Anda di halaman 1dari 16

Kata Pengantar

Puji syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas selesainya makalah
yang berjudul Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Kejadian Gagal Ginjal Kronik dengan
tepat waktu Makalah ini berisikan tentang informasi pengertian, etiologi, ptogenesis,
epidemiologi, patofisiologis, gejala, diagnosa, gambaran laboratorium dan implikasi terhadap
gizi, serta cara pengobatan Gagal Ginjal Kronik.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kritik
dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami harapkan demi kesempurnaan
makalah ini.
Akhir kata, penulis sampaikan terima kasih kepada semua pihak yang telah berperan serta
dalam penyusunan makalah ini dari awal sampai akhir.

Penulis

Daftar Isi

Kata Pengantar.i
Daftar Isi..ii
Abstrakiii
BAB I: PENDAHULUAN.1
1.1 Latar Belakang...1
1.2 Permasalahan..1
1.3 Tujuan Penelitian....1
1.4 Manfaat Penelitian..1
BAB II: TINJAUAN PUSTAKA.2
2.1 Kerangka Teori....2
2.2 Kerangka Konsep
BAB III: METODELOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
3.2
BAB IV: PENUTUP
4.1 Kesimpulan
4.2 Saran
Daftar Pustaka.

Abstrak

Ginjal adalah salah satu organ utama system kemih atau uriner yang bertugas menyaring
dan membuang cairan sampah metabolisme dari dalam tubuh. Seperti diketahui, setelah sel sel
tubuh mengubah makanan menjadi energi, maka akan dihasilkan pula sampah sebagai hasil
sampingan dari proses metabolisme tersebut yang harus dibuang segera agar tidak meracunia
tubuh. Sebagian lagi melalui ginjal bersama urin, dan sisanya melalui kulit dibawah keringat.
Gagal ginjal kronik (GGK) mengambarkan suatu keadaan ginjal yang abnormal baik
secara struktural maupun fungsinya yang terjadi secara progresif dan menahun, umumnya
bersifat ireversibel. Sering kali berakhir dengan penyakit ginjal terminal yang menyebabkan
penderita harus menjalani dialisis atau bahkan transplantasi ginjal. Penyakit ini sering terjadi,
seringkali tanpa disadari dan bahkan dapat timbul bersamaan dengan berbagai kondisi (penyakit
kardiovaskular dan diabetes).
Kata Kunci : Gagal Ginjal Kronik

Abstract
Kidney is one of the main organs of the urinary system or urinary duty filter and
dispose of waste fluids from the body 's metabolism . As is known , after the cell -cell of the body
convert food into energy , it will produce also waste as a byproduct of the metabolic processes
that must be removed immediately in order not meracunia body . Partly through the kidneys with
urine , and the remainder through sweat under the skin .
Chronic renal failure ( CRF ), a portrait of an abnormal kidney condition both
structurally and functionally occurring and chronic progressive , generally irreversible . Often
ends with terminal kidney disease that causes patients to undergo dialysis or even a kidney
transplant. The disease occurs frequently, often without realizing it , and can even occur
simultaneously with various conditions ( cardiovascular disease and diabetes ) .
Key word: Chronic renal failure

