Anda di halaman 1dari 11

BAB 1

BISNIS DAN ETIKA DALAM DUNIA MODERN


Kata " etika " dan " etis " tidak selalu dipakai dalam arti yang samadan karena itu
pula " etika bisnis " bisa berbeda artinya. Suatu uraian sistematis tentang etika bisnis
sebaiknya dimulai dengan menyelidiki dan menjernihkan cara kata seperti " etika " dan "
etis " dipakai. Perlu diakui, ada beberapa kemungkinan yang tidak seratus persen sama
untuk menjalankan penyelidikan ini. Cara yang kami piih untuk menganalisis arti - arti "
etika " adalah membedakan antara " etika sebagai praksis " dan " etika sebagai refleksi
".
Etika sebagai praksis berarti : Nilai - nilai dan norma - norma moral sejauh
dipraktekkan atau justru tidak dipraktekkan, walaupun seharusnya dipraktekan. Dapat
dikatakan juga, etika sebagai praksis adalah apa yang dilakukan sejauh seuai atau tidak
sesuai dengan nilai dan norma moral.
Sedangkan etika sebagai refleksi adalah : pemikiran moral. Dalam etika sebagai
refleksi kita berpikir tentang apa yang dilakukan dan khususnya tentang apa yang harus
dilakukan atau tidak boleh dilakukan. Etika sebagai refleksi berbicara tentang etika
sebagai praksis atau mengambil praksis etis sebagai obyeknya. Tetapi etika sebagai
refleksi bisa mencapai taraf ilmiah juga. Hal itu terjadi, bila refleksi dijalankan dengan
kritis, metodis, dan sistematis, karena tiga ciri inilah membuat pemikiran mencapai taraf
ilmiah. Pemikiran ilmiah selalu bersifat kritis, artinya tahu membedakan antara yang
tahan uji dan yang tidak tahan uji, antara yang mempunyai dasar kukuh dan yang
mempunyai dasar lemah. Pemikiran ilmiah bersifat metodis pula, artinya tidak semrawut
tetapi berjalan secara teratur dengan mengikuti satu demi satu segala tahap yang telah
direncanakan sebelumnya. Akhirnya, pemikiran ilmiah bersifat sistematis, artinya tidak
membatasi diri pada salah satu sisi saja tetapi menyoroti suatu bidang sebagai secara
keseluruhan, secara komprehensif.
BAB 2
SEKILAS TEORI ETIKA
Teori etika merupakan suatu tema yang tidak mudah dan tentu tidak mungkin
menguraikan di sini segala seluk - beluknya. Namun demikian, pembahasan teori etika
tidak boleh dilewati juga. Etika bisnis adalah penerapan prinsip - prinsip etika yang
umum pada suatu wilayah perilaku manusia yang khusus, yaitu kegiatan ekonomi dan
bisnis. Prinsip - prinsip etika tidak berdiri sendir, tetapi tercantum dalam suatu kerangka
pemikiran
sistematis
yang
kita
sebut
"
teori
".
Teori-teori dalam etika bisnis :

Utilitarisme,menurut teori ini semua kegiatan adalah baik jika


membawa manfaat yang menyangkut keseluruhan.

Deontology,melepaskan sama sekali moralitas dari konsekkuensi


perbuatan.

Teori hak,pendekatan yang dipakai untuk mengevaluasi baik


buruknya suatu perbuatan atau perilaku.

Teori keutamaan,memandang sikap atau akhlak seseorang.


BAB 3
EKONOMI DAN KEADILAN
Keadilan merupakan suatutopik penting salam etika. Secara khusus keadilan itu
penting dalam konteks ekonomi dan bisnis, karena tidak pernah sebatas perasaan atau
sikap batin saja tetapi menyangkut kepentingan atau barang yang dimiliki atau di tuntut
oleh
berbagai
pihak.
Ada tiga ciri khas yang selalu menandai keadilan : keadilan tertuju pada orang lain,
keadilah harug ditegakkan, dan keadilan menurut persamaan. Tiga unsur hakiki yang
terkandung dalam pengertian keadilan ini perlu dijelaskan lebih lanjut.

Pertama, keadilan selalu tertuju pada orang lain atau keadilan selalu di tandai other directedness
( J. Finnis ). Mustahillah saya berlaku adil terhadap diri saya sendiri. Kalau orang
berbicara tentang keadilan atau ketidakadilan terhadap dirinya sendiri, ia hanya menggunakan
kata itu dalam arti kiasan, bukan dalam arti yang sesungguhnya.

