Anda di halaman 1dari 7

Sectio

Caesarea dan risiko Prolaps Organ Panggul :


Sebuah Penelitian Kasus - Kontrol
Christina Larson MD; Karin Kallen,PhD; Elika Andolf,MD, PhD
( American Jurnal Obstetry and Gynecology, Maret 2009: 243.e 1-4 )

Prolaps organ panggul merupakan masalah kesehatan yang penting , sering kali
membutuhkan intervensi operasi. Banyak faktor seperti usia, merokok, Indeks Massa Tubuh,
Hernia Abdomen, penyakit jaringan ikat, riwayat keluarga, pekerjaan, operasi ginekologi dan
penyakit paru-paru berperan dalam terjadinya prolaps organ panggul. Paritas merupakan
faktor risiko utama lainnya, meningkatnya paritas berhubungan dengan meningkatnya risiko
terjadinya prolaps organ panggul.
Informasi mengenai kapan kerusakan dasar panggul terjadi masih terbatas. Kerusakan sudah
ditemukan pada saat kehamilan, namun cedera juga timbul saat persalinan per vaginam
dikarenakan hilangnya atau putusnya persyarafan ( denervasi ) dari dasar panggul. Bukti
mengenai prosedur sectio caesarea menawarkan perlindungan pada kejadian ini masih
menjadi perdebatan.
Denervasi dari dasar panggul telah didapatkan pada wanita yang menjalani sectio caesarea
pada saat inpartu , namun tidak ditemukan pada wanita yang menjalani sectio caesarea
elektif.
Proteksi yang ditawarkan oleh sectio caesarea baik ditentukan oleh gejala, pemeriksaan
panggul atau kebutuhan untuk intervensi operasi belum jelas. Penelitian yang mengevaluasi
sejumlah kecil dari kasus kontrol berpasangan menunjukkan adanya hasil yang bertentangan
atau tidak tepat sebagai bukti dengan interval konfidens yang luas.
Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan bukti yang jelas mengenai hubungan antara
metode persalinan dengan prolaps organ panggul dengan penelitian kasus kontrol
berpasangan dalam jumlah besar dari dua Kantor Pencatatan Kesehatan Swedia.
Materi dan Metoda
Registrasi Rumah Sakit Swedia disimpan oleh Kementerian Nasional Kesehatan Dan
Kesejahteraan , digunakan untuk mengidentifikasi wanita dengan diagnosis prolaps organ
panggul. Menggunakan nomor identifikasi personal penduduk sehingga dapat terhubung
dengan data registrasi kelahiran Swedia, yang juga disimpan di Kementerian Nasional
Kesehatan Dan Kesejahteraan.
Registrasi Rumah Sakit Swedia mengandung data informasi diagnosis penyakit ( berdasar
revisi ICD 9 dan ICD 10 ) dan kode operasi pada semua pasien yang dirawat di semua rumah

sakit Swedia. Register Kelahiran Swedia mengandung informasi medis hampir seluruh
kelahiran di Swedia ( melingkupi hampir 99% ). Semua kelahiran diatas usia kehamilan 28
minggu dimasukkan baik lahir hidup maupun lahir mati. Pencatatan standar digunakan pada
semua klinik antenatal, semua tempat bersalin dan semua pemeriksaan pediatrik pada bayi-
bayi baru lahir di ruangan maternitas. Salinan dari pencatatan ini dikirim Ke Kementerian
Kesehatan Dan Kesejahteraan , dimana informasi ini disimpan secara elektronik.
Sebanyak 16.605 wanita terdiagnosa prolaps organ panggul ( ICD 9 , n= 618 , ICD 10 , n = N
81 ) dan setiap wanita yang melahirkan antara 1973 dan 2004 diidentifikasi. Tidak ada data
yang dieksklusi. Bagi wanita yang terdiagnosa prolaps organ panggul lebih dari satu kali ,
hanya diagnosis pertama yang dihitung. Wanita yang terdiagnosis prolaps organ panggul
pertama kali setelah lebih dari 365 hari dari persalinan terakhir, wanita yang terdiagnosa
prolaps organ panggul pada usia lebih dari 60 tahun dikeluarkan dari penelitian. Peneliti
menggunakan titik potong umur ini dikarenakan , kelompok ini melahirkan dibawah tahun
1973 sebelum registrasi kelahiran dibuat, sehingga informasi mengenai metode persalinan
dan paritas mereka tidak ada. Pada akhir penelitian didapatkan 15.007 kasus dengan

