PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
World Health Organization (WHO) menyebutkan bahwa
upaya perluasan jangkauan pelayanan antenatal dan pertolongan
persalinan persiangan yang bermutu, mencegah hipotermi, infeksi
dan perawatan BBLR yang adekuat serta penerapan secara tepat
dan
berkualitas
dan
tata
laksana
neonatus
sakit
dapat
Bayi
Lahir
Rendah
kemungkinan
terjadi
gangguan
yang
baru,
sehingga
dapat
berakibat
pada
(36,9%),
prematuritas
(32,4%),
sepsis
(12%),
memberikan
perhatian
yang
besar
pada
upaya
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Bayi berat lahir rendah ( BBLR ) adalah bayi dengan berat lahir kurang dari
2500 gram ( berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah lahir).
Bayi berat badan lahir rendah adalah bayi dengan berat badan kurang dari 2500 gram
pada waktu lahir. BBLR adalah bayi baru lahir dengan BB 2500 gram/ lebih rendah
(WHO 1961). BBLR adalah bayi baru lahir dengan berat badan lahir kurang dari 2500
gram (Depkes 1992). Menurut Saifuddin (2001), bayi berat lahir rendah ialah bayi
baru lahir yang berat badannya saat lahir kurang dari 2500 gram (sampai dengan 2499
gram). Menurut depkes RI (1996) bayi berat lahir rendah ialah bayi yang lahir dengan
berat 2500 gram atau kurang tanpa memerhatikan usia kehamilannya.
Ada dua macam BBLR yaitu :
1.
Prematuritas murni: jika masa gestasinya kurang dari 37 minggu dan berat
badannyasesuai untuk berat badan untuk masa gestasinya, biasa juga disebut neonatus
kurang bulan sesuai masa kehamilan (NKB-SMK).
2.
Dismaturitas: bayi lahir dengan berat badan kurang dari berat badan
seharusnyauntuk masa gestasinya. Artinya, bayi mengalami retardasi pertumbuhan
intrauterine dan merupakan bayi yang kecil untuk masa kehamilannya.
B. Etiologi
Penyebab bayi lahir premature :
1. Faktor Ibu :
a. Toksemia gravidarum, yaitu preeklampsi dan eklampsi
b. Kelainan bentuk uterus (missal. Uterus bikornis, inkompeten serviks)
c. Tumor (mis. Mioma uteri, sistoma)
d. Ibu yang menderita penyakit antara lain:
Akut dengan gejala panas tinggi (mis. Tifus abdominalis, malaria)
Kronis (mis. TBC, penyakit jantung, gromerulonefritis kronis)
e. Trauma pada masa kehamilan antara lain:
Fisik (mis. jatuh)
Psikologis (mis. stress)
f. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun.
g. Plasenta antara lain: plasenta previa, solusio plasenta.
2. Faktor janin
a. Kehamilan ganda
b. Hidramnion
c. Ketuban pecah dini
d. Cacat bawaan
e. Infeksi (mis. Rubeolla, sifilis, toksoplasmosis)
f. Insufisiensi plasenta
g. Inkompatabilitas darah ibu dan janin (factor rhesus, golongan darah ABO)
3. Factor plasenta
a. Plasenta previa
b. Solusio plasenta
Penyebab bayi lahir dismature :
1. Faktor ibu
a. penyakit jantung, penyakit ginjal kronis, hipertensi
b. Ibu DM berat
c. Hipoksia ibu (penyakit paru kronis, hemoglobinopat, tinggal di pegunungan)
d. Malnutrisi
e. Bahan teratogonik ( alcohol, radiasi, obat )
2. Faktor uterus dan plasenta: kelainan pembuluh darah, insersi tali pusat yang tidak
normal, sebagian plasenta lepas, infark plasenta dll
3. Faktor janin: kehamilan ganda, kelainan kromosom, infeksi dalam kandungan
(TORCH)
4. Faktor sosial ekonomi.
C. Manaifestasi Klinis
Gambaran klinis BBLR secara umum adalah :
1. Prematuritas murni
a. BB < 2500 gram, PB < 45 cm, LK < 33 cm, LD < 30 cm
b. Masa gestasi < 37 minggu
c. Kepala lebih besar dari pada badan, kulit tipis transparan, mengkilap dan licin
d. Lanugo banyak terdapat terutama pada daerah dahi, pelipis, telinga dan lengan,
lemak subkutan kurang, ubun-ubun dan sutura lebar
e. Genetalia belum sempurna, pada wanita labia minora belum tertutup oleh labia
mayora, pada laki-laki testis belum turun.