Kedua, keadilan harus ditegakkan atau dilaksanakan. Jadi, keadilan tidak diharapkan saja
atau di anjurkan saja. Keadilan mengikat kita, sehingga kita mempunyai kewajiban. Ciri kedua ini
disebabkan karena keadilan selalu berkaitan dengan hak yang harus dipenuhi. Kalau ciri pertama
tadi menyatakan bahwa dalam konteks keadilan kita selalu berurusan dengan orang lain, maka ciri
kedua menekankan bahwa dalam konteks keadilan kita harus selalu berurusan dengan hak orang
lain

Ketiga, keadilan menuntut persamaan ( equality ). Atas dasar keadilan, kita harus
memberikan kepada setiap orang apa yang menjadi haknya, tanpa kecuali.

BAB 4
LIBERALISME DAN SOSIALISME SEBAGAI PERJUANGAN MORAL
Bab ini melanjutkan pembicaraan dalam bab sebelumnya tentang keadilan. Masalah
keadilan muncul antara lain dalam kaitan dengan milik. Tentang itu Liberalisme dan
Sosialisme mempunyai pandangan yang sangat berbeda. Liberalisme menekankan milik
pribadi sebagai salah satu hak manusia yang terpenting. Sosialisme berpendapat bahwa
milik tidak boleh dibatasi pada kepentingan individu saja, melainkan mempunyai fungsi
sosial.
Terdapat beberapa tinjauan historis mengenai Liberalisme dan Sosialisme sebagai
perjuangan moral :
1. John
Locke
dan
milik
pribadi
John Locke ( 1632 - 1704 ), menurutnya manusia mempunyai tiga " hak kodrat "
( natural rights ) : " Life , freedom, and property." Yang paling penting adalah hak
atas milik karena kehidupan dan kebebasan kita miliki juga. Jadi, hak atas milik
menyediakan pola untuk memahami kedua hak lain juga. Argumentasinya
mempengaruhi secara mendalam pemikiran tentang milik di kemudian hari.
Pemikirannya ini diuraikan dalam buku Two Treatises of Government ( 1690 )

2. Adam
Smith
dan
pasar
bebas
Adam Smith ( 1723 - 1790 ), Menurutnya pasar bebas adalah motivasi untuk
mengambil bagian dalam kegiatan tukar menukar adalah kepentingan pribadi.
3. Marxisme
dan
kritiknya
atas
milik
pribadi
Marxisme menolak kepemilikan pribadi atas kapital atau modal, sebab yang
memilik kapital dengan sendirinya memiliki juga sarana - sarana produksi
Liberalisme adalah Tekanan pada kebebasan individual. Sosialisme adalah Manusia
sebagai makhluk sosial. Liberalisme dan Sosialisme dirumuskan sebagai berikut :
" Liberalisme menempatkan individu diatas masyarakat, sedangkan sosialisme
menempatkan masyarakat di atas individu. Kekuatan liberalisme adalah bahwa milik
pribadi diakui sebagai cara penting untuk mewujudkan kebebasan pribadi. Kelebihan
liberalisme kurang memperhatikan nasib kaum miskin dan dalam masyarakat
berindustri. Kekuatan sosialisme menemukan dimensi transindividual dari milik.
Kelemahan sosialisme adalah Ekonomi yang di rencanakan dengan ketat dari atas
ternyata
tidak
bisa
berhasil."
Pentingnya etika tampak dari 2 segi :

Pertama, dari segi keadilan sosial, supaya kepada semua peserta dalam kompetisi di pasar
diberikan kesempatan yang sama

Kedua, Dalam konteks pasar bebas etika sangat dibutuhkan sebagai jaminan agar
kompetisi berjalan dengan baik dari sudut moral.
BAB 5

