Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

HYDROCEPHALUS
Disusun untuk Memenuhi Tugas Kepaniteraan Klinik

DISUSUN OLEH:
TIARA DEA ANANDA
NIM. 125070200131005
KELOMPOK 20

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA

MALANG
2015

A. DEFINISI HYDROCEPHALUS
Hidrosefalus merupakan

keadaan

patologis

otak

yang

mengakibatkan

bertambahnya cairan serebro spinalis tanpa atau pernah dengan tekanan intracranial
yang meninggi sehingga terdapat pelebaran ruangan tempat mengalirnya cairan serebro
spinal (Ngastiyah,2007).
Hidrosefalus merupakan sindroma klinis yang dicirikan dengan dilatasi yang
progresif pada system ventrikuler cerebral dan kompresi gabungan dari jaringan jaringan
serebral selama produksi CSF berlangsung yang meningkatkan kecepatan absorbsi oleh
vili arachnoid. Akibat berlebihannya cairan serebrospinalis dan meningkatnya tekanan
intrakranial menyebabkan terjadinya peleburan ruang ruang tempat mengalirnya liquor
(Mualim, 2010)
Hidrosefalus
bertambahnya
intrakranial
2005).

adalah

kelainan

cairan serebrospinal

yang

meninggi,

Pelebaran

ventrikuler

patologis
dengan

sehingga terdapat
ini

otak

yang

atau pernah
pelebaran

mengakibatkan

dengan
ventrikel

tekanan
(Darsono,

akibat ketidakseimbangan antara produksi dan

absorbsi cairan serebrospinal. Hidrosefalus selalu bersifat sekunder, sebagai akibat


penyakit atau kerusakan otak. Adanya kelainan-kelainan tersebut menyebabkan kepala
menjadi besar serta terjadi pelebaran sutura-sutura dan ubun-ubun (DeVito EE et al,
2007)

B. ETIOLOGI
Etiologi hidrosefalus pada bayi atau anak-anak adalah :
1. Kelainan kongenital.
a. Stenosis akuaduktus sylvii.
b. Anomali pembuluh darah.

c. Spino bifida dan kranium bifidi.


d. Sindrom Dandy-walker.
2. Infeksi.
Infeksi mengakibatkan perlekatan meningen (selaput otak) sehingga terjadi obliterasi
ruang subarakhnoid, misalnya meningitis. Infeksi lain yang menyebabkan hidrosefalus
yaitu: TORCH, Kista-kista parasit, Lues kongenital.
3. Trauma.
Seperti pada pembedahan sebelum dan sesudah lahir dalam otak dapat menyebabkan
fibrosis epto meningen pada daerah basal otak, disamping organisasi darah itu sendiri
yang mengakibatkan terjadinya sumbatan yang mengganggu aliran CSS.
4. Neoplasma.
Terjadinya hidrosefalus disini oleh karena obstruksi mekanis yang dapat terjadi di setiap
aliran CSS. Neoplasma tersebut antara lain: Tumor ventrikel III, Tumor fossa posterior,
Pailloma pleksus khoroideus, Leukemia, limfoma.
5. Degeneratif.
Histositosis X, inkontinentia pigmenti dan penyakit krabbe.
6. Gangguan vaskuler:
a. Dilatasi sinus dural.
b. Trombosis sinus venosus.
c. Malformasi V. Galeni.
d. Ekstaksi A. Basilaris
e. Arterio venosus malformasi.
Hydrosephalus dapat disebabkan oleh kelebihan atau tidak cukupnya penyerapan
CSF pada otak atau obstruksi yang muncul mengganggu sirkulasi CSF di sistim
ventrikuler. Kondisi diatas pada bayi dikuti oleh pembesaran kepala. Obstruksi pada
lintasan yang sempit (Framina Monro, Aquaductus Sylvius, Foramina Mengindie dan
luschka ) pada ventrikuler menyebabkan hidrocephalus yang disebut : Noncomunicating
(Internal Hidricephalus)
Obstruksi biasanya terjadi pada ductus silvius di antara ventrikel ke III dan IV yang
diakibatkan perkembangan yang salah, infeksi atau tumor sehingga CSF tidak dapat
bersirkulasi dari sistim ventrikuler ke sirkulasi subarahcnoid dimana secara normal akan
diserap ke dalam pembuluh darah sehingga menyebabkan ventrikel lateral dan ke III
membesar dan terjadi kenaikan ICP.

Tipe lain dari hidrocephalus disebut : Communcating (Eksternal Hidrocephalus)


dmana sirkulasi cairan dari sistim ventrikuler ke ruang subarahcnoid tidak terhalangi, ini
mungkin disebabkan karena

kesalahan absorbsi cairan oleh

sirkulasi vena. Type

hidrocephalus terlihat bersama sama dengan malformasi cerebrospinal sebelumnya.


