
yaitu mulai pada fase asimtomatis sampai fase klinis atau timbulnya gejala penyakit atau
gangguan kesehatan. Pada pencegahan sekunder, yang dapat dilakukan oleh bidan komunitas
diantaranya adalah sebagai care giver diantaranya melakukan skirinning (early detection)
seperti pemeriksaan hemoglobin (Hb) untuk mendeteksi apakah ibu hamil anemia atau tidak,
jika anemia, apakah ibu hamil masuk dalam anemia ringan, sedang, atau berat. Selain itu,
juga dilakukan pemeriksaan terhadap tanda dan gejala yang mendukung seperti tekanan
darah, nadi dan melakukan anamnesa berkaitan dengan hal tersebut. Sehingga, bidan dapat
Dalam hal ini, bidan dapat berperan juga sebagai penemu kasus, peneliti, konselor,
edukator, motivator, fasilitator dan kolaborator. Sebagai penemu kasus dan peneliti, bidan
dapat menggambarkan dan melaporkan kejadian anemia pada ibu hamil di suatu daerah,
sehingga datanya bermanfaat untuk dinas terkait dalam rangka penanganan terhadap kejadian
anemia tersebut. Jika ibu hamil terkena anemia, maka bidan sebagai care giver dan
kolaborator dapat memberikan terapi oral berupa Fe dan memberikan rujukan kepada ibu
Bidan dapat memberikan pengarahan dan motivasi kepada ibu hamil dan keluarganya
supaya tidak berlanjut pada komplikasi yang tidak diinginkan pada ibu dan janin. Bidan juga
dapat memotivasi kader untuk dapat membantu mendeteksi adanya anemia pada ibu hamil di
wilayahnya.
3. Pencegahan Tersier
Pencegahan tersier dilakukan untuk mencegah perkembangan penyakit ke arah yang lebih
buruk untuk memperbaiki kualitas hidup klien seperti untuk mengurangi atau mencegah
terjadinya kerusakan jaringan, keparahan dan komplikasi penyakit, mencegah serangan ulang
Contoh pencegahan tersier pada anemia ibu hamil diantaranya yaitu mempertahankan
kadar hemoglobin tetap dalam batas normal, memeriksa ulang secara teratur kadar
hemoglobin, mengeliminasi faktor risiko seperti intake nutrisi yang tidak adekuat pada ibu
hamil, tetap mengkonsumsi tablet Fe selama kehamilan dan tetap mengkonsumsi makanan
yang adekuat setelah persalinan. Dalam hal ini, bidan dapat berperan sebagai care giver,
DAFTAR PUSTAKA
Pencegahan Anemia Gizi Besi Pada Wanita Usia Subur Di Kota Semarang. FIKKES , 35-44.
Almatsier, S., Soetardjo, S., & Soekatri, M. (2011). Gizi Seimbang Dalam Daur
Yogyakarta.
Saifudin, 2006, Buku Acuan Nasional Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal ,
Manuaba, Ida Bagus Gde, 2010, Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan, dan KB untuk
Kab. Banyumas Tahun 2013. Banyumas: Puskesmas I Kembaran Kab. Banyumas; 2014. 8.
Vijayaraghavan K. Anemia karena defi siensi zat besi Dalam gizi kesehatan masyarakat.
Gibney, Michael.J. et al, editor. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.
Kautshar, N. (2013). Kepatuhan Ibu Hamil Dalam Mengonsumsi Tablet Zat Besi (Fe) Di
Nurkhasanah. Hubungan status protein, besi, seng, vitamin A, folat dan antrophometri ibu
hamil trimester II dengan bayi berat lahir rendah (tesis). Semarang : Universitas Diponegoro;
2003.
Saifuddin AB, George A, Gulardi HW, Djoko W. Buku acuan nasional pelayanan
kesehatan