Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN
Efusi pleura bukan merupakan suatu penyakit, akan tetapi merupakan
tanda suatu penyakit. Pada keadaan normal, rongga pleura hanya mengandung
sedikit cairan sebanyak 10-20 ml yang membentuk lapisan tipis pada pleura
parietalis dan viseralis, dengan fungsi utama sebagai pelicin gesekan antara
permukaan kedua pleura pada waktu pernafasan.1, 2, 3
Terjadinya akumulasi cairan pleura yang melebihi volume normal dan
menimbulkan gangguan dapat disebabkan oleh ketidakseimbangan antara cairan
yang diproduksi oleh pleura parietal dan visceral dengan cairan yang diserap oleh
pembuluh limfe dan pembuluh darah mikropleura visceral, dimana keadaan
tersebut dikenal sebagai efusi pleura.1, 2
Penyebab efusi pleura dapat dibagi berdasarkan jenis cairannya maupun
berdasarkan lokasinya. Berdasarkan jenis cairannya, efusi pleura dibagi menjadi
efusi transudatif (akibat perubahan tekanan hidrostatik dan onkotik pada
permukaan pleura), efusi eksudatif (akibat perubahan permeabilitas membran
pada permukaan pleura), dan efusi hemoragis. Sedangkan berdasarkan lokasinya,
efusi pleura dibagi menjadi efusi pleura unilateral dan efusi pleura bilateral. 3, 4, 5
Efusi pleura timbul sebagai akibat dari suatu penyakit, sehingga perlu
ditemukan penyebabnya. Akumulasi cairan pleura melebihi normal dapat
disebabkan oleh beberapa kelainan, antara lain infeksi dan kasus keganasan di
paru atau organ luar paru. Pendekatan yang tepat terhadap pasien efusi pleura
memerlukan pengetahuan mengenai insidens dan prevalens efusi pleura.

Penelitian yang pernah dilakukan di Rumah Sakit Persahabatan, dari 229 kasus
efusi pleura pada bulan Juli 1994-Juni 1997, keganasan merupakan penyebab
utama terjadinya efusi pleura, diikuti oleh tuberkulosis, empiema toraks dan
kelainan ekstra pulmoner. Penyakit jantung kongestif dan sirosis hepatis
merupakan penyebab tersering efusi transudatif sedangkan keganasan dan
tuberkulosis (TB) merupakan penyebab tersering efusi eksudatif.4

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. ANATOMI DAN FISIOLOGI
Sistem respirasi terdiri dari sepasang paru di dalam rongga toraks. Paru kanan
dibagi oleh fissura transversa dan fissura oblik menjadi tiga lobus, yaitu lobus
superior, media, dan inferior. Sedangkan paru kiri dibagi oleh fissura oblik
menjadi dua lobus, yaitu lobus superior dan inferior.1

Gambar 1. Anatomi Rongga Toraks1


Setiap paru dilapisi oleh suatu membran tipis yang dinamakan pleura. Pluera
secara anatomis merupakan satu lapis sel mesothelial, ditunjang oleh jaringan ikat,
pembuluh darah kapiler, dan pembuluh limfe. Pleura terdiri dari pleura visceralis
dan pleura parietalis. Pleura parietalis melapisi otot-otot dinding dada, tulang dan
kartilago, diafragma dan mediastinum, dan sangat sensitif terhadap nyeri. Pleura
visceralis melapisi paru dan menyusup ke dalam semua fissura dan tidak sensitif
terhadap nyeri.1, 2

Dalam hal ini, terdapat perbedaan antara


pleura viseralis dan parietalis, diantaranya: 3, 5
Pleura visceralis
- Permukaan luarnya terdiri dari
selapis sel mesothelial yang tipis <
-

30mm.
Diantara celah-celah sel ini terdapat

sel limfosit.
Di bawah sel-sel mesothelial ini

terdapat endopleura yang berisi fibrosit dan histiosit.


Di bawahnya terdapat lapisan tengah berupa jaringan kolagen dan serat-

serat elastis.
Lapisan terbawah terdapat jaringan interstitial subpleura yang banyak

Gambar 2. Anatomi Paru1

mengandung pembuluh darah kapiler dari arteri pulmonalis dan arteri


brachialis serta pembuluh limfe yang menempel kuat pada jaringan
paru.
- Fungsi pleura visceralis adalah untuk mengabsorbsi cairan pleura.
Pleura parietalis
- Jaringan lebih tebal terdiri dari sel-sel mesothelial dan jaringan ikat
-

(kolagen dan elastis).


