Anda di halaman 1dari 7

REFRAT

KONTUSIO SEREBRI

Oleh:
Dewi Tuti Alafiah, S.Ked
J510155068
Dokter Pembimbing:
dr. Bambang, Suhartanto, Sp.B
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
RSUD HARJONO PONOROGO
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA
2016

KONTUSIO SEREBRI
ANATOMI OTAK

Otak di lindungi dari cedera oleh rambut, kulit dan tulang yang
membungkusnya, tanpa perlindungan ini, otak yang lembut yang membuat kita
seperti adanya, akan mudah sekali terkena cedera dan mengalami kerusakan.
Selain itu, sekali neuron rusak, tidak dapat di perbaiki lagi. Cedera kepala dapat
mengakibatkan malapetaka besar bagi seseorang. Sebagian masalah merupakan
akibat langsung dari cedera kepala. Efek-efek ini harus dihindari dan di temukan
secepatnya dari tim medis untuk menghindari rangkaian kejadian yang
menimbulkan gangguan mental dan fisik dan bahkan kematian.
Kulit kepala terdiri dari lima lapisan yang disebut sebagai SCALP, yaitu :
1

Skin atau kulit

Connective tissue atau jaringan penyambung

Aponeurosis atau jaringan ikat yang terhubung langsung dengan tengkorak

Loose areolar tissue atau jaringan penunjang longgar

Perikranium
Tepat di atas tengkorak terletak galea aponeurotika, suatu jaringan

fibrosa, padat dapat di gerakkan dengan bebas, yang memebantu menyerap


kekuatan trauma eksternal. Di antar kulit dan galea terdapat suatu lapisan lemak
dan lapisan membrane dalam yang mngandung pembuluh-pembuluih besar. Bila
robek pembuluh ini sukar mengadakan vasokontriksi dan dapat menyebabkan
kehilangan darah yang berarti pada penderita dengan laserasi pada kulit kepala.
Tepat di bawah galea terdapat ruang subaponeurotik yang mengandung vena
emisaria dan diploika. Pembuluh-pembuluh ini dapat membawa infeksi dari
kulit kepala sampai jauh ke dalam tengkorak, yang jelas memperlihatkan betapa
pentingnya pembersihan dan debridement kulit kepala yang seksama bila galea
terkoyak.
Pada orang dewasa, tengkorak merupakan ruangan keras yang tidak
memungkinkan perluasan intracranial. Tulang sebenarnya terdiri dari dua
2

dinding atau tabula yang di pisahkan oleh tulang berongga. Dinding luar di sebut
tabula eksterna, dan dinding bagian dalam di sebut tabula interna. Struktur
demikian memungkinkan suatu kekuatan dan isolasi yang lebih besar, dengan
bobot yang lebih ringan. Tabula interna mengandung alur-alur yang berisikan
arteria meningea anterior, media, dan posterior. Apabila fraktur tulang tengkorak
menyebabkan tekoyaknya salah satu dari arteri-arteri ini, perdarahan arterial
yang di akibatkannya, yang tertimbun dalam ruang epidural, dapat manimbulkan
akibat yang fatal kecuali bila di temukan dan diobati dengan segera.
Pelindung lain yang melapisi otak adalah meninges. Ketiga lapisan
meninges adalah dura mater, arachnoid, dan pia mater
1

Dura mater cranialis, lapisan luar yang tebal dan kuat. Terdiri atas dua lapisan:
-

Lapisan endosteal (periosteal) sebelah luar dibentuk oleh periosteum


yang membungkus dalam calvaria

Lapisan meningeal sebelah dalam adalah suatu selaput fibrosa yang kuat
yang berlanjut terus di foramen mgnum dengan dura mater spinalis
yang membungkus medulla spinalis

Arachnoidea mater cranialis, lapisan antara yang menyerupai sarang laba-laba

Pia mater cranialis, lapis terdalam yang halus yang mengandung banyak
pembuluh darah.
PATOFISIOLOGI
CEDERA KEPALA
Trauma Kepala adalah cedera mekanik yang secara langsung atau tidak langsung
mengenai kepala yang mengakibatkan luka di kulit kepala, fraktur tulang
tengkorak,

robekan

selaput

otak

dan kerusakan

jaringan

otak

serta

mengakibatkan gangguan neurologis.


Pada kontusio atau memar otak terjadi perdarahan-perdarahan di dalam
jaringan otak tanpa adanya robekan jaringan yang kasat mata, meskipun neuronneuron mengalami kerusakan atau terputus. Pada trauma yang membentur dahi
kontusio terjadi di daerah otak yang mengalami benturan. Pada benturan di
daerah parietal, temporalis dan oksipital selain di tempat benturan dapat pula
terjadi kontusio pada sisi yang bertentangan pada jalan garis benturan. Lesi
3

kedua ini disebut lesi kontra benturan. Perdarahan mungkin pula terjadi
disepanjang garis gaya benturan ini. Pada pemeriksaan neurologik pada kontusio
ringan mungkin tidak dijumpai kelainan neurologik yang jelas kecuali kesadaran
yang menurun. Pada kontusio serebri dengan penurunan kesadaran yang
berlangsung berjam-jam pada pemeriksaan dapat atau tidak dijumpai defisit
neurologik. Gejala defisit neurologik bergantung pada lokasi dan luasnya daerah
lesi. Keadaan klinis yang berat terjadi pada perdarahan besar atau tersebar di
dalam jaringan otak.
Ketika kepala terbanting atau terbentur mungkin penderita pingsan
sebentar dan segera sadar kembali. Dalam waktu beberapa jam, penderita akan
merasakan nyeri kepala yang progresif memberat, kemudian kesadaran
berangsur menurun. Masa antara dua penurunan kesadaran ini selama penderita
sadar setelah terjadi kecelakaan disebut interval lucid.
GAMBARAN KLINIS
Setiap orang memiliki kumpulan gejala yang bermacam-macam akibat
dari trauma kepala. Banyak gejala yang muncul bersaman pada saat terjadi
cedera kepala. Gejala yang sering tampak :