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Gagal ginjal kronik (GGK) adalah suatu penurunan fungsi ginjal yang cukup berat terjadi
perlahan dalam waktu yang lama (menahun) disebabkan oleh berbagai penyakit ginjal,
bersifat progresif dan umumnya tidak dapat pulih. Pada tahap awal gagal ginjal kronik sering
kali tidak menunjukkan gejala, sampai 75 % fungsi ginjal hilang (Syamsir, 2007). Ginjal
bertugas menyaring zat-zat buangan yang dibawa darah agar darah tetap bersih, dan
membuang sampah metabolisme tersebut agar sel-sel tubuh tidak menjadi lemah akibat
keracunan. Zat-zat tersebut berasal dari proses normal pengolahan makanan yang dikonsumsi
dan dari pemecahan jaringan otot setelah melakukan suatu kegiatan fisik. Tubuh akan
memakai makanan sebagai protein dan perbaikan jaringan sel tubuh. Setelah tubuh
mengambil secukupnya dari makanan tersebut sesuai dengan keperluan untuk mendukung
kegiatan, sisanya akan dikirim ke dalam saraf untuk kemudian disaring di ginjal.
Prevalensi gagal ginjal kronik di US mencapai 10% pada usia dewasa. Insidens gagal
ginjal kronik pada usia 20-60 tahun adalah 0,5%. Beberapa factor yang dianggap
berhubungan adalah penyakit diabetes mellitus, hipertensi, penyakit kardiovaskuler, obesitas,
kadar kolesterol yang tinggi, lupus dan riwayat penyakit dalam keluarga. Risiko kejadian
gagal ginjal kronik meningkat seiring dengan meningkatnya umur, terutama mengenai pada
pria.
1.2 Rumusan Masalah
Apa saja faktor-faktor yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui faktor-faktor apa saja yang berhubungan dengan kejadian gagal ginjal kronik
1.4 Manfaat Penelitian
Hasil penelitian diharapkan dapat digunakan sebagai bahan atau referensi serta bisa
menambah wawasan dan pengetahuan sehingga dapat meningkatkan mutu pendidikan

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kerangka Teori

Definisi Gagal Ginjal Kronik (GGK)


Gagal ginjal adalah hilangnya fungsi ginjal. Gagal ginjal dapat terjadi secara akut dan
kronik. Gagal ginjal akut adalah sindroma yang ditandai oleh penurunan laju filtrasi glomerulus
secara mendadak dan cepat (hitungan jam-minggu) yang mengakibatkan terjadinya retensi
produk sisa nitrogen, seperti ureum dan kreatinin. Gagal ginjal akut dapat pulih kembali. Gagal
ginjal kronik atau penyakit renal tahap akhir (ESRD) merupakan gangguan fungsi renal yang
progresif dan ireversibel dimana kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme
dan keseimbangan cairan dan elektrolit, menyebabkan uremia (retensi urea dan sampah nitrogen
lain dalam darah). GGK terjadi apabila kedua ginjal sudah tidak mampu mempertahankan
lingkungan dalam yang cocok untuk kelangsungan hidup.16 Laju penyaringan glomerulus
(Glumerular Filtration Rate) normal adalah 100-120 ml/menit/1,73 m2 . GGK ditandai dengan
terjadinya penurunan laju penyaringan glomerulus (GFR). Dengan menurunnya kecepatan
penyaringan ini, kadar urea darah meningkat dan nefron yang masih berfungsi (yang tersisa)
akan mengalami hipertofi.
Stadium Gagal Ginjal Kronis
Klasifikasi gagal ginjal kronis tidak selalu sama. Stadium pertama disebut penurunan
cadangan ginjal, selama stadium ini kreatinin serum, kadar nitrogen dan urea darah (BUN)
normal, serta gejalanya asimtomatik. Stadium kedua disebut juga insufisiensi ginjal, dimana
terdapat lebih dari 75% jaringan ginjal yang berfungsi telah rusak atau GFR 25% besarnya dari
normal. Pada stadium ini, kadar kreatinin serum juga mulai meningkat melebihi kadar normal
serta mulai timbul gejala-gejala nokturia dan poliuria. Stadium ketiga merupakan stadium akhir
gagal ginjal kronis yang sering disebut gagal ginjal terminal atau uremia. Penyakit ginjal stadium
akhir terjadi apabila sekitar 90% dari massa nefron telah rusak, atau hanya sekitar 200.000
nefron yang masih utuh. Pada stadium ini penderita mulai merasakan gejalagejala yang cukup
parah, karena ginjal tidak sanggup lagi mempertahankan homeostatis cairan dan elektrolit dalam
tubuh. Pada gagal ginjal tahap akhir urin menjadi isoosmotis, penderita biasanya menjadi
oligurik dan terjadi sindrom uremik yang mempengaruhi setiap sistem dalam tubuh.
Etiologi Gagal Ginjal kronis