Pada prinsipnya hidrosefalus terjadi sebagai akibat dari ketidak seimbangan antara 4
produksi, obstruksi dan absorpsi dari CSS. Adapun keadaan-keadaan yang dapat
mengakibatkan terjadinya ketidak seimbangan tersebut adalah:
1. Disgenesis serebri
46% hidrosefalus pada anak akibat malformasi otak dan yang terbanyak adalah
malformasi Arnold-Chiary. Berbagai malformasi serebral akibat kegagalan dalam proses
pembentukan otak dapat menyebabkan penimbunan CSS sebagai kompensasi dari tidak
terdapatnya jaringan otak. Salah satu contoh jelas adalah hidroanensefali yang terjadi
akibat kegagalan pertumbuhan hemisferium serebri.
2. Produksi CSS yang berlebihan
Ini merupakan penyebab hidrosefalus yang jarang terjadi. Penyebab tersering adalah
papiloma pleksus khoroideus, hidrosefalus jenis ini dapat disembuhkan.
3. Obstruksi aliran CSS
Sebagian besar kasus hidrosefalus termasuk dalam kategori ini. Obstruksi dapat terjadi
di dalam atau di luar sistem ventrikel. Obstruksi dapat disebabkan beberapa kelainan
seperti: perdarahan subarakhnoid post trauma atau meningitis, di mana pada kedua
proses tersebut terjadi inflamasi dan eksudasi yang mengakibatkan sumbatan pada
akuaduktus Sylvius atau foramina pada ventrikel IV. Sistern basalis juga dapat tersumbat
oleh proses arakhnoiditis yang mengakibatkan hambatan dari aliran CSS. Tumor fossa
posterior juga dapat menekan dari arah belakang yang mengakibatkan arteri basiliaris
dapat menimbulkan obstruksi secara intermiten, di mana obstruksi tersebut berhubungan
dengan pulsasi arteri yang bersangkutan.
4. Absorpsi CSS berkurang
Kerusakan vili arakhnoidalis dapat mengakibatkan gangguan absorpsi CSS,
selanjutnya terjadi penimbunan CSS. Keadaan-keadaan yang dapat menimbulkan
-

5.

kejadian tersebut adalah:


Post meningitis
Post perdarahan subarachnoid
Kadar protein CSS yang sangat tinggi

Akibat atrofi serebri

Bila karena sesuatu sebab terjadinya atrofi serebri, maka akan timbul penimbunan
CSS yang merupakan kompensasi ruang terhadap proses atrofi tersebut. Terdapat
beberapa tempat yang merupakan predileksi terjadinya hambatan aliran CSS :
o

Foramen Interventrikularis Monroe


Apabila sumbatan terjadi unilateral maka akan menimbulkan pelebaran ventrikel
lateralis ipsilateral.

Akuaduktus Serebri (Sylvius)


Sumbatan pada tempat ini akan menimbulkan pelebaran kedua ventrikel lateralis dan
ventrikel III.

Ventrikel IV
Sumbatan pada ventrikel IV akan menyebabkan pelebaran kedua ventrikel lateralis,
dan ventrikel III dan akuaduktus serebri.

Foramen Mediana Magendie dan Foramina Lateralis Luschka


Sumbatan pada tempat-tempat ini akan menyebabkan pelebaran pada kedua ventrikel
lateralis, ventrikel III, akuaduktus serebri dan ventrikel IV. Keadaan ini dikenal sebagai
sindrom Dandy-Walker.

Ruang Sub Arakhnoid di sekitar medulla-oblongata, pons, dan mesensefalon


Penyumbatan pada tempat ini akan menyebabkan pelebaran dari seluruh sistem
ventrikel. Akan tetapi apabila obstruksinya pada tingkat mesensefalon maka pelebaran
ventrikel otak tidak selebar seperti jika obstruksi terjadi di tempat lainnya. Hal ini terjadi
karena penimbunan CSS di sekitar batang otak akan menekan ventrikel otak dari luar.

C. KLASIFIKASI
Klasifikasi hidrosefalus bergantung pada faktor yang berkaitan dengannya.
Klasifikasi hidrosefalus berdasarkan :
1. Gambaran klinis
Dikenal hidrosefalus yang manifes (overt hydrocephalus) dan hidrosefalus yang
tersembunyi (occult hydrocephalus). Hidrosefalus yang tampak jelas dengan tandatanda klinis yang khas disebut hidrosefalus yang manifes. Sementara itu, hidrosefalus
dengan ukuran kepala yang normal disebut sebagai hidrosefalus yang tersembunyi.
2. Waktu pembentukan
Dikenal hidrosefalus kongenital dan hidrosefalus akuisita. Hidrosefalus yang terjadi
pada neonatus atau yang berkembang selama intra uterin disebut hidrosefalus
kongenital. Hidrosefalus yang terjadi karena cedera kepala selama proses kelahiran
disebut hidrosefalus infantil. Hidrosefalus akuisita adalah hidrosefalus yang terjadi