RBseencH

www.AJOG.org

General Gynecology

prosedur pemilihan tercantum pada tabel 1.


ery but improve with time. Women

a diagnosis of pelvic organ

made beyond the age of 60 years were


exduded. We chose this cut offbecause
women over tbis age probably would
have given birth before 1973 when the
MBR started. Therefore, information on
their mode of deliveryand paritywas not
available. Also, information on date of
death was not available. The final study
group consisted of 15,007 cases with the

Women wiilr a prolapse


diagnosis vdo delivercd in

1973-20M
Ihe firs{ pmlapse diagnoses
before

195

fte lmt labor

Ihe first prdape diaEuses


wiftin 365 d afbrlhe last labor
Women

>

60 y at first tliagnosis

Remain@ cases {nclurkd in


strdy)

tte

with

prolapse

selection procedure presented in Table 1.


All hospitals in Sweden were included

1139

and the study period was long; why the


diagnostic criteria of pelvic organ prolapse were not standardize{ butthe condition was diagrrosed after pelvic

15,007

Iarsstt Cesrean*ciott ndri* ofpefuic ugal


prolary Am J AhstetGfecolm$.

eramination
Table 2 strows the demographic char-

198S9 and were mcre likely to have de


li:rered only 1 child or more than 3 chil
dren during the study period.
Odds ratios (ORs) were obtained us
ing the Mantel-Haenzsel procedure.2s
Stratification was made by the women's
year ofbirth {? year intervals), theyear o
the last delivcry ( I year interval), and the
parityat the la$deEvery (previous deliv
eries plus l),95Vo confidence intervals
(CIs) were calculated using the method
proposed by Miettinen.26
As a complemeat to the Mantel-Haen
zsel analyses, Cox analyses wre per
formed to estimate hazard ratios for pel

vic organ prolapse after the last labor

The time at risk for each woman uras re


corded by counting the number of days
between the individual dates of study en

trance
and exit. For each womaa, the
prolapse
acteristics pada
of the case
withwaktu
with pelvic
organ
more than
Semua
rumah
sakit
di Swedia
diikutsertakan
penelitian
ini dan
penelitian
Soup, those
once, only the first diagrrosis was pelvic organ prolapse, and the control time for the study entrance was set at Jan
(whan the HDR started) or at the
1, 1987
panjang,
kriteria
diagnostik
tidak
dilakukan,
namun
didiagnosa
pro- ini
counted. standarisasi
Women also had
those
with no pelvic
to have
had group,
organkondisi
their first diagnosis ofpelvic organ pro- lapse. Compared with the controls, date ofthe last delivery {ifafter 1987)
setelah pemeriksaan panggul dilakukan.
lapse more thau 365 days after the last womsn in the case group wre likely to The time for the sfudy exitwas set at the
date ofthe frst diagnosis ofpelvic organ
labor 2
because
symptomskarakteristik
of pelvic organ
be born pada
before setiap
1950, were
more likely
to , baik
Tabel
menunjukkan
demografi
kelompok
kasus
kelompok
prolapse maydevel,op sho*lyafter deliv- have delivered during the 1970s or prolapsg the date the women turned 60
years old,kontrol
or oa the Dec, 31, 2004 (when
dengan prolaps organ pelvic atau kelompok kontrol. Dibandingkan dengan kelompok

the datasetwas retrieved)" depending on

, wanita pada kelompok kasus lahir sebelum tahun 1950, yang kemungkinan
banyak
which event
happened frst The wom

Mabrnal year of birtl


Bebrc 1940

e18 (6.1)