f. Tulang rawan telinga belum sempurna, rajah tangan belum sempurna
g. Pembuluh darah kulit banyak terlihat, peristaltik usus dapat terlihat
h. Rambut tipis, halus, teranyam, puting susu belum terbentuk dengan baik
i. Bayi kecil, posisi masih posisi fetal, pergerakan kurang dan lemah
j. Banyak tidur, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering mengalami
apnea, otot masih hipotonik
k. Reflek tonus leher lemah, reflek menghisap, menelan dan batuk belum
sempurna
2. Dismaturitas
a. Kulit berselubung verniks kaseosa tipis/tak ada,
b. Kulit pucat bernoda mekonium, kering, keriput, tipis
c. Jaringan lemak di bawah kulit tipis, bayi tampak gesit, aktif dan kuat
d. Tali pusat berwarna kuning kehijauan
D. Patofisiologi
Pernafasan spontan bayi baru lahir bergantung kepada kondisi janin pada masa
kehamilan dan persalinan. Proses kelahiran sendiri selalu menimbulkankan asfiksia
ringan yang bersifat sementara pada bayi (asfiksia transien), proses ini dianggap
sangat perlu untuk merangsang kemoreseptor pusat pernafasan agar lerjadi Primary
gasping yang kemudian akan berlanjut dengan pernafasan.
Bila terdapat gangguaan pertukaran gas/pengangkutan O2 selama kehamilan
persalinan akan terjadi asfiksia yang lebih berat. Keadaan ini akan mempengaruhi
fugsi sel tubuh dan bila tidak teratasi akan menyebabkan kematian. Kerusakan dan
gangguan fungsi ini dapat reversibel/tidak tergantung kepada berat dan lamanya
asfiksia. Asfiksia yang terjadi dimulai dengan suatu periode apnu (Primany apnea)
disertai dengan penurunan frekuensi jantung selanjutnya bayi akan memperlihatkan
usaha bernafas (gasping) yang kemudian diikuti oleh pernafasan teratur. Pada
penderita asfiksia berat, usaha bernafas ini tidak tampak dan bayi selanjutnya berada
dalam periode apnu kedua (Secondary apnea). Pada tingkat ini ditemukan bradikardi
dan penurunan tekanan darah.
Disamping adanya perubahan klinis, akan terjadi pula G3 metabolisme dan
pemeriksaan keseimbangan asam basa pada tubuh bayi. Pada tingkat pertama dan
pertukaran gas mungkin hanya menimbulkan asidoris respiratorik, bila G3 berlanjut
dalam tubuh bayi akan terjadi metabolisme anaerobik yang berupa glikolisis glikogen
tubuh , sehingga glikogen tubuh terutama pada jantung dan hati akan berkuang.asam
organik terjadi akibat metabolisme ini akan menyebabkan tumbuhnya asidosis
metabolik. Pada tingkat selanjutnya akan terjadi perubahan kardiovaskuler yang
disebabkan oleh beberapa keadaan diantaranya hilangnya sumber glikogen dalam
jantung akan mempengaruhi fungsi jantung terjadinya asidosis metabolik akan
mengakibatkan menurunnya sel jaringan termasuk otot jantung sehinga menimbulkan
kelemahan jantung dan pengisian udara alveolus yang kurang adekuat akan
menyebabkan akan tingginya resistensinya pembuluh darah paru sehingga sirkulasi
darah ke paru dan kesistem tubuh lain akan mengalami gangguan. Asidosis dan
gangguan kardiovaskuler yang terjadi dalam tubuh berakibat buruk terhadap sel otak.
Kerusakan sel otak yang terjadi menimbulkan kematian atau gejala sisa pada
kehidupan bayi selanjutnya.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan glucose darah terhadap hipoglikemia
2. Pemantauan gas darah sesuai kebutuhan
3. Titer Torch sesuai indikasi
4. Pemeriksaan kromosom sesuai indikasi
5. Pemantauan elektrolit
6. Pemeriksaan sinar X sesuai kebutuhan ( missal : foto thorax )
F. Penatalaksanaan
1. Penanganan bayi
Semakin kecil bayi dan semakin premature bayi, maka semakin besar perawatan
yang diperlukan, karena kemungkinan terjadi serangan sianosis lebih besar.
Semua perawatan bayi harus dilakukan didalam incubator
2. Pertahankan suhu tubuh
menimbulkan kebutaan
Pencegahan infeksi
Bayi preterm dengan berat rendah, mempunyai system imunologi yang kurang
berkembang, ia mempunyai sedikit atau tidak memiliki ketahanan terhadap
infeksi. Untuk mencegah infeksi, perawat harus menggunakan gaun khusus, cuci
tangan sebelum dan sesudah merawat bayi, memakai masker, gunakan gaun/jas,
lepaskan semua asessoris dan tidak boleh masuk kekamar bayi dalam keadaan
G. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Riwayat Maternal
1.
Umur ibu dalam resiko kehamilan ( < 16 thn atau > 35 thn)
2.
3.
4.
5.
6.
7.
b. Riwayat Kelahiran
1.