setelah masa neonatus atau disebabkan oleh faktor-faktor lain setelah masa
neonates.
3. Proses terbentuknya hidrosefalus (waktu/onzet)
Dikenal hidrosefalus akut dan hidrosefalus kronik. Hidrosefalus akut adalah
hidrosefalus yang terjadi secara mendadak sebagai akibat obstruksi atau gangguan
absorbsi CSS (berlangsung dalam beberapa hari). Disebut hidrosefalus kronik apabila
perkembangan hidrosefalus terjadi setelah aliran CSS mengalami obstruksi beberapa
minggu (bulan-tahun). Dan diantara waktu tersebut disebut hidrosefalus subakut.
4. Sirkulasi CSS (cairan serebrospinal)
Dikenal hidrosefalus komunikans dan hidrosefalus non komunikans. Hidrosefalus non
komunikans berarti CSS sistem ventrikulus tidak berhubungan dengan CSS ruang
subaraknoid (adanya blok), misalnya terjadi pada:
a. Kelainan perkembangan akuaduktus Silvius kongenital (disebabkan oleh gen
terangkai X resesif), infeksi virus, tertekannya akuaduktus dari luar karena
hematoma atau aneurisma congenital
b. Atresia foramen Luschka dan Magendie (sindroma Dandy-Walker)
c. Berhubungan dengan keadaan-keadaan meningokel, ensefalokel, hipoplastik
serebelum.
Hidrosefalus komunikans adalah hidrosefalus yang memperlihatkan adanya hubungan
antara CSS sistem ventrikulus dan CSS dari ruang subaraknoid otak dan spinal.
Gangguan absorbsi CSS dapat disebabkan sumbatan sistem subaraknoid disekeliling
batang otak ataupun obliterasi ruang subaraknoid disekeliling batang otak ataupun
obliterasi ruang subaraknoid disekeliling konveksitas otak. Disini seluruh sitem ventrikuli
terdistensi. Hal ini terjadi pada keadaan-keadaan:
a. Malformasi Arnold-Chiari
dimana terjadi hambatan CSS di ruang subaraknoid sekitar batang otak akibat
berpindahnya batang otak dan serebelum ke kanalis servikalis sekunder akibat infeksi
piogenik dan meningitis sehingga terjadi fibrosis dan perlekatan
b. Fibrosis akibat perdarahan subaraknoid
5. Pseudohidrosefalus dan hidrosefalus tekanan normal

(normal

pressure

hydrocephalus).
Pseudohidrosefalus adalah disproporsi kepala dan badan bayi. Kepala bayi tumbuh
cepat selama bulan kedua sampai bulan ke delapan.
6. Berdasarkan Etiologinya
a. Kongenital
Stenosis Akuaduktus Serebri
Mempunyai berbagai penyebab. Kebanyakan disebabkan oleh infeksi atau
perdarahan selama kehidupan fetal; stenosis kongenital sejati adalah 9 sangat

jarang. (Toxoplasma/T.gondii, Rubella/German measles, X-linked hidrosefalus).


Sindrom Dandy-Walker

Malformasi ini melibatkan 2-4% bayi baru lahir dengan hidrosefalus.


Etiologinya tidak diketahui. Malformasi ini berupa ekspansi kistik ventrikel IV
dan hipoplasia vermis serebelum. Hidrosefalus yang terjadi diakibatkan oleh
hubungan antara dilatasi ventrikel IV dan rongga subarachnoid yang tidak
adekuat; dan hal ini dapat tampil pada saat lahir, namun 80% kasusnya
biasanya tampak dalam 3 bulan pertama. Kasus semacam ini sering terjadi
bersamaan dengan anomali lainnya seperti agenesis korpus kalosum,

labiopalatoskhisis, anomali okuler, anomali jantung, dan sebagainya.


Malformasi Arnold-Chiari
Anomali kongenital yang jarang dimana 2 bagian otak yaitu batang otak dan
cerebelum mengalami perpanjangan dari ukuran normal dan menonjol keluar

menuju canalis spinalis


Aneurisma Vena Galeni
Kerusakan vaskuler yang terjadi pada saat kelahiran, tetapi secara normal
tidak dapat dideteksi sampai anak berusia beberapa bulan. Hal ini terjadi
karena vena Galen mengalir di atas akuaduktus Sylvii, menggembung dan

membentuk kantong aneurisma. Seringkali menyebabkan hidrosefalus.


Hidrancephaly
Suatu kondisi dimana hemisfer otak tidak ada dan diganti dengan kantong

CSS.
b. Didapat (Aqcuired)
Stenosis akuaduktus serebri (setelah infeksi atau perdarahan)
Infeksi oleh bakteri Meningitis , menyebabkan radang pada selaput (meningen)
di sekitar otak dan spinal cord. Hidrosefalus berkembang ketika jaringan parut
dari infeksi meningen menghambat aliran CSS dalam ruang subarachnoid,
yang

melalui

akuaduktus

pada

sistem

ventrikel

atau

mempengaruhi

penyerapan CSS dalam villi arachnoid. Jika saat itu tidak mendapat
pengobatan, bakteri meningitis dapat menyebabkan kematian dalam beberapa
hari. Tanda-tanda dan gejala meningitis meliputi demam, sakit kepala, panas
tinggi, kehilangan nafsu makan, kaku kuduk. Pada kasus yang ekstrim, gejala
meningitis ditunjukkan dengan muntah dan kejang. Dapat diobati dengan

antibiotik dosis tinggi.


Herniasi tentorial akibat tumor supratentorial
Hematoma intraventrikuler
Jika cukup berat dapat mempengaruhi ventrikel, mengakibatkan darah
mengalir

dalam

jaringan otak sekitar dan mengakibatkan perubahan

neurologis.

Kemungkinan

hidrosefalus

berkembang

sisebabkan

oleh

penyumbatan atau penurunan kemampuan otak untuk menyerap CSS.


