Anda di halaman 1dari 28

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG

Transportasi merupakan suatu kebutuhan turunan yang diperlukan untuk


memenuhi kebutuhan hidup lainnya. Namun, semakin lama transportasi kini
mulai menjadi kebutuhan yang tak bisa di pisahkan dari kehidupan
manusia.Kebutuhan akan transportasi yang semakin besar

ini perlu

diimbangin dengan adanya sarana dan prasarana yang memadai untuk


menunjang berjalannya kegiatan transportasi dengan baik. Salah satu
prasarana transportasi yang sangat penting adalah jalan.
Jalan dalam menjalankan fungsinya sebagai prasarana transportasi sebagai
penyalur ataupun penghubungkan antara tata guna lahan dan manusia, jalan
memiliki bagian bagian tertentu didalamnya yang masing masing
memiliki fungsi tertentu. Sebagaimana yang di sebutkan dalam Undang
undang No 13 Tahun 1980 yang menyatakan bahwa jalan merupakan suatu
prasarana perhubungan darat dalam bentuk apapun meliputi segala bagian
jalan

termasuk

bangunan

pelengkap

dan

perlengkapannya

yang

diperuntukkan bagi lalu lintas. Bangunan pelengkap dan perlengkapan jalan


tersebut bukan hanya sekedar menjadi pemanis ataupun sebagai hiasan dalam
jalan

melainnkan

memiliki

fungsinya

masing

masing

sehingga

keberadaannya tidak bisa diabaikan.


Namun, saat ini banyak yang dalam perancanaan hingga proses
pembangunan bangunan pelengkap dan pengaman tidak sesuai dengan
kebutuhan jalan, sehingga fungsi dari bangunan pelengkap dan pengamanpun
kurang bisa dirasakan oleh masyarakat pengguna jalan. Dalam rangka
mengetahui lebih detail dari kebutuhan jalan akan adanya bangunan
pelengkap dan pengaman jalan, maka penulis menyusun paper dengan judul
Kebutuhan Bangunan Pelengkap dan Pengaman untuk Jalan Raya.

1.2 RUMUSAN MASALAH


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat di rumuskan permasalah sebagai
berikut :
1. Bagaimana karakteristik bangunan pelengkap dan pengaman jalan yang
berada di lapangan?
2. Apa akibat tidak adanya bangunan pelengkap dan pengaman jalan?

1.3 TUJUAN
1. Mengetahui karakteristik bangunan pelengkap dan pengaman jalan yang
berada di lapangan?
2. Mengetahui akibat tidak adanya bangunan pelengkap dan pengaman
jalan?

1.4 MANFAAT
1. Memberikan informasi mengenai kebutuhan bangunan pelengkap dan
pengaman jalan.
2. Memberikan referensi kepada penulis lain yang ingin menyusun makalah
dengan materi serupa.
3. Sebagai penambah wawasan untuk pembaca dalam bidang transportasi.

BAB II
LANDASAN TEORI
2.1 Kerb
Kerb adalah penonjolan/peninggian tepi perkerasan atau bahu jalan
yang dimaksudkan untuk keperluan drainase, mencegah keluarnya kendaraan
dari tepi perkerasan dan memberikan ketegasan tepi perkerasan.
Menurut (MKJI, 1997) kerb adalah batas yang ditinggikan berupa
bahan kaku antara tepi jalur lalu lintas dan trotoar. Pada umumnya kerb
digunakan pada jalan-jalan di daerah perkotaan, sedangkan untuk jalan-jalan
antar kota kerb digunakan jika jalan tersebut direncanakan untuk lalu lintas
dengan kecepatan tinggi / apabila melintasi perkampungan (Sukirman,1994).
2.1.1 Fungsi Kerb
Kerb beton dalam SKSNI S- 02 1990 F memiliki banyak fungsi antara
lain
1. Menghalangi kendaraan keluar dari jalur lalu lintas
2. Membentuk sistem drainase jalan
3. Proteksi terhadap pejalan kaki
4. Mempertegas batas jalur lalu lintas
5. Menambah estetika
2.1.2 Tipe Kerb
Dalam menjalankan fungsi fungsi tersebut kerb di bagi menjadi
beberapa tipe berdasarkan kegunaan utama, penempatan, bentuk dan
fungsinya. Tipe tipe kerb itu antara lain :
a. Kerb peninggi (mountable curb)
Kegunaan utama : keren yang direncanakan agar dapat didaki
kendaraan
Penempatan