Dalam jaringan ikat tersebut banyak mengandung kapiler dari arteri
intercostalis dan arteri mammaria interna, pembuluh limfe, dan banyak
reseptor saraf sensoris yang peka terhadap rasa sakit dan perbedaan
temperatur. Keseluruhan persarafannya berasal dari nervus intercostalis

dinding dada dan alirannya sesuai dengan dermatom dada.


- Mudah menempel dan lepas dari dinding dada di atasnya.
- Fungsi pleura parietalis adalah untuk memproduksi cairan pleura.
Terdapat ruang sangat tipis di antara pleura visceralis dan pleura parietalis
yang dilubrikasi oleh cairan pleura. Rongga pleura kanan dan kiri terpisah dan
masing-masing meluas sebagai recessus costodiaphragmaticus. Rongga pleura

individu sehat terisi cairan serosa sebanyak 10-20 ml yang berfungsi sebagai
pelumas di antara kedua paru, mencegah friksi dan menjaga kedua pleura tetap
bersama selama pernapasan.1, 2
B. DEFINISI
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang
diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan
pleura.4,6
C. ETIOLOGI
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura abnormal dibagi
menjadi transudat, eksudat, dan hemoragis.5
1. Efusi transudat dapat disebabkan oleh penyakit gagal jantung kongestif
(gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, ascites (akibat sirosis hepatis),
sindrom vena cava superior, tumor, ataupun sindroma Meig.
2. Efusi eksudat dapat disebabkan oleh adanya infeksi (tuberculosis,
pneumonia), tumor, infark paru, radiasi, dan penyakit kolagen.
3. Efusi hemoragis dapat disebabkan oleh tumor, trauma, infark paru, dan
tuberkulosis.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi pleura dibagi menjadi
unilateral dan bilateral. Efusi yang unilateral tidak mempunyai kaitan yang
spesifik dengan penyakit penyebabnya akan tetapi efusi yang bilateral seringkali
ditemukan pada penyakit-penyakit di bawah ini.5
1. Gagal jantung kongestif,
2. Sindroma nefrotik,
3. Ascites,
4. Lupus Eriotematous Sistemik,
5. Tumor, Tuberkulosis.
D. PATOGENESIS
Patofisiologi terjadinya efusi pleura tergantung pada keseimbangan antara
cairan dan protein dalam rongga pleura. Dalam keadaan normal cairan pleura

dibentuk secara lambat sebagai filtrasi melalui pembuluh darah kapiler. Filtrasi ini
terjadi karena perbedaan tekanan osmotik plasma dan jaringan interstisial
submesotelial, kemudian melalui sel mesotelial masuk ke dalam rongga pleura.
Keadaan ini dapat dipertahankan karena adanya keseimbangan antara tekanan
hidrostatis pleura parietalis sebesar 9 cm H2O dan tekanan koloid osmotik pleura
visceralis 10 cm H2O.3, 5

Gambar 3. Alur normal pembentukan dan aliran cairan pleura5


Akumulasi cairan pleura dapat terjadi bila: 5
1. Terjadi penurunan tekanan osmotik koloid dalam darah, misalnya pada
hipoalbuminemia.
2. Terjadi peningkatan permeabilitas kapiler, misalnya akibat proses
peradangan atau akibat adanya neoplasma.
3. Terjadi peningkatan tekanan hidrostatis di pembuluh darah yang menuju
ke jantung (vena pulmonalis) misalnya pada gagal jantung kiri.
4. Adanya tekanan negatif intra pleura misalnya pada atelektasis.

Gambar

4.

