Anda di halaman 1dari 15

BAB I

PENDAHULUAN

Rumah sakit sebagai salah satu penyedia pelayanan kesehatan yang

mempunyai fungsi rujukan harus dapat memberikan pelayanan yang professional

dan berkualitas dengan mengedepankan keselamatan pasien. Salah satu pelayanan

yang sentral di rumah sakit adalah pelayanan Intensive Care Unit (ICU) atau

disebut juga unit perawatan intensif.1

Evolusi ICU bermula dari timbulnya wabah poliomyelitis di Scandinavia

pada sekitar awal tahun 1950, dijumpai banyak kematian yang disebabkan oleh

kelumpuhan otot-otot pernapasan. Dokter spesialis anestesiologi dipelopori oleh

Bjorn Ibsen pada waktu itu, melakukan intubasi dan memberikan bantuan napas

secara manual mirip yang dilakukan selama anestesi. Dengan bantuan para

mahasiswa kedokteran dan sekelompok sukarelawan mereka mempertahankan

nyawa pasien poliomyelitis bulbar dan bahkan menurunkan mortalitas sebanyak

40%, dibandingkan dengan cara sebelumnya yakni penggunaan iron lung yang

mortalitasnya sebesar 90%. Pada tahun 1852 Engstrom membuat ventilasi

mekanik bertekanan positif yang ternyata sangat efektif untuk memberi

pernapasan jangka panjang. Sejak saat itulah ICU dengan perawatan pernapasan

mulai terbentuk dan tersebar luas.1 Di Indonesia perkembangan Ilmu Kedokteran

Gawat Darurat dan ICU ditandai dengan didirikannya ICU di RS Cipto

Mangunkusumo pada tahun 1971.2

Pada saat ini, ICU modern tidak terbatas menangani pasien pasca bedah

atau ventilasi mekanis saja, namun telah menjadi cabang ilmu sendiri yaitu

Intensive Care Medicine. Ruang lingkup pelayanannya meliputi dukungan fungsi


organ-organ vital seperti pernapasan, kardiosirkulasi, susunan saraf pusat, ginjal

dan lain-lainnya, baik pada pasien dewasa atau pasien anak.3

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang

mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan

untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,

cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam

nyawa dengan prognosis dubia. ICU menyediakan kemampuan dan sarana

prasarana serta peralatan khusus untuk menunjang fungsi-fungsi vital dengan

menggunakan keterampilan staf medik, perawat, dan staf lain yang

berpengalaman dalam pengelolaan keadaan-keadaan tersebut.1

B. TUJUAN DAN RUANG LINGKUP ICU

Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk memberikan perawatan yang

intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien, mencegah perburukan dan

komplikasi dengan cara observasi dan monitoring, meningkatkan kualitas hidup

dan mempertahankan kehidupan pasien, mengoptimalkan fungsi organ,

mengurangi angka kematian serta mempercepat proses penyembuhan pasien.1,4

Adapun ruang lingkup pelayanan ICU adalah sebagai berikut.

1. Diagnosis dan penatalaksanaan spesifik penyakit-penyakit akut yang

mengancam nyawa dan dapat menimbulkan kematian dalam beberapa menit

sampai beberapa hari.

2. Memberi bantuan dan mengambil alih fungsi vital tubuh sekaligus

melakukan pelaksanaan spesifik masalah dasar.

3
3. Pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi

yang ditimbulkan oleh penyakit atau iatrogenik.

4. Memberikan bantuan psikologis pada pasien yang kehidupannya sangat

tergantung pada alat/mesin dan orang lain.1,3

C. INDIKASI PASIEN DIRAWAT DI ICU

Pasien yang dirawat di ICU adalah pasien yang memerlukan intervensi

medis segera oleh tim intensive care, pasien yang memerlukan pengelolaan fungsi

sistem organ tubuh secara terkoordinasi dan berkelanjutan sehingga dapat

dilakukan pengawasan yang konstan, serta pasien kritis yang memerlukan

pengawasan kontinyu dan tindakan segera untuk mencegah timbulnya

dekompensasi fisiologis.1 Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah

pasien dengan gangguan akut yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat

