Anda di halaman 1dari 11

IDENTIFIKASI BAKTERI DAN UJI RESISTENSI ANTIBIOTIK PADA PENYAKIT

INFEKSI SALURAN KEMIH DI BANGSAL ANAK RS ABDUL MANAP JAMBI

BAB I
PENDAHULUAN
I.I Latar belakang masalah
Infeksi saluran kemih (ISK) merupakan infeksi yang paling sering ditemukan di
masyarakat termasuk di negara maju. Meskipun sering dianggap sebagai penyakit tidak
membahayakan, namun penyakit ini cukup menjadi beban bagi penderita maupun
masyarakat. Selain menjadi beban sosial, ISK juga ternyata berdampak kepada meningkatnya
beban ekonomi. Di negara maju diperkirakan biaya yang harus dihabiskan untuk penanganan
ISK ini berkisar antara 2-6 milyar dolar setiap tahunnya (Sotelo & Westney, 2003).
Sebagian besar infeksi saluran kemih (ISK) disebabkan oleh bakteri dan hanya

sebagian kecil yang disebabkan oleh jamur atau virus. Bakteri dapat masuk ke dalam saluran
kemih dari daerah rektum melalui uretra dan akan menginflamasi daerah kandung kemih dan
hal inilah yang disebut dengan ISK. Sehingga pengobatan yang utama pada ISK adalah
antibiotik (Endriani et al., 2010).
Sejak antibiotik ditemukan pada tahun 1940-an, obat tersebut telah digunakan secara
luas untuk mengurangi angka kematian yang disebabkan oleh penyakit infeksi. Namun,
penggunaan antibiotik ini tidak selalu didasarkan pada hasil kultur kuman penyebab infeksi
terhadap antibiotik yang bersangkutan, keadaan ini cenderung dapat meningkatkan
penggunaan antibiotik secara tidak rasional, yang pada akhirnya berdampak pada pengobatan
yang tidak efektif dan memicu terjadinya resistensi bakteri (Soewondo, 2002).

Studi yang telah dilakukan di Indonesia selama 1990-2010, diketahui resistensi terjadi
hampir pada semua bakteri-bakteri patogen penting. Hal tersebut merupakan dampak negatif
dari pemakaian antibiotik yang tidak rasional (Febiana. T, 2012).
Pemakaian antibiotik yang tidak rasional dapat menyebabkan peningkatan toksisitas,
dan efek samping antibiotik tersebut, serta biaya rumah sakit yang meningkat. Sehingga
diperlukan penggunaan antibiotik berdasarkan diagnosis oleh tenaga medis profesional,
monitoring dan regulasi penggunaan antibiotik untuk meningkatkan penggunaan antibiotik
secara rasional (Wilianti, N.P, 2009).
1.2 Perumusan Masalah
1. Bakteri apa saja yang terdapat pada urin pasien penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK)
di RS Abdul Manap Jambi?
2. Bagaimana pola resistensi bakteri dari urin pasien infeksi saluran kemih (ISK)
terhadap beberapa antibiotika yang digunakan?
1.3 Tujuan
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bakteri apa saja yang terdapat pada urin
pasien penderita infeksi saluran kemih dan mengetahui bagaimana pola resistensi bakteri
penyebab infeksi saluran kemih terhadap beberapa antibiotik yang digunakan pasien rawat
inap di RS Abdul Manap Jambi.
1.4 Manfaat Penelitian
1. Sebagai pertimbangan dalam pemilihan antibiotik dalam penatalaksanaan penyakit
infeksi saluran kemih sehingga pemberian anibiotika dapat lebih terarah dan rasional.

2. Bagi penelitian lain, hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi data awal untuk
penelitian selanjutnya mengenai bakteri dari urin infeksi saluran kemih.

BAB 3
METODOLOGI PENELITIAN
1.1 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian ini akan dilaksanakan dari bulan Juli-Agustus 2014 di Laboratorium
STIKES HI Jambi, Bangsal Anak dan Laboratorium Mikrobiologi RS Abdul Manap
Jambi.
1.2 Metode Penelitian
Penelitian ini dilakukan dengan metode eksperimental. Pengumpulan data dilakukan
secara prospektif yaitu pasien dengan diagnosa terjadinya infeksi saluran kemih di
bangsal anak dan yang melakukan kultur di Laboratorium RS ABDUL MANAP Jambi.
Pada pembuatan media dan identifikasi bakteri dilakukan di Laboratorium STIKES
HI, sedangkan untuk data pasien ISK diambil dari bangsal anak dan uji resistensi
antibiotik dengan pengamatan yang dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi RS Abdul
Manap Jambi. Hasil yang diperoleh di Laboratorium Stikes HI dan RS Abdul Manap
Jambi kemudian dianalisis secara deskriptif dengan mengacu pada standar yang ada di
Rumah Sakit.
1.3 Alat dan Bahan
1.3.1

Alat
Alat yang digunakan berupa tabung reaksi, cawan petri, erlenmeyer, gelas ukur,

batang pengaduk, penggaris milimeter, kertas perkamen, jarum ose, spatel, pinset, kapas,
lampu spiritus, timbangan digital, inkubator, lemari pendingin, autoklaf, komputer,
aluminium foil, pipet gelas atau pipetor : 0,1 ml, 1 ml, 5 ml, dan 10 ml serta alat gelas
standar lainnya.