Keadaan

overhidrasi,

filtrasi

meningkat,tetapi

pengeluaran tertahan.3

Gambar
5.Keadaan
peradangan
pleura, permeabilitas meningkat.3

Gambar 6. Keadaan gagal jantung


kongestif, cairan tidak keluar akibat
peningkatan tekanan secara sistemik

E. PENYAKIT-PENYAKIT DENGAN EFUSI PLEURA

1. Pleuritis
Pleuritis akibat Virus dan Mikoplasma- Efusi pleura akibat virus atau
mikoplasma agaj jarang ditemukan. Jenis-jenis virus yang dapat menyebabkan
efusi pleura, antara lain Coxxsakie group, Chlamydia, Rickettsia, dan
Mikoplasma. Cairan efusi pleura biasanya berupa eksudat dan berisi leukosit
antara 100-6000 per cc. Gejala penyakit dapat disertai sakit kepala, demam,
malaise, mialgia, sakit dada, dan atau sakit perut. Terkadang ditemukan gejalagejala pericarditis. Diagnosis ditegakkan dengan menemukan virus dalam
cairan efusi, tetapi cara termudah adalah dengan mendeteksi antibodi terhadap
virus dalam cairan efusi. 3
Pleuritis akibat Bakteri Piogenik- Permukaan pleura dapat ditempeli oleh
bakteri yang berasal dari jaringan parenkim paru dan menjalar secara
hematogen, dan jarang yang melalui penetrasi diafragma, dinding dada, atau
esofagus. Bakteri-bakteri yang dapat menyebabkan efusi pleura dapat berupa
bakteri aerob maupun bakteri anaerob. Bakteri aerob yang dapat menyebabkan
efusi pleura, antara lain adalah Streptococcus pneumonia, Streptococcus
mileri, Staphylococcus aureus, Haemophylus sp., Eschericia coli, Klebsiella
sp., dan Pseudomonas sp. Sedangkan bakteri anaerob yang dapat
menyebabkan efusi pleura antara lain Bacteroides sp., Peptostreptococcus sp,
dan Fusobacterium sp. 3
Pleuritis Tuberkulosa- Permulaan penyakit ini terlihat sebagai efusi yang
sero-santokrom dan bersifat eksudat. Penyakit ini kebanyakan terjadi sebagai
komplikasi tuberkulosis paru melalui fokus subpleura yang robek atau melalui
aliran getah bening. Dapat juga secara hematogen dan menimbulkan efusi
pleura bilateral. Cairan pleura mengandung 500-2000 leukosit per cc dimana

mula-mula didominasi oleh sel PMN, tetapi kemudian akan didominasi oleh
sel limfosit. Cairan efusi mengandung bakteri tuberkulosis dengan jumlah
yang sangat sedikit, namun reaksi hipersensitivitas terhadap tuberkuloprotein
lah yang menyebabkan timbulnya efusi pleura.3
Pleuritis Fungi- Pleuritis akibat fungi amat jarang terjadi dan biasanya
merupakan penjalaran infeksi fungi dari jaringan paru. Jenis fungi penyebab
pleuritis, antara lain Actinomycosis, Coccidiodomycosis, Aspergillus,
Criptococcus, Blastomycosis, dll. 3
Pleuritis Parasit- Parasit yang dapat menginfeksi ke dalam rongga pleura
hanyalah amoeba. Bentuk tropozoitnya datang dari parenkim hati menembus
diafragma terus ke parenkim paru dan rongga pleura. Efusi pleura yang terjadi
kemudian adalah akibat peradangan yang ditimbulkannya dan disebut efusi
parapneumonia. 3
2. Efusi Pleura akibat Kelainan Intra Abdominal
Reaksi Infeksi- Efusi pleura dapat terjadi secara steril akibat reaksi infeksi
dan peradangan yang terdapat di bawah diafragma seperti pankreas atau
eksaserbasi akut pankreatitis kronik, abses ginjal, abses hati, dan abses limpa.
Biasanya terjadi efusi pleura kiri, tetapi dapat juga bilateral. Efusi ini bersifat
eksudat serosa, tetapi terkadang juga bersifat hemoragik dengan kadar amilase
dalam cairan efusi pleura lebih tinggi daripada kadar amilase dalam serum. 3
Sirosis Hati- Kebanyakan efusi pleura timbul bersamaan dengan ascites
dimana secara khas terdapat kesamaan antara cairan pleura dan ascites karena
terdapat hubungan fungsional antara rongga pleura dan rongga abdomen
melalui saluran getah bening atau celah jaringan otot diafragma. Biasanya
efusi menempati pleura kanan (70%) dapat juga bilateral. 3
3. Efusi Pleura akibat Penyakit Kolagen

