3.
4.
AWAL
MENURUT
STANDAR
PELAPORAN
KEUANGAN
INTERNASIONAL
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam menyusun laporan posisi keuangan menurut
IFRS 1 antara lain :
1. Pendahuluan dan kerangka dasar
a. Desain IFRS diperuntukkan untuk entitas yang bersifat profitoriented dan SME (Small
Medium Enterprise). IFRS belum mengatur standar akuntansi untuk perusahaan
berbasis syariah.
b. Memungkinkan penilaian aktiva tetap berwujud dan tidak berwujud menggunakan nilai
wajar. Laporan keuangan harus disajikan dengan basis true and fair (IFRS Framework
par 46).
c. Entitas harus membuat pernyataan eksplisit tentang kepatuhan akan standar IFRS.
d. Tidak diatur secara khusus kapan entitas menyajikan laporan keuangan.
e. Menganut standar akuntansi berbasis prinsip untuk meningkatkan transparansi,
akuntabilitas, dan keterbandingan laporan keuangan antar entitas secara global.
f. Tidak lagi mengakui prinsip konservatif, namun diganti dengan prinsip kehati-hatian.
2. Pengungkapan dan Penyajian Laporan Keuangan
a. Komponen laporan keuangan lengkap terdiri atas Laporan posisi keuangan (neraca),
Laporan laba rugi komprehensif, Laporan perubahan ekuitas, Laporan arus kas, Catatan
atas laporan keuangan, dan Laporan posisi keuangan komparatif awal periode dan
penyajian retrospektif terhadap penerapan kebijakan akuntansi.
b. Berdasarkan ilustrasi IFRS :
Asset : Asset Tidak Lancar dan Asset Lancar
Ekuitas : Ekuitas yang dapat diatribusikan ke pemilik entitas induk dan Hak
nonpengendali
Liabilitas : Liabilitas jangka panjang dan Liabilitas jangka pendek
c. Istilah minority interest (hak minoritas) diganti menjadi non controlling interest (hak
non pengendali) dan disajikan dalam Laporan perubahan ekuitas.
d. Tidak mengenal istilah pos luar biasa (extraordinary item).
e. Laibilitas jangka panjang disajikan sebagai Laibilitas jangka pendek jika akan jatuh
tempo dalam 12 bulan meskipun perjanjian pembiayaan kembali sudah selesai setelah
periode pelaporan dan sebelum penerbitan laporan keuangan.
3. Laporan Arus Kas
a. Dianjurkan menggunakan metode langsung, namun metode tidak langsung tetap
diperbolehkan.
b. Item pos luar biasa tidak diperbolehkan dalam IFRS.
4. Persediaan
a. Pengukuran persediaan berdasarkan biaya atau net realizable value (nilai realisasi
bersih) mana yang lebih rendah.
b. IFRS melarang penggunaan metode LIFO (Last In First Out). Hanya boleh
menggunakan metode FIFO atau rata-rata tertimbang.
5. Perubahan Kebijakan dan Prinsip Akuntansi dan Kesalahan Mendasar
a. Dicatat secara retrospektif dan dilakukan penyajian kembali terhadap laba ditahan serta
adanya penjelasan efek kumulatif perubahan pada saat periode dilakukan perubahan.
b. Konsep kesalahan mendasar dihapus dan diganti dengan kesalahan periode lalu.
c. Perubahan estimasi dicatat secara retrospektif dengan cara melakukan penyesuaian atas
laba atau rugi tahun terjadinya perubahan estimasi dan laba rugi periode yang akan
datang jika mempengaruhi keduanya.
6. Peristiwa Setelah Tanggal Neraca
a. Mengatur pengungkapan dan penyesuaian laporan keuangan terkait peristiwa baik yang
bersifat favorable maupun unfavorable yang terjadi antara akhir periode pelaporan
hingga tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.
b. Istilah peristiwa setelah tanggal neraca direvisi menjadi peristiwa setelah periode
pelaporan.
c. Terdapat istilah tanggal laporan keuangan diotorisasi untuk terbit.
d. Terdapat pengungkapan fakta adanya pihak yang dapat mengubah laporan keuangan
setelah diterbitkan jika ada.
7. Kontrak Konstruksi
IAS mengharuskan penggunaan metode persentase penyelesaian untuk melakukan
pengakuan terhadap pendapatan dan beban jika realisasi konstruksi dapat diestimasi
dengan andal.
8. Pajak Penghasilan
a. IAS 12 mengatur tentang beda temporer antara basis pajak dengan basis komersil yang
dijadikan basis dalam mengakui aktiva atau kewajiban pajak tangguhan.
b. Mencakup perbedaan temporer akibat adanya hibah pemerintah.
c. Pengakuan pajak tangguhan yang berasal dari Goodwill yang muncuk dari
d.
e.
f.
g.
sebagai konsekuensi penerapan model revaluasi sebagaimana diatur dalam IAS 16.
9. Aktiva Tetap
a. Aktiva dapat diukur dengan menggunakan dua pendekatan, yaitu model revaluasi dan
model harga perolehan.
b. Nilai selisih akibat adanya revaluasi disajikan dalam lapora laba rugi dan ekuitas
c. Metode penyusutan yang digunakan harus ditelaah secara periodik.
d. Manajemen harus melakukan review atas nilai residu dan masa manfaat aktiva setiap
tahun. Jika terdapat perubahan, maka disesuaikan dengan menggunakan IAS 8
10. Sewa
a. Aktiva sewa pembiayaan dikapitalisasi jika kontrak sewa mengalihkan secara
substansial seluruh resiko dan manfaat terkait kepemilikan aktiva.
b. Kriteria yang harus dipenuhi untuk diklasifikasikan sebagai sewa pembiayaan.
c. Tidak mengatur tentang sewa pembiayaan tanah
3
11. Pendapatan
a. Jika pendapatan diakui dari transaksi penjualan, maka pendapatan diakui jika resiko
dan manfaat aktiva yang diperjual belikan telah dialihkan pada pembeli.
b. Pengakuan pendapatan pada industri khusus tidak diatur.
PENYAJIAN DAN PENGUNGKAPAN
Penerapan IFRS/SAK dengan pengungkapan tambahan yang diperlukan seharusnya
akan menghasilkan laporan keuangan yang menyajikan secara wajar posisi keuangan, kinerja
keuangan, dan arus kas suatu entitas. Penyajian wajar berarti menggambarkan secara apa
adanya (jujur) dampak transaksi, kejadian, serta kondisi lainnya sesuai dengan definisi dan
kriteria pengakuan aset, liabilitas, penghasilan, dan beban yang dinyatakan dalam Kerangka
Konseptual.
DAFTAR PUSTAKA
https://www.scribd.com/doc/305572705/Kerangka-Slide-IFRS-1 (diakses pada 22 Oktober 2016)