Tumor (ventrikel, region vinialis, fosa posterior)
Sebagian besar tumor otak dialami oleh anak-anak pada usia 5-10 tahun. 70%
tumor ini terjadi dibagian belakang otak yang disebut fosa posterior. Jenis lain
dari

tumor

otakyang

dapat

menyebabkan

hidrosefalus

adalah

tumor

intraventrikuler dan kasus yang sering 11 terjadi adalah tumor plexus


choroideus (termasuk papiloma dan carsinoma). Tumor yang berada di bagian
belakang otak sebagian besar akan menyumbat aliran CSS yang keluar dari
ventrikel IV. Pada banyak kasus, cara terbaik untuk mengobati hidrosefalus
yang berhubungan dengan tumor adalah menghilangkan tumor penyebab

sumbatan.
Abses/granuloma
Kista arakhnoid
Kista adalah kantung lunak atau lubang tertutup yang berisi cairan. Jika
terdapat kista arachnoid maka kantung berisi CSS dan dilapisi dengan jaringan
pada membran arachnoid. Kista biasanya ditemukan pada anak-anak dan
berada pada ventrikel otak atau pada ruang subarachnoid. Kista subarachnoid
dapat menyebabkan hidrosefalus non komunikans dengan cara menyumbat
aliran CSS dalam ventrikel khususnya ventrikel III. Berdasarkan lokasi kista,
dokter bedah saraf dapat menghilangkan dinding kista dan mengeringkan
cairan kista. Jika kista terdapat pada tempat yang tidak dapat dioperasi (dekat
batang otak), dokter dapat memasang shunt untuk mengalirkan cairan agar
bisa diserap. Hal ini akan menghentikan pertumbuhan kista dan melindungi

batang otak.
(Wijaya, 2006).
Selain itu ada beberapa istilah lainnya yang dipakai dalam klasifikasi maupun sebutan
diagnosis kasus hidrosefalus. Hidrosefalus interna menunjukkan adanya dilatasi ventrikel;
sedangkan hidrosefalus eksternal cenderung menunjukkan adanya pelebaran rongga
subarakhnoid di atas permukaan korteks. Hidrosefalus obstruktif menjabarkan kasus yang
mengalami obstruksi pada aliran likuor; dan hal ini dijumpai pada sebagian besar kasus.
Berdasarkan gejala yang ada dibagi menjadi hidrosefalus simptomatik dan asimptomatik.
Hidrosefalus arrested menunjukan keadaan di mana faktor-faktor yang menyebabkan
dilatasi ventrikel pada saat tersebut sudah tidak aktif lagi.Hidrosefalus ex-vacuo adalah
sebutan bagi kasus ventrikulomegali yang diakibatkan oleh atrofi otak primer, yang
biasanya terdapat pada orang tua.

D. TANDA DAN GEJALA


Gambaran klinis pada permulaan adalah pembesaran tengkorak yang disusul oleh
gangguan neurologik akibat tekanan likuor yang meningkat yang menyebabkan hipotrofi
otak. Hidrosefalus pada bayi (sutura masih terbuka pada umur kurang dari 1 tahun)
didapatkan gambaran :

Kepala membesar
Sutura melebar
Fontanella kepala prominen
Ubun-ubun melebar dan tegang
Sunset phenomena. Yaitu bola mata terdorong ke bawah oleh tekanan dan penipisan
tulang-tulang supraorbita, skelra tampak diatas iris, sehingga iris seakan-akan seperti

matahari yang akan terbenam.


Nistagmus horizontal
Perkusi kepala : cracked pot sign yaitu bunyi seperti pot kembang yang retak atau

seperti semangka masak pada perkusi kepala.


Perkembangan motorik dan mental terlambat
Tonus otot meningkat, hiperrefleksi (reflex lutut/akiles)
Cerebral cry yaitu tangisan pendek, bernada tinggi dan bergetar
Pada anak, jika sutura kranialis sudah menutup, terjadi tanda-tanda kenaikan tekanan
intracranial yaitu : muntah proyektil, nyeri kepala, kejang, penurunan kesadaran,
papiledema. Tekanan intrakranial meninggi oleh karena ubun-ubun dan sutura sudah
menutup, nyeri kepala terutama di daerah bifrontal dan bioksipital. Aktivitas fisik dan
mental secara bertahap akan menurun dengan gangguan mental yang sering dijumpai
seperti : respon terhadap lingkungan lambat, kurang perhatian tidak mampu
merencanakan aktivitasnya.

Ukuran rata-rata lingkar kepala :


Lahir

35 cm

Umur 3 bulan

41 cm

Umur 6 bulan

44 cm

Umur 9 bulan

46 cm

Umur 12 bulan

47 cm

Umur 18 bulan
(Wijaya, 2006).
E. PATOFISIOLOGI (terlampir)
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG

48,5 cm

X Foto kepala, didapatkan


o Tulang tipis
o Sutura melebar
o Disproporsi kraniofasial
Dengan prosedur ini dapat diketahui :
o Hidrosefalus tipe kongential/infatil
o Hidrosefalus tipe juvenile/adult : oleh karena sutura telah menutup maka dari foto

rontgen kepala diharapkan adanya gambaran kenaikan tekanan intrakranial.