2.
3.
APGAR SKORE
c. Sistem kardiovaskuler
1.
HR : 120-160 x/menit
2.
d. Sistem gastrointestinal
1.
Abdomen menonjol
2.
3.
4.
5.
e. Sistem integumen
1.
2.
3.
4.
f.
5.
Kuku pendek
6.
7.
Sistem muskuloskeletal
1.
2.
3.
g. Neuroensori
Tubuh panjang, kurus, lemas dengan perut agak gendut. Ukuran kepala besar
dalam hubungannya dengan tubuh, sutura mungkin mudah digerakan,
fontanel mungkin besar atau terbuka lebar. Edema kelopak mata umum
terjadi, mata mungkin merapat(tergantung usia gestasi).
Refleks tergantung pada usia gestasi ; rooting terjadi dengan baik pada gestasi
minggu 32; koordinasi refleks untuk menghisap, menelan, dan bernafas
biasanya terbentuk pada gestasi minggu ke 32; komponen pertama dari
refleks Moro(ekstensi lateral dari ekstremitas atas dengan membuka
tangan)tampak pada gestasi minggu ke 28; komponen keduaa(fleksi anterior
dan menangis yang dapat didengar) tampak pada gestasi minggu ke 32.
Pemeriksaan Dubowitz menandakan usia gestasi antara minggu 24 dan 37.
h. Pernafasan
Skor apgar mungkin rendah. Pernafasan mungkin dangkal, tidak teratur;
pernafasan diafragmatik intermiten atau periodik(40-60x/mt). Mengorok,
pernafasan cuping hidung, retraksi suprasternal dan substernal, atau berbagai
derajat sianosis mungkin ada. Adanya bunyi ampelas pada auskultasi,
menandakan adaya sindrom distress pernafasan (RDS).
i. Keamanan
Suhu berfluktuasi dengan mudah. Menangis mungkin lemah.Wajah mungkin
memar, mungkin ada kaput suksedoneum. Kulit kemerahan atau tembus
pandang, warna mungkin merah. muda/kebiruan, akrosianosis, atau
sianosis/pucat.
Lanugo
terdistribusi
secara
luas
diseluruh
tubuh.
Ekstremitas mungkin tampak edema. Garis telapak kaki mungkin tidak ada
pada semua atau sebagian telapak. Kuku mungkin pendek.
j. Seksualitas
Genetalia : Labia minora wanita mungkin lebih besar dari labia mayora,
dengan klitoris menonjol ; testis pria mungkin tidak turun, rugae mungkin
banyak atau tidak ada pada skrotum.
H. Diagnosa Keperawatan
1. Tidak efektifnya pola nafas b.d imaturitas fungsi paru dan neuromuskuler
2. Gangguan pertukaran gas b/d kurangnya ventilasi alveolar sekunder terhadap
defisiensi surfaktan
3. Resiko tinggi tidak efektifnya terumoregulasi : hipotermi berhubungan dengan
mekanisme pengaturan suhu tubuh immatur.
4. Resiko tinggi gangguan keseimbangan keseimbangan cairan dan elektrolit b/d
ketidakmampuan ginjal mempertahankan keseimbangan cairan dan elektrolit
5. Resiko tinggi gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan lemahnya daya cerna dan absorbsi makanan (imaturitas saluran cerna).
6. Resiko tinggi terjadi gangguan perfusi jaringan b/d imaturitas fungsi
kardiovaskuler
7. Resiko infeksi b.d defisiensi pertahanan tubuh (imunologi).
8. Resiko gangguan integritas kulit b.d tipisnya jaringan kulit, imobilisasi.
9. Gangguan persepsi-sensori : penglihatan, pendengaran, penciuman, taktil b/d
stimulus yang kurang atau berlebihan dari lingkungan perawatan intensif
10. Kecemasan orang tua b.d situasi krisis, kurang pengetahuan
I. Rencana Keperawatan
Dx. Keperawatan Tujuan
Perencanaan
Tidak efektifnya Pola nafas efektif. Kriteria
pola nafas b.d
Hasil :
1. Observasi pola Nafas.
imaturitas fungsi
paru dan neuro
2. Observasi frekuensi dan bunyi nafas
RR 30-60 x/mnt
muscular
3. Observasi adanya sianosis.
Tidak Sianosis
Sesak berkurang
Saturasi oksigen
normal.
Resiko tinggi
Suhu tubuh kembali
tidak efektifnya normal.Kriteria Hasil :
terumoregulasi :
hipotermi
Suhu 36-37C.
berhubungan
dengan
Kulit hangat.
mekanisme
pengaturan suhu
Sianosis tidak ada
tubuh immatur.
Ekstremitas hangat
Hidrasi baik
1. Observasi turgor kulit.
Kriteria:
2. Catat intake dan output
Muntah tidak
terjadi
Kembung (-)
BAB lancar
Berat badan
meningkat
Turgor elastis.