ICU adalah tempat perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi

peralatan dan tenaga yang khusus.3

Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas, sedangkan

kebutuhan pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme untuk

membuat prioritas. Kepala ICU bertanggung jawab atas kesesuaian indikasi

perawatan pasien di ICU. Pasien yang memerlukan terapi intensif (prioritas 1)

didahulukan dibandingkan pasien yang memerlukan pemantauan intensif

(prioritas 3). Penilaian objektif atas beratnya penyakit dan prognosis hendaknya

digunakan untuk menentukan prioritas masuk ke ICU.1,2,3

Prioritas 1

Kelompok ini merupakan pasien sakit kritis, tidak stabil yang memerlukan

terapi intensif dan tertitrasi, seperti : dukungan/bantuan ventilasi dan alat bantu

4
suportif organ atau sistem yang lain, infus obat-obat vasoaktif, obat anti aritmia,

serta pengobatan lain-lainnya secara kontinyu dan tertitrasi. Contoh pasien

kelompok ini antara lain : pasien pasca bedah kardiotorasik, pasien sepsis berat,

serta gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit yang mengancam nyawa.

Terapi pada pasien prioritas 1 (satu), umumnya tidak mempunyai batas.

Prioritas 2

Pasien ini memerlukan pelayanan pemantauan canggih di ICU, sebab sangat

berisiko bila tidak mendapatkan terapi intensif segera, misalnya pemantauan

intensif menggunakan pulmonary arterial catheter. Contoh pasien seperti ini

antara lain penderita penyakit dasar jantung-paru, gagal ginjal akut dan berat atau

yang telah mengalami pembedahan mayor. Terapi pada pasien prioritas 2 tidak

mempunyai batas, karena kondisi mediknya senantiasa berubah.

Prioritas 3

Pasien golongan ini adalah pasien sakit kritis, yang tidak stabil status

kesehatan sebelumnya (penyakit yang mendasarinya) secara sendirian atau

kombinasi. Kemungkinan sembuh dan atau manfaat terapi di ICU pada golongan

ini sangat kecil. Contoh pasien ini antara lain pasien dengan keganasan metastatik

disertai penyulit infeksi, pericardial tamponade, sumbatan jalan napas, atau pasien

penyakit jantung, penyakit paru terminal disertai komplikasi penyakit akut berat.

Pengelolaan pada pasien golongan ini hanya untuk mengatasi kegawatan akutnya

saja, dan usaha terapi mungkin tidak sampai melakukan intubasi atau resusitasi

jantung paru.

5
Pengecualian

Dengan pertimbangan luar biasa dan atas persetujuan kepala ICU, indikasi

masuk pada beberapa golongan pasien dapat dikecualikan, dengan catatan bahwa

pasien-pasien golongan demikian sewaktu-waktu harus bisa dikeluarkan dari ICU

agar fasilitas ICU dapat digunakan untuk pasien prioritas 1, 2, dan 3. Pasien yang

tergolong demikian adalah sebagai berikut.

1. Pasien yang memenuhi kriteria masuk tetapi menolak terapi tunjangan hidup

yang agresif dan hanya demi “perawatan yang aman” saja. Ini tidak

menyingkirkan pasien dengan perintah “DNR (Do Not Resuscitate)”.

Sebenarnya pasien-pasien ini mungkin mendapat manfaat dari tunjangan

canggih yang tersedia di ICU untuk meningkatkan kemungkinan

survivalnya.

2. Pasien dalam keadaan vegetatif permanen.

3. Pasien yang telah dipastikan mengalami mati batang otak. Pasien-pasien

seperti itu dapat dimasukkan ke ICU untuk menunjang fungsi organ hanya

untuk kepentingan donor organ.1,3

D. INDIKASI PASIEN KELUAR ICU

Prioritas pasien dipindahkan dari ICU berdasarkan pertimbangan medis oleh

kepala ICU dan tim yang merawat pasien, antara lain sebagai berikut.