Lupus Eritematosus- Pleuritis adalah salah satu gejala yang timbul


belakangan pada penyakit lupus eritematosus sistemik (SLE). Dengan
terjadinya efusi pleura yang kadang-kadang mendahului hejala sitemik
lainnya, diagnosis SLE ini menjadi lebih jelas. Hampir 55% dari SLE disertai
pleuritis dan 25% daripadanya juga dengan efusi pleura. 3
Rheumatoid Arhtritis (RA)- Efusi pleura terdapat pada 5% RA selama
masa sakit. Cairan efusi bersifat eksudat serosa yang banyak mengandung
limfosit. Faktor reumatoid mungkin terdapat dalam cairan efusi tapi tidak
patognomik untuk RA, karena juga terdapat pada karsinoma, tuberkulosis
maupun pneumonia. Kadar glukosa biasanya sangatlah rendah (demikian juga
pada tuberkulosis dan karsinoma), kadar kolesterol dalam cairan efusi juga
sering meningkat. Pada demam reumatik akut sering juga ditemukan efusi
pleura yang bersifat eksudat dengan jumlah yang biasanya sedikit dan sering
menghilang bila demam reumatiknya berkurang. 3
4. Efusi Pleura akibat Gangguan Sirkulasi
Gangguan Kardiovaskular- Payah jantung (decompensatio cordis) adalah
sebab terbanyak timbulnya efusi pleura. Penyebab lain : perikarditis kontritiva
dan sindrom vena kava superior. Patogenesisnya adalah akibat terjadinya
peningkatan teakanan vena sistemik dan tekanan kapiler pulmonal akan
menurunkan kapasitas reabsorsi pembuluh darah subpleura dan aliran getah
bening juga akan menurun (terhalang) sehingga filtrasi cairan ke rongga
pleura dan paru-paru meningkat. Tekanan hidrostatik yang meningkat pada
seluruh rongga dada dapat juga menyebabkan efusi pleura yang bilateral. 3
Emboli Pulmonal- Efusi pleura dapat terjadi pada sisi paru yang terkena
emboli pulmonal. Keadaan ini dapat disertai infark paru ataupun tanpa infark.

Emboli menyebabkan menurunnya aliran darah arteri pulmonalis, sehingga


terjadi iskemia maupun kerusakan parenkim paru dan memberikan peradangan
dengan efusi yang berdarah (warna merah). Pada bagian paru yang iskemik
terdapat juga kerusakan pleura viseralis, keadaan ini kadang-kadang disertai
rasa sakit pleuritik yang berarti pleura parietalis juga ikut terkena. Di samping
itu permeabilitas antara satu ataupun kedua bagian pleura akan meningkat,
sehingga cairan efusi mudah terbentuk. Adanya nyeri pleuritik dan efusi
pleura pada emboli pulmonal tidak berarti infark paru juga harus terjadi.
Cairan efusi biasanya bersifat eksudat, jumlahnya tidak banyak dan biasanya
sembuh secara spontan, asal tidak terjadi emboli pulmonal lainnya. Efusi
pleura dengan infark paru jumlah cairan efusinya lebih banyak dan waktu
penyembuhan juga lebih lama. 3
Hipoalbuminemia- Efusi

pleura

juga

terdapat

pada

keadaan

hipoalbuminemia seperti sindrom nefrotik, malabsorbsi atau keadaan lain


dengan asites serta edema anasarka. Efusi terjadi karena rendahnya tekanan
osmotik protein cairan pleura dibandingkan dengan tekanan osmotik darah.
Efusi yang terjadi kebanyakan bilateral dan cairan bersifat transudat. 3
5. Efusi Pleura Neoplasma
Mesotelioma- Mesotelioma adalah tumor primer yang berasal dari pleura.
Tumor ini jarang ditemukan, bila masih terlokalisasi biasanya tidak
menimbulkan efusi pleura, sehingga dapat digolongkan sebagai tumor jinak.
Tetapi jika tersebar difus akan digolongkan sebagai tumor ganas karena dapat
menyebabkan efusi pleura maligna. 3
Karsinoma Bronkus- Jenis karsinoma inilah yang paling sering
menimbulkan efusi pleura. Tumor bisa ditemukan dalam permukaan pleura

karena penjalaran langsung dari paru-paru melalui pembuluh getah bening.


