ISI
2.1 Anatomi
2.1.1. Anatomi Orbita
Rongga mata (orbital) bertujuan untuk melindungi bola mata. Bentuk rongga mata
adalah piramida empat sisi yang ujungnya berada di foramen optikal. Rongga orbita
mempunyai volume 30 cc, dengan ukuran lebar 40 mm, panjang 35 mm, tinggi 45 mm. 6
Dinding orbita terdiri dari 7 macam tulang, yaitu etmoid, frontal, lakrimal, maksila, palatum,
sfenoid, dan zigomatik.7
Rongga orbita dibagi atas 4 bidang yaitu :
1. Atap orbita terdiri dari tulang frontal dan sfenoid ala parva. Daerah atap orbita
berdekatan dengan fosa kranii anterior dan sinus frontal.
2. Dinding lateral, terdiri dari tulang zigomatik, frontal dan sfenoid alamagn, berdekatan
dengan fosa kranii tengan fosa pterigopalatinus.
3. Dinding medial, terdiri dari tulang edmoid, frontal, lakriamal dan sfenoid berdekatan
dengan sinus edmoid, sfenoid dan kavum nasi.
4. Dasar orbita terdiri dari tulang maksila, palatum dan zigomatik, berdekatan dengan
sinus maksila dan rongga rongga tulang palatum.
Tulang-tulang ini membentuk soket untuk bola mata yang memberi tempat untuk
masuknya otot-otot mata dan berasosiasi sangat dekat dengan sinus sekitarnya dan fosa
kranial.6 Banyak saraf dan pembuluh darah yang melewati foramina, fisura dan kanal dari
tulang orbital.
bersifat membasahi bola mata terutama kornea. Selaput ini mencegah benda-benda asing di
dalam mata seperti bulu mata atau lensa kontak, agar tidak tergelincir ke belakang mata.
Bersama-sama dengan kelenjar lakrimal yang memproduksi air mata, selaput ini turut
menjaga agar kornea tidak kering.6
Terdapat enam otot penggerak mata, empat diantaranya lurus sementara dua yang lain
adalah oblik. Otot lurus terdiri dari otot rektus mata superior, inferior, medial dan lateral.
Otot-otot ini menggerakkan mata ke atas, bawah, ke dalam dan ke sisi luar bergantian. Otototot oblik adalah otot inferior dan superior. Otot oblik superior menggerakkan mata ke bawah
dan ke sisi luar, sementara otot oblik inferior menggerakkan mata ke atas dan juga ke sisi
luar.7
a) Tunica Fibrosa
Posterior: opak
Sclera : jaringan padat putih. Ditembus oleh N. Opticus.
Anterior : transparan
Kornea: transparan, berfungsi memantulkan cahaya yang masuk. Berhubungan
dengan humor aquos di bagian posterior.
Pada pertengahan bagian posterior retina terdapat macula lutea yang merupakan area
retina dengan daya lihat paling tajam. Di tengahnya terdapat lekukan fovea centralis yang
kaya sel kerucut.
N. optikus keluar retina melalui optic disc (bintik buta) sekitar 3 mm medial macula
lutea. Perdarahan: 1/3 (luar) oleh coroid, 2/3 (dalam) oleh a. Dan v. Retina centralis melalui
optic disc.
Fungsi:
2.1 Eviserasi
2.1.1. Definisi
Eviserasi adalah prosedur pembuangan isi bola mata (uvea, retina, lensa, cairan
vitreous dan aquous) dengan meninggalkan sklera, saraf optik, dan otot ekstraokular tetap
intak.4
2.1.2. Indikasi
Eviserasi dipertimbangkan untuk kasus endoftalmitis yang tidak respon terhadap
antibiotik; pertimbangan kosmetik untuk mata buta; pada pasien yang mengalami nyeri
sangat berat dan tidak dapat mentoleransi anestesi umum serta akan diuntungkan dari
prosedur singkat dibawah anestesi lokal; dan pada pasien dengan gangguan perdarahan.4
Indikasi utama eviserasi adalah terhadap mata yang buta dengan endoftalmitis aktif
dan tidak terkontrol. Eviserasi mungkin kurang dapat mencegah proses penyebaran infeksi ke
cairan spinal otak dibanding enukleasi, dimana pemotongan jalur nervus optikus diperlukan.