: Tempat parkir di pinggir jalan/ jalur lalu lintas

b. Kereb A1
Kegunaan utama : Kereb yang direncanakan agar bila diperlukan
pada keadaan tertentu masih dapat didaki
kendaraan.
Penempatan

: pulau

Bentuk

: Untuk kemudahan didaki oleh kendaraan, kerb


harus mempunyai bentuk permukaaan lengkung
yang baik.

c. Kereb Penghalang (barrier curb) B1


Kegunaan utama : Kereb yang direncanakan untuk menghalangi /
mencegah kendaraan meninggalkan jalur lalu
lintas.
Penempatan

:-

Median

Trotoar

Digunakan

pada

jalan

dimana

fungsi

pengaman diperlukan
d. Kereb berparit ( Gutter curb) A2
Kegunaan utama : Kereb yang direncanakan untuk membentuk
sistem drainase
Penempatan

: -

Dianjurkan pada jalan yang memerlukan


sistem drainase

Diletakkan pada tepi luar dari perkerasan


(potongan normal) atau pada tepi dalam
tikungan (superelevasi)

e. Kereb Penghalang Berparit (Barrier Gutter Curb) B2


Kegunaan utama

: Kereb penghalang yang direncanakan untuk


membentuk sistem drainase perkerasan jalan.

Penempatan

: - Dianjurkan pada jalan yang memerlukan sistem


drainase
-

Diletakkan pada tepi luar dari perkerasan


(potongan normal) atau pada tepi dalam
tikungan (superelevasi)
4

Dipergunakan pada jalan dimana fungsi


pengaman diperlukan.

Gambar 2.1 Tipe tipe kerb


2.2 Marka Jalan
Marka jalan merupakan suatu tanda yang berada di permukaan jalan
atau di atas permukaan jalan berupa peralatan atau tanda yang membentuk
garis membujur, garis melintang, garis serong serta lambang lainnya yang
berfungsi untuk mengarahkan arus lalu lintas dan membatasi daerah
kepentingan lalu lintas.
5

2.2.1 Ketentuan umum Marka


Dalam membuat marka jalan ada beberapa ketentuan umum antara
lain :
1. Marka jalan yang melekat pada perkerasan jalan harus memiliki
ketahanan permukaan yang memadai
2. Penempatan

marka

jalan

harus

diperhitungkan

untuk

dapat

meningkatkan keselamatan lalu lintas. Pengaturan dengan marka


jalan harus diupayakan untuk mampu memberikan perlindungan pada
pengguna jalan yang lebih lemah seperti sepeda dan pejalan kaki.
3. Marka jalan yang dipasang harus memiliki keseragaman dan
konsistensi yang mudah untuk ditafsirkan oleh pemakai jalan.
4. Pada jalan tanpa penerangan, marka jalan harus mampu memantulkan
sinar lampu kendaraan sehingga terlihat jelas oleh pengemudi pada
saat gelap.
5. Permukaan marka jalan tidak boleh menonjol lebih dari 6 milimeter
diatas permukaan jalan.
2.2.2 Berikut ini adalah ketentuan teknis marka
1. Bahan marka jalan
a. Kualitas bahan marka jalan harus mengacu pada SNI No. 06
4825-1998 tentang spesifikasi cat marka jalan
b. Pembuatan marka jalan menggunakan bahan seagai berikut:
o

Cat

Thermoplastik

Pemantul cahay (reflectorization)

Marka terpabrikasi (prefabricated marking)

Resin yang diterapkan dalam keadaan dingin ( cold applied


resin based markings)

2. Paku jalan
a. Marka jalan yang dinyatakan dengan garis garis pada
permukaan jalan dapat digantikan dengan paku jalan atau
kerucut lalu intas.

b. Paku jalan dapat dibuat dari bahan plastik, baja tahan karat atau
alumunium campur dengan kekuatan yang memadai
c. Paku jalan harus memiliki warna yang berbeda dengan warna
perkerasan jalan.
3. Warna Marka
Seluruh jenis marka berwarna putih, kecuali untuk marka larangan
parkir yang harus mengikuti ketentuan sebagai berikut:
a. Warna kuning berupa garis utuh pada bingkai jalan yang
menyatakan dilarang berhenti pada daerah tersebut.
b. Marka membujur berwarna kuning berupa garis putus putus
pada bingkai jalan yang menyataan dilarang parkir pada daerah
tersebut.
c. Marka berupa garis berbiku biku berwarna kuning pada sisi
jalur lalu lintas yang menyatakan dilarang parkir pada jalan
tersebut.
2.2.3 Jenis Marka
Marka terdiri dari beberapa jenis yaitu marka membujur, marka
melintang, marka serong dan marka tulisan.
1.