Transiluminasi : penyebaran cahaya diluar sumber sinar lebih dari batas, frontal 2,5 cm,

oksipital 1 cm
Pemeriksaan CSS. Dengan cara aseptik melalui punksi ventrikel / punksi fontanela

mayor. Menentukan :
o Tekanan
o Jumlah sel meningkat, menunjukkan adanya keradangan / infeksi
o Adanya eritrosit menunjukkan perdarahan
o Bila terdapat infeksi, diperiksa dengan pembiakan kuman dan kepekaan antibiotik.
Ventrikulografi ; yaitu dengan cara memasukkan kontras berupa O2 murni atau kontras
lainnya dengan alat tertentu menembus 15 melalui fontanella anterior langsung masuk
ke dalam ventrikel. Setelah kontras masuk langsung difoto, maka akan terlihat kontras
mengisi ruang ventrikel yang melebar. Pada anak yang besar karena fontanela telah
menutup ontuk memaukkan kontras dibuatkan lubang dengan bor pada karanium
bagian frontal atau oksipitalis. Ventrikulografi ini sangat sulit dan mempunyai resiko
yang tinggi. Di rumah sakit yang telah memiliki fasilitas CT scan, prosedur ini telah
ditinggalkan.
CT scan kepala :
o Pada hidrosefalus obstruktif CT scan sering menunjukkan adanya pelebaran dari
ventrikel lateralis dan ventrikel III. Dapat terjadi di atas ventrikel lebih besar dari
occipital horns pada anak yang besar. Ventrikel IV sering ukurannya normal dan
o

adanya penurunan densitas oleh karena terjadi reabsorpsi transependimal dari CSS.
Pada hidrosefalus komunikan gambaran CT scan menunjukkan dilatasi ringan dari
semua sistem ventrikel termasuk ruang subarakhnoid di proksimal dari daerah
sumbatan.
Keuntungan CT scan : Gambaran lebih jelas, Non traumatic, Meramal prognose,

Penyebab hidrosefalus dapat diduga


USG : Dilakukan melalui fontanela anterior yang masih terbuka. Dengan USG
diharapkan dapat menunjukkan sistem ventrikel yang melebar. Pendapat lain
mengatakan pemeriksaan USG pada penderita hidrosefalus ternyata tidak mempunyai
nilai di dalam menentukan keadaan sistem ventrikel hal ini disebabkan 16 oleh karena

USG tidak dapat menggambarkan anatomi sistem ventrikel secara jelas, seperti halnya

pada pemeriksaan CT scan.


Diagnosis Banding
o Higroma subdural ; penimbunan cairan dalam ruang subdural

akibat pencairan

o
o
o

hematom subdura
Hematom subdural ; penimbunan darah di dalam rongga subdural
Emfiema subdural ; adanya udara atau gas dalam jaringan subdural
Hidranensefali ; sama sekali atau hampir tidak memiliki hemisfer serebri, ruang yang

o
o

normalnya di isi hemisfer dipenuhi CSS


Tumor otak
Kepala besar : Megaloensefali : jaringan otak bertambah, Makrosefali : gangguan
tulang.

G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Penatalaksanaan gizi, klien diberi asupan makanan yang tinggi kalori dan tinggi protein
Terapi medikamentosa
Ditujukan untuk membatasi evolusi hidrosefalus melalui upaya mengurangi sekresi
cairan dari pleksus khoroid atau upaya meningkatkan resorpsinya. Dapat dicoba pada
pasien yang tidak gawat, terutama pada pusat- pusat kesehatan dimana sarana bedah
sarf tidak ada.
Obat yang sering digunakan adalah:
- Asetasolamid
Cara pemberian dan dosis; Per oral 2-3 x 125 mg/hari, dosis ini dapat ditingkatkan
-

sampai maksimal 1.200 mg/hari.


Furosemid
Cara pemberian dan dosis; Per oral, 1,2 mg/kgBB 1x/hari atau injeksi iv 0,6
mg/kgBB/hari
Bila tidak ada perubahan setelah satu minggu pasien diprogramkan untuk operasi.
Lumbal pungsi berulang (serial lumbar puncture).
Mekanisme pungsi lumbal berulang dalam hal menghentikan progresivitas hidrosefalus
belum diketahui secara pasti. Pada pungsi lumbal berulang akan terjadi penurunan
tekanan CSS secara intermiten yang memungkinkan absorpsi CSS oleh vili
arakhnoidalis akan lebih mudah.
Indikasi : umumnya dikerjakan pada hidrosefalus komunikan terutama pada
hidrosefalus

yang

terjadi

setelah

perdarahan

subarakhnoid,

periventrikular-

intraventrikular dan meningitis TBC. Diindikasikan juga pada hidrosefalus komunikan


dimana shunt tidak bisa dikerjakan atau kemungkinan akan terjadi herniasi (impending
herniation)
Cara:

a. LP dikerjakan dengan memakai jarum ukuran 22, pada interspace L2-3 atau L3-4
dan CSS dibiarkan mengalir di bawah pengaruh gaya gravitasi.
b. LP dihentikan jika aliran CSS terhenti. Tetapi ada juga yang memakai cara setiap LP
CSS dikeluarkan 3-5 ml.
c. Mula-mula LP dilakukan setiap hari, jika CSS yang keluar kurang dari 5 ml, LP
diperjarang (2-3 hari).
d. Dilakukan evaluasi dengan pemeriksaan CT scan kepala setiap minggu.
e. LP dihentikan jika ukuran ventrikel menetap pada pemeriksaan CT scan 3 minggu
berturut-turut.
f. Tindakan ini dianggap gagal jika :
- Dilatasi ventrikel menetap
- Cortical mantel makin tipis
- Pada lokasi lumbal punksi terjadi sikatriks
- Dilatasi ventrikel yang progresif
Komplikasi : herniasi transtentorial atau tonsiler, infeksi, hipoproteinemia dan gangguan