1.3.2 Bahan
Bahan yang di gunakan dalam penelitian ini adalah urin yang di ambil dari pasien
yang didiagnosa menderita infeksi saluran kemih (ISK) pada pasien yang di rawat inap di
RSUD Raden Mattaher Jambi, media Nutrient Agar (NA),media Nutrient Broth (NB),
Media uji resistensi antibiotik (Mueller Hinton Agar), media MC (Mac Conkey Agar) ,
media Urea Agar, media SC (Simon Citrat), media MR-VP (Voges Proskauer), Aquadest
steril, Natrium Chlorida (NaCl) steril, larutan H2O2 3 %, alkohol 70 %, disk antibioik.
1.4 Cara kerja
1.4.1

Sterilisasi alat
Pengerjaan dilakukan secara steril, tempat pengerjaan dibersihkan dari debu,

disemprot dengan alkohol 70%, alat-alat dan bahan yang akan digunakan disterilkan
terlebih dahulu. Untuk alat-alat gelas (tabung reaksi, gelas ukur, erlenmeyer) ditutup rapat
dengan aluminium foil, kemudian disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121 0C, tekanan 15
lbs selama 15 menit. Jarum ose dan spatel sebelum digunakan setiap kali dibakar di atas
lampu spitirus sampai bernyala.
1.4.2

Pengambilan sampel
Sampel yang di ambil berupa urin dari pasien infeksi saluran kemih yang di rawat

inap di RSUD Raden Mattaher Jambi yang berjumlah 20 sampel. Urin yang dikumpulkan
adalah urin arus tengah (mid stream urine), di mana aliran pertama urin dibuang dan aliran
urine selanjutnya ditampung dalam wadah yang telah disediakan dan ditutup rapat lalu
sampel urin dikirim ke laboratorium untuk diidentifikasi.

1.4.3

Penyiapan dan pembuatan media

1. Media Nutrient Agar (NA)


Diambil sebanyak 23 gr serbuk NA, larutkan dalam 1 liter aquadest steril di dalam
erlenmeyer, kemudian dipanaskan sampai homogen dan disterilkan dalam autoklaf pada suhu
1210C dengan tekanan 15 lps selama 15 menit.
1. Pembuatan media Nutrient Broth (NB)
Diambil sebanyak 13 g serbuk NB, dilarutkan dalam 1 liter aquadest steril di dalam
erlenmeyer, kemudian dipanaskan sampai homogen dan disterilkan di dalam autoklaf
pada suhu 121 C dengan tekanan 15 lbs selama 15 menit .
2. Media Mc Conkey Agar (MC)
Timbang pepton sebanyak 20 g, laktosa 10 g, NaCl 5 g, agarb 13,5 g, merah netral
0,03 g, dan garam empedu 15 g, larutkan dalam air suling 1 L. pH media yang
digunakan adalah 7,1, kemudian disterilkan di dalam autoklaf pada suhu 121 0 C
selama 15 menit.
3. Media uji resistensi antibiotik
Mueller Hinton Agar
Sebanyak 38 gr Mueller Hinton dilarutkan dengan 1 liter air suling, dipanaskan
sampai homogen, sterilkan dengan autoklaf pada suhu 1210C tekanan 115 lbs selama
15 menit, setelah steril dituang ke cawan petri sebanyak 15 ml (Raihana. N, 2011).
4. Media Urea Agar
24, 02 serbuk media Urea Agar dilarutkan dengan 1 liter air suling, disterilkan selama
20 menit pada 1210C tekanan 15 lbs. Pada tempat terpisah, dilarutkan 400 gr Urea
dalam 1 liter air suling, disterilkan dengan penyaringan, setelah itu dicampurkan `5 ml
larutan urea ke dalam 95 ml larutan urea agar, kemudian dimasukkan ke dalam tabung
reaksi sebanyak 10 ml dan dibiarkan membeku dalam posisi miring.