Marka membujur
Marka membujur merupakan marka yang sejajar dengan sumbu
jalan.

Gambar 2.2 Marka Membujur


Marka membujur dibagi menjadi beberapa jenis lagi, antara lain:
7

a. Marka membujur garis utuh


Marka membujur garis utuh hanya berlaku untuk jalan dengan
perkerasan lebih dari 4,5 meter yang terdiri atas:
 Marka garis tepi perkerasan jalan
Marka

ini berupa garis uth yang dipasang membujur

pada bagian tepi perkerasan tanpa kerb yang berfungsi sebagai


batas lajur lalu lintas bagian tepi perkerasan.
Ukuran : - Panjang (L) minimum marka jalan ini 20 m
- Lebar garis utuh (w) pada marka jalan ini minimal
0,1 meter maksimal 0,15 meter
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan yang
dibagian tepi dalam maupun tepi luar perkerasan. Pada jalan 2
arah yang mempunyai lebih dari 3 lajur, tiap tiap arah harus
dipisah dengan

garis

utuh membujur dan pada saat

memndekati simpang atau keadaan tertentu dapat digunakan 2


garis utuh yang berdampingan.
 Marka Marjinal
Marka marginal merupakan marka garis utuh membujur
yang ditempatkan pada bagian tepi perkerasan yang dilengkapi
dengan kerb. Marka ini berfungsi sebagai batas bingkai jalan
bagian tepi perkerasan. Marka ini memiliki lebar garis utuh (w)
minimal 0,10 meter maksimal 0,15.
Marka garis marjinal ditempatkan pada perkerasan jalan
dibagian tepi dalam maupun tepi luar perkerasan sebelum kerb.
 Marka garis pendekat
Marka garis pendekat merupakan marka garis utuh
membujur yang ada sebelum adanya halangan atau pulau jalan.
Marka ini berfungsi sebagai tanda bahwa arus lalu lintas/
kendaraan mendekati halangan atau pulau jalan. Marka ini
memiliki lebar garis utuh (w) minimal 0,10 meter maksimal
0,15.

Marka garis pendekat ditempatkan pada perkerasan jalan


setelah adanya marka garis peringatan dan sebelum marka
garis serong (chevron)
 Marka garis pengarah
Marka

ini berupa garis utuh membujur yang dipasang

sebelum persimpangan sebagai pengganti marka garis putus


putus pemisah arah lajur yang berfungsi sebagai pengarah lalu
lintas pada persimpangan sebidang
Ukuran : - Panjang (L) minimum marka jalan ini 20 m dari
marka garis melintang batas berhenti
- Lebar garis utuh (w) pada marka jalan ini
minimal 0,1 meter maksimal 0,15 meter
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah
marka batas lajur dan sebelum marka garis melintang batas
henti.
 Marka garis larangan
Marka ini berupa garis utuh membujur pada daerah tertentu
atau tikungan dengan jarak pandang terbatas yang berfungsi
sebagai tanda larangan bagi kendaraan untuk tidak melewati
marka garis ini karena jarak pandangan yang terbatas seperti
di tikungan, lereng bukit, atau pada bagian jalan yang sempit.
Ukuran : - Panjang (L) minimum marka jalan ini 20 meter
- Lebar garis utuh (w) pada marka jalan ini minimal
0,1 meter maksimal 0,15 meter
Marka jalan ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah
marka peringatan.
b. Marka garis putus putus membujur
 Marka garis sumbu dan pemisah
Marka ini merupakan marka garis putus putus membujur.
Marka jalan ini berfungsi sebagai marka garis sumbu atau
tanda pemisah lajur. Marka ini ditempatkan pada sumbu
perkerasan untuk jalan lurus 2 jalur. Untuk jalan yang memiliki
9

jalur pendakian, penempatan marka ini tidak pada sumbu


perkerasan, melainkan pada batas lajur pada jalur pendakian,
penempatan marka ini tidak pada sumbu perkerasan,
melainkan pada batas lajur pada jalur pendakian.
Ukuran :
-

Apabila kecepatan lalu lintas kurang dari 60 km perjam,


panjang garis putus putus 3 meter dan jarak celah garis
putus putus 5 meter.