elektrolit.
Terapi Operasi
Operasi biasanya langsung dikerjakan pada penderita hidrosefalus. Pada penderita
gawat yang menunggu operasi biasanya diberikan : Mannitol per infus 0,5-2
g/kgBB/hari yang diberikan dalam jangka waktu 10-30 menit.
o Third Ventrikulostomi/Ventrikel III
Lewat kraniotom, ventrikel III dibuka melalui daerah khiasma optikum, dengan
bantuan endoskopi. Selanjutnya dibuat lubang sehingga CSS dari ventrikel III dapat
o

mengalir keluar.
Operasi pintas/Shunting
Ada 2 macam :
Eksternal : CSS dialirkan dari ventrikel ke luar tubuh, dan bersifat hanya
sementara.

Misalnya:

pungsi

lumbal

yang

berulang-ulang

untuk

terapi

hidrosefalus tekanan normal


Internal :
- CSS dialirkan dari ventrikel ke dalam anggota tubuh lain.
- Ventrikulo-Sisternal, CSS dialirkan ke sisterna magna (Thor- Kjeldsen)
- Ventrikulo-Atrial, CSS dialirkan ke atrium kanan.
- Ventrikulo-Sinus, CSS dialirkan ke sinus sagitalis superior
- Ventrikulo-Bronkhial, CSS dialirkan ke Bronkhus
- Ventrikulo-Mediastinal, CSS dialirkan ke mediastinum
- Ventrikulo-Peritoneal, CSS dialirkan ke rongga peritoneum.
- Lumbo Peritoneal Shunt CSS dialirkan dari Resessus Spinalis Lumbalis ke
rongga peritoneum dengan operasi terbuka atau dengan jarum Touhy secara
perkutan. (Wijaya, 2006).

Penatalaksanaan Perawatan Khusus :

Hal hal yang harus dilakukan dalam rangka penatalaksanaan post operatif dan
penilaian neurologis adalah sebagai berikut :
Post Operatif : Jangan menempatkan klien pada posisi operasi.
2) Pada beberapa pemintasan, harus diingat bahwa terdapat katup (biasanya terletak
pada tulang mastoid) di mana dokter dapat memintanya di pompa.
3) Jaga teknik aseptik yang ketat pada balutan.
4) Amati adanya kebocoran disekeliling balutan.
5) Jika status neurologi klien tidak memperlihatkan kemajuan, patut diduga adanya
adanya kegagalan operasi (malfungsi karena kateter penuh); gejala dan tanda yang
teramati dapat berupa peningkatan ICP.
H. KOMPLIKASI
1. Peningkatan TIK
2. Pembesaran kepala
3. kerusakan otak
4. Meningitis, ventrikularis, abses abdomen
5. Ekstremitas mengalami kelemahan, inkoordinasi, sensibilitas kulit menurun
6. Kerusakan jaringan saraf
7. Proses aliran darah terganggu
I.

PENGKAJIAN KEPERAWATAN
Anamnesa
1) Riwayat penyakit / keluhan utama
Muntah, gelisah nyeri kepala, lethargi, lelah apatis, penglihatan ganda, perubahan
pupil, kontriksi penglihatan perifer.
2) Riwayat Perkembangan
Kelahiran : prematur. Lahir dengan pertolongan, pada waktu lahir menangis keras
atau tidak.
Kekejangan : Mulut dan perubahan tingkah laku.
Apakah pernah terjatuh dengan kepala terbentur.
Keluhan sakit perut.
Pemeriksaan Fisik
1) Inspeksi :

Anak dapat melioha keatas atau tidak.

Pembesaran kepala.

Dahi menonjol dan mengkilat. Sertas pembuluh dara terlihat jelas.

2) Palpasi

Ukur lingkar kepala : Kepala semakin membesar.

Fontanela : Keterlamabatan penutupan fontanela anterior sehingga fontanela


tegang, keras dan sedikit tinggi dari permukaan tengkorak.

3) Pemeriksaan Mata

Akomodasi.

Gerakan bola mata.

Luas lapang pandang

Konvergensi.

Didapatkan hasil : alis mata dan bulu mata keatas, tidak bisa melihat keatas.

Stabismus, nystaqmus, atropi optic.

Observasi Tanda Tanda Vital


Didapatkan data data sebagai berikut :

Peningkatan sistole tekanan darah.

Penurunan nadi / Bradicardia.

Peningkatan frekwensi pernapasan.

Diagnosa Klinis :

Transimulasi kepala bayi yang akan menunjukkan tahap dan lokalisasi dari
pengumpulan cairan banormal. ( Transsimulasi terang )

Perkusi tengkorak kepala bayi akan menghasilkan bunyi Crakedpot


(Mercewens Sign)

Opthalmoscopy : Edema Pupil.

CT Scan Memperlihatkan (non invasive) type hidrocephalus dengan nalisisi


komputer.

Radiologi : Ditemukan Pelebaran sutura, erosi tulang intra cranial.