Gagal ginjal kronis merupakan keadaan klinis kerusakan ginjal yang yang progresif dan
ireversibel yang berasal dari berbagai penyebab. Perjalanan gagal ginjal tahap akhir hingga tahap
terminal bervariasi dari 2-3 bulan hingga 30-40 tahun. Penyebab gagal ginjal kronis menjadi
delapan kelas yaitu: 1).Penyakit infeksi tubulointerstisial seperti pielonefritis kronik atau refluks
nefropati; 2).Penyakit peradangan seperti glomerulonefritis; 3).Penyakit vaskular hipertensif
seperti nefrosklerosis benigna, nefrosklerosis maligna, dan stenosis arteria renalis; 4).Gangguan
jaringan ikat seperti lupus eritematosus sistemik, poliarteritis nodosa, dan sklerosis sistemik
progresif ; 5).Gangguan kongenital dan herediter seperti penyakit ginjal polikistik dan asidosis
tubulus ginjal; 6).Penyakit metabolik seperti diabetes mellitus, gout, hiperparatiroidisme, dan
amiloidosis; 7).Nefropati toksik akibat penyalahgunaan analgesik dan nefropati timah;
Universitas Sumatera Utara 8).Nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian atas seperti batu
ginjal, neoplasma, fibrosis retroperitoneal dan nefropati obstruktif pada traktus urinarius bagian
bawah seperti hipertrofiprostat, anomali kongenital leher vesika urinaria dan uretra. Selain
penyebab tersebut ada empat faktor risiko utama dalam perkembangan gagal ginjal tahap akhir
yaitu usia, ras, jenis kelamin, dan riwayat keluarga. Gagal ginjal tahap akhir yang disebabkan
oleh nefropati hipertensif 6,2 kali lebih sering terjadi pada orang Afrika-Amerika daripada orang
kaukasia. Secara keseluruhan insiden gagal ginjal tahap akhir lebih besar pada laki-laki yaitu
56,3% daripada perempuan 43,7%.
Manifestasi Klinis Gagal Ginjal Kronis
Berbagai perubahan yang terjadi pada gagal ginjal kronis akan mempengaruhi kondisi
pasien. Apabila GFR menurun 5-10% dari keadaan normal dan terus mendekati nol, maka pasien
akan menderita sindrom uremik. Sindrom uremik merupakan suatu kompleks gejala yang terjadi
akibat atau berkaitan dengan retensi metabolik nitrogen karena gagal ginjal. Sindrom ini ditandai
dengan peningkatan limbah nitrogen di dalam darah, perubahan fungsi pengaturan yang
menyebabkan gangguan keseimbangan cairan, elektrolit dan asam basa dalam tubuh yang pada
keadaan lanjut akan menyebabkan gangguan fungsi pada semua sistem organ tubuh. Gagal ginjal
ditandai dengan berbagai jenis gangguan biokimia. Salah satu gangguan biokimia akibat sindrom
uremik yaitu asidosis metabolik berupa pernapasan Kussmaul. Pernapasan Kussmaul adalah
pernapasan yang dalam dan berat, yang timbul karena kebutuhan untuk meningkatkan ekskresi
karbon dioksida. Selain asidosis metabolik, pada gagal ginjal kronis juga terjadi