Jika infeksi telah menyebar melalui sklera, bagaimanapun mungkin enukleasi akan
dibutuhkan untuk membuang seluruh jaringan yang terinfeksi. Seringkali, enukleasi sekunder
dilakukan setelah infeksi telah selesai.4
Indikasi relatif kedua eviserasi ialah terhadap pasien yang mengalami nyeri yang
sangat parah, yang tidak dapat mentolerir anestesi umum. Eviserasi terhadap mata buta secara
teknik lebih mudah dan lebih cepat untuk dilakukan di bawah anestesi lokal dibanding
enukleasi dan oleh karena itu mungkin memberikan keuntungan terhadap pasien tua atau
mengalami nyeri yang sangat berat.5
Indikasi ketiga untuk eviserasi adalah mata buta pada pasien dengan gangguan
perdarahan yang berat atau pasien yang mengkonsumsi antikoagulan. Lebih sedikit pembuluh
darah orbital yang rusak pada prosedur eviserasi, oleh karena itu menghilangkan resiko
kehilangan darah yang lebih berat atau hemoragik orbital.8
10
(Penelitian dilakukan di Departemen Mata Institut Khyber, Peshawar, pada tahun 2004-2006,
oleh Tariq Farooq Babar, dipublikasikan melalui Pak J Opthalmol 2009, Vol 25 No.21)
Berikut adalah bagan yang dapat membantu untuk memutuskan metode yang akan
dipakai, apakah enukleasi atau eviserasi5 :
Keganasan Intraokular
YA
TDK
Enukleasi
YA
TDK
Enukleasi
TDK
YA
Eviserasi
TDK
YA
TDK
Eviserasi
2.1.4 Keuntungan
Eviserasi adalah prosedur yang lebih singkat dan kurang kompleks dibandingkan
enukleasi dan lebih mudah dilakukan menggunakan anestesi lokal.4 Pada eviserasi,
kebanyakan sclera diselamatkan dan perlekatan otot-otot intaokuler tetap dilindungi, prosedur
ini umumnya merupakan prosedur dengan hasil kosmetik yang lebih baik dan motilitas
implant atau prostese lebih baik dibandingkan operasi enukleasi. 5 Eviserasi memberikan efek
kosmetik yang berbeda dan keuntungan secara fungsional terhadap anatomi orbital menjadi
tidak jauh berbeda dengan ligament suspensor yang tetap intak. Motilitas soket dan kelopak
mata menjadi tertahan, ptosis dari otot sel-sel kerucut dan soket tidak pernah terjadi pada
eviserasi.5
12
Selain itu, perubahan volum orbital lebih jarang terjadi, dibuktikan dengan adanya
retraksi dari sulkus supratarsal atau atrofi jaringan lunak orbital. Eviserasi lebih baik
dilakukan terhadap pasien yang beresiko buruk terhadap anestesi umum atau mengalami
perdarahan diskrasia. Eviserasi, pada umumnya dipertimbangkan lebih baik terhadap kasus
endoftalmitis untuk mencegah penyebaran infeksi sepanjang jalur saraf optik.
2.1.5 Kerugian
Eviserasi memiliki angka kejadian lebih tinggi terhadap insiden ekstrusi implant
dibanding enukleasi. Penelitian menunjukkan 1,4% insiden ekstrusi terjadi pada prosedur
enukleasi, sementara 6% insiden terjadi setelah prosedur eviserasi.5 Hal ini menunjukkan,
insiden ekstrusi 4x lebih tinggi pada prosedur eviserasi dibanding enukleasi.5
setelah laserasi sklera dengan prolaps uvea. Selain itu, eviserasi mungkin tidak dapat
meredakan nyeri okular pre-operatif dikarenakan saraf-saraf siliar sensoris yang menetap.5
14
15
16
2.1.8. Implan4
Penggunaan implant sebagai alternative setelah prosedur eviserasi dan enukleasi dapat
meningkatkan aspek kosmetik dari mata buta dan mata yang mengalami degenerasi.
Pemantauan di kemudian hari harus sering dilakukan demi mencegah perkembangan
keganasan intraocular pada banyak kasus. Juga, kelanjutan degenerasi dari mata ptisis dapat
mencegah kepuasan dalam pemasangan implant dan mengarah ke peradangan soket dan
pengeluaran secret. Pada beberapa pasien dengan kasus mata degenerasi yang nyeri, implant
tidak dapat ditoleransi.