1. Pasien dipindahkan apabila pasien tersebut tidak membutuhkan lagi

perawatan intensif karena keadaan pasien telah membaik dan cukup stabil,

contoh pasien telah sadar, airway stabil setelah ekstubasi, mampu bernafas

spontan, dan lain-lain, atau jika terapi mengalami kegagalan, prognosis yang

buruk dan sedikit kemungkinan bila perawatan intensif diteruskan. Contoh :

6
pasien dengan tiga atau lebih kegagalan sistem organ yang tidak berespon

terhadap pengelolaan.

2. Bila pada pemantauan intensif ternyata hasilnya tidak memerlukan tindakan

atau terapi intensif lebih lama.

3. Pasien atau keluarga menolak untuk dirawat lebih lanjut di ICU (keluar

paksa).

4. Pasien hanya memerlukan observasi secara intensif saja, sedangkan ada

pasien lain yang lebih gawat yang memerlukan terapi dan observasi yang

lebih intensif. Pasien seperti ini hendaknya di usahakan pindah ke ruangan

yang khusus untuk pemantauan secara intensif, yaitu High Care Unit

(HCU).3,4,5

E. KLASIFIKASI PELAYANAN ICU

Dalam menyelenggarakan pelayanan di rumah sakit, pelayanan di ICU

dibagi dalam beberapa klasifikasi pelayanan, yaitu sebagai berikut.

1. ICU Primer

Ruang perawatan intensif primer memberikan pelayanan pada pasien yang

memerlukan perawatan ketat (high care). Ruang perawatan ini mampu

melakukan resusitasi jantung paru (RJP) dan memberikan ventilasi bantu 24-48

jam. Kekhususan yang dimiliki ICU primer adalah :

a. Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang rawat

lainnya.

b. Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar.

c. Memiliki seorang anestesiologi sebagai kepala.

d. Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP.

7
e. Ada konsulen yang membantu dan siap dipanggil.

f. Memiliki 25% jumlah perawat yang telah memiliki sertifikat ICU,

minimal satu orang per shift.

g. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk

kemudahan diagnostik selama 24 jam.

2. ICU Sekunder

Pelayanan ICU sekunder mampu memberikan ventilasi bantu lebih lama,

mampu melakukan bantuan hidup lain tetapi tidak terlalu kompleks.

Kekhususan yang dimiliki ICU sekunder:

a. Ruang tersendiri, letak dekat ruang kamar bedah, IRD & ruang rawat

lainnya.

b. Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar.

c. Memiliki seorang kepala ICU, yaitu dokter konsultan intensive care atau

bila tidak tersedia oleh dokter spesialis anestesiologi.

d. Dokter jaga 24 jam dengan kemampuan RJP .

e. Tenaga keperawatan lebih dari 50% bersertifikat ICU & minimal

berpengalaman kerja di unit penyakit dalam & penyakit bedah selama 3

tahun.

f. Mampu melakukan bantuan ventilasi, melakukan pemantauan invasif

dan usaha-usaha penunjang hidup.

g. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk

kemudahan diagnostik selama 24 jam.

h. Memiliki ruang isolasi.

3. ICU Tersier

8
Ruang perawatan ini mampu melaksanakan semua aspek perawatan intensif,

mampu memberikan pelayanan tertinggi termasuk dukungan atau bantuan

hidup multisistem yang kompleks dalam jangka waktu yang tidak terbatas serta

mampu melakukan pemantauan kardiovaskular invasif dalam jangka waktu

terbatas. Kekhususan dari ICU tersier adalah:

a. Tempat khusus tersendiri di dalam rumah sakit.

b. Memiliki persyaratan / kriteria pasien yang masuk dan keluar.

c. Memiliki dokter spesialis dan sub-spesialis yang dapat dipanggil setiap

saat bila diperlukan.

d. Dikelola oleh ahli anestesiologi konsultan perawatan intensif atau dokter

ahli konsultan lainnya, yang bertanggung jawab penuh.

e. Dokter jaga yang mampu melakukan RJP.

f. Tenaga perawat lebih dari 75% bersertifikat ICU & berpengalaman pada

ruang penyakit dalam dan bedah selama 3 tahun.

g. Mampu melayani pemeriksaan laboratorium tertentu, rontgen untuk

kemudahan diagnostik selama 24 jam.

h. Memiliki paling sedikit 1 orang yang mampu mendidik medis dan

perawat agar memberikan pelayanan yang optimal pada pasien.