J. DIAGNOSA KEPERAWATAN
Pre Operatif
1) Gangguan rasa nyaman:
intrakranial .

Nyeri akut berhubungan dengan meningkatkanya tekanan

Data Indikasi : Adanya keluahan Nyeri Kepala, Meringis atau menangis, gelisah, kepala
membesar
Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Klien akan mendapatkan kenyamanan,
nyeri kepala berkurang
Kriteria hasil : Nyeri berkurang, tidak ada grimace meringis Kesakitan, Kepala
mengecil
Rencana Keperawatan :
1. Berikan ruangan/lingkungan yang tenang sesuai indikasi
R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya
dan meningkatkan istirahat/relaksasi
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
3. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi
sedikit.
R/ Menurunkan iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah
leher/bahu
R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
5. Berikan tindakan kolaboratif pemberian analgesic (seperti asetaminofen,kodein)
R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
2) Kecemasan sehubungan dengan keadaan yang akan mengalami operasi.
Data Indikasi : Ekspresi verbal menunjukkan kecemasan akan keadaan anaknya.
Tujuan : Setelah dilakukan pendekatan dan intervensi Kecemasan berkurang atau
dapat diatasi.
Kriteria Hasil : kecemasan berkurang
Rencana keperawatan :
6. Kaji status mental dan tingakt ansietas dari pasien/keluarga. Catat adanya tandatanda verbal atau nonverbal
R/ Gangguan tingkat kesadaran dapat mempengaruhi ekspresi rasa takut tetapi
tidak menyangkal keberadaannya. Derajat ansietas akan dipengaruhi bagaimana
informasi tersebut diterima oleh individu
7. Berikan penjelasan dan persiapkan untuk tindakan prosedur sebelum dilakukan
R/ Dapat meringankan ansietas terutama ketika pemeriksaan.

8. Berikan kesempatan pasien untuk mengungkapkan isi pikiran dan perasaan


takutnya
R/ Mengungkapkan rasa takut secara terbuka dimana rasa takut dapat ditujukan
9. Libatkan keluarga dalam perawatan, perencanaan, motivasi dan membuat
keputusan
R/ Meningkatkan rasa control terhadap diri dan meningkatkan kemandirian serta
dukungan.
3) Resiko Kekurangan cairan sehubungan dengan intake yang kurang diserta muntah.
Data Indikasi ; keluhan Muntah, Jarang minum.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Tidak terjadi kekurangan cairan dan
elektrolit.
Kriteria Hasil : muntah berkurang dan pemasukan cairan meningkat
Rencana keperawatan :
1. Kaji tanda vital, peningkatan suhu/demam memanjang, takikardi, hipotensi
ortostatik
R/ peningkatan suhu meningkatkan laju metabolic dan kehilangan cairan melalui
evaporasi. TD ortostatik berubah dan peningkatan takikardia menunjukkan
kekurangan cairan sistemik
2. Kaji turgor kulit, kelembaban membrane mukosa (bibir, lidah)
R/ Indicator langsung keadekuatan volume cairan, meskipun membrane mukosa
mulut mungkin kering karena nafas mulut dan oksigen tambahan
3. Pantau masukan dan haluaran, catat warna, karakter uruine,

hitung

keseimbangan cairan. Waspadai kehilangan yang tampak. Ukur berat badan


sesuai indikasi
R/ Memberikan informasi tentang keadekuatan volume cairan dan kebutuhan
penggantian
4. Tekankan cairan sedikitnya 250cc/hari atau sesuai indikasi
R/ Pemenuhan kebutuhan dasar cairan, menurunkan resiko dehidrasi
5. Kolaborasikan pemberian obat sesuai indikasi (antipiretik, antiemetic)
R/ Berguna menurunkan kehilangan cairan
6. Berikan cairan IV sesuai keperluan
R/ Pada adanya penurunan masuka/banyak kehilangan, penggunaan parenteral
dapat memperbaiki kekurangan
Post Operatif.
1) Nyeri akut sehubungan dengan post operasi dilakukan pemasangan shunt.
Data Indikasi ; adanya keluhan nyeri, Ekspresi non verbal adanya nyeri.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Rasa Nyaman Klien akan terpenuhi,
Nyeri berkurang

Kriteria hasil: Skala nyeri berkurang (1-3), Grimace kesakitan berkurang


Rencana Keperawatan :
1. Berikan ruangan/lingkungan yang tenang sesuai indikasi
R/ Menurunkan reaksi terhadap stimulasi dari luar atau sensitivitas pada cahaya
dan meningkatkan istirahat/relaksasi
2. Tingkatkan tirah baring, bantulah kebutuhan perawatan diri yang penting
R/ Menurunkan gerakan yang dapat meningkatkan nyeri
3. Dukung untuk menemukan posisi yang nyaman, seperti kepala agak tinggi
sedikit.
R/ Menurunkan iritasi, resultan ketidaknyamanan lebih lanjut.
4. Berikan latihan rentang gerak aktif/pasif secara tepat dan masase otot daerah
leher/bahu
R/ Dapat membantu merelaksasikan ketegangan otot yang meningkatkan
reduksi nyeri atau rasa tidak nyaman tersebut.
5. Berikan tindakan kolaboratif pemberian analgesic (seperti asetaminofen,kodein)
R/ Mungkin diperlukan untuk menghilangkan nyeri yang berat.
6. Beri kapas secukupnya dibawa telinga yang dibalut.
7. Aspirasi shunt (Posisi semi fowler), bila harus memompa shunt, maka
pemompaan dilakukan perlahan lahan dengan interval yang telah ditentukan.
R/ Mencegah terjadinya infeksi dan pemyebaran cairan terlalu luas
8. Kolaborasi dengan tim medis bila ada kesulitan dalam pemompaan shunt.
R/ Menjaga kestabilan kondisi pasien
9. Berikan posisi yang nyaman. Hindari posisi pada tempat dilakukan shunt.
R/ Meningkatkan rasa nyaman bagi pasien
10. Observasi tingkat kesadaran dengan memperhatikan perubahan muka (Pucat,
dingin, berkeringat)
R/ Indikator adanya masalah pada nyeri
11. Kaji orisinil nyeri : Lokasi dan radiasinya.
R/ Memudahkan untuk mengatasi nyeri pasien

2) Resiko tinggi terjadinya gangguan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh sehubungan
dengan intake yang tidak adekuat.