Efusi dapat juga terjadi tanpa adanya pleura yang terganggu, yakni dengan
cara obstruksi pneumonitis atau menurunnya aliran getah bening. 3
Neoplasma Metastatik- Jenis-jenis neoplasma yang sering bermetastasis ke
pleura dan menimbulkan efusi adalah karsinoma payudara, ovarium, lambung,
ginjal, pankreas, dan bagian organ-organ lain dalam abdomen. Efusi pleura
dapat terjadi bilateral. 3
Limfoma Maligna- Kasus-kasus limfoma maligna (non-Hodgkin dan
Hodgkin) ternyata 30% bermetastasis ke pleura dan juga menimbulkan efusi
pleura. Di dalam cairan efusi tidak selalu terdapat sel-sel ganas seperti pada
neoplasma lainnya. Biasanya ditemukan sel-sel limfosit karena sel ini ikut
dalam aliran darah dan aliran getah bening melintasi rongga pleura. Terdapat
beberapa jenis efusi berdasarkan penyebabnya, antara lain a) bila efusi terjadi
dari implantasi sel-sel limfoma pada permukaan pleura, maka cairan akan
bersifat eksudat (berisi sel-sel limfosit yang banyak dan sering hemoragik); b)
bila efusi pleura terjadi karena obstruksi saluran getah bening, maka cairannya
dapat berupa transudat ataupun eksudat dan ada limfosit; c) bila efusi pleura
terjadi karena obstruksi ductus toracicus, maka cairannya akan berupa kilus. 3
6. Efusi Pleura akibat Penyebab Lain
Trauma- Efusi pelura dapat terjadi akibat trauma, yakni trauma tumpul,
laserasi, luka tusuk pada dada, ruptur esofagus akibat muntah hebat atau
karena pemakaian alat waktu tindakan esofagoskopi. Jenis cairan dapat berupa
serosa (transudat/eksudat), hemotoraks, kilotoraks, dan empiema. 3
Uremia- Salah satu gejala penyakit uremia lanjut adalah poliserositis yang
terdiri dari efusi pleura, efusi pericard, dan efusi peritoneal (ascites). Sebagian
besar efusi pleura karena uremia tidak memberikan gejala sesak nafas, nyeri

dada, atau batuk. Jumlah efusi dapat sedikit atau banyak, unilateral atau
bilateral. 3
Reaksi Hipersensitivitas akibat Obat- Pengobatan dengan nitrofurantoin,
metilsergid, praktolol terkadang memberikan reaksi atau perubahan terhadap
paru-paru dan pleura berupa radang dan kemudian juga akan menimbulkan
efusi pleura. 3
F. DIAGNOSIS
Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisis
yang teliti, diagnosis pasti ditegakkan melalui foto thorax, pungsi percobaan,
biopsi, dan analisa cairan pleura.3
1. ANAMNESIS DAN PEMERIKSAAN FISIS
Seseorang dengan efusi pleura dapat tidak menunjukkan gejala klinis apapun
(asimtomatik), atau dapat juga memiliki keluhan batuk, sesak nafas, dan nyeri
pleuritik.6,7
Cairan pleura yang kurang dari 300 cc tidak memberi tanda-tanda fisik yang
nyata. Bila lebih dari 500 cc akan memberikan kelainan pada pemeriksaan fisik
seperti penurunan pergerakan hemitoraks yang sakit, fremitus suara, dan suara
nafas melemah. Cairan pleura yang lebih dari 1000 cc dapat menyebabkan dada
cembung dan egofoni (dengan syarat cairan tidak memenuhi seluruh rongga
pleura). Cairan yang lebih dari 2000 cc, suara nafas akan melemah atau menurun
dan mungkin menghilang sama sekali dan mediastinum terdorong ke arah paru
yang sehat.5
2. PEMERIKSAAN PENUNJANG
a. FOTO TORAKS (X-Ray) 5,6,7
Permukaan cairan yang terdapat dalam rongga pleura akan membentuk
bayangan seperti kurva, dengan permukaan daerah lateral lebih tinggi daripada
bagian medial. Bila permukaannya horizontal dari lateral ke medial, pasti