i. Memiliki staf tambahan tenaga administrasi, tenaga rekam medik, tenaga

ilmiah dan penelitian.4

Jenis tenaga dan kelengkapan pelayanan menentukan klasifikasi pelayanan

di rumah sakit tersebut atau sebaliknya seperti yang terlihat pada tabel berikut

ini:3

9
KEMAMPUAN PELAYANAN
No. PRIMER SEKUNDER TERSIER
Resusitasi jantung Resusitasi jantung Resusitasi jantung
1.
paru paru paru
Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan Pengelolaan jalan
napas, termasuk napas, termasuk napas, termasuk
2.
intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan intubasi trakeal dan
ventilasi mekanik ventilasi mekanik ventilasi mekanik
3. Terapi oksigen Terapi oksigen Terapi oksigen
Pemasangan kateter
Pemasangan kateter Pemasangan kateter vena sentral, arteri,
4.
vena sentral vena sentral dan arteri Swan Ganz dan ICP
monitor
Pemantauan EKG,
Pemantauan EKG, Pemantauan EKG, pulsoksimetri, tekanan
pulsoksimetri dan pulsoksimetri, tekanan darah non invasive
5.
tekanan darah non darah non invasive dan invasive, Swan
invasive dan invasive Ganz dan ICP serta
ECHO monitor
Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi Pelaksanaan terapi
6.
secara titrasi secara titrasi secara titrasi
Pemberan nutrisi Pemberan nutrisi Pemberan nutrisi
7.
enteral dan parenteral enteral dan parenteral enteral dan parenteral
Pemeriksaan Pemeriksaan Pemeriksaan
laboratorium khusus laboratorium khusus laboratorium khusus
8.
dengan cepat dan dengan cepat dan dengan cepat dan
menyeluruh menyeluruh menyeluruh
Memberikan Memberikan Memberikan
tunjangan fungsi vital tunjangan fungsi vital tunjangan fungsi vital
9. dengan alat –alat dengan alat –alat dengan alat –alat
portable selama portable selama portable selama
transportasi pasien transportasi pasien transportasi pasien

10
gawat gawat gawat
Kemampuan Kemampuan Kemampuan
10. melakukan fisioterapi melakukan fisioterapi melakukan fisioterapi
dada dada dada
Melakukan prosedur Melakukan prosedur
11. -
isolasi isolasi
Melakukan Melakukan
hemodialisis hemodialisis
12. -
intermiten dan intermiten dan
kontinyu kontinyu
Tabel 1. Perbedaan pelayanan ICU primer, sekunder, dan tersier

F. SARANA DAN PRASARANA ICU

Ruang ICU di sebuah rumah sakit harus memenuhi beberapa syarat sebagai

berikut.

1. Letaknya di sentral rumah sakit dan dekat dengan kamar bedah serta kamar

pulih sadar (recovery room).

2. Suhu ruangan diusahakan 22-25°C dan nyaman.

3. Ruangan tertutup dan tidak terkontaminasi dari luar.

4. Merupakan ruangan aseptik dan antiseptik dengan dibatasi kaca-kaca.

5. Kapasitas tempat tidur dilengkapi alat-alat khusus.

6. Tempat tidur harus yang beroda dan dapat diubah dengan segala posisi.

7. Petugas maupun pengunjung memakai pakaian khusus bila memasuki

ruangan isolasi.

8. Tempat dokter dan perawat harus sedemikian rupa sehingga mudah untuk

mengobservasi pasien.

11
Pelayanan ICU yang memadai ditentukan berdasarkan desain yang baik dan

pengaturan ruang yang adekuat. Desain berdasarkan klasifikasi pelayanan di ICU

yaitu :3

Tabel 2. Desain dan pengaturan ruang ICU

G. JENIS-JENIS ICU

Adapun beberapa jenis ICU yang sudah masyarakat kenal, berikut ini akan

dijelaskan lebih lanjut mengenai masing-masing jenis ICU.6,7

1. Intensive Coronary Care Unit (ICCU)

12
Merupakan unit perawatan intensif untuk penyakit jantung, terutama

penyakit jantung koroner, serangan jantung, gangguan irama jantung yang

berat, gagal jantung

2. Neonatal Intensive Care Unit (NICU)

NICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi baru lahir

yang sakit atau prematur.