27,868 {1.9)

sn's age at study entrance was entered in


the Cox analyses as a continuous vari
able, whereas delivery rnode (cesarean
section only or vaginal only) and parity
were entered as class variables.
The study was approved by the Re
search Ethics Committee at Karolinska

Am

AhstetGfecolm$.

corded by counting the number of d


between the individual dates of study

eramination
Table 2 strows the demographic characteristics of the case Soup, those with

trance and exit. For each womaa,


pelvic organ prolapse, and the control time for the study entrance was set at J
1, 1987 (whan the HDR started) or at
group, those with no pelvic organ protheir first diagnosis ofpelvic organ pro- lapse. Compared with the controls, date ofthe last delivery {ifafter 198
time for the sfudy exitwas set at
lapse more
thautahun
365 days
after the
last1980-an,
womsn kebanyakan
in the case group
likely to The
wre
melahirkan
pada
1970-an
atau
hanya
melahirkan
1 anak atau
labor because symptoms of pelvic organ be born before 1950, were more likely to date ofthe frst diagnosis ofpelvic org
prolapse
lebih
dari 3 maydevel,op
anak selama
periode pdelivenelitian
ini. delivered during the 1970s or prolapsg the date the women turned
sho*lyafter
have

with pelvic organ prolapse more than


once, only the first diagrrosis was
counted. Women also had to have had

years old, or oa the Dec, 31, 2004 (wh

the datasetwas retrieved)" depending


which event happened frst The wo
sn's age at study entrance was entered
the Cox analyses as a continuous v
able, whereas delivery rnode (cesare
section only or vaginal only) and pa
were entered as class variables.

Mabrnal year of birtl

The study was approved by the

Bebrc 1940

e18 (6.1)

27,868 {1.9)

1940{949

8316 (55.4)

290,195 (20.1)

1950-1959

4505 (30.0)

t960-1ffi

1174

1970 or after

search Ethics Committee at Karolins


Institutet ( Stockholm, Sweden).

4m,7671?9.81

r.8)

,li|6,960 {30.2}

94 (0.6)

259,758 (18.0)

Rssurrs

Of the women with inpatient diagno


organ prolapse 78.2olo h
undergone surgerF for pelvic org

of pelvic

Year of last deliuery

1973-1979

7336 t18.S)

31s,zu{21.9}

1980-1S8S

5fr12 (35.5)

374,017 {25.9)

1990-1999

2114 (14.11

446,194 (30.9)

2000-2004

225fls)

308,497 {21.4}

6558 (43.4

508,939 {35.2)

5104 (34-0)

625,819 {433)

2432(16.21

237,605 (16.4)

prolapse.

During the study period, the rate


instrumental deliveries and ruptures

the anal sphincter were796 and 306,


speaively, in vaginally delivered wom
Instrumental deliverywas not more
quent in women with prolapse.
Results of method of delivery in th
with and without pelvic organ prolap
can be seen in Table 3. Only about 2ol
thewomen with adiagnosis ofpelvic
gan prolapse had had no vaginal deliv

Padty at last delivery

>4
Larrcott

&*rean wtian otd

el3
rld+

(6.1)

72,185 (s.0)