ketidakseimbangan Kalium dan Natrium. Ketidakseimbangan Natrium dan kalium akan


mempengaruhi kerja jantung dan bisa menyebabkan gagal jantung. Gangguan pada sistem
perkemihan yang berhubungaan erat dengan metabolisme cairan. Berat jenis urin yang relatif
konstan sekitar 1,010 mOsm menunjukkan hilangnya kemampuan pengenceran urin dari kadar
plasma. Hal tersebut mengakibatkan penderita uremia mudah mengalami perubahan
keseimbangan cairan yang akut. Diare atau muntah dapat menyebabkan dehidrasi secara cepat,
sementara asupan cairan yang berlebihan dapat menyebabkan kelebihan beban sirkulasi, edema,
dan gagal jantung kongestif. Kelainan hematologi juga terjadi pada penderita gagal ginjal kronis
tahap akhir. Anemia normositik dan normokromik selalu terjadi pada sindrom uremik. Penyebab
utama anemia adalah berkurangnya pembentukan sel darah merah akibat defisiensi pembentukan
eritropoietin oleh ginjal dan masa hidup sel darah merah pada penderita gagal ginjal hanya
sekitar separuh dari masa hidup sel darah merah. Penimbunan pigmen urin terutama urokrom
bersama anemia pada insufisiensi ginjal lanjut akan menyebabkan kulit penderita putih seakanakan berlilin dan kekuning-kuningan. Pada orang berkulit coklat, kulit akan berwarna coklat
kekuning-kuningan, sedangkan pada orang berkulit hitam akan berwarna abu-abu bersemu
kuning, terutama di daerah telapak tangan dan kaki. Selain itu kulit menjadi kering dan bersisik.
Jika kadar natrium tinggi akan timbul kristal uremik di permukaan kulit yang berkeringat.
Manifestasi saluran cerna dari uremia antara lain anoreksia, mual, muntah, adanya rasa kecap
logam pada mulut, napas berbau amonia, peradangan dan ulserasi pada mulut, lidah kering dan
berselaput. Pada gagal ginjal tahap akhir, metabolisme internal protein, karbohidrat, dan lemak
mengalami keabnormalan. Sedangkan gejala-gejala pada neuromuskular akibat gagal ginjal
tahap akhir ialah penurunan ketajaman serta kemampuan mental untuk berpikir, apatis dan
kelelahan. Penderita mengeluh merasa letih, lesu dan saat melakukan aktivitas sehari-hari harus
beristirahat berulang-ulang. Penderita mengalami nyeri seperti terbakar, perasaan baal atau
parastesia pada jari-jari kaki, kaki dan menjalar sampai ke tungkai.

Terapi Pada Pasien Gagal Ginjal Kronis


Menurunnya fungsi ginjal dan semakin buruknya gejala uremia pada gagal ginjal kronis
tahap akhir mengharuskan diberikannya pengobatan kepada penderita. Pengobatan gagal ginjal
kronis dibagi dalam dua tahapan, dimana tahap pertama merupakan tindakan konservatif yang

ditujukan untuk meredakan atau memperlambat perburukan progresif fungsi ginjal dan tahap
kedua yaitu tindakan untuk mempertahankan kehidupan dengan dialisis dan transplantasi ginjal.
Prinsip-prinsip penatalaksanaan konservatif didasarkan pada batas ekskresi yang dapat dicapai
ginjal yang terganggu. Tindakan konservatif berupa diet, pembatasan cairan, dan konsumsi obatobatan. Pada gagal ginjal kronis tahap akhir dibutuhkan tindakan yang bisa mengganti fungsi
ginjal untuk mempertahankan kehidupan karena tindakan konservatif saja tidak efektif.
Penggantian fungsi ginjal bisa dengan transplantasi dan dialisa. Transplantasi ginjal merupakan
tindakan yang lebih baik karena penderita tidak terlalu terbatas hidupnya dan biasanya tidak ada
pantangan diet serta tidak membutuhkan banyak waktu untuk melakukan dialisis.
Faktor-faktor yang dianggap berhubungan dengan penyakit Gagal Ginjal Kronik
a.

Diabetes mellitus : merupakan suatu kelompok penyakit metabolik dengan

karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau keduaduanya. Diabetes melitus sering disebut sebagai the great imitator, karena penyakit ini dapat
mengenai semua organ tubuh dan menimbulkan berbagai macam keluhan. Gejalanya sangat
bervariasi. Diabetes melitus dapat timbul secara perlahan-lahan sehingga pasien tidak menyadari
akan adanya perubahan seperti minum yang menjadi lebih banyak, buang air kecil lebih sering
ataupun berat badan yang menurun. Gejala tersebut dapat berlangsung lama tanpa diperhatikan,
sampai kemudian orang tersebut pergi ke dokter dan diperiksa kadar glukosa darahnya
b. Hipertensi : Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dibagi menjadi dua golongan yaitu
hipertensi esensial atau hipertensi primer yang tidak diketahui penyebabnya atau idiopatik, dan
hipertensi sekunder atau disebut juga hipertensi renal.