Data Indikasi ; Adanya keluhan kesulitan dalam mengkonsumsi makanan.


Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Tidak terjadi gangguan nutrisi.
Kriteria Hasil : Adanya peningkatan BB, Turgor kulit normal, Mukosa bibir normal,
output dan input seimbang
Rencana Keperawatan :
1. Kaji kemampuan pasien untuk menelan, mengunyah, batuk dan mengatasi
sekresi
R/ faktor ini menentukan pemilihan terhadap jenis makanan sehingga pasien
harus terlindung dari aspirasi
2. Timbang berat badan sesuai indikasi
R/ mengebaluasi kefektifan atau kebutuhan mengubah status pemberian nutrisi
3. Jaga keamanan saat memberikan makan pada pasien, seperti tinggikan kepala
tempat tidur pasien selama makan atau selama pemberian makan lewat NGT
R/ menurunkan resiko terjadinya aspirasi
4. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering
R/ Meningkatkan proses pencernaan dan toleransi pasien terhadap nutrisi yang
diberikan
5. Konsultasi dengan ahli gizi
R/ Merupakan sumber efektif untuk mengidentifikasi kebutuhan kalori/nutrisi
tergantung pada berat badan, usia, penyakit.
6. Berikan makan dengan cara yang sesuai, seperti leawat selang NG, member
makanan lunak dan cairan agak kental
R/ Pemilihan rute tergantung pada kebutuhan dan kemampuan pasien
7. Pertahankan kebersihan oral (mulut)
R/ Meningkatkan nafsu makan pasien
3) Resiko tinggi terjadinya infeksi sehubungan dengan infiltrasi bakteri melalui shunt.
Tujuan : Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Tidak terjadi infeksi / Klien bebas
dari infeksi
Kriteria Hasil : suhu tubuh normal, tidak ada tanda-tanda infeksi, tidak terjadi
komplikasi.
Rencana Keperawatan:
1.

Monitor terhadap tanda tanda infeksi.


R/ Mencegah terjadinya komplikasi lebih lanjut

2.

Pertahankan tekhnik kesterilan dalam prosedur perawatan


R/ Menurunkan resiko infeksi sekunder. Mengontrol penyebaran infeksi semakin
meluas

3.

Cegah terhadap terjadi gangguan suhu tubuh.


R/ Timbulnya pengingkatan suhu sebagai indikasi adanya infeksi

4.

Pertahanakan prinsiup aseptik pada drainase dan ekspirasi shunt.


R/ Mencegah terjadi penyebaran infeksi dan mengontrol pemajanan infeksi

4) Resiko tinggi terjadi kerusakan integritas kulit sehubungan dengan imobilisasi.


Tujuan ; Setelah dilakukan intervensi 1x24 jam Pasien bebas dari kerusakan
integritas kulit dan kontraktur.
Kriteria Hasil : tidak terdapat iritasi pada kulit, keadaan kulit kering dab bersih
Rencana Keperawatan :
1.

Mobilisasi klien (Miki dan Mika) setiap 2 jam.


R/ Meningkatkan sirkulasi pada kulit dan mengurangi tekanan pada daerah
tulang yang menonjol

2. Obsevasi terhadap tanda tanda kerusakan integritas kulit dan kontrkatur.


R/ Mencegah adanya kerusakan kulit yang bertambah parah
3. Jagalah kebersihan dan kerapihan tempat tidur.
R/ Mencegah adanya iritasi pada kulit
4. Berikan latihan secara pasif dan perlahan lahan
R/ Menstimulasi sirkulasi, menigkatkan nutris sel atau oksigenasi jaringan,
meningkatkan kesehatan jaringan
DAFTAR PUSTAKA

Doenges M.E,.2008. Rencana Asuhan Keperawatan :Ppedoman Untuk Perencanaan dan


Pendokumentasian Perawatan Pasien, EGC, Jakarta
Halminto,MP,. 2007 ., Dasar- Dasar Keperawatan Maternitas, Ed. VI, EGC, Jakarta
Soetomenggolo,T.S . Imael .S , 2006 . Neorologi Anak, Ikatan Dokter Indonesia, Jakarta
Whaley and Wong. 2005. Nursing Care of Infants and Children, St.Louis : Mosby Year Book
Wijaya, Yoppy. 2006. Refrat Hydrocephalus. SMF Ilmu Bedah RSU-USD Gambiran Kediri
Kepaniteraan Klinik Ilmu Bedah Fakultas Kedokteran Universitas Wijaya Kusuma
Surabaya.

Steinberg
cancer.
29april
GD. Bladder
2013
com/article/438262overview#aw2aab6b2b7

Anda mungkin juga menyukai