of pelvic orgnn polary. An I Obstct Gyrecol 20A9-

ies and

I or more

Odds ratio (ORs) didapatkan dengan menggunakan prosedur Mantel Haenzsel. Stratifikasi
243,e2 Ans*nnJounrdof Obsbtbs eG1meologt MARCH 2@
dibuat dengan tahun kelahiran pasien ( interval 2 tahun ), tahun saat terakhir bersalin (
interval 1 tahun ) dan paritas saat persalinan terakhir, internal konfidens yang digunakan
sebesar 95% dihitung dengan metode Miettinen.
Sebagai komplemen dari analisa Mantel Haenzsel maka analisis Cox ditambahkan untuk
memperkirakan ratio hazard untuk prolaps organ panggul setelah persalinan terakhir. Waktu
terkena risiko pada setiap wanita didata dengan menghitung jumlah hari antara tanggal
perorangan saat masuk ke penelitian dan akhir penelitian . Untuk setiap wanita , waktu
memasuki penelitian diatur pada tanggal 1 Januari 1987 ( ketika HDR dimulai ) atau tanggal
persalinan terakhir ( jika setelah tahun 1987 ). Waktu yang ditentukan untuk keluar
penelitian yaitu tanggal saat pertama kali terdiagnosis prolaps organ panggul , tanggal
wanita berusia 60 tahun , atau pada 31 Desember 2004 ( ketika pengaturan data
dikumpulkan ), tergantung yang terjadi mana yang lebih dahulu. Umur wanita saat
memasuki penelitian dimasukkan dalam analisis Cox sebagai variabel kontinu, dimana jenis

cesarean sectio

persalinan ( sectio caesarea saja atau pervaginam saja ) dan paritas dimasukkan dalam klas
variabel.
Penelitian ini telah disetujui oleh Komite Etik di Karolinska Institute Stockholm Sweden.
Hasil
Pada penelitian ini didapatkan pasien yang terdiagnosis prolaps organ panggul sebanyak
78.2% telah menjalankan operasi untuk prolaps organ panggul .
Selama masa penelitian , angka kejadian persalinan dengan alat sebesar 7% dan ruptur
sphincter ani sebanyak 3% pada wanita dengan persalinan pervaginam. Persalinan dengan
alat tidak lebih sering pada wanita dengan prolaps.
Hasil dari metode persalinan dengan atau tanpa prolaps organ panggul dapat dilihat di tabel
3. Hanya sebanyak 2% dari wanita terdiagnosis prolaps organ panggul , tidak menjalankan
persalinan pervaginam dan satu atau lebih sectio caesarea saja, sedangkan 9% tanpa
prolaps. Sehingga , wanita dengan prolaps organ panggul secara signifikan lebih sering
terjadi pada wanita dengan persalinan pervaginam. Angka OR kasar untuk prolaps organ
panggul ( sectio caesarea VS persalinan pervaginam ) secara signifikan dibawah 1. Walaupun
besarnya pengaruh dari tahun kelahiran ibu, paritas, dan tahun dari persalinan terakhir telah
diteliti,dan disesuaikan namun OR kasarnya hampir identik. Oleh karena itu, dapat dilihat
adanya pengurangan secara signifikan pada risiko prolaps organ panggul pada pasien yang
menjalankan sectio caesarea bila dibandingkan dengan persalinan pervaginam.
Analisa Cox menunjukkan bahwa secara keseluruhan ratio hazard ( sectio caesarea vs
pervaginam saja ) setelah dikontrol usia wanita dan paritas adalah 0.20 ( 0.18-0.22 ) , adalah
sama dengan OR yang didapat dari analisis Mantel Haenzsel.
Diantara wanita yang hanya menjalankan persalinan pervaginam ditemukan hubungan yang
kuat dan linear antara paritas dengan risiko prolaps organ panggul. Diantara wanita hanya
menjalankan sectio caesarea tanpa persalinan pervaginam tidak didapatkan hubungan.
Sehingga efek protektif dari sectio caesarea terhadap prolaps organ panggul pervaginam
lebih bermakana pada wanita multipara dibanding primipara ( OR 0.063; 95% IK , 0.05-0.081
dan OR 0.26;95% IK, 0.23-0.29, secara bersamaan )
Sebaliknya hanya 1% dari wanita dengan persalinan pervaginam menjadi prolapas organ
panggul selama periode penelitian .

www.AtOG.org

General Gynecology

PrulaBe
{n = l5SO4
n(%)

Mode of delirery

llo pdapoe

= 1,fi45t18}

{n

Adiusbd 0R

Crude0F (s%Cl)

n(%)

Va$naldelivedeson$ 13,935{92.9} 1,193$61 {83.5) 1.00


Vaginal and GS

7S1

CS only

281

fic ode

rdim {0h} t}ce offitEd

drr

{5.3)
(1.9)

MiMi$

Cl. conlidence inteml: CS. cwrean secli0n.

