ditangani Kepolisian, Kejaksaan maupun KPK sehingga terdapat satu sumber informasi yang
kredibel bagi publik luas. Kedua, optimalisasi atas sistem informasi perkara yang telah dimiliki oleh
APH sehingga informasi yang tersedia merupakan informasi yang up to date. Dalam prakteknya,
ICW masih melihat bahwa sistem penanganan perkara tidak digunakan sebagai instrument
keterbukaan informasi kepada publik. Apabila data tersebut telah tersedia, maka kerja-kerja
supervise dan koordinasi yang wewenangnya dimiliki oleh KPK akan bisa dijalankan lebih efektif.