Apabila kecepatan lalu lintas lebih dari 60 km perjam,


panjang garis putus putus 5 meter dan jarak celah garis
putus putus 8 meter.

 Marka Pengarah
Marka ini merupakan marka garis putus putus membujur
yang ditempatkan mengikuti jejak lalu lintas yang membelok
pada jalan dengan lajur lebih dari dua. Marka ini berfungsi
sebagai marka pengarah kendaraan yang akan membelok.
Ukuran :
-

Lebar garis minimum 0,10 meter maksimum 0,15 meter

Ppanjang garis 0,5 meter dan jarak celah sama dengan


panjang garis.

 Marka garis peringatan


Marka ini merupakan marka garis putus putus membujur
yang ditempatkan sebelum marka garis pendekat atau sebelum
setelah marka garis putus putus pemisah lajur. Marka ini
berfungsi sebagai peringatan akan mendekati marka garis
pedekat.
Ukuran :
-

Panjang minimum marka ini 50 meter

Panjang garis pada garis putus putus minimal 2 atau tidak


lebih dari 4 kali dari jarak celahnya.

c. Marka membujur garis ganda


 Marka garis ganda putus putus dengan garis utuh
10

Marka ini berbentuk garis ganda putus putus dan garis


utuh yang sejajar. Marka ini mengindikasikan bahwa lalu lintas
yang berasa pada sisi garis putus putus garis ganda tersebut.
Dan lalu lintas yang berada pada sisi garis utuh dilarang
melintasi garis ganda tersebut. Marka ini ditempatkan pada
sumbu perkerasan atau batas jalur.
Ukuran :
- Jarak antara/spasi 2 garis membujur yang berdampingan
atau garis ganda, minimal 0,1 meter dan maksimal 0,18
meter
- Panjang garis dan jarak celah merujuk pada ukuran marka
membujur garis putus putus.
 Marka garis ganda putus putus
Marka ini berbentuk garis ganda putus - putus yang sejajar.
Marka ini berfungsi sebagai pemisah jalur lalu lintas . Marka
ini ditempatkan pada sumbu perkerasan atau batas jalur lalu
lintas lebih dari 2 lajur.
Ukuran :
- Jarak antara/spasi 2 garis membujur yang berdampingan
atau garis ganda, minimal 0,1 meter dan maksimal 0,18
meter
- Panjang garis dan jarak celah merujuk pada ukuran marka
membujur garis putus - putus
 Marka garis ganda utuh
Marka ini berbentuk garis ganda utuh yang sejajar. Marka
ini berfungsi sebagai pemisah jalur lalu lintas yang tidak bleh
dilewati kendaraan atau sebagai pengganti median timbul.
Marka ini ditempatkan pada sumbu perkerasan atau batas jalur
lalu lintas.
Ukuran :

11

- Jarak antara/spasi 2 garis membujur yang berdampingan


atau garis ganda, minimal 0,1 meter dan maksimal 0,18
meter
- Bila jarak 2 buah marka membujur garis utuh > 18 cm,
marka di antara kedua marka membujur garis utuh tersebut
(didalamnya)

dilengkapi

dengan

marka

serong

dan

dikategorikan sebagai median di atas.


2.

Marka Melintang
Marka melintang adalah marka yang tegak lurus terhadap
sumbu jalan.

Gambar 2.3 Marka melintang


Marka melintang dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
a. Marka garis melintang utuh
Marka ini berupa garis utuh melintang pada perkerasan jalan
di persimpangan atau daerah penyebrangan pejalan kaki. Marka
ini berfungsi sebagai batas henti kendaraan yang diwajibkan oleh
alat pemberi isyarat lalu lintas atau rambu larangan.
Ukuran :
- Tebal garis marka melintang harus lebih besar dari marka
membujur, minimal 0,20 maksimal 0,30 meter
Marka ini ditempatkan bila garis berhenti dilengkapi dengan
perkataan stopyang dituliskan di permukaaan jalan, jarak antara
12

puncak huruf pada tulisan STOP dan garis berhenti minimal 1


meter maksimal 2,5 meter. Selain itu marka ini juga ditempatkan
pada persimpangan atau daerah penyebrangan pejalan kaki, dan
harus dilengkapi dengan garis pembatas berupa garis utuh
membujur.
b. Marka garis melintang putus putus
Marka ini berupa garis ganda putus putus pada pertemuan
jalan mayor yang tidak dilengkapi dengan lampu lalu lintas
(APILL). Marka ini berfungsi sebagai batas henti kendaraan
sewaktu mendahulukan kendaraan lain apabila tidak dilengkapi
dengan rambularangan.
Ukuran :
- Tebal garis minimum 0,30 meter
- Panjang garis 0,60 meter
- Jarak celah 0,3 meter

