Anda di halaman 1dari 12

73

M-VIII
SIFAT FISIK TANAH
8.1

Tujuan Percobaan
Bertujuan untuk mengukur massa jenis dan kadar air alami tanah yang

menunjukkan sifat fisik tanah.

8.2

Teori Dasar
Dalam pengertian teknik secara umum, tanah didefinisikan sebagai

material yang terdiri dari agregat (butiran) mineral-mineral padat yang tidak
tersementasikan (terikat secara kimia) satu sama lain dari bahan-bahan organik
yang telah melapuk (yang berpartikel padat) disertai dengan zat cair dan gas
mengisi ruang-ruang kosong di antara partikel-partikel padat tersebut. Tanah
berguna sebagai bahan bangunan pada berbagai macam pekerjaan teknik sipil,
disamping itu tanah berfungsi juga sebagai pendukung pondasi dari bangunan.
Istilah Rekayasa Geoteknis didefinisikan sebagai ilmu pengetahuan dan
pelaksanaan dari bagian teknik sipil yang menyangkut material-material alam
yang terdapat pada (dan dekat dengan) permukaan bumi. Dalam arti umumnya,
rekayasa geoteknik juga mengikutsertakan aplikasi dari aplikasi-aplikasi dasar
mekanika tanah dan mekanika batuan dalam masalah-masalah perancangan
pondasi.
Tanah

berasal

dari pelapukan batuan dengan

bantuan

organisme,

membentuk tubuh unik yang menutupi batuan. Proses pembentukan tanah


dikenal sebagai pedogenesis. Proses yang unik ini membentuk tanah sebagai
tubuh alam yang terdiri atas lapisan-lapisan atau disebut sebagai horizon tanah.
Berdasarkan asal-usulnya, batuan dapat dibagi menjadi tiga tipe dasar yaitu:
batuan beku, batuan sedimen, dan batuan metamorf. Batuan beku Batuan ini
terbentuk dari magma mendingin. Magma batu mencair jauh di dalam bumi.
Magma di kerak bumi disebut lava. Batuan sedimen dibentuk sebagai didorong
bersama-sama atau disemen oleh berat air dan lapisan-lapisan sedimen di
atasnya. Proses penyelesaian ke lapisan bawah terjadi selama ribuan
tahun. Batuan metamorf adalah batuan yang berasal dari batuan yang sudah
ada, seperti batuan beku atau batuan sedimen, kemudian mengalami perubahan
fisik dan kimia sehingga berbeda sifat dengan sifat batuan induk (asal)nya.
Perubahan fisik meliputi penghancuran butir-butir batuan, bertambah
besarnya butir-butir mineral penyusun batuan, pemipihan butir-butir mineral

74

penyusun batuan, dan sebagainya. Perubahan kimia berkaitan dengan


munculnya mineral baru sebagai akibat rekristalisasi atau karena adanya
tambahan/pengurangan senyawa kimia tertentu. Faktor penyebab dari proses
malihan (proses metamorfosis) adalah adanya perubahan kondisi tekanan yang
tinggi, suhu yang tinggi atau karena sirkulasi cairan. Tekanan dapat berasal dari
gaya beban atau berat batuan yang menindis atau dari gerak-gerak tektonik
lempeng kerak bumi di saat terjadi pembentukan pegunungan. Kenaikan suhu
dapat terjadi karena adanya intrusi magma, cairan atau gas magma yang
menyusup ke kerak bumi lewat retakan-retakan pemanasan lokal akibat gesekan
kerak bumi atau kenaikan suhu yang berkaitan dengan Gradien geothermis
(kenaikan temperature sebagai akibat letaknya yang makin ke dalam). Dalam
proses ini terjadi kristalisasi kembali (rekristalisasi) dengan dibarengi kenaikan
intensitas dan juga perubahan unsur kimia.
8.2.1 Berat Spesifik
Harga berat spesifik dari butiran tanah (bagian padat) sering dibutuhakan
dalam bermacam-macam keperluan perhitungan dalam mekanika tanah. Hargaharga itu dapat ditentukan secara akurat di laboratorium. Sebagian besar dari
mineral-mineral tersebut mempunyai berat spesifik berkisar antara 2,6 sampai
denagn 2,9. Berat spesifik dari bagian padat tanah pasir yang berwarna terang,
umumnya sebagian besar terdiri dari quartz, dapat diperkirakan sebesar 2,65,
untuk tanah berlempung atau berlanau, harga tersebut berkisar antara 2,6
sampai 2,9.
8.2.2 Analisis Mekanis dari Tanah
Analisis mekanis dari tanah adalah penentuan variasi ukuran-ukuran
partikel-partikel yang ada pada tanah. Variasi tersebut dinyatakan dalam
persentase dari berat kering total. Ada dua cara yang umum digunakan untuk
mendapat distribusi ukuran partikel-partikel tanah, yaitu: analisisi ayakan (untuk
ukuran partikel-partikel berdiameter lebih besar dari 0,075mm), dan analisis
hidrometer (untuk ukuran pertikel-pertikel berdiameter lebih kecil 0,075mm. Hasil
dari analisis mekanik (analisis ayakan dan hidrometer) umumnya digambarkan
dalam kertas semilogaritmik yang dikenal sebagai kurva distribusi ukuran butiran.
Diameter partikel digambarkan dalam skala logaritmik, dan persentase dari
butiran yang lolos ayakan digambarkan dalam skala hitung biasa.
8.2.3 Komposisi Tanah
Hubungan Volume-Berat