Keuntungan Sebagai Tujuan Perusahaan


Keuntungan termasuk definisi bisnis. Sebab bisnis sering dilukiskan
sebagai to provide products or services for a profit, menyediakan suatu
produk atau jasa secara percuma tidak merupakan bisnis. Tetapi, tetaplah
tujuannya mencari calon pembeli dan karena itu tidak terlepas dari
pencarian keuntungan. Keuntungan atau profit baru muncul dengan
kegiatan ekonomi yang memakai sistem keuangan. Bisnis merupakan
perdagangan yang bertujuan khusus memperoleh keuntungan finansial.
Untuk sebagian perolehan profit tergantung juga pada faktor mujur atau
sial. Karena itu diadakannya transaksi keuangan yang bisa menghasilkan
keuntungan, selalu mengandung risiko untuk mengalami kerugian. Faktor
risiko dalam bisnis tidak boleh diabaikan. Jika meraup keuntungan
sebesar-besarnya tanpa batas menjadi upaya pertama dari bisnis, tidak
dapat dielakkan keberatan dari pihak etika.
1.

Maksimalisasi keuntungan sebagai cita-cita kapitalisme liberal.

Maksimalisme keuntungan hanya dimaksud sebagai sekadar mmodel


ekonomis yang diharapkan akan memberi arah kepada strategi ekonomis
yang bisa berhasil.

2.

Masalah pekerja anak.

Yang dimaksud di sini adalah pekerjaan yang dilakukan oleh anak di


bawah umur demi pembayaran uang yang digunakan untuk membantu
keluarganya. Untuk membentuk pandangan yang seimbang tentang
masalah pekerja anak, sebaiknya kita tidak melupakan kasus-kasus
konkret seperti, penderitaan anak-anak di sini harus dinilai sudah
keterlaluan. Tetapi di sisi lain harus dipertimbangkan juga bahwa anakanak ini bekerja karen terdesak oleh keadaan ekonomi keluarganya.
3.

Relativasi keuntungan.

Beberapa cara untuk melukiskan relativitas keuntungan dalam bisnis,


sambil tidak mengabaikan perlunya, adalah sebagai berikut :

Keuntungan merupakan tolok ukur untuk menilai


perusahaan atau efisiensi manajemen dalam perusahaan.

Keuntungan adalah pertanda yang menunjukkan bahwa produk atau


jasanya dihargai oleh masyarakat.

Keuntungan adalah cambuk untuk meningkatkan usaha.

Keuntungan mengimbangi risiko dalam usaha.


4.

kesehatan

Manfaat bagi stakeholders

Yang dimaksudkan dengan stakeholders adalah semua pihak yang


berkepentingan dengan kegiatan bisnis atau perusahaan. Paham
stakeholders ini membuka perspektif baru untuk mendekati masalah
tujuan perusahaan. Bisa dikatakan bahwa tujuan perusahaan adalah
manfaat semua stakeholders

BAB 6
Kewajiban Karyawan dan Perusahaan
Dalam hubungan antara karyawan dan perusahaan mau tidak mau
akan menghadapi banyak kesulitan. Sebab, diantara karyawan terdapat
banyak variasi: ada posisi dan peran yang sangat beragam. Masalah etika
dalam hubungan karyawan dengan perusahaan, kita tidak bermaksud
menyoroti semua macam masalah etika yang dapat dibayangkan. Kita
mebatasi diri pada masalah-masalah etika yang menimbulkan kesulitan
khusus.
1.

Kewajiban karyawan terhadap perusahaan.

a.

Tiga kewajiban karyawan yang penting.

Kewajiban ketaatan, karyawan harus taat kepada atasannya di


perusahaan.

Kewajiban konfidensialitas, adalah kewajiban untuk menyimpan


informasi yang bersifat konfidensial dan karena itu rahasia yang telah
diperoleh dengan menjalankan suatu profesi.

Kewajiban loyalitas, merupakan konsekuensi dari status seseorang


sebagai karyawan perusahaan.
b.

Melaporkan kesalah perusahaan.

Kesalah perusahaan harus besar.

Pelaporan harus didukung oleh fakta yang jelas dan benar.

Pelaporan harus dilakukan semata-mata untuk mencegah terjadinya


kerugian bagi pihak ketiga, bukan karena motif lain.

Penyelesaian masalah secara internal harus dilakuka dulu, sebelum


kesalahan perusahaan dibawa keluar.

Harus ada kemungkinan real bahwa pelaporan kesalahan akan


mencatat sukses.
2.

Kewajiban perusahaan terhadap perusahaan.

a.

Perusahaan tidak boleh mempraktekkan diskriminasi.

Diskriminasi dalam konteks perusahaan, diskriminasi bisa


berlangsung dalam semua sektor masyarakat, termasuk dunia bisnis.