Penurunan kesadaran, bisa sampai koma

Bingung

Penglihatan kabur

Susah bicara

Nyeri kepala yang hebat

Keluar cairan darah dari hidung atau telinga

Nampak luka yang dalam atau goresan pada kulit kepala.

Mual

Pusing

Berkeringat

Pucat

Pupil anisokor, yaitu pupil ipsilateral menjadi melebar.

Pada tahap kesadaran sebelum stupor atau koma, bisa dijumpai


hemiparese atau serangan epilepsi fokal. Pada perjalanannya, pelebaran pupil
akan mencapai maksimal dan reaksi cahaya pada permulaan masih positif
menjadi negatif. Inilah tanda sudah terjadi herniasi tentorial. Terjadi pula
kenaikan tekanan darah dan bradikardi. Pada tahap akhir, kesadaran menurun
sampai koma dalam, pupil kontralateral juga mengalami pelebaran sampai
akhirnya kedua pupil tidak menunjukkan reaksi cahaya lagi yang merupakan
tanda kematian. Gejala-gejala respirasi yang bisa timbul berikutnya,
mencerminkan adanya disfungsi rostrocaudal batang otak.
Pemeriksaan Penunjang
Dengan CT-scan dan MRI, perdarahan intrakranial akibat trauma kepala
lebih mudah dikenali.
Peralatan diagnostik yang digunakan untuk mendeteksi fraktur dari dasar
tengkorak atau rongga tengkorak. CT scan dipilih bila dicurigai terjadi fraktur
karena CT scan bisa mengidentifikasi fraktur dan adanya kontusio atau
perdarahan.
TERAPI
Tindakan yang diambil pada keadaan kontusio berat ditujukan untuk mencegah
meningginya tekanan intrakranial
1

Usahakan jalan nafas yang lapang dengan :


-

Membersihkan hidung dan mulut dari darah dan muntahan

Melonggarkan pakaian yang ketat

Menghisap lendir dari mulut tenggorokan dan hidung

Gigi palsu perlu dikeluarkan

Bila perlu pasang pipa endotrakea atau lakukan trakeotomi

O2 diberikan bila tidak ada hiperventilasi

2. Hentikan perdarahan
3. Bila ada fraktur pasang bidai untuk fiksasi
4. Letakkan pasien dalam posisi miring hingga bila muntah dapat bebas
keluar dan tidak mengganggu jalan nafas
5. Profilaksis antibiotika bila ada luka berat
6. Bila ada syok, infus dipasang untuk memberikan cairan
5

7. Pada keadaan edema otak diberikan manitol 20% dalam infus sebanyak
250 cc dalam waktu 30 menit, dapat diulang tiap 12-24 jam
Indikasi Operasi
Penurunan kesadaran tiba-tiba di depan mata
Adanya tanda herniasi/ lateralisasi
Adanya cedera sistemik yang memerlukan operasi emergensi, dimana CT
Scan Kepala tidak bisa dilakukan.

FRAKTUR DEPRESI
Secara definisi yang disebut fraktur depresi apabila fragmen dari fraktur masuk
rongga intrakranial minimal setebal tulang fragmen tersebut, berdasarkan pernah
tidaknya fragmen fraktur berhubungan dengan udara luar maka fraktur depresi
dibagi 2 yaitu:
Fraktur depresi tertutup. Pada fraktur depresi tertutup biasanya tidak dilakukan
tindakan operatip kecuali bila fraktur tersebut menyebabkan: (1). Gangguan
neurologis, misal kejang-kejang, hemiparese/plegi, penurunan kesadaran, (2)
Secara kosmetik jelek misal : fraktur depresi didaerah frontal yang berhubungan
dengan pekerjaannya. Tindakan yang dilakukan adalah mengangkat fragmen
tulang yang menyebabkan penekanan pada jaringan otak lalu mengembalikan
dengan fiksasi pada tulang di sebelahnya, sedangkan fraktur depresi di daerah
temporal tanpa disertai adanya gangguan neurologis tidak perlu dilakukan
operasi.
Fraktur depresi terbuka. Semua fraktur depresi terbuka harus dilakukan
tindakan operatif debridemant untuk mencegah terjadinya proses infeksi
(meningoencephalitis) Yaitu mengangkat fragmen yang masuk, membuang
jaringan yang devitalized seperti jaringan nekrosis benda-benda asing, evakuasi
hematom, kemudian menjahit duramater secara "water tight"/kedap air
kemudian fragmen tulang dapat dikembalikan atau pun dibuang, fragmen tulang
dikembalikan jika : (a) Tidak melebihi golden periode (24 jam), (b) Duramater

tidak tegang. Jika fragmen tulang berupa potongan-potongan kecil maka


pengembalian tulang dapat secara mozaik.

Anda mungkin juga menyukai