Inrss*

C,e*ru.n sutim

l0r

RESEARCH

108,212
127,668

rM

mtl ril* ofpelvic orpn prohpe,

C/.6)
(8.9)

}w dttrfl }rff

0f

r.fi)

0.63

0.75 (0.69-0.81)

0.19

0.18 {0.16-0.20)

h$ ddiwy. ad saityd

ld

divery,

Am I Obstet Gyneeol m09.


whereas in women with no pelvic organ
Komentar

prolapse, the corresponding figule was

CotvttvtBNt

Parity at last delivery as risk lactor for pelv

The present study shows ttrat cesarean

ofgan prolapse ffi0ng ilomen with only vagina

Penelitian
menunjukkan
caesarea
berhubungan
dengan
yang The
lebih
deliveries.
odds ratios
almost 9%.ini
pelvic or-sectio
Thus,
women with bahwa
section
is associated
with a lower
risk ofrisiko

were obhined aft

gan prolapse were significantly more


of pelvic organ pro- stratification lor maternal year 0f birth and ye
rendah terhadap kejadian prolaps organ inpatient
panggul diagnosis
dibanding
persalinan pervaginam.

of last delivery. Vertinl barsindicate 95o/o con
likelyto have had a vaginal delivery than' lapse than vaginal delivery.
those without.
This
study also
shows
a further
Penelitian
ini juga menggambarkan adanya
penurunan
risiko
lebih
lanjut pdeada pfidence
asien interals.
setelah
The crude OR for pelvic organ pro- crease in risk after several cesareans as Larsnn. Cesrcen sction ann rcisk of pelvb organ prol.ap*
Aml ObstetGynwlm)9beberapa
kali sectio
caesarea
dibanding cornpared
setelah beberapa
persalinan
pervaginam.
lapse (cesarean
section
vs vaginalbirths)
with several
vaginal deliveries.
was significantly
1. Even though
disadvantage of our case-control
Kekurangan dari below
penelitian
kasus-kontrol Aini
adalah tidak dapat memisahkan pasien yang
heavy confounding from maternal year study is that we were unable to separate
deliver)' after the age of 60 yeals. Only
ofbirth, paritf,
and year
oflast delivery
patients
who
had had dengan
labor tidak.
a trial ofyang
menjalankan
partus
percobaan
sebelum
sectio
caesarea
longerBeberapa
follorr-up would a$ow this to b
was suspected, the adjusted and crude prior to a cesarean section from those
evaluated. In the year 2003, 3705 wome

penelitian
engatakan
adanya
lebih
pada sfudies
pasien suggest
yang menjalankan
partus
ORs werem
identical.
almost
Thus,risiko
thereyang
wbo
hadtinggi
not, Some
a with the dia$osis of pelvic organ pro
appeared to be asignficant reduction in higher risk of pelvic floor damage in
lapse terhitung
were admitted to hospital in Swe
percobaan, di sisi yang lain apabila pembedaan ini dapat dilakukan maka risiko
the risk of pelvic organ prolapse inthose
those who have had a trial of labor. On den after th*
of 6O yars and 209
whodidapatkan
had undergone
"9"
cesaran
the other hand if this distinction had before this age.2a
yang
mungkin
lebih section
rendah lagi.

compared with vaginal delivery.


been possibl, the calculated rid<would
The maaagernerrt
of ddiveries ma
Peneliti
uga tidak
dapat that
mengidentifikasi
faktor
erancu
( counfounding ) terjadinya
prolaps
Cox janalpes
revealed
the overall have
beenpeven
lower.