Argumentasi etika melawan diskriminasi, di sini diselidiki beberapa


argumen yang disajikan oleh utilitarisme, deontologi, dan teori keadilan.
Semua argumentasi ini bisa diterima sebagai dasar etika untuk menolak
diskriminasi.

Beberapa masalah terkait, penilaian terhadap diskriminasi bisa


berubah karena kondisi historis.
b.

Perusahaan harus menjamin kesehatan dan keselamatan kerja.


Aspek keselamatan kerja.

Keselamatan dan kesehatan pekerja tidak pernah boleh dikorbankan kepada kepentingan
ekonomis.

Pertimbangan etika, dalam menyediakan dasar etika bagi kewajiban


perusahaan untuk menjamin kesehatan dan keselamatan kerja.

Dua masalah khusus, di antara banyak masalah yang berkaitan


dengan keselamatan dan kesehatan kerja, dua persoalan yaitu pertama,
pekerja berhak menolak tugas-tugas berbahaya. Dan kedua, risiko untuk
keturuna si pekerja risiko reproduktif.
c.

Kewajiban membagi gaji yang adil.

Menurut keadilan distributif, gaji atau upah merupakan kasus jelas


yang menuntut pelaksanaan keadilan.

Enam faktor khusus, (peraturan hukum, upah yang lazim dalam


sektor industri tertentu, kemampuan perusahaan, sifat khusus
perusahaan tertentu, perbandingan dengan upah/gaji lain dalam
perusahaan, perundingan upah/gaji yang fair).

Senioritas dan imbalan rahasia, senioritas adalah sebagai kriteria


untuk menentukan gaji. Maksudnya orang yang bekerja lebih lama pada
suatu perusahaan atau instansi mendapat gaji lebih tinggi
d.

Perusahaan tidak boleh memberhentikan karyawan sewena-wena,

Majikan hanya boleh memberhentikan karena alasan yang tepat

Majikan harus berpegang pada prosedur yang semestinya

Majikan harus membatasi akibat negatif bagi karyawan sampai


seminimal mungkin.

BAB 7
Masalah Etis Seputar Konsumen

Konsumen merupakan stakeholder yang sangat hakiki dalam bisnis


modern. Bisni tidak mungkin berjalan, kalau tidak ada konsumen yang
menggunakan produk atau jasa yang di buat dan ditawarkan oleh bisnis.
konsumen harus diperlakukan dengan baik secara moral, tidak saja
merupakan tuntutan etis, melainkan juga syarat mutlak untuk mencapai
keberhasilan dalam bisnis. Etika dalam praktek bisnis sejalan dengan
kesuksesan dalam berbisnis.

Perhatian untuk konsumen

a.

Hak Atas Keamanan

Banyak produk mengandung resiko tertentu untuk konsumen, khususnya


resiko untuk kesehatan dan keselamatan
b.

Hak Atas Informasi

Konsumen berhak mengetahui segala informasi yang relevan mengenai


produk yang dibelinya, baik apa sesungguhnya produk itu maupun
bagaimana cara memakainya, maupun juga resiko yang menyertai
pemakainnya
c.

Hak Untuk Memilih

Dalam ekonomi pasar bebas di mana kompetisi merupaka unsur hakiki,


konsumen berhak untuk memilih antara pelbagai produk dan jasa yang di
tawarkan
d.

Hak Untuk Didengarkan

Konsumen adalah orang yang menggunakan produk atau jasa. Ia berhak


bahwa keinginannya tentang produk atau jasa itu didengarkan dan
dipertimbangkan, terutama keluhannya
e.

Hak Lingkungan Hidup

Konsumen memanfaatkan sumber daya alam, sehingga tidak


mengakibatkan pencemaran lingkungan atau merugikan berkelanjutan
proses-proses alam
f.

Hak Konsumen atas Pendidikan

Konsumen mempunyai hak ia harus juga menyadari haknya. Karena itu


konsumen mempunyai hak juga untuk secara positif di didik.
2.

Tanggung jawab bisnis untuk menyediakan produk yang aman.

a.

Teori kontrak

Menurut pandangan ini hubungan antara produsen dan konsumen


sebaiknya dilihat sebagai semacam kontrak dan kewajiban produsen
terhadap konsumen didasarkan atas kontrak itu.
b.

