Pertama, keadilan selalu tertuju pada orang lain atau keadilan selalu di tandai other directedness
( J. Finnis ). Mustahillah saya berlaku adil terhadap diri saya sendiri. Kalau orang
berbicara tentang keadilan atau ketidakadilan terhadap dirinya sendiri, ia hanya menggunakan
kata itu dalam arti kiasan, bukan dalam arti yang sesungguhnya.
Kedua, keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak diharapkan saja
atau di anjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri kedua ini
disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Kalau ciri pertama
tadi menyatakan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan orang lain, maka ciri
kedua menekankan bahwa dalam konteks keadilan kita harus selalu berurusan dengan hak orang
lain
Ketiga, keadilan menuntut persamaan ( equality ). Atas dasar keadilan, kita harus
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali.
BAB 4
LIBERALISME DAN SOSIALISME SEBAGAI PERJUANGAN MORAL
Bab ini melanjutkan pembicaraan dalam bab sebelumnya tentang keadilan. Masalah
keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik. Tentang itu Liberalisme dan
Sosialisme mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Liberalisme menekankan milik
pribadi sebagai salah satu hak manusia yang terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa
milik tidak boleh dibatasi pada kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi
sosial.
Terdapat beberapa tinjauan historis mengenai Liberalisme dan Sosialisme sebagai
perjuangan moral :
1. John
Locke
dan
milik
pribadi
John Locke ( 1632 - 1704 ), menurutnya manusia mempunyai tiga " hak kodrat "
( natural rights ) : " Life , freedom, and property." Yang paling penting adalah hak
atas milik karena kehidupan dan kebebasan kita miliki juga. Jadi, hak atas milik
menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain juga. Argumentasinya
mempengaruhi secara mendalam pemikiran tentang milik di kemudian hari.
Pemikirannya ini diuraikan dalam buku Two Treatises of Government ( 1690 )
2. Adam
Smith
dan
pasar
bebas
Adam Smith ( 1723 - 1790 ), Menurutnya pasar bebas adalah motivasi untuk
mengambil bagian dalam kegiatan tukar menukar adalah kepentingan pribadi.
3. Marxisme
dan
kritiknya
atas
milik
pribadi
Marxisme menolak kepemilikan pribadi atas kapital atau modal, sebab yang
memilik kapital dengan sendirinya memiliki juga sarana - sarana produksi
Liberalisme adalah Tekanan pada kebebasan individual. Sosialisme adalah Manusia
sebagai makhluk sosial. Liberalisme dan Sosialisme dirumuskan sebagai berikut :
" Liberalisme menempatkan individu diatas masyarakat, sedangkan sosialisme
menempatkan masyarakat di atas individu. Kekuatan liberalisme adalah bahwa milik
pribadi diakui sebagai cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kelebihan
liberalisme kurang memperhatikan nasib kaum miskin dan dalam masyarakat
berindustri. Kekuatan sosialisme menemukan dimensi transindividual dari milik.
Kelemahan sosialisme adalah Ekonomi yang di rencanakan dengan ketat dari atas
ternyata
tidak
bisa
berhasil."
Pentingnya etika tampak dari 2 segi :
Pertama, dari segi keadilan sosial, supaya kepada semua peserta dalam kompetisi di pasar
diberikan kesempatan yang sama
Kedua, Dalam konteks pasar bebas etika sangat dibutuhkan sebagai jaminan agar
kompetisi berjalan dengan baik dari sudut moral.
BAB 5
2.
Relativasi keuntungan.
kesehatan
BAB 6
Kewajiban Karyawan dan Perusahaan
Dalam hubungan antara karyawan dan perusahaan mau tidak mau
akan menghadapi banyak kesulitan. Sebab, diantara karyawan terdapat
banyak variasi: ada posisi dan peran yang sangat beragam. Masalah etika
dalam hubungan karyawan dengan perusahaan, kita tidak bermaksud
menyoroti semua macam masalah etika yang dapat dibayangkan. Kita
mebatasi diri pada masalah-masalah etika yang menimbulkan kesulitan
khusus.
1.
a.
a.
Keselamatan dan kesehatan pekerja tidak pernah boleh dikorbankan kepada kepentingan
ekonomis.
BAB 7
Masalah Etis Seputar Konsumen
a.
a.
Teori kontrak
Kita harus selalu memperlakukan orang lain sebagai tujuan pada dirinya
dan tidak boleh memperlakukan dia sebagai sarana belaka. Karena itu
orang mempunyai hak untuk positif untuk dibantu
c.
3.
a.
Kualitas produk
Harga
BAB 8
Periklanan dan Etika
Periklanan atau reklame adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis
modern. Kenyataan ini berkaitan erat dengan cara berproduksi industri
modern yang menghasilkan produk-produk dalam kuantitas besar,
sehingga harus mencari pembeli. Iklan justru dianggap cara ampuh untuk
menonjol dalam persaingan.
1.
Fungsi periklanan.
b.
c.
Kontrol
oleh
masyarakat,
masyarakat
luas
tentu
diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis periklanan.
5.
Maksud si pengiklan,
penting
dalam
konteks
periklanan
harus
sudah
b.
Isi iklan, isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur
yang menyesatkan.
c.
d.
1. Tanggung
jawab
legal
dan
tanggung
jawab
moral
perusahaan
Kalau ditanyakan apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab legal,
jawabannya tidak bisa diragukan. Dengan jelas sekali perusahaan mempunyai
tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal.
Karena merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai banyak hak dan
kewajiban legal yang dimiliki juga oleh manusia perorangan dewasa, seperti
menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan
kontrak, dan lain - lain. Hakim Agung Amerika, Marshall, pada 1819 : " Suatu
korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak kelihatan, tidak berwujud, dan
hanya berada di mata hukum. Karena semata - mata merupakan ciptaan hukum,
ia hanya memiliki ciri - ciri yang oleh akte pendiriannya diberikan kepadanya. "
Diantara para ahli etika bisnis terutama Peter French yang dengan gigih
membela status moral perusahaan, mulai dalam sebuah artikel dari 1979,
kemudian dilanjutkan dalam beberapa buku. Dengan tegas ia merumuskan
pendapatnya : " corporations can be full - fledged moral persons and have
whatever privileges, rights and duties as are, in the normal course of affairs,
accorded to moral persons ".
2. Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Yang dimaksudkan di sini dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah
tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral
perusahaan tentu bisa di arahkan kepada banyak hal : kepada dirinya sendiri,
kepada karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya. Jika kita berbicara
tentang tanggung jawab sosial, yang disoroti adalah tanggung jawab moral
terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah
masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar masyarakat luas.
3. Tanggung
Jawab
Ekonomis
dan
Tanggung
Jawab
Sosial
Bisnis selalu memiliki dua tanggung jawab ini : Tanggung Jawab Ekonomis
dan Tanggung Jawab Sosial. Dua tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan.
Sering terjadi, sebuah perusahaan negara merugi bertahun - tahun lamanya,
tetapi kegiatannya di biarkan berlangsung terus, karena suatu alasan non