Disusun oleh:
Tiara Gian Puspi
G4A014082
Pembimbing :
dr. Hernawan, Sp.S
LEMBAR PENGESAHAN
Disusun Oleh :
Tiara Gian Puspi
G4A014082
Pembimbing,
penjelasan
dari
patogenesis
yang
tidak
pasti
dan
C Epidemiologi
Studi di Denmark, prevalensi TTH tinggi yaitu 78% dan mayoritas
adalah TTH episodik infrekuen (1 hari dalam sebulan atau kurang) tanpa
memerlukan pengobatan yang spesifik. Sekitar 24-37% adalah penderita
yang mengalami TTH beberapa kali dalam sebulan, 10% mengalami TTH
setiap minggu dan 2-3% mengalami TTH kronik, biasanya berlangsung
selama sebagian besar waktu dari hidupnya.
D Patofisiologi
Meskipun banyak studi klinis dan neurofisiologi, penyebab TTH
masih tetap sulit dipahami. Mekanisme miofasial perikranium mungkin
sangat penting pada TTH episodik, sedangkan sensitisasi dari jalur nyeri di
sistem saraf
pusat
yang
disebabkan
dari
rangsangan
nosiseptif
F Gambaran klinis
1
Nyeri
Nyeri pada TTH biasanya digambarkan seperti nyeri tumpul,
terasa seperti ditekan, diikat atau terasa berat pada kepala. Cukup
banyak pasien yang menggambarkan nyeri kepala mereka seperti
memakai topi yang ketat atau pita yang terikat kuat disekitar kepala
atau seperti ada beban berat di kepala. Aktivitas fisik tidak
mempengaruhi intensitas nyeri kepala pada sebagian besar pasien. Hal
tersebut berkebalikan dengan migren dimana nyeri kepala memburuk
ketika melakukan aktivitas fisik rutin dan hal tersebut dipertimbangkan
menjadi satu dari kriteria terbaik untuk membedakan antara TTH dan
migren. Lokasi nyeri kepala pada TTH biasanya bilateral pada 90%
pasien. Bagaimanapun lokasi nyeri kepala bervariasi dan dapat berupa
nyeri kepala dalam atau nyeri kepala belakang.
Gejala Penyerta
Mual dan muntah bisa ada pada penderita TTH. Sekitar 20%
pasien TTH dapat mengeluh anoreksia ringan hingga sedang (sesuai
kriteria ICHD I) yang perlu dibedakan dari mual. Fotofobia atau
fonofobia mungkin juga ada namun kehadiran dua gejala tersebut
secara bersamaan tidak ada.
G Pemeriksaan Fisik
Untuk
mendiagnosis
TTH
memerlukan
penyingkiran
dari
penyebab lain, anamnesis yang baik dan cermat serta pemeriksaan fisik
dan neurologis yang teliti sangat diharuskan. Pemeriksaan fisik seharusnya
termasuk pemeriksaan palpasi manual pada otot perikranial untuk
H Diagnosis Banding
Meskipun TTH terjadi pada hampir 78% pasien nyeri kepala, TTH
merupakan jenis nyeri kepala yang paling berbeda. Diagnosis klinisnya
terutama berdasarkan pada ciri negatif (tidak adanya gejala yang menjadi
ciri nyeri kepala primer atau sekunder lainnya). Seperti tidak adanya sifat
unilateral, tidak adanya sifat berdenyut, tidak dipengaruhi oleh aktivitas
fisik, tidak ada mual dan muntah, tidak ada foto dan fonofobia.
Namun, harus dipahami bahwa sebagian kecil pasien TTH dapat
memiliki beberapa ciri tersebut. Misalnya 18% mungkin memiliki nyeri
kepala berdenyut, 10% nyeri kepala bersifat unilateral, 28% nyeri kepala
diperberat oleh aktivitas fisik rutin, 18% anoreksia, 4% mual, dan 11%
fotofobia. Selanjutnya, banyak jenis nyeri kepala sekunder dapat meniru
TTH di beberapa tahap perkembangan klinis mereka.
Oleh karena itu, riwayat atipikal atau pemeriksaan klinis abnormal
pada pasien yang dicurigai TTH menunjukkan perlunya pemeriksaan lebih
lanjut dengan Computed Tomography atau Magnetic Resonance Imaging.