terdapat udara dalam rongga tersebut yang dapat berasal dari luar atau dalam
paru-paru sendiri. Kadang-kadang sulit membedakan antara bayangan cairan
bebas dalam pleura dengan adhesi radang (pleuritis). Perlu pemeriksaan foto
toraks dengan posisi lateral dekubitus, dimana cairan bebas akan mengikuti
posisi gravitasi. 5,6,7
Cairan dalam pleura bisa juga tidak membentuk kurva, karena
terperangkap atau terlokalisasi. Keadaan ini sering terdapat pada daerah
bawah paru-paru yang berbatasan dengan permukaan atas diafragma. Cairan
ini dinamakan efusi subpulmonik. Gambarannya pada X-Ray efusi
subpulmonik sering terlihat sebagai diafragma yang terangkat, bisa juga
tampak sebagai bayangan dengan udara dalam lambung (bila efusi pleura
terjadi di paru-paru kiri), ataupun sebagai bayangan garis tipis (fissura) yang
berdekatan dengan diafragma kanan (bila efusi pleura terjadi di paru-paru
kanan). Untuk lebih jelasnya bisa dilihat dengan foto toraks posisi lateral
dekubitus, sehingga gambaran perubahan efusi tersebut menjadi nyata. 5,6,7
Hal lain yang dapat terlihat dari foto toraks pada efusi pleura adalah
terdorongnya mediastinum pada sisi yang berlawanan dengan cairan. Di
samping itu, gambaran foto toraks dapat juga menerangkan asal mula
terjadinya efusi pleura yakni bila terdapat jantung yang membesar, adanya
massa tumor, adanya densitas parenkim yang lebih keras pada pneumonia atau
abses paru. 5,6,7
Pemeriksaan dengan ultrasonografi pada pleura dapat menentukan adanya
cairan dalam rongga pleura. Pemeriksaan ini sangat membantu sebagai
penuntun sewaktu melakukan aspirasi cairan terutama pada efusi yang
terlokalisasi. Pemeriksaan CT-Scan toraks juga dapat membantu dalam

menentukan adanya efusi pleura. Namun pemeriksaan ini tidak banyak


dilakukan karena biayanya masih mahal. 5,6
b. TORAKOSENTESIS 3,5,6
Aspirasi cairan pleura (torakosentesis) berguna sebagai sarana untuk
diagnostik maupun terapeutik. Pelaksanaannya sebaiknya dilakukan pada
pasien dengan posisi duduk. Aspirasi dilakukan pada bagian bawah paru sela
iga garis aksillaris posterior dengan memakai jaru abbocath no. 14 atau 16.
Pengeluaran cairan pleura sebaiknya tidak melebihi 1000-1500 cc pada setiap
kali aspirasi. Aspirasi lebih baik dilakukan berulang-ulang daripada 1 kali
aspirasi sekaligus yang dapat menimbulkan pleura shock (hipotensi) atau
edema paru akut. Edema paru dapat terjadi karena paru-paru mengembang
terlalu cepat. Mekanisme sebenarnya belum diketahui betul, tetapi
diperkirakan karena adanya tekanan intra pleura yang tinggi dapat
menyebabkan peningkatan aliran darah melalui permeabilitas kapiler yang
abnormal. 3,5,6
Komplikasi lain dari torakosentesis adalah pneumotoraks (paling sering
udara masuk melalui jarum), hematotoraks/ hemotoraks (akibat terjadinya
trauma pada pembuluh darah intercostalis), dan emboli udara yang agak
jarang terjadi. Dapat juga terjadi laserasi pleura visceralis, tetapi biasanya ini
akan sembuh sendiri dengan cepat. Bila laserasinya cukup dalam, dapat
menyebabkan udara dari alveoli masuk ke vena pulmonalis, sehingga terjadi
emboli udara. Untuk mencegah emboli udara ini menjadi emboli pulmoner
atau emboli sistemik, pasien dibaringkan pada sisi kiri di bagian bawah, posisi