3. Pediatric Intensive Care Unit (PICU)

PICU adalah unit perawatan intensif yang khusus merawat bayi yang sakit

kritis, anak-anak, dan remaja.

4. Post Anesthesia Care Unit (PACU)

PACU adalah unit perawatan intensif pasca operasi dan stabilisasi pasien

setelah operasi bedah dan anestesi. Pasien biasanya berada dalam PACU

untuk waktu terbatas dan harus memenuhi kriteria sebelum ditransfer

kembali ke bangsal.

13
BAB III

KESIMPULAN

Intensive Care Unit (ICU) adalah suatu bagian dari rumah sakit yang

mandiri, dengan staf yang khusus dan perlengkapan yang khusus yang ditujukan

untuk observasi, perawatan, dan terapi pasien-pasien yang menderita penyakit,

cedera, atau penyulit-penyulit yang mengancam nyawa atau potensial mengancam

nyawa dengan prognosis dubia. Tujuan perawatan pasien di ICU yaitu untuk

memberikan perawatan yang intensif untuk menyelamatkan kehidupan pasien,

mencegah perburukan dan komplikasi dengan cara observasi dan monitoring,

meningkatkan kualitas hidup dan mempertahankan kehidupan pasien,

mengoptimalkan fungsi organ, mengurangi angka kematian serta mempercepat

proses penyembuhan pasien

Pada dasarnya pasien yang dirawat di ICU adalah pasien dengan gangguan

akut yang masih diharapkan pulih kembali, mengingat ICU adalah tempat

perawatan yang memerlukan biaya tinggi dilihat dari segi peralatan dan tenaga

yang khusus. Apabila sarana dan prasarana ICU di suatu rumah sakit terbatas,

sedangkan kebutuhan pelayanan ICU meningkat, maka diperlukan mekanisme

untuk membuat prioritas.

Dalam pelayanannya fungsi ICU meliputi memberi bantuan dan mengambil

alih fungsi vital tubuh sekaligus melakukan pelaksanaan spesifik masalah dasar,

pemantauan fungsi vital tubuh dan penatalaksanaan terhadap komplikasi yang

ditimbulkan, serta memberikan bantuan psikologis pada pasien yang

kehidupannya sangat tergantung pada alat/mesin dan orang lain.

14
DAFTAR PUSTAKA

1. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Keputusan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 1778/MENKES/SK/XII/2010 tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Intensive Care Unit (ICU) Di Rumah Sakit.
Jakarta: Menteri Kesehatan Republik Indonesia; 2010.

2. Hanafie, A. Peranan Ruangan Perawatan Intensif (ICU) dalam Memberikan


Pelayanan Kesehatan di Rumah Sakit. (Accessed October 10, 2017)
Available from :
http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/745/3/08E00127.pdf.txt.

3. Indonesian Society of Intensive Care Medicine (Perhimpunan Dokter


Intensive care Indonesia). Pedoman ICU. (Accessed October 10, 2017)
Available from : http://www.perdici.org/wp-content/uploads/Pedoman-
ICU.pdf.

4. Departemen Kesehatan RI. Standar Pelayanan Keperawatan di ICU. Jakarta:


Departemen Kesehatan RI; 2006.

5. World Health Organization. Intensive Care Unit. (Accessed October 10,


2017) Available from :
http://www.who.int/surgery/publications/IntensiveCareUnit.pdf.

6. Menteri Kesehatan Republik Indonesia. Peraturan Menteri Kesehatan


Republik Indonesia Nomor 40 Tahun 2012 tentang Pedoman Pelaksanaan
Program Jaminan Kesehatan Masyarakat. Jakarta: Menteri Kesehatan
Republik Indonesia; 2012.

7. Washington State Department of Health. Type of Intensive Care Units.


(Accessed October 10, 2017) Available from :
http://www.doh.wa.gov/YouandYourFamily/IllnessandDisease/HealthcareAs
sociatedInfections/MethodsandDefinitions/TypesofIntensiveCareUnits.

15

Anda mungkin juga menyukai