c. Penyakit kardiovaskuler : Tanda-tanda yang sering dijumpai pada gagal ginjal kronik
yang berubungan dengan kardiovaskuker antara lain: hipertensi, pitting edema(kaki dan tangan),
edema preorbital.
d. Lupus

: penyakit imun sistem yang dapat menyebabkan glomerulonefritis

e. Riwayat penyakit dalam keluarga : Riwayat penyakit batu ginjal, hipertensi, DM


dalam keluarga, penyakit ginjal polikistik, gout.
f. Kadar Ureum dan Kreatinin : Ureum adalah hasil akhir metabolisme protein. Berasal
dari asam amino yang telah dipindah amonianya di dalam hati dan mencapai ginjal, dan
diekskresikan rata-rata 30 gram sehari. Kadar ureum darah yang normal adalah 20 mg 40 mg
setiap 100 ccm darah, tetapi hal ini tergantung dari jumlah normal protein yang di makan dan
fungsi hati dalam pembentukan ureum.
Kreatinin merupakan produk sisa dari perombakan kreatin fosfat yang terjadi di otot.
Kreatinin adalah zat racun dalam darah, terdapat pada seseorang yang ginjalnya sudah tidak
berfungsi dengan normal. Kadar kreatinin pada pria max 1,6 kalau sudah melebihi 1,7 harus hatihati. Jangan-jangan nanti memerlukan cuci darah
Faktor-faktor yang mempengaruhi kualitas hidup pasien GGK
a. Umur Pada umumnya kualitas hidup menurun dengan meningkatnya umur. Penderita
GGK usia muda akan mempunyai kualitas hidup yang lebih baik oleh karena biasanya kondisi
fisiknya yang lebih baik dibanding yang berusia tua. Penderita yang dalam usia produktif merasa
terpacu untuk sembuh mengingat dia masih muda mempunyai harapan hidup yang tinggi,
sebagai tulang punggung keluarga, sementara yang tua menyerahkan keputusan pada keluarga
atau anak-anaknya. Tidak sedikit dari mereka merasa sudah tua, capek hanya menunggu waktu,
akibatnya mereka kurang motivasi dalam menjalani terapi haemodialisis. Usia juga erat
kaitannya dengan prognose penyakit dan harapan hidup mereka yang berusia diatas 55 tahun
kecenderungan untuk terjadi berbagai komplikasi yang memperberat fungsi ginjal sangat besar
bila dibandingkan dengan yang berusia dibawah 40 tahun
b. Jenis Kelamin: Laki-laki mempunyai kualitas hidup lebih jelek dibanding perempuan
dan semakin lama menjalani hemodialisa akan semakin rendah kualitas hidup penderita.
c. Status Gizi: Penderita gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering
mengalami protein kalori malnitrisi. Malnutrisi akan menyebabkan defisiensi respon imun,
sehingga penderita mudah mengalami infeksi dan septikemia. Ternyata semakin jelek status
nutrisi semakin jelek kualitas hidup penderita gagal ginjal terminal. Malnutrisi pada gagal ginjal