kepala lebih rendah daripada leher, sehingga udara tersebut dapat


terperangkap di atrium kanan. 3,5,6
Sebagai salah satu sarana diagnostik, cairan pleura yang diambil melalui
proses torakosentesis ini kemudian akan dianalisis melalui pemeriksaan
laboratorium. 5
c. PEMERIKSAAN LABORATORIUM 3,5
Cairan pleura dianalisa melalui beberapa tahapan, yaitu meliputi uji
makroskopik, pemeriksaan biokimia, dan perhitungan sel dan sitologi.
Uji Makroskopik- Biasanya cairan pleura berwarna agak kekuning-kuningan
(serous-santokrom). Bila agak kemerah-merahan, dapat terjadi trauma, infark
paru, keganasan, dan adanya kebocoran aneurisma aorta. Bila berwarna
kuning kehijauan dan agak purulen, ini menunjukkan adanya empiema. Bila
berwarna merah kecoklatan, ini menujukkan adanya abses karena amoeba.
Pemeriksaan Biokimia- Secara biokimia efusi pleura terbagi atas transudat dan
eksudat. Selain itu, pemeriksaan biokimia juga diperlukan untuk menentukan
kadar pH dan glukosa serta kadar amilase pada cairan pleura. Kadar pH dan
glukosa biasanya menurun pada penyakit-penyakit infeksi, seperti arthritis
rheumatoid dan neoplasma. Kadar pH yang rendah dan disertai dengan PCO 2
yang tinggi biasanya disebabkan oleh tuberkulosis, sedangkan bila kadar pH
cairan pleura kurang dari 7, 29 maka keganasan dapat disingkirkan. Kadar
amilase

biasanya

meningkat

pada

pankreatitis

dan

metastasis

adenokarsinoma.3,5
Perhitungan Sel dan Sitologi- Pemeriksaan sitologi terhadap cairan pleura
amat penting untuk diagnostik penyakit pleura, terutama bila ditemukan selsel patologis atau dominasi sel-sel tertentu.3,5
Sel leukosit dengan jumlah lebih dari 25.000/mm3 dapat menunjukkan
adanya empiema.

Sel neutrofil dapat menunjukkan adanya infeksi akut seperti pneumonia,

pankreatitis, tuberkulosis paru dini;


Sel limfosit dapat menunjukkan adanya infeksi kronik seperti plueritis

tuberkulosa atau limfoma maligna;


Sel mesotel dapat menunjukkan adanya infark paru bila jumlahnya

meningkat;
Sel mesotel maligna dapat ditemukan pada mesotelioma;
Sel-sel besar dengan banyak inti dapat ditemukan pada penderita

rheumatoid arhtritis (RA); dan


Sel-sel maligna dapat menandakan adanya kasus keganasan atau metastase

paru.
d. PEMERIKSAAN PENUNJANG LAIN
Jika fasilitas memungkinkan dapat dilakukan pemeriksaan tambahan
seperti: 1) Bronkoskopi, pada kasus-kasus neoplasma, korpus alienum dalam
paru, abses paru, dan dapat dilakukan beberapa biopsi. 2) Scanning isotop,
pada kasus-kasus dengan emboli paru. 3) Torakoskopi (fiber-optic
pleuroscopy), pada kasus-kasus dengan neoplasma atau tuberkulosis pleura.3,6
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar,
pengosongan cairan (torakosentesis), ataupun pleurodesis.5
Pengobatan Penyakit Dasar3,5
1. Bila disebabkan oleh tekanan hidrostatis yang meningkat, pemberian diuretika
dapat membantu;
2. Bila disebabkan oleh tekanan koloid osmotik yang menurun sebaiknya diberi
protein;
3. Bila efusi terjadi akibat peradangan paru, misal pneumonia, umumnya cairan
efusi dapat diresorbsi setelah pemberian terapi yang adekuat untuk penyakit
dasarnya, namun terkadang dibutuhkan juga terapi kortikosteroid;

4. Bila efusi terjadi akibat neoplasma, maka pengobatan ditujukan pada


penyebab utama atau penyakit primer dengan cara radiasi atau kemoterapi.
5. Bila efusi terjadi akibat reaksi hipersensitivitas terhadap obat, maka
pemberhentian pemberian obat-obat tersebut dapat menghilangkan efusi
pleura.
Torakosentesis3,5
Indikasi untuk melakukan torakosentesis sebagai sarana teraupetik, antara lain
adalah sebagai berikut.5
Menghilangkan sesak nafas yang ditimbulkan oleh akumulasi cairan rongga

pleura.
Bila terapi spesifik pada penykit primer tidak efektif atau gagal.
Bila terjadi reakumulasi cairan.
Pengambilan pertama cairan pleura jangan lebih dari 1000 cc, karena