Gambar 2.4 Marka melintang putus - putus


Marka ini ditempatkan pada persimpangan yang tidak
dilengkapi dengan rambu larangan atau APILL, harus didahului
dengan lambang berupa segitiga yang salah satu alasnya sejajar
dengan marka melintang tersebut, jarak antara alas segitiga dengan
garis tanda melintang minimal 1 meter maksimal 2,5 meter. Alas
segitiga minimal 1 meter dan tingginya 3 kali alas segitiga.
13

3.

Marka serong
Marka serong adalah marka yang berbentuk garis utuh
membentuk sudut < 90 terhadap lajur lalu lintas untuk menyatakan
suatu daerah permukaan jalan yang bukan merupakan jalur lalu
lintas kendaraan.

Gambar 2.5 Marka serong


a. Marka bingkai serong
Marka bingkai garis berupa garis serong utuh dengan
bingkai garis utuh yang menyatakan bahwa kendaraan tidak
diperbolehkan menginjak bagian jalan tersebut. Marka ini
berfungsi sebagai pemberitahuan awal atau akhir pemisah jalan,
pengarah lalu lintas dan kendaraan akan mendekati pulau lalu
lintas.
Ukuran :
-

Tabal garis bingkai minimal 0,15 meter

Tebal garis serong minimal 0,30 meter

Jarak celah antar garis serong minimal 1 meter

Sudut garis serong 45 terhadap arah lalu lintas

Panjang daerah arsis atau garis serong minimal 10 meter

14

Jarak akhir daerah arsir 2 meter dari ujung penghalang atau


pulau jalan.

Marka ini ditempatkan pada perkerasan jalan setelah marka garis


pendekat dan sebelum halangan atau pulau jalan.
4.

Marka lambang
Marka lambang merupakan marka yang mengandung arti
tertentu untuk menyatakan peringatan, perintah dan larangan untuk
melengkapi atau menegaskan maksud yang telah disampaikan oleh
rambu atau tanda lalu lintas lainnya.

Gambar 2.6 Marka Lambang


5.

Marka Panah
Marka panah berbentuk ujung anak panah dengan 1 atau 2
penunjuk arah yang berfungsi sebagai pengarah bagi lalu lintas.
Ukuran dari marka panah:
- Panjang minimum 5 meter untuk jalan dengan kecepatan
rencana kurang dari 60 km,
15

- Panang minimum 7,5 meter untuk jalan dengan kecepatan


rencana lebih dari 60 km/jam, detail dimensi marka panah
pada kecepatan ini sama dengan 1,5 kali dimensi marka
panah untuk kecepatan dibawah 60 km/jam.
- Jarak antar panah minimum 40 meter maksimum 80 meter.
- Jumlah minimum marka panah 2 buah
Marka ini ditempatkan pada perkerasan jalan sebelum garis
batas henti ( 5 sampai 10 meter)

Gambar 2.7 Marka pengarah


6.

Marka Tulisan
Marka ini berupa huruf pada perkerasan jalan yang memanjang
ke jurusan arus lalu linyas yang berfungsi untuk mempertegas
penggunaan ruang jalan, memperingatkan pemakai jalan atau
menuntun pemakai jalan.
Tabel 2.1 Dimensi huruf marka tulisan
Dimensi (m)

No

Bagian huruf

Kecepatan < 60

Kecepatan > 60

km/jam

km/jam

Tinggi huruf

1,6

2,8

Tebal alas/ kepala

0,2

0,35

Tebal badan

0,07

0,14

Celah huruf

0,07

0,14

16

Gambar 2.8 Marka garis stop


2.3 Rambu Lalu Lintas
Rambu adalah alat yang utama dalam mengatur, memberi peringatan
dan mengarahkan lalu Rambu yang efektif harus memenuhi hal-hal berikut:


memenuhi kebutuhan

menarik perhatian dan mendapat respek pengguna jalan.

memberikan pesan yang sederhana dan mudah dimengerti.

menyediakan waktu cukup kepada pengguna jalan dalam memberikan


respon.
Untuk memenuhi kebutuhan tersebut, pertimbangan-pertimbangan yang

harus diperhatikan dalam perencanaan dan pemasangan rambu adalah:




Keseragaman bentuk dan ukuran rambu


Keseragaman

dalam alat

kontrol

lalu

lintas

memudahkan tugas pengemudi untuk mengenal, memahami dan


memberikan respon. Konsistensi dalam penerapan bentuk dan ukuran
rambu akan menghasilkan konsistensi persepsi dan respon pengemudi.