Namun, sebagian besar dengan riwayat yang khas dan pemeriksaan klinis
yang normal memiliki kemungkinan sangat rendah terhadap penyakit
intrakranial tertentu dan karena itu tidak perlu pemeriksaan lebih lanjut.
I
Pengobatan
1
1000 mg) dan acetaminophen (1000 mg) efektif dalam terapi serangan
akut untuk TTH. Tidak ada perbedaan yang bermakna antara aspirin
dan acetaminophen dalam mengatasi nyeri. NSAID seperti ibuprofen
(200-400 mg), naproxen sodium (375-550 mg), ketoprofen (25-50
mg), dan kalium diklofenak (50-100 mg) terbukti lebih efektif daripada
plasebo pada pasien TTH akut. NSAID ini mungkin lebih efektif
daripada asetaminofen dan aspirin seperti yang ditunjukkan dalam
banyak studi meskipun hasilnya tidak selalu tegas. Kafein, kodein,
sedatif, atau transquilizer sering dikombinasikan untuk meningkatkan
efektivitas NSAID namun harus dihindari karena risiko ketergantungan
dan penyalahgunaan. Pemantauan harus dilakukan untuk menghindari
penggunaan obat secara berlebihan. Opiat harus dihindari. Bukti
efektivitas pelemas otot lemah dan ada risiko untuk habituasi. Oleh
karena itu obat tersebut tidak direkomendasikan. Beberapa pasien
dengan ETTH yang juga memiliki migrain mungkin berespon terhadap
triptan. Namun, pasien ini harus secara jelas diajarkan bagaimana
mengenali dan membedakan antara gejala migrain dan ETTH sehingga
mereka dapat meminum obat yang tepat. Pengobatan nonfarmakologis
berupa pelatihan relaksasi dapat bermanfaat dalam ETTH rekuren.
Pencegahan serangan berulang dari ETTH pertama-tama harus
mempertimbangkan dua hal. Pertama, faktor pencetus harus dihindari.
Misalnya, tidak makan dapat memicu serangan ETTH seperti migrain
dan karena itu harus dihindari. Ada beberapa bukti baru bahwa
estrogen dapat memicu ETTH mirip dengan migrain. Kedua, terlalu
sering menggunakan obat-obatan harus diidentifikasi.
Obat yang paling mujarab untuk mencegah ETTH rekuren
adalah amitriptyline. Obat tersebut harus dimulai pada dosis rendah
(10 mg sampai 25 mg per hari) dan secara bertahap dosis ditingkatkan
jika perlu. Efek samping harus dijelaskan kepada pasien dan diawasi
secara ketat. Pengobatan nonfarmakologis berupa terapi relaksasi dan
biofeedback telah ditemukan memiliki manfaat tetapi perlu personil
terlatih dan terampil untuk pelaksanaannya.
Terapi Non-Farmakologi
Manajemen non-farmakologis meliputi terapi fisik dan
psikologis. Terapi fisik ini adalah yang paling umum digunakan untuk
pengobatan
non-farmakologis
TTH.
Komponennya
termasuk
Prognosis
Dalam sebuah studi epidemiologi selama 12 tahun di Denmark,
dari 549 orang yang ditindaklanjuti, 146 subyek memiliki TTH episodik
frekuen dan 15 subyek memiliki TTH kronik sejak awal. Dari jumlah
tersebut, 45% mengalami remisi, 39% tetap TTH episodik frekuen, dan
16% berkembang menjadi TTH kronik.
DAFTAR PUSTAKA
Chowdhury, D. 2012. Tension-type headache. Annals of Indian Academy of
Neurology 15 (Suppl 1): S83-S88.
Elrington, G. 2002. Migraine: diagnosis and management. Journal Neurology
Neurosurgeon Psychiatry 72 (Suppl II): ii 10 ii 15.
Goldstein J. N., et al.. 2006. Headache in United States emergency departments:
demographics, work-up and frequency of pathological diagnoses.
Cephalalgia 2006 ; 26(6):68490.
Waldie, KE, Buckley J, Bull, PN dkk. 2015. Tension-type headache: a life-course
review. Journal of Headache & Pain Management Vol. 1 No. 1: 1-9.