pengambilan cairan pleura dalam waktu singkat dan dalam jumlah banyak dapat
menimbulkan sembab paru yang ditandai dengan batuk dan sesak.5
Adapun efek samping yang dapat terjadi, antara lain sebagai berikut.5
Tindakan torakosentesis menyebabkan kehilangan protein yang berada di
dalam cairan pleura.
Dapat menimbulkan infeksi di rongga pleura (empiema).
Dapat terjadi pneumotoraks.
Efusi pleura yang terinfeksi perlu segera dikeluarkan dengan memakai pipa
intubasi melalui sela iga. Bila cairan pus nya kental sehingga sulit keluar atau bila
empiemanya multilokular, maka perlu dilakukan tindakan operatif. Mungkin
sebelumnya dapat dibantu dengan irigasi cairan garam fisiologi atau larutan
antiseptik (betadine). Pengobatan secara sistemik hendaknya segera diberikan,
tetapi ini tidak berarti bila tidak diiringi pengeluaran cairan yang adekuat.3
Pleurodesis

Untuk mencegah terjadinya lagi efusi pleura setelah aspirasi (pada efusi pleura
maligna), dapat dilakukan pleurodesis yakni melengketnya pleura visceralis dan
pleura parietalis.3,5
Obat-obatan yang dipakai untuk tindakan pleurodesis, antara lain tetrasiklin
HCl (derivat-derivatnya yang bereaksi asam, misalnya teramisin HCl, Doksisiklin
HCl), bleomisin, fluoro-urasil dan talk, larutan glukosa 40%.3
H. PROGNOSIS
Dengan semakin majunya ilmu kedokteran, dunia farmasi dan teknologi
kedokteran, pada umumnya efusi pleura umumnya mempunyai prognosis relatif
baik. Kecuali efusi pleura maligna yang mempunyai prognosis jelek.3,5,6
I. PENCEGAHAN
Lakukan pengobatan yang adekuat pada penyakit-penyakit dasarnya yang
dapat menimbulkan efusi pleura. Merujuk penderita ke rumah sakit yang lebih
lengkap bila diagnosis kausal belum dapat ditegakkan.5

BAB III
KESIMPULAN
Efusi pleura merupakan akumulasi cairan tidak normal di rongga pleura yang
diakibatkan oleh transudasi atau eksudasi yang berlebihan dari permukaan pleura.
Berdasarkan jenis cairan yang terbentuk, cairan pleura abnormal dibagi
menjadi transudat, eksudat, dan hemoragis. Efusi transudat dapat disebabkan oleh
penyakit gagal jantung kongestif (gagal jantung kiri), sindroma nefrotik, ascites
(akibat sirosis hepatis), sindrom vena cava superior, tumor, ataupun sindroma
Meig. Efusi eksudat dapat disebabkan oleh adanya infeksi (tuberculosis,
pneumonia), tumor, infark paru, radiasi, dan penyakit kolagen. Sedangkan efusi
hemoragis dapat disebabkan oleh tumor, trauma, infark paru, dan tuberkulosis.
Berdasarkan lokasi cairan yang terbentuk, efusi pleura dibagi menjadi
unilateral dan bilateral.

Diagnosis dapat ditegakkan berdasarkan anamnesis baik dan pemeriksaan fisis


yang teliti, dimana seseorang dengan efusi pleura dapat tidak menunjukkan gejala
klinis apapun (asimtomatik), atau dapat juga memiliki keluhan batuk, sesak nafas,
dan nyeri pleuritik. Pemeriksaan fisik yang dapat diperoleh dapat bervariasi
tergantung pada jumlah cairan pleura, dimana dapat tidak memberi tanda-tanda
fisik yang nyata ( < 300 cc), ataupun dapat terjadi

penurunan pergerakan

hemitoraks yang sakit, fremitus suara, dan suara nafas melemah ( 300-500 cc),
dada tampak cembung dan egofoni ( > 1000 cc), dan mediastinum terdorong ke
arah paru yang sehat ( >2000 cc). Diagnosis pasti ditegakkan melalui foto thorax,
pungsi percobaan, biopsi, dan analisa cairan pleura.
Penatalaksanaan efusi pleura ditujukan pada pengobatan penyakit dasar,
pengosongan cairan (torakosentesis), ataupun pleurodesis.
Prognosis efusi pleura pada umumnya relatif baik, kecuali efusi pleura
maligna yang mempunyai prognosis jelek.

Anda mungkin juga menyukai