Desain Rambu
Warna, bentuk, ukuran, dan tingkat retrorefleksi

yang

memenuhi standar akan menarik perhatian pengguna jalan, mudah


dipahami dan memberikan waktu yang cukup
dalam memberikan respon.
17

bagi

pengemudi

Lokasi rambu
Lokasi rambu berhubungan dengan pengemudi sehingga
pengemudi yang berjalan dengan kecepatan normal dapat memiliki
waktu yang cukup dalam memberikan respon.

Operasi rambu
Rambu yang benar pada lokasi yang tepat harus memenuhi
kebutuhan lalu lintas dan diperlukan pelayanan yang konsisten dengan
memasang rambu yang sesuai kebutuhan.

Pemeliharaan rambu
Pemeliharaan rambu diperlukan agar rambu tetap berfungsi
baik.

2.3.1 Jarak Penempatan


1. Rambu di sebelah kiri
a. Rambu ditempatkan di sebelah kiri menurut arah lalu lintas, di luar
jarak tertentu dan tepi paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas
kendaraan dan tidak merintangi lalu lintas kendaraan atau pejalan
b. Jarak penempatan antara rambu yang terdekat dengan bagian tepi
paling luar bahu jalan atau jalur lalu lintas kendaraan minimal 0,60
c. Penempatan rambu harus mudah dilihat dengan jelas oleh pemakai
jalan
2. Rambu di sebelah kanan
a. Rambu di sebelah kanan

dalam keadaan tertentu dengan

mempertimbangkan lokasi dan kondisi lalu lintas rambu dapat


ditempatkan disebelah kanan atau di atas daerah manfaat jalan.
b. Penempatan rambu di sebelah kanan jalan atau daerah manfaat
jalan harus

mempertimbangkan

faktor-faktor

antara

lain

geografis, geometris jalan, kondisi lalu lintas, jarak pandang dan


kecepatan rencana.
c. Rambu

yang

dipasang

pada

pemisah

jalan

(median)

ditempatkan dengan jarak 0,30 meter dari bagian paling luar


dari pemisah jalan.
2.3.2 Tinggi rambu
18

1. Ketinggian penempatan rambu pada sisi jalan minimum 1,75 meter dan
maksimum 2,65 meter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi
daun rambu bagian bawah, atau papan tambahan bagian bawah apabila
rambu dilengkapi dengan papan tambahan.
2. Ketinggian penempatan rambu di lokasi fasilitas pejalan kaki minimum
2,00 meter dan maksimum 2,65 meter diukur dari permukaan fasilitas
pejalan kaki sampai dengan sisi daun rambu bagian bawah atau papan
tambahan bagian bawah, apabila rambu dilengkapi dengan papan
tambahan.
3. Khusus untuk rambu peringatan ditempatkan dengan ketinggian 1,20
meter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi rambu bagian
bawah.
4. Ketinggian penempatan rambu di atas daerah manfaat jalan adalah
minimum 5,00 meter diukur dari permukaan jalan sampai dengan sisi
daun rambu bagian bawah.
2.3.3 Posisi Rambu
1. Pada kondisi jalan yang lurus atau melengkung ke kiri, rambu yang
ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu digeser 3
(derajat) searah jarum jam dan posisi tegak lurus sumbu jalan.
2. Rambu petunjuk dipasang pada posisi rambunya sejajar dengan sumbu
jalan.
3. Pada kondisi jalan yang melengkung ke kanan, rambu petunjuk yang
ditempatkan pada sisi jalan, pemasangan posisi rambu tegak lurus
terhadap sumbu jalan.
4. Rambu jalan yang ditempatkan pada awal pemisah jalan dan di atas
daerah manfaat jalan pada jalan 1 arah, pemasangan posisi rambu tegak
lurus terhadap sumbu jalan dan ditempatkan ditengah-tengah dari lebar
median.
5. Posisi rambu tidak boleh terhalangi oleh bangunan, pepohonan atau
benda-benda lain yang dapat berakibat mengurangi atau menghilangkan
arti rambu tersebut.