Setelah enukleasi atau eviserasi, volum impan biasanya ditempatkan di rongga orbita
(pada prosedur enukleasi) atau pada kerangka sclera (pada kasus eviserasi). Implant sferis
dapat terbuat dari silicon, akrilik, atau hidroksiapatit. Lapisan lemak kulit juga terkadang
digunakan sebagai pengganti. Implant sferis seperti Iowa, Allen, atau implant Universal telah
digunakan oleh banyak ahli bedah untuk meningkatkan motilitas prostese.
Implan sferis yang terbuat dari silicon atau akrilik telah digunakan 100 tahun yang
lalu. Secara efikasi cukup bagus, namun implant sferis dikritik karena proses migrasi implant,
tingginya angka kejadian ekstrusi, dan rendahnya motilitas prostetik. Namun beberapa ahli
percaya bahwa kegagalan ini berkaitan dengan teknik operasi yang kurang tepat.
Implan asimetris memiliki proyeksi permukaan anterior yang mendorong prostese
melalui konjungtiva. Otot-otot biasanya dijahit ke implant yang asimetris untuk memulai
pergerakan. Motilitas menggunakan impan ini baik, namun tekanan antara implant dan
prostese dapat menyebabkan terjadinya erosi, nyeri dan ekstrusi. Desain terakhir dari implant
Universal ialah lebih kecil dan memiliki proyeksi yang lebih sferis untuk mengurangi insiden
ekstrusi yang menyakitkan.
Pengganti dari lemak kulit mencegah ekstrusi dan memiliki motilitas yang luas, tapi
tercatat memiliki peningkatan insiden absorbs sekunder dan retraksi kelopak mata. Implant
sferis sekunder di belakang lapisan lemak sering dibutuhkan untuk mencegah deficit volum
pada kantong yang tidak memiliki bola mata (anophthalmic). Pengganti lapisan lemak
meningkatkan permukaan konjungtiva oleh reepitelisasi permukaan kulit melalui mukosa
konjungtiva. Ini dapat menolong pada kasus forniks yang tidak memadai atau ekstrusi
implant berulang.
17
Hidroksiapatit adalah material yang ditemukan pada batu karang. Struktur molekul
yang menyerupai matriks tulang terdapat pada hidroksiapatit, yang akan mengarah ke
vaskularisasi dan pengumpulan dari hidroksiapatit sebagai jaringan yang tinggal setelah
impantasi. Hal ini dapat mengarah ke motilitas prostese yang superior.
Hidroksiapatit bagaimanapun berhubungan dengan peningkatan resiko inflamasi,
pemisahan jaringan, dan infeksi, meski lebih baik dan lebih mahal dibanding implant sferis
silicon. Direkomendasikan hidroksiapatit untuk pasien dewasa muda yang lebih menyukai
motilitas yang superior dan dapat mentoleransi resiko tinggi terhadap eksposure. Hindarkan
penggunaan hidroksiapatit pada anak yang mengalami ekspansi soket, pada pasien dengan
vaskularisasi soket yang sedikit, pasien dengan diabetes, atau pada pasien yang
menginginkan resiko minimal dengan harga murah.
2.1.10. Komplikasi
a. Komplikasi Awal Eviserasi
Eviserasi biasanya tidak berhubungan dengan komplikasi akibat trauma apeks orbita
atau penyebaran intrakranial dari infeksi melalui saraf optik. Seperti prosedur bedah pada
umumnya, eviserasi berhubungan dengan infeksi dan perdarahan. Perdarahan dari eviserasi
18
biasanya sedikit lebih lebih ringan dibanding enukleasi karena sedikit pembuluh darah yang
terpotong dan perdarahan biasanya hanya terjadi hari pembuluh darah retina dan vena vortex,
yang mana dapat secara langsung terlihat dan dikauter intraoperatif.
b. Komplikasi Eviserasi Jangka Panjang
Komplikasi jangka panjang eviserasi termasuk ekstrusi dari implant, hilangnya
jaringan forniks inferior, malposisi kelopak mata seperti ektropion atau ptosis, dan keluarnya
secret persisten. Mekanisme komplikasi-komplikasi ini sama seperti yang terjadi pada
komplikasi jangka panjang enukleasi.
19