Resiko tinggi
Perfusi jaringan baik
terjadi gangguan
perfusi jaringan
Tekanan darah
b/d imaturitas
normal
fungsi
kardiovaskuler
Pengisian kembali
kapiler <2 detik
Kesadaran
composmentis
Leukosit 5.00010.000
Orang tua
brpartisipasi dalam
proses perawatan.
BAB III
RESUME KASUS
A. Study Kasus
Bayi Ny. L, laki-laki
dengan 42 minggu (259 hari sampai dengan 293 hari), bayi lebih bulan adalah
bayi dengan masa kehamilan mulai 42 minggu atau lebih.
2. Expert 2
Orang tua tidak mengetahui tentang BBLR, oleh karena itu perlu
diberikan penjelasan kepada ibu mengenai tanda gejala dan penanganan bayi
adengan BBLR. Masalah utama bayi dengan BBLR adalah bisa terjadinya
gangguan pola nafas dan resiko tinggi nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh
karena BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran
kurang dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Neonatus dengan berat badan lahir
kurang dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature. Bayi
tersebut juga belum bisa menghisap secara baik. Refleks menghisapnya pun
masih lemah, organ pencernaan bayi juga belum terbentuk sempurna
BAB IV
PEMBAHASAN
1. Tanda dan Gejala Bayi Asfiksia
Tanda dan gejala pada bayi L dengan BBLR adalah BB 1600 gram (artinya BB
kurang dari 2500 gram) terdapat lanugo di lengan, panjang badan 37 cm (kurang
dari 46 cm), lingkar kepala 29 cm (kurang dari 33 cm), lingkar dada 25 cm (kurang
dari 30 cm), kulit tidak elastis. Tanda dan gejala yang terjadi pada bayi Ny. L
seperti teori yang diungkapkan diatas, namun ada beberapa tanda gejala yang s
tidak muncul pada bayi Ny.L karena usia gestasi Ny. L tidak didapatkan secara jelas
dari jawaban Ny.L.
2. Penanganan Bayi dengan BBLR
Penanganan pada bayi dengan bayi berat lahir rendah meliputi hal-hal berikut:
a. Mempertahankan suhu dengan ketat. Bayi berat lahir rendah mudah mengalami
hipotermia. Oleh karena itu, suhu tubuhnya harus dipertahankan dengan ketat.
b. Mencegah infeksi dengan ketat. Dalam penanganan bayi berat lahir rendah
harus memerhatikan prinsip-prinsip pencegahan infeksi karena sangat rentan.
Salah satu cara pencegahan infeksi, yaitu dengan mencuci tangan sebelum
memegang bayi.
c. Pengawasan nutrisi dan ASI. Refleks menelan pada bayi dengan berat lahir
rendah belum sempurna. Oleh karena itu, pemberian nutrisi harus dilakukan
dengan hati-hati.
d. Penimbangan ketat. Penimbangan berat badan harus dilakukan secara ketat
karena peningkatan berat badan merupakan salah satu status gizi/nutrisi bayi
dan erat kaitannya dengan daya tahan tubuh (Saifuddin, 2001).
Bayi Ny.L mendapatkan penanganan yang sesuai dengan teori yang tertera
diatas, yaitu mendapatkan pengawasan nutrisi yang terprogram, suhu
lingkungan yang hangat, penimbangan secara ketat, bayi juga terpasang OGT
karena refleks penghisapan masih lemah sedangkan nutrisi klien harus
terpenuhi maka dari itu klien dipasang OGT untuk memenuhi nutrisi klien.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. BBLR adalah neonatus dengan berat badan lahir pada saat kelahiran kurang
dari 2500 gram (sampai 2499 gram). Neonatus dengan berat badan lahir kurang
dari 2500 gram atau sama dengan 2500 gram disebut premature.
2. Masalah utama yang muncul pada bayi L dengan BBLR adalah pola napas tak
efektif dan resiko tinggi nutria kurang dari kebutuhan tubuh, dan tindakan
utama yang dilakukan adalah memberikan O2 1 lt/mnt menjaga suhu incubator
agar tetap hangat, meletakan bayi dalam incubator tertutup
B. Saran
Bayi berat lahir rendah merupakan kondisi yang harus mendapatkan penanganan
yang optimal dan harus memantau nutrisi klien dan berat badan klien setiap hari.
jadi diperlukan penanganan yang optimal oleh ahli kesehatan.
DAFTAR PUSTAKA
DEPKES, 1992, Asuhan Perawatan Anak dalam Konteks Keluarga,
Jakarta, Departemen Kesehatan.
Wilkinson JM, 2006, Buku Saku Diagnosis Keperawatan
Intervensi NIC dan Kriteria Hasil NOC, Jakarta, EGC
dengan