19

6. Daun rambu harus dipasang pada tiang yang khusus disediakan untuk
pemasangan daun
2.3.4 Macam macam rambu
1. Rambu Peringatan
Rambu

peringatan

digunakan

untuk

memberi

peringatan

kemungkinan ada bahaya atau tempat berbahaya di depan pengguna


jalan. Warna dasar rambu peringatan berwarna kuning dengan
lambang atau tulisan berwarna hitam
2. Rambu Larangan
Warna dasar rambu larangan berwarna putih dan lambang atau
tulisan berwarna hitam atau merah.
3. Rambu Perintah
Warna dasar rambu perintah berwarna biru dan lambang
atau tulisan berwarna putih serta merah untuk garis serong
sebagai batas akhir perintah.
4. Rambu Petunjuk
a. Rambu petunjuk yang menyatakan tempat fasilitas umum, batas
wilayah suatu daerah, situasi jalan, dan rambu berupa katakata serta tempat khusus dinyatakan dengan warna dasar biru.
b. Rambu petunjuk pendahulu jurusan, rambu petunjuk jurusan
dan rambu penegas jurusan yang menyatakan petunjuk arah
untuk mencapai tujuan antara

lain

kota,

daerah/wilayah

serta rambu yang menyatakan nama jalan dinyatakan dengan warna


dasar hijau dengan lambang dan/atau tulisan warna putih.
c. Rambu petunjuk jurusan menggunakan huruf

kapital pada

huruf pertama, dan selanjutnya menggunakan huruf kecil


dan/atau seluruhnya menggunakan huruf kapital dan/atau huruf
2.4 Pagar Pengaman
Guardrail-Pagar Pengaman Jalan adalah alat keselamatan jalan yang
terbuat dari baja lembaran yang dibentuk/diforming dengan mesin cold-roll
sehingga menghasilkan beam baja profil atau disebut W-Beam. Ketebalan
baja juga telah ditentukan untuk menghindari resiko terburuk bagi kendaraan
20

yang

menabraknya.

Dengan

ketebalan

tersebut,

maka

beam

akan

lentur/flexible terhadap benturan keras dari kendaraan.

Pagar pengaman dapat menahan benturan keras dan menyerap sebagian


besar energi kenetik, sehingga berfungsi agar :

Kendaraan tidak terlempar keluar.

Kendaraan diarahkan kembali ke arah parallel jalan.

Mengurangi goncangan hebat, sehingga akibat kecelakaan dapat


dikurangi.

2.5 Patok
Patok km merupakan alat pelengkap jalan yang menunjukkan jarak yang
ditempuh pengendara yang melewati jalan tersebut. Patok ini dipasang
setiap 1 km, dan patok hm dipasang setiap 100 m. Patok km dan hm
terbuat dari beton. Detail patok km seperti yang ditunjukkan pada gambar
3.9.

Gambar 3.9 Patok Km


21

BAB III
PEMBAHASAN
3.1

Penerapan Bangunan Pelengkap dan Bangunan Pengaman


3.1.1 Kerb
Kerb memiliki tipe tipe yang berbeda berdasarkan fungsinya, salah
satunya adalah Kerb penghalang tanpa bukaan atau tipe B1. Dalam
perencanaan kerb penghalang memiliki spesifikasi ukuran sendiri yang
telah ditentukan seperti pada gambar dibawah ini.

Gambar 3.1 Kerb B1


Namun, dalam pengkerjaan kerb dilapangan memiliki ukuran yang
berbeda walaupun tidak jauh berbeda seperti kerb yang berada didaerah
tol banyumanik yang memiliki ukuran seperti gambar dibawah ini:

Gambar 3.2 Kerb B1 di Lapangan


22

Selain dari ukuran kerb yang berbeda, disepanjang jalan terlihat


banyak kerb yang jatuh ke dalam saluran samping seperti pada gambar
yang menunjukkan bahwa kerb yang dipasang dijalan tersebut memiliki
mutu yang kurang baik.