have changed during our study period

hazard ratio,
only vsriwayat
We kwere
unable
to identifrother
but whether
this has affected our result
organ
panggul termasuk section
diantaranya
eluarga,
obesitas,
operasi gpoinekologi,
merokok
vaginal births only) controlling for tentially confounding factors for pelvic isunknown.
woment
paritf (seePenelitian
age and
Materiak lain
prolapse
atau
penyakit
paru-paru.
membuktikan
ini delivery h-as been th
organ telah
induding familybahwa
history faktor-faktor
Because vaginal
(cesarean

anil Methodsj was 0.20 (0.18-0.22), thus

obesitT, gynecological surgery smoking

mode of delivery for most women, it ha


meningkatkan
terjadinya
prolaps
organ
wanita
dengan
faktor
risiko ini
similar to therisiko
OR obtained
from
the or
lungpanggul.
disease.Jika
Other
$udies
have been difficult to separate prcgnanc
Mantel-Haenzsel analysis.
shownsering
that these
factors
increase
the riskhal from
delivery as the etiology o
menjalankan
persalinan pervaginam lebih
dari
sectio
caesarea,
ini vaginal
mungkin
Among women who had only had vag- of pelvic organ prolapse.a'6-8'27'28 11 pelvic organ prolape. Previous studie
inal deliveries, a hstrong
mempengaruhi
asil penelitian
and almostini.
linear women with these riskfactors are under- on the protective eflect ofcesarean se

association between parity and the risk going vaginal ddivery more often than tion are small and have come to dive
Gejala
prolaps
organ panggul biasanya terjadi setelah menopause,
oleh karena itu
of pelvic
organ prolErse was found (Fig- cesarean section, this
have affected
may

gent conclusions- Three studiesbased o

ure). Amongwomen
hadphad
a ce-adalah
our results.
interviews
or self-rqrorted question
diperlukan
follow-up who
jangka
anjang
suatu keharusan. Kebanyakan wanita
mendapat
sarean section but no vaginal births, no
Syrnptoms of pelvic organ prolapse naires, asking about symptoms of pelv
haid
pada
usia
50 tahun.
Dikarenakan
design
mengeksklusi
suchterakhir
association
could
besekitar
found. Thus,
usually
develop after
the penelitian
menopause, ini organ
prolapse, found conflicting ev
the protective effect of cesarean section which is why a long period of follow-up dence as to whether cesarean section
wanita
dengan usia lebih 60 tahun, penelitian
ini tidak dapat membedakan apakah wanita
on pelvic organ prolapse was more profor this condition is mandatory. Most protective.3'r2'14
nounced
among multiparous
womenada
women
have
their last
periodpanggul
aroundthe
Maclennan
yang
menjalankan
sectio caesarea
gejala
prolaps
organ
dibanding
dengan et al3 interviewed 154
than among primiparous (O& 0.063; age of50 years. Because ofthe desigrr of women and showed that both cesarea
persalinan
pervaginam
setelah
usia 60 our
tahun.
penelitian
dengan
follow
up deliverywere assoc
950/6 CI,0.05-0.081
and OR,
A.26;95o/a
study,Hanya
which excluded
women
overwaktu
section
and vaginal
Cl, 0.23 -0.29, respectively).
the age of 60 years" we were unable to ated with s:ymptoms of pelvic floor dys
yang
lebih lama memungkinkan untuk menilai hal ini. Pada tahun 2003 sebanyak 3705
On the other han4 only about 10z6 of determine whether womn who have function, and there was no difference be
vaginally
present
delivered
women
developed
a cesarean
with setelah
section
tween acute
wanita
dengan
diagnosis
prolaps
organ had
panggul
dirawat
di RS
di Swedia
usia and
60 elective cesarean births
pelvic organ prolapse during the study spnptom$ of pelvic organ prolap$ to a In the studies by Lukacz et all2 and Te
tahun
dan
095 wthe
anita
usia 60 tlesser
ahun.
(ie2before
period
agesebelum
of60 years).
extent than women with vaginal gerstedt et al,1n 4458 and 5489 women
MARffi AXXI