Teori perhatian semestinya

Kita harus selalu memperlakukan orang lain sebagai tujuan pada dirinya
dan tidak boleh memperlakukan dia sebagai sarana belaka. Karena itu
orang mempunyai hak untuk positif untuk dibantu
c.

Teori biaya sosial

Menegaskan bahwa produsen bertanggung jawab atas semua kekurangan


produk dan setiap kerugian yang di alami konsumen dalam memakai
produk tersebut.

3.

Tanggung jawab bisnis lainnya terhadap konsumen

a.

Kualitas produk

Produk yang berkualitas dimaksudkan bahwa produk sesuai dengan apa


yang dijanjikan oleh produsen dan apa yang diharapkan oleh konsumen.
b.

Harga

Harga merupakan buah hasil perhitungan faktor-faktor seperti biaya


produksi, biaya investasi, promosi, pajak, ditambah tentu laba yang
wajar. Harga yang adil dihasilkan oleh tawar-menawar sebagaimana
dilakukan di pasar tradisional.
c.

Pengemasan dan pemberian label.

Pengemasan produk dan label yang ditempelkan pada produk merupakan


aspek bisnis yang semakin penting.

BAB 8
Periklanan dan Etika
Periklanan atau reklame adalah bagian tak terpisahkan dari bisnis
modern. Kenyataan ini berkaitan erat dengan cara berproduksi industri
modern yang menghasilkan produk-produk dalam kuantitas besar,
sehingga harus mencari pembeli. Iklan justru dianggap cara ampuh untuk
menonjol dalam persaingan.
1.

Fungsi periklanan.

Tujuan yang terpeting adalah memperkenalkan sebuah produk atau


jasa.Periklanan dapat dibedakan 2 fungsi : fungsi informatif dan fungsi
persuasif
Dunia bisnis sendiri sering berbicara tantang peiklanan seolah-seolah
funsinya yang utama adalah menyediakan informasi. Iklan tentang
sebuah produk baru biasanya mempunyai unsur informasi yang
kuat.Tercampurnya unsur informati dan unsur persuasif dalam periklanan

membuat penilaina etis terhadapanya menjadi lebih kompleks.


Seandainya iklan semata-mata persuasif, tugas etika disni bisa menjadi
lebih mudah. Tapi pada kenyatannya tidak demikian, dengan akibat
bahwa etika harus bernuansa dalam menghadapi aspek-aspek etis dari
periklanan.
2.

Periklanan dan kebenaran

Pada umumnya periklanan tidak mempunyai reportasi baik sebagai


pelindung atau pejuang kebenaran. sebaliknya, kerapkali iklan terkesan
suka membohongi, menyesatkan , dan bahkan menipu publik. Periklanan
hampir apriori disamakan dengan tidak bisa di percaya. Unsur informasi
selalu harus benar, karena informasi selalu di berikan agar orang percaya.
Masalah kebenaran dalam periklanan tidak bisa di pecahkan dengan cara
hitam putih. banyak tergantung pada situasi konkrit dan kesediaan publik
untuk menerimanya atau tidak.
3.

Manipulasi dengan periklanan

Masalah manipulasi terutama berkaitan dengan segi persuasif dari


iklan. Dengan manipulasi kita maksudkan : mempengaruhi kemauan
orang lain sedemikaian rupa, sehingga ia menghendaki atau
menginginkan sesuatu sebenarnya tidak dipilih oleh orang itu sendri.
4.

Pengontrolan terhadap iklan

Dikatakan bahwa pengontrolan harus di jalankan dengan 3 cara :


a.

Konrol oleh pemerintah, suatu tugas penting bagi pemerintah yang


harus melindungi masyarakat konsumen terhadap keganasan
periklanan.

b.

Kontrol oleh para periklan , menanggulani masalah etis tentang


periklan dengan menyusun sebuah kode etik. Sejumlah norma dan
pedoman yang di setujui olleh profesi periklanan, khususnya oleh
asosiasi biro-biro periklanan.

c.

Kontrol
oleh
masyarakat,
masyarakat
luas
tentu
diikutsertakan dalam mengawasi mutu etis periklanan.

5.

Penilaian etis terhadap iklan.

Prinsip-prinsip etis yang


dipelajari sebelumnya.
a.

Maksud si pengiklan,

penting

dalam

konteks

periklanan

harus

sudah

b.