Gambar 3.3 Kerb yang jatuh ke saluran samping


3.1.2 Marka
Pada daearah yang disurvey memiliki spesifikasi marka yang tidah
berbeda jauh dengan ketentuan yang berlaku.
a. Marka garis membujur pada tepi perkerasan memiliki lebar
0,15 meter sesuai ketentuan yang menyatakan bahwa ukuran
lebar marka garis membujur tepi perkerasan minimal 0,1 meter
dan maksimal 0,15 meter.

Gambar 3.4 Marka garis utuh tepi perkerasan


23

b. Garis sumbu dan pemisah pada jalan tol banyumanik juga


sudah sesuai dengan ketentuan yang berlaku sebagaimana
gambar dibawah ini.

Gambar 3.5 Marka garis sumbu dan pemisah


c. Pada tempat penyebrangan dan dan pemberhentian didaerah
survey tidak dilengkapi dengan marka melintang putus putus
sebagai tempat penyebrangan, namun terdapat marka garis
melintang utuh dengan ukuran lebar 0,29 meter, namun pada
ketentuan lebar marka melintang garis utuh adalah 0,30 meter.
d. Pada daerah penyebrangan terdapat marka panah namun ada
beberapa ukuran yang tidak sesuai dengan ketentuan.
e. Marka chevron terdapat pada pulau memiliki lebar yang sudah
sesuai yaitu 0,15 meter.

Gambar 3.6 Marka serong

24

3.1.3 Rambu
a. Rambu peringatan berhenti memiliki warna merah, putih, hitam,
dan tinggi tiang rambu 2,4 meter yang masih berada diantara
tinggi minimum (2,1 m) dan tinggi maksimum (2,65 m) sehingga
sesuai dengan ketentuan , namun ukuran rambu terlalu besar dari
ketentuan yaitu 900 mm yang seharusnya 750 mm.
b. Rambu petunjuk dengan tiang rangkap memiliki dimensi 3 x 1,5
meter yang cukup berbeda dengan ketentuan yaitu 3,2 x 2,4 m.
3.1.4 Patok
Sepanjang jalan tidak ditemukan patok km ataupun hm, hanya
terdapat patok rumija dengan ukuran seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.7 Patok RMJ


3.1.5 Pagar Pengaman (guard rail)
Pada jalan sudah terdapat guardrail sebagai bangunan pengaman
jalan. Namun pagar guardrail tersebut memiliki beberapa perbedaan

25

ukurang dengan ketentuan yang berlaku. Guardrail yang berada di


lapangan memiliki ukuran seperti gambar dibawah ini.

Gambar 3.8 Pagar Pengaman


3.2

Masalah Akibat Jalan Tanpa Banguna Pelengkap dan Bangunan Pengaman


Bangunan pelengkap dan bangunan pengaman disadari atau tidak
menjadi suatu yang sangat dibutuhkan di jalan raya. Tanpa keduannya bisa
berkurangnya nilai keselamatan dan kenyamanan berkendara seperti
seperti beberapa kasus dibawah ini.
1. Kecelakaan akibat tidak ada pagar pengaman

Gambar 3.9 kasus kecelakaan akibat tidak ada pagar pengaman


(sumber: aceh:tribunnews.com)
26

2. Kecelakaan akibat minimnya rambu

Gambar 3.10 kasus kecelakaan akibat minimnya rambu lalu lintas


(sumber: radarcirebon.com)
3. Kerb kurang tinggi sehingga kendaraan bisa naik ke trotoar, dan
menyebabkan kurang nyamannya pejalan kaki.
Dari kasus kecelakaan diatas membuktikan bahwa keberadaan dari
banguna pelengkap dan pengaman jalan raya sangat dibutuhkan untuk
meningkatkan keselamatan dan kenyamanan dari pengguna jalan.

27

BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Banguanan pelengkap jalan di daerah tol banyumanik masih memiliki
beberapa hal yang kurang sesuai dengan ketentuan yang ada. Pengguanaan
bangunan pelengkap dan pengaman jalan harus dipasang sesuai dengan
kebutuhan agar tidak mengakibatkan kerugian bagi pengguna jalan.
4.2 Kritik dan Saran
Dalam pembangunan suatu jalan harus diawasi secara keseluruhan
bagian utama jalan, pelengkap ataupun bangunan pengaman dan tidak hanya
saat pembanguna saja tetapi mulai dari prapembangunan, masa pembangunan
dan pasca pembangunan. Sehingga bisa memperkecil adanya penyimpangan
dari ketentuan jalan yang berlaku.

28

Anda mungkin juga menyukai