Anda di halaman 1dari 2

Dissolved Oxygen atau dalam bahasa Indonesia disebut oksigen terlarut merupakan jumlah

kandungan oksigen yang terkandung dalam suatu perairan. Oksigen tersebut dapat berupa hasil
dari fotosintaesis tumbuhan akuatik. Oksigen ini sangat diperlukan oleh organisme yang hidup di
dalam air (Hutabarat dan Evans, 1984).
Oksigen terlarut merupakan kebutuhan yang vital bagi kelangsungan hidup organisme
suatu perairan. Oksigen terlarut diambil oleh organisme perairan melalui respirasi untuk
pertumbuhan, reproduksi, dan kesuburan. Menurunnya kadar oksigen terlarut dapat mengurangi
efesien pengambilan oksigen oleh biota laut, sehingga dapat menurunkan kemampuan untuk
hidup normal dalam lingkungan hidupnya. Umumnya oksigen dijumpai di lapisan permukaan
karena oksigen dari udara di dekatnya dapat secara langsung larut (berdifusi ke dalam air laut).
Phytoplankton juga membantu meningkatkan kadar oksigen terlarut pada siang hari.
Penambahan ini disebabkan oleh terlepasnya gas oksigen sebagai hasil fotosintesis (Hutabarat
dan Evans, 1984).
Kelarutan oksigen dalam air dapat dipengaruhi oleh suhu, tekanan parsial gas-gas
yang ada di udara maupun yang ada di air, salinitas serta persenyawaan unsurunsur mudah teroksidasi di dalam air. Kelarutan tersebut akan menurun apabila
suhu dan salinitas meningkat, oksigen terlarut dalam suatu perairan juga akan
menurun akibat pembusukan-pembusukan dan respirasi dari hewan dan tumbuhan
yang kemudian diikuti dengan meningkatnya CO 2 bebas serta menurunnya pH
(Nybakken, 1992).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen/DO) adalah jumlah oksigen yang ada dalam
kolom air. Dalam lingkungan perairan level oksigen terlarut dipengaruhi oleh
temperatur, salinitas, dan ketinggian. Oksigen terlarut (DO) sangat dipengaruhi oleh
aktivitas fotosintesis dan respirasi (Afrianti, 2000). Sumber utama oksigen terlarut
dalam air menurut Basyarie (1995) adalah difusi udara dan dari hasil fotosintesis
biota berklorofil yang hidup di perairan. Sutarman (1993) menambahkan bahwa
pada suhu perairan yang tinggi, aktifitas metabolisme perairan akan semakin
meningkat dimana pada kondisi tersebut kadar oksigen yang dikonsumsi semakin
bertambah dan kelarutan oksigen dalam air menurun dengan bertambahnya suhu
air, dan sebaliknya pada suhu perairan rendah, laju metabolisme dan kadar oksigen
yang dikonsumsi juga rendah (Fardiaz, 1992). Mengemukakan, oksigen terlarut
merupakan kebutuhan dasar untuk kehidupan tanaman dan hewan di dalam air,
kehidupan makhluk hidup dalam air tersebut tergantung pada kemampuan air
untuk mempertahankan konsentrasi oksigen, minimal yang dibutuhkan untuk
kehidupan. Kandungan oksigen di dalam air untuk dapat mendukung kehidupan
organisme air menurut Afrianto dan Liviawati (1994) berkisar antara 4-8 mg/liter.
Parameter kualitas air berdasarkan kandungan oksigen terlarut (DO) menurut
(Schmitz, 1971 dalam Alfan, 1995).
Oksigen terlarut (Dissolved Oxygen = DO) dibutuhkan oleh semua jasad hidupuntuk
pernapasan, proses metabolisme atau pertukaran zat yang kemudian
menghasilkanenergi untuk pertumbuhan dan pembiakan. Untuk menjaga
keseimbangan air terhadaplingkungannya diperlukan standar parameter yang perlu
mendapat perhatian, yaitu : BOD < 75 ppm COD < 100 ppm DO > 3 ppm SS

(Suspended solid) < 100 ppm pH 6 9 (idealnya 6,5 7,5) Kecepatan difusi
oksigen dari udara, tergantung sari beberapa faktor, seperti kekeruhan air, suhu,
salinitas, pergerakan massa air dan udara seperti arus, gelombang dan pasang
surut. Kadar oksigen dalam air laut akan bertambah dengan semakin
rendahnyasuhu dan berkurang dengan semakin tingginya salinitas. Kandungan
oksigen terlarut (DO)minimum adalah 2 ppm dalam keadaan nornal dan tidak
tercemar oleh senyawa beracun( toksik ). Kandungan oksigen terlarut minimum ini
sudah cukup mendukung kehidupan organisme . Idealnya, kandungan oksigen
terlarut tidakboleh kurang dari 1,7 ppm selamawaktu 8 jam dengan sedikitnya pada
tingkat kejenuhan sebesar 70 %. KLH menetapkan bahwa kandungan oksigen
terlarut adalah 5 ppm untuk kepentingan wisata bahari dan biota laut (Soeseno,
1970).
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ
Afrianti, 2000. Kamus Istilah Perikanan. Kanisius. Yogyakarta.
http://oseanografi.blogspot.com/200765.html (Diakses pada tanggal 10 November
2011) Alfan, M.S., 1995. Evaluasi Kualitas Fisika Kimia Air, sungai Ciliwung di
Wilayah Kota Administrasi Depok bagi Kepentingan Perikanan. Skripsi. IPB. Bogor.
Anonim. 2011. DissolveOksigen. http://id.wikipedia.org.wiki/salinitas (Diakses
pada tanggal 10 November 2011) Anonim. 2011. OksigenTerlarut.
http://oseanografi.blogspot.com/200765.html
(Diakses pada tanggal 10
November 2011) Basyarie, A., 1995. Pengamatan Kualitas Perairan di kawasan
Pemeliharaan Ikan Ekor Kuning (Yellow Tail) dalam Keramba Jaring Apung. Instalasi
Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian. Bojonegoro. Serang. Boyd, C.E. 1988.
Water Quality in Warmwater Fish Ponds. http://blogspot.orang Pintar.com (Diakses
pada tanggal 10 November 2011) Effendi, H., 2000. Telaahan Kualitas Air. IPB Press.
Bogor. Fardiaz, S., 1995. Polusi Air dan Udara. Kanisius. Yogyakarta. Mahida, U. N.
1984. Pencemaran Air dan Pemanfaatan Limbah Industri.
http://blogspot.orangPintar.com (Diakses pada tanggal 10 November 2011)
Nontji,Anugerah.2002.Laut Nusantara.Jakarata : Djambatan Nyebaken, JW. 1971.
Biologi laut suatu pendekatan ekologi. Gramedia : Jakarta. Salmin. 2000. Kadar
Oksigen Terlarut di Perairan Sungai Dadap, Goba, Muara Karang dan Teluk Banten.
http://blogspot.orangPintar.com (Diakses pada tanggal 10 November 2011)
Soeseno. S . 1970. Limnologi untuk Sekolah Perikanan Menengah Atas. IPB, Bogor.
http://blogspot.orangPintar.com (Diakses pada tanggal 10 November 2011)
Sugiharto. (1987). Dasar-dasar Pengelolaan Air Limbah. Jakarta: UIP: 6-7.
Copy the BEST Traders and Make Money (One Click) : http://ow.ly/KNICZ

Anda mungkin juga menyukai