Francesco Redi
Lahir
18 Februari 1626
Arezzo
Meninggal
Kebangsaan
Tuscany
Bidang
Medicine, entomology
Institusi
Florence
Alma mater
Universitas Pisa
Francesco Redi adalah seorang dokter, ahli bedah, dan ilmuwan yang terkenal dengan eksperimennya
yang menentang teori generasi spontan (Spontaneous Generation).[1] Sebagai seorang dokter dan ahli
bedah, dia melayani bangsawan Tuscany seperti Ferdinand II dan Casimo III.[1] Redi juga dikenal sebagai
seorang penulis soneta, salah satu karyanya yang terkenal berjudul Bacco in Toscano (1685).[1]
Ketika Casimo III naik menggantikan posisi ayahnya, Redi tetap bekerja pada posisinya sambil
mengerjakan eksperimen untuk meningkatkan kemampuan praktik medis dan bedahnya. [3] Selanjutnya, dia
juga menjadi anggota aktif "Trusca", "Arcadia", membantu penyusunan kamus Tuscan, mengajar bahasa
Tuscan di Florence (1666).[3] Beberapa karya sastra yang ditulis oleh Redi selama hidupnya adalah Letters,
puji-pujian Bacco in Toscana, dan Arianna Inferma.[3] Karya sastranya yang paling puitis, Bacco in
Toscana dianggap sebagai salah satu karya sastra terbaik pada abad ke-17. [3] Mendekati akhir hidupnya,
kondisi kesehatan Redi semakin menurun hingga akhirnya meninggal tiba-tiba dalam tidurnya pada 1
Maret 1967 di Pisa.[2]
Pada tahun 1688, Redi mempublikasikan hasil penelitiannya yang berjudul "Percobaan pada asal usul
serangga".[3] Eksperimen dalam buku tersebut berhasil mematahkan teori abiogenesis (kehidupan berasal
dari materi mati) dan memunculkan teori biogenesis. [3] Pernyataan Omne vivum ex ovo (Semua kehidupan
berasal dari telur) dicetuskan berdasarkan percobaan yang dilakukan Redi. [3] Teori biogenesis
mengemukakan bahwa kehidupan berasal dari kehidupan sebelumnya. Dalam percobaanya, dia
menggunakan dua wadah berisi daging, yang pertama dibiarkan terbuka, sedangkan yang lainnya ditutup.
[4]
Pada wadah yang terbuka, belatung tumbuh pada daging sedangkan pada wadah lainnya tidak ada
pertumbuhan belatung.[4] Konsep biogenesis tersebut belum sepenuhnya dapat diterima hingga muncul
percobaan yang dilakukan oleh Louis Pasteur pada tahun 1859.[2]
Semasa hidupnya, Redi juga mematahkan kesalahpahaman dan kepercayaan tentang ular berbisa.
Eksperimen yang dilakukannya menunjukkan bahwa empedu ular berbisa tidak beracun,
menelan bisa atau gigi ular tidak berbahaya, namun apabila bisa tersebut masuk melalui luka terbuka atau
diinjeksikan ke bawah kulit maka akan berakibat fatal. Selain itu, redi juga menyatakan bahwa bisa ular
adalah cairan kuning yang diproduksi oleh kelenjar pada bagian kepala ular dan diinjeksikan hanya melalui
dua gigi, bukan diproduksi oleh roh liar. Dia juga mematahkan mitos yang menyatakan bahwa kekuatan
bisa ular dipengaruhi oleh makanannya, ular meminum anggur, dan beberapa mitos yang salah lainnya.
Namun, pemikirannya tidak sepenuhnya diterima hingga publikasi yang dilakukan oleh Felice Fontana
pada tahun 1781, dimana kesimpulan Redi dapat diterima sepenuhnya. [2]