Isi iklan, isi iklan harus benar dan tidak boleh mengandung unsur
yang menyesatkan.

c.

Keadaan publik yang tertuju, yang di mengerti di sini dengan publik


adalah orang dewasa yang normal dan mempunyai informasi cukup
tentang produk atau jasa yang diiklankan.

d.

Kebiasaan di bidang periklanan, periklanan selalu di praktekkan


dalam rangka tradisi. Dalam tradisi itu orang sudah biasa dengan
cara tertentu disajikannya iklan.
BAB 9
Tanggung Jawab Sosial Perusahaaan

1. Tanggung
jawab
legal
dan
tanggung
jawab
moral
perusahaan
Kalau ditanyakan apakah perusahaan mempunyai tanggung jawab legal,
jawabannya tidak bisa diragukan. Dengan jelas sekali perusahaan mempunyai
tanggung jawab legal, karena sebagai badan hukum ia memiliki status legal.
Karena merupakan badan hukum, perusahaan mempunyai banyak hak dan
kewajiban legal yang dimiliki juga oleh manusia perorangan dewasa, seperti
menuntut di pengadilan, dituntut di pengadilan, mempunyai milik, mengadakan
kontrak, dan lain - lain. Hakim Agung Amerika, Marshall, pada 1819 : " Suatu
korporasi adalah suatu makhluk buatan, tidak kelihatan, tidak berwujud, dan
hanya berada di mata hukum. Karena semata - mata merupakan ciptaan hukum,
ia hanya memiliki ciri - ciri yang oleh akte pendiriannya diberikan kepadanya. "
Diantara para ahli etika bisnis terutama Peter French yang dengan gigih
membela status moral perusahaan, mulai dalam sebuah artikel dari 1979,
kemudian dilanjutkan dalam beberapa buku. Dengan tegas ia merumuskan
pendapatnya : " corporations can be full - fledged moral persons and have
whatever privileges, rights and duties as are, in the normal course of affairs,
accorded to moral persons ".
2. Pandangan Milton Friedman tentang Tanggung Jawab Sosial Perusahaan
Yang dimaksudkan di sini dengan tanggung jawab sosial perusahaan adalah
tanggung jawab moral perusahaan terhadap masyarakat. Tanggung jawab moral
perusahaan tentu bisa di arahkan kepada banyak hal : kepada dirinya sendiri,
kepada karyawan, kepada perusahaan lain, dan seterusnya. Jika kita berbicara
tentang tanggung jawab sosial, yang disoroti adalah tanggung jawab moral
terhadap masyarakat di mana perusahaan menjalankan kegiatannya, entah
masyarakat dalam arti sempit seperti lingkungan di sekitar masyarakat luas.

3. Tanggung
Jawab
Ekonomis
dan
Tanggung
Jawab
Sosial
Bisnis selalu memiliki dua tanggung jawab ini : Tanggung Jawab Ekonomis
dan Tanggung Jawab Sosial. Dua tanggung jawab ini tidak dapat dipisahkan.
Sering terjadi, sebuah perusahaan negara merugi bertahun - tahun lamanya,
tetapi kegiatannya di biarkan berlangsung terus, karena suatu alasan non

ekonomis, misalnya karena perusahaan itu dinilai penting untuk kesempatan


kerja
di
suatu
daerah.
Tanggung jawab ekonomis mempunyai aspek sosial yang penting dan
mungkin aspek terutama yang di garis bawahi oleh Friedmen. Sedangkan
tanggung jawab sosial adalah tanggung jawab terhadap masyarakat diluar
tanggung jawab ekonomis.
4. Kinerja
Sosial
perusahaan
Upaya kinerja sosial perusahaan sebaiknya tidak di kategorikan sebagai
pelaksanaan tanggung jawab sosial perusahaan. Walaupun tidak secara langsung
dikejar keuntungan,namun usaha - usaha kinerja sosial ini tidak bisa dilepaskan
dari tanggung jawab ekonomis perusahaan. Disini tetap berlaku bahwa bisnis
bukan karya amal. Dan perbedaan yang menentukan antara keduanya adalah
pencarian keuntungan. Hanya saja, keuntungan bisa dicari secara langsung atau
melalui jalan putar yang panjang. Kinerja sosial perusahaan akhirnya bertujuan
juga
untuk
mencari
keuntungan.

Anda mungkin juga menyukai