terminal disebabkan oleh toksin uremi dan oleh prosedur hemodialisa. Anoreksi pada penderita
gagal ginjal terminal yang dilakukan hemodialisa kronis sering terjadi, hal ini disebabkan oleh
hemodialisa yang kurang memadai, sehingga toksin uremi masih menumpuk di dalam tubuh.
Selain itu, toksik uremi juga memacu pemecahan protein dan menghambat sintesis protein.
Uremi menyebabkan aktivitas hormon anabolik seperti insulin dan somatomedin menurun,
sedang hormon katabolik seperti glukagon dan hormon paratiroid kadarnya meningkat. Adanya
kelainan asam amino akan menyebabkan sintesis protein terganggu. Pada saat dilakukan
hemodialisa ternyata banyak protein dan vitamin yang terbuang bersama dialisat. Selama
hemodialisa penderita dapat kehilangan 10-12 gr asam amino, karena masuk ke dalam cairan
dialisat dan toksin lainnya. Sepertiga asam amino yang terbuang tadi adalah asam amino
esensial. Disamping apabila sewaktu hemodialisa digunakan cairan dialisat yang tidak
mengandung glukosa, maka setiap kali hemodialisa akan dikeluarkan glukosa sebanyak 20-30 gr,
masuk ke dalam dialisat untuk kemudian dibuang keluar. Oleh karena itu penderita gagal ginjal
terminal yang dilakukan hemodialisa kronis, wajar bila mengalami malnutrisi protein dan kalori
yang telah dilaporkan banyak peneliti. Seperti diketahui untuk evaluasi status nutrisi berdasarkan
antropometri dan laboratorium antara lain :
- Berkurangnya cadangan lemak subkutan.
- BMI (body mass index) rendah.
- Penurunan konsentrasi albumin, prealbumin, transferin dan protein visceral lainnya.
Antropometri dapat menunjukkan kadar protein serum (kecuali immunoglobulin), respon imun
biasanya lebih rendah dari orang normal yang menunjukkan penderita mengalami malnutrisi.
Masukan protein biasanya normal, tapi masukan kalori cenderung rendah dibanding orang
normal. Masukan protein mempunyai korelasi secara bermakna dengan urea nitrogen serum
predialisis. Malnutrisi biasanya terjadi pada penderita uremia kronis, baik yang mendapat dialisis
namun prevalensinya tidak diketahui. Dengan dasar tersebut diatas, penderita perlu diberikan
asam amino essensial.
d. Gaya Hidup : Gaya hidup merupakan faktor internal penting yang mempengaruhi
kesehatan yang termasuk dalam dimensi kognitif. Gaya hidup merujuk pada bagaimana cara
Universitas Sumatera Utara 10 seseorang hidup termasuk pilihan tempat tinggal dan pola

perilaku individu yang dipengaruhi oleh faktor sosiokultural serta karakteristik individu. Faktor
ini dapat dikontrol dan berdampak positif atau negatif terhadap kesehatan tergantung dari pilihan
individu. Gaya hidup yang bersifat negatif seperti merokok, mengkonsumsi alkohol, dan tidak
beraktifitas dapat memicu timbulnya berbagai penyakit diantaranya gagal ginjal kronik
e. Hemodialisa : Hemodialisa merupakan suatu membran atau selaput semi
permiabel.Membran ini dapat dilalui oleh air dan zat tertentu atau zat sampah. Proses ini disebut
dialisis yaitu proses berpindahnya air atau zat, bahan melalui membran semi permiabel. Terapi
hemodialisa merupakan teknologi tinggi sebagai terapi pengganti untuk mengeluarkan sisa-sisa
metabolisme atau racun tertentu dari peredaran darah manusia seperti air, natrium, kalium, hidrogen, urea, kreatinin, asam urat, dan zat-zat lain melalui membran semi permiabel sebagai
pemisah darah dan cairan dialisat pada ginjal buatan dimana terjadi proses difusi, osmosis dan
ultra filtrasi. Tujuan dari hemodialisa adalah untuk mengambil zat-zat nitrogen yang toksik dari
dalam darah pasien ke dializer tempat darah tersebut dibersihkan dan kemudian dikembalikan
ketubuh pasien. Ada tiga prinsip yang mendasari kerja hemodialisa yaitu difusi, osmosis dan
ultrafiltrasi. Bagi penderita gagal ginjal kronis, hemodialisa akan mencegah kematian. Namun
demikian, hemodialisa tidak menyebabkan penyembuhan atau pemulihan penyakit ginjal dan
tidak mampu mengimbangi hilangnya aktivitas metabolik atau endokrin yang dilaksanakan ginjal
dan tampak dari gagal ginjal serta terapinya terhadap kualitas hidup pasien. Jika kondisi ginjal
sudah tidak berfungsi diatas 75 % (gagal ginjal terminal atau tahap akhir), proses cuci darah atau
hemodialisa merupakan hal yang sangat membantu penderita. Proses tersebut merupakan
tindakan yang dapat dilakukan sebagai upaya memperpanjang usia penderita. Hemodialisa tidak
dapat menyembuhkan penyakit gagal ginjal yang diderita pasien tetapi hemodialisa dapat
meningkatkan kesejahteraan kehidupan pasien yang gagal ginjal. Diet merupakan faktor penting
bagi pasien yang menjalani hemodialisa mengingat adanya efek uremia. Apabila ginjal yang
rusak tidak mampu mengekskresikan produk akhir metabolisme, substansi yang bersifat asam ini
akan menumpuk dalam serum pasien dan bekerja sebagai racun dan toksin. Walaupun
hemodialisa sangat penting untuk menggantikan fungsi ginjal yang rusak tetapi hemodialisa juga
dapat menyebabkan komplikasi umum berupa hipertensi (20-30% dari dialisis), kram otot (520% dari dialisis), mual dan muntah (5-15% dari dialisis), sakit kepala (5% dari dialisis), nyeri
dada (2-5% dialisis), sakit tulang belakang (2- 5% dari dialisis), rasa gatal (5% dari dialisis).