ArsharJdrtrddtFe*uhs ery:cdogy 2tB.e

Manajemen penanganan persalinan mungkin sudah banyak berubah sepanjang masa


penelitian ini , namun kemungkinan pengaruhnya terhadap hasil penelitian tidak diketahui.
Persalinan pervaginam merupakan metode persalinan paling banyak pada kebanyakan
wanita, maka sulit untuk dipisahkan kehamilan dari persalinan pervaginam sebagai etiologi
dari prolaps organ panggul. Peneliti sebelumnya terhadap efek protektif sectio caesarea
adalah kecil dan menghasilkan hasil yang divergen. Tiga penelitian didasarkan wawancara
atau kuesioner per orang, menanyakan gejala prolaps organ panggul. Ditemukan bukti yang
bersilangan apakah sectio caesarea bersifat melnidungi.
Mac Lennan dan kawan-kawan, mewawancarai 1546 wanita dan menunjukkan bahwa baik
sectio caesarea dan persalinan pervaginam berhubungan dengan gejala disfungsi dasar
panggul , dan ditemukan tidak ada perbedaan bermakna antara persalinan sectio caesraea
emergensi dengan elektif. Pada penelitian Lukacz et.al dan Tegerstedt et.al , sebanyak 4458
wanita dan 5489 wanita secara bersamaan dilakukan evaluasi dengan hasil divergen, OR
untuk prolaps organ panggul 1.82 pada penelitian pertama untuk kasus setelah persalinan
pervaginam dibandingkan dengan sectio caesarea. Pada penelitian kedua sebesar 0.5,
walaupun kondisi sectio caesarea baik elektif ataupun emergensi tidak diutarakan pada
kedua penelitian ini.
Pada 4 penelitian kasus-kontrol pada wanita yang menjalankan operasi prolaps organ
panggul dengan total kasus 1017 dan 1829 sebagai kontrol, melaporkan bahwa sectio
caesarea melindungi dasar panggul, walaupun terdapat konfidens interval yang luas dengan
ketiadaan data indikasi dari sectio caesarea yang dijalankan. Dua penelitian lain dengan
design yang non optimal melaporkan tidak ada perlindungan dari sectio caesarea.
Pada dua penelitian dimana derajat prolaps dinilai dengan pemeriksaan ginekologis setelah
melahirkan , sectio caesarea menunjukkan protektif sebagian.
Nygaard et.al meneliti faktor risiko untuk terjadi prolaps organ panggul dengan memeriksa
270 wanita tua dan menunjukkan definisi dari prolaps organ panggul mempengaruhi hasil.
Walaupun penelitian ini tidak dapat menstratifikasi semua risiko yang diketahui terjadinya
prolapas organ panggul, namun penelitian ini adalah satu-satunya penelitian besar yang
menyelidiki risiko prolaps organ panggul berdasar metode persalinan , sectio saesarea
dibanding persalinan pervaginam, dan ditemukan bahwa secara signifikan sectio caesarea
memiliki efek protektif.
Wanita wanita telah meminta untuk dilakukan sectio caesarea untuk melindungi dasar
panggul tanpa bukti bahwa hal tersebut protektif, hal ini terjadi pada beberapa kasus. .
Untungnya kebanyakan wanita tidak memerlukan intervensi operatif untuk menanggulangi

masalah ini. Bahkan pada nullipara terkadang terjadi prolaps organ panggul. Hanya 1% dari
wanita yang menjalankan persalinan pervaginam pada penelitian ini terjadi prolaps organ
panggul sebelum usia 60 tahun. Prolaps organ panggul merupakan penyakit multifaktor,
dimana design penelitian untuk menentukan semua faktor yang berkontribusi adalah sulit.
Keuntungan dan risiko portensial dari scar caesar berulang harus dipertimbangkan
terhadap terjadinya prolaps organ panggul. Keputusan pada metode persalianan dapat
kompleks , oleh karena itu informasi akurat harus diberikan pada wanita yang meminta
sectio caesarea.
Di masa yang akan datang, penelitian dengan follow up lebih panjang dengan kontrol
terhadap faktor perancu selain paritas dan umur akan menolong untuk menjelaskan
hubungan antara metode persalinan dengan prolaps organ panggul.

Anda mungkin juga menyukai