Anda di halaman 1dari 3

A.

DIAGNOSIS MULTIAKSIAL (BERDASARKAN PPDGJ III)


Aksis I

Dari autoanamnesis didapatkan gejala klinis yang bermakna yakni mengamuk,


membanting barang-barang, berteriak-teriak, bicara sendiri, mudah marah, gangguan
silklus tidur, hal ini menyebabkan penderitaan (distress) dan hendaya (disability) bagi
pasien dengan orang sekitarnya sehingga dapat disimpulkan sebagai gangguan jiwa.
Pada pemeriksaan status mental ditemukan mood disforia, afek terbatas,
produktivitas berlebih, hendaya dalam menilai realita berupa halusinasi auditorik
( disuruh jangan sholat dan bekerja) dan visual (melihat wajah firaun dan setan) serta
waham curiga (curiga terhadap mama tirinya) sehingga dapat disimpulkan bahwa
pasien masuk dalam kriteria gangguan jiwa psikotik.
Pada pemeriksaan status internus dan neurologis tidak ditemukan kelainan
yang mengindikasikan gangguan medis umum yang menimbulkan gangguan otak,
sehingga penyebab organik dapat disingkirkan dan pasien ini didiagnosis sebagai
gangguan jiwa psikotik non-organik.
Pada pasien ini ditemukan mengamuk, gelisah, halusinasi auditorik ( disuruh
jangan sholat dan bekerja) dan visual (melihat wajah firaun dan setan) serta waham
curiga (curiga terhadap mama tirinya) dan riwayat penggunaan NAPZA, alkohol dan
rokok sehingga berdasarkan kriteria PPDGJ III maka gejala tersebut termasuk dalam
kategori Gangguan mental dan perilaku akibat penggunaan zat multiple dan
penggunaan zat psikoaktif lainnnya (F19).
Dan pada pasien ini didapatkan gejala
Aksis II

Mekanisme defensi maldaptif


Aksis III

Tidak ada diagnosis aksis III


Aksis IV

Masalah pada primary support group (keluarga).


Aksis V

GAF scale 7061: Gejala ringan, disabilitas ringan.


VI. DAFTAR MASALAH
Organobiologik

Terdapat ketidakseimbangan neurotransmitter yang disebabkan oleh penggunaan


obat sehingga pasien memerlukan psikofarmaka.
Psikologik
Pasien mengalami halusinasi auditorik dan visual serta gangguan isi pikir sehingga
mengalami hendaya.
Sosial
Terdapat hendaya sosial, pekerjaan, dan hendaya waktu senggang sehingga
memerlukan sosioterapi.
VII. PROGNOSIS
Dubia et malam
Faktor-faktor yang mempengaruhi prognosis:
Faktor Pendukung
Dukungan keluarga baik
Tidak ada masalah pada
organobiologik

Faktor Penghambat
Onset kronik
Awitan muda
Belum menikah
Ketidakpatuhan terhadap pengobatan

RENCANA TERAPI
Farmakoterapi :
-

Risperidon 2 mg, 2x1 tab

Psikoterapi Supportif

Ventilasi
Memberikan kesempatan kepada pasien untuk mengungkapkan isi hati dan
keinginannya sehingga pasien merasa lega.

Cognitive Behavioral Therapy (CBT)


Menjelaskan bahwa penyakit Tn. H ini bukan tidak dapat disembuhkan, dapat
disembuhkan tetapi membutuhkan waktu untuk mencari penyebab dan begitu
pula pada pengobatan, tidak akan langsung bereaksi menghilangkan semua
gejala tersebut sekaligus.

Sosioterapi
Memberitahu keluarga agar mengerti keadaan pasien dengan cara mendukung pasien,
menjaga lingkungan pasien, sehingga dapat membantu proses penyembuhan pasien.

Anda mungkin juga menyukai