2.2 Kerangka Konsep


Faktor sebelum sakit (status gizi,
umur,dll)

Kejadian Gagal
Ginjal Kronik

Factor saat
sakit(penyakit
penyerta,kadar
ureumdan
kreatinin, dll

Factor perawatan
(pemberian
obat/infus, dll)

BAB III
METODELOGI PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian

Desain penelitian yang digunakan adalah desain/pendekatan cross sectional, dimana


pengumpulan data dan pengukuran variable penelitian dilakukan pada saat yang sama
3.2 Tempat dan Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan tanggal
3.3 Pengumpulan data
Cara pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah dengan
menggunakan data sekunder dan tersier.
3.4 Analisis Data
a. Analisis Univariat
Dilakukan untuk mengetahui distribusi frekuensi pada tiap variable penelitian.
b. Analisis Bivariat
Dilakukan untuk mengetahui hubungan umur,jenis kelamin, gaya hidup, status
gizi terhadap gagal ginjal kronik dan hubungan penyakit diabetes mellitus, hipertensi, lupus ,
penyakit kardiovaskuler dan genetic terhadap gagal ginjal kronik.
3.5 Populasi Penelitian
Populasi penelitian ini adalah semua orang yang berusia 20-60 tahun
3.6 Sampel Penelitian
Teknik pengambilan sample dalam penelitian ini dilakukan dengan metode random
sampling terhadap semua orang yang berusia 20-60 tahun
3.7 Variable Penelitian

BAB VI
PENUTUP

6.1 Kesimpulan
Gagal Ginjal Kronik adalah kerusakan faal ginjal yang hamper selalu tidak dapat pulih
dan dapat disebabkan oleh berbagai hal. Adapun kriteria penyakit ginjal kronik adalah:
a. Kerusakan ginjal terjadi selama 3 bulan atau lebih, berupa kelainan struktur atau fungsi
ginjal dengan atau tanpa penurunan laju filtrasi glomerulus(LGF) berdasarkan kelainan
patologik atau pertanda kerusakan ginjal, termasuk kelainan pada komposisi darah atau
urin.
b. LFG <60ml/menit yang terjadi selama 3 bulan atau lebih, dengan atau tanpa kerusakan
ginjal.
6.2 Saran
Sebagai tindakan pencegahan sebaiknya kita banyak melakukan olahraga, menjaga
asupan nutrisi yang adekuat serta istirahat yang teratur

DAFTAR PUSTAKA
1. Nurarif,Amin Huda. Hardi Kusuma. 2013. Aplikasi NANDA NIC-NOC. Edisi revisi.
Yogyakarta: Media Action Publishing.
2. Fransisca, Nursalam. 2006. Sistem Perkemihan. Jakarta: Salemba Medika

3. Muttaqin, Arif. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif. Jakarta: Salemba Medika


4. Sukandar, Enday. 2006. Gagal Ginjal dan Panduan Terapi Dialisis. Pusat Informasi Ilmiah
5.

Bagian Ilmu Penyakit Dalam FK.UNPAD. Bandung.


Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam Indonesia. 2006. Buku Ajar Ilmu
Penyakit Dalam Jilid 1 Edisi 4. Balai Penerbitan Dep. IPP. FKUI. Jakarta

Anda mungkin juga menyukai