5. Media Simon Citrat (SC)


Sebanyak 24,2 g serbuk dimasukkan dalam 1 L aquades. Media dididihkan sampai
larut sempurna. Kemiduan disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210 C selama 15
menit.
6. Media Voges Proskauer (VP)
Sebanyak 17 g serbuk VP dilarutkan dalam 1 liter air suling, lalu dimasukkan ke
dalam tabung reaksi sebanyak 10 ml, kemudian disterilkan dengan autoklaf selama 15
menit pada suhu 1210 C tekanan 15 lbs.
1.4.4

Isolasi bakteri

Sampel urin dari pasien infeksi saluran kemih dioleskan dengan ose ke medium MC
dan medium NA, lalu inkubasi selama 18-24 jam pada suhu 37 0C. Koloni yang tumbuh
ditanam pada media Nutrient Broth, kemudian dilakukan identifikasi dan uji resistensi
antibiotik.

3.4.5. Identifikasi bakteri


a. Pewarnaan Gram
Pewarnaan gram digunakan untuk menentukan jenis bakteri Gram positif dan bakteri
Gram negatif. Cara : kaca objek dibersihkan dengan alkohol sehingga bebas dari lemak,
difiksasi di atas lampu spiritus sampai kering, beri satu tetes NaCl fisiologis. Bakteri dari
media NA diambil dengan jrum ose, diletakkan pada tetesan NaCl fisiologis, campur
hingga merata. Biarkan mengering diudara sebentar dan fiksasi diatas api. Tetesi 2-3
tetes larutan Kristal violet, biarkan selama 1 menit, bilas dengan air mengalir. Tetesi
larutan lugol satu tetes dan dibiarkan selama 1 menit, dibilas dengan air mengalir dan
dikeringkan, preparat dibilas dengan alkohol 96% selama 30 detik, cuci dengan air
mengalir dan keringkan. Terakhir ditetesi dengan safranin dan dibiarkan selama 1 menit

lalu dibilas dengan air mengalir dan dikeringkan. Amati di bawah mikroskop. Warna
ungu untuk bakteri gram positif dan warna merah untuk bakteri gram negatif.
b. Uji katalase
Uji katalase berguna untuk mengidentifikasi kelompok bakteri yang dapat
menghasilkan enzim katalase. Dapat membedakan Staphylococcus dan Streptococcus.
Dilakukan dengan cara : diatas kaca objek ditetesi satu tetes H 2O2 3%, ditambahkan
koloni bakteri dan langsung diamati terjadinya penguraian hidrogen peroksida.
Dinyatakan positif bila menghasilkan enzim katalase yang ditandai dengan terbentuknya
gelembung udara dan negatif bila tidak ada gelembung udara.
c. Uji hidrolisis urea
Uji hidrolisis urea digunakan untuk melihat bakteri yang mampu menghasilkan enzim
urease. Dilakukan dengan cara: digoreskan 1 ose bakteri pada permukaan urea agar
miring, lalu diinkubasi pada suhu 370C selama 24 jam. Timbulnya warna merah muda
berarti reaksi positif dan negatif warna tidak berubah.
d. Uji sitrat
Uji sitrat digunakan untuk melihat kemampuan bakteri menggunakan sitrat sebagai
satu-satunya sumber karbon. Uji sitrat dilakukan dengan cara : ambil 1 ose bakteri dan
diinokulasikan ke dalam media Simmon Citrat, lalu inkubasi pada suhu 35 0C selama 4896 jam, warna biru menunjukkan reaksi positif, warna hijau menunjukkan reaksi negatif.
e. Uji VP (Voges Proskauer)
Uji VP digunakan untuk menentukan kemampuan bakteri tersebut menghasilkan
produk akhir yang netral dari fermentasi glukosa. Dilakukan dengan cara : diinokulasi 1
ose biakan ke dalam media MR-VP kemudian diinkubasi pada suhu 37 0 C selama 24 jam.
Setelah itu diteteskan reagen barit A dan barit B, apabila terbentuk cincin merah
menunjukkan reaksi positif.

f. Uji gula-gula (sakarosa, xylosa, mannosa, laktosa, fruktosa, glukosa)


Tujuan uji ini adalah untuk mengetahui jenis bakteri yang memfermentasikan jenis
karbohidrat tertentu. Jika terjadi fermentasi, medium terlihat warna kuning karena
perubahan pH menjadi asam yang artinya positif.
Cara kerja : koloni bakteri dari media NB diambil sedikit dengan ose steril dan
diinokulasi pada media sakarosa, xylosa, mannosa, laktosa, fruktosa dan glukosa,
kemudian diinkubasi pada suhu 370 C selama 24 jam.
Setelah didapatkan hasil dari semua uji yang dilakukan, untuk menentukan jenis
bakteri menggunakan softwere APIWEB. Dengan memasukkan hasil uji (+) atau (-) ke
dalam program maka dapat langsung diketahui jenis bakteri yang diujikan.

1.5 Penentuan Resistensi Antibiotika


Penentuan resistensi antibiotik diambil dari data Laboratorium Mikrobiologi
RS Abdul Manap Jambi yang dilakukan menggunakan cakram antibiotik murni. Data
hasil kultur dianalisis untuk melihat sensitivitas antimikroba. Karakterisasi dengan
mengukur dan membandingkan diameter daerah hambatannya terhadap tabel standar.
Sensitif (S), intermediet (i) dan resisten (R) terhadap antibiotik disimpulkan
berdasarkan diameter daerah bening hambatan disekitar disk antibiotik.

DAFTAR PUSTAKA

Bircan, Z. 2002. Urinary Tract Infection and the Pediatricians, Internasional Pediatrics
17(3): 143-144.
Corona, A. (2003). Urinary tract infections and urinary incontinence. 2 Januari 2001Sotelo,
T. & Westney, L. 2003. Recurent urinary tract infection in women. Curr Womens
Health Rep 3: 313-318.
Elder JS. Urinary tract infections. Dalam : Kliegman RM, Behrman RE, Jenson HB, Stanton
BF, penyunting. Nelson textbook of pediatric. Edisi Ke-18. Philadelphia: Saunders
Elsevier; 2007 Figueroa, E. (2009). Urinary tract infection. 26 oktober 2011.
Endriani, R. Andrini, F. & Alfina. 2010. Pola Resistensi Bakteri Penyebab Infeksi Saluran
Kemih (ISK) Terhadap Antibakteri di Pekanbaru. 12(2), 130-135.
Entjang, I, 2003. Mikrobiologi Dan Parasitologi. Bandung: PT.Citra Aditya Bakti.
Febiana, T. 2012. Kajian Rasionalitas Penggunaan Antibiotik di Bangsal Anak RSUP Dr.
Kariadi Semarang Periode Agustus-Desember 2011.Semarang: Universitas
Diponegoro.
Kumala,S., Raisa, N., Rahayu, L., & Kiranasari, A. 2009. Uji Kepekaan Bakteri yang
Diisolasi Dari Urin Penderita Infeksi Saluran Kemih (ISK) Terhadap Beberapa
Antibiotika Pada Periode Maret-Juni.6(2), 45-55.
Mims et al. Medical microbiology. 2nd ed. London: Mosby; 2005. P. 25-7, 411-9.
Neal, Michael J. Medical Pharmacology At a Glance. Edisi 5. Penerbit
Erlangga. 2006. h. 81.
Pamungkas, E.D. Faktor-Faktor yang Berhubungan Dengan Infeksi Saluran Kemih Pada
Anak Usia Sekolah di SDN Pondok Cina 1 Depok. 2012. Depok: Universitas
Indonesia.
Price., & Wilson. (1995). Pathopysiology : Clinical concept of disease processes (4th ed).
(Peter Anugrah, Penerjemah). Canada : Mosby.
Raihana Nadia. 2011. Profil Kultur Uji Sensitivitas Bakteri Aerob dari Infeksi Luka Operasi
Laparatomi di Bangsal Bedah RSUP DR. M. Djamil Padang. (Artikel). Padang:
Universitas Andalas.
Samirah, Darwati, Windarwati., & Hardjoeno. (2006). Pola resistensi dan sensitivitas kuman
di penderita infeksi saluran kemih. Indonesian Jurnal of clinical pathology and medical
laboratory, 12 (3), 110-113.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi V. Jakarta: Balai Penerbit FKUI.
Setiabudy, Rianto. 2007. Farmakologi dan Terapi, edisi V 9cetakan ulang). Jakarta: Balai
Penerbit FKUI.

Sjahrurachman, A., Mirawati, T., Ikaningsih. & Warsa, U.C. 2004. Etiologi dan resistensi
bakteri penyebab infeksi saluran kemih di RSCM dan RS MMC Jakarta 2001-2003.
Medika 9: 557-562.
Soewondo ES. Pilihan terapi dalam menghadapi infeksi nosokomial, dalam Perkembangan
Terkini Pengelolaan Beberapa Penyakit Tropis Infeksi. Surabaya. Airlangga
University Press. 2002; 130139.
Sylvia. P. T. 2008. Mikrobiologi Farmasi. Jakarta: Erlangga.
Wilianti, N.P.2009. Rasionalitas Penggunaan Antibiotik Pada Pasien Infeksi Saluran Kemih
Pada Bangsal Penyakit Dalam Di RSUP DR. Kariadi Semarang Tahun 2008.
Semarang: Universitas Diponegoro.
World Health Organization. WHO global strategy for containment of antimicrobial
resistence. Switzerland: WHO; 2001.
Yulianto, 2009. Pola Kepekaan Bakteri Gram Negatif Dari Pasien Iinfeksi Saluran Kemih
Terhadap Antibiotika Golongan Beta Laktam di Laboratorium Mikrobiologi Klinik
FKUI Tahun 2001-2005.Jakarta:Universitas Indonesia.

Anda mungkin juga menyukai