75

Untuk membuat hubungan volume-berat agregat tanah, tiga fase (yaitu:


butiraan padat, air, dan udara) dipisahkan. Jadi, contoh tanah yang diselidiki
dapat dinyatakan sebagai:
V = Vs + Vv = Vs + Vw + Va
Dimana:
Vs = volume butiran padat
Vv = volume pori
Vw = volume air di dalam pori
Va = volume udara dalam pori
Apabila udara dianggap tidak mempunyai berat, maka total dari conoh
tanah dapat dinyatakan sebagai:
W = Ws + Ww
Dimana:
Ws = berat butiran padat
Ww = berat air
Hubungan volume yang umum dipakai untuk elemen tanah adalah angka
pori, porositas, dan derajat kejenuhan. Angka pori didefinisikan sebagai
perbandinagan antara volume pori dan volume butiran padat.
Hubungan Antara Berat Volume, Angka Pori, Kadar Air, dan Berat
Spesifik
Untuk mendapatkan hubungan antara berat volume, angka pori, dan
kadar air, perhatikan suatu elemen tanah dimana volume butiran padatnya
adalah satu. Karena volume dari butiran padat adalah 1, maka volume dari pori
adalah sama dengan angka pori. Berat dari butiran padat dan air dapat
dinyatakan sebagai:
Ws = Gs

dan

Ww = wWs = w Gs

Dimana:
Gs = berat spesifik butiran padat
w = kadar air

= berat volume air


Karena berat air dalam elemen yang ditinjau adalah wG s, volume yang
ditempati air adalah:
Maka dari itu, berat kejenuhan adalah:
Se = wGs
Apabila contoh tanah adalah jenuh air yaitu ruang pori terisi penuh oleh
air, berat volume tanah yang jenuh dapat ditentukan dengan cara yang sama
seperti diatas, yaitu:

76

Ws = Gs (1 n)
Ww = wWs = wGs (1 n)
8.2.4

Konsistensi Tanah
Apabila tanah berbutir halus mengandung mineral lempung, maka tanah

tersebut dapat diremas-remas tanpa menimbulkan retakan. Sifat kohesi ini


disebabkan karena adanya air yang terserap di sekeliling permukaan dari pertikel
lempung. Bilamana kadar airnya sangat tinggi, campuran tanah dan air akan
menjadi sangat lembek seperti cairan. Oleh karena itu, atas dasar air yang
dikandung tanah, tanah dapat dipisahkan dalam empat keadaan dasar, yaitu:
padat, semi padat, plastis dan cair.
Kadar air dinyatakan dalam persen, dimana terjadi transisi dari keadaan
padat ke dalam keadaan semi padat didefinisikan sebagai batas susut. Kadar air
dimana transisi dari keadaan semi padat ke dalam keadaan plastis terjadi
dinamakan batas plastis, dan dari keadaan plastis ke keadaan cair dinamakan
batas cair. Batas-batas ini dikenal juga sebgai batas-batas atterberg.
8.2.5

Struktur Tanah
Struktur tanah didefinisikan sebagai susunan geometrik butiran tanah.

Diantara fakto-faktor yang mempengaruhi struktur tanah adalah bentuk, ukuran,


dan komposisi mineral dari butiran tanah serta sifat dan komposisi dari air tanah.
Secara umum, tanah dapat dimasukkan ke dalam dua kelompok yaitu: tanah tak
berkohesi dan tanah kohesif. Struktur tanah untuk tiap-tiap kelompok akan
diterangkan dibawah ini.
Struktur tanah tak berkohesi pada umumnya dapat dibagi dalam dua
katagori pokok: struktur butir tunggal dan struktur sarang lebah. Pada struktur
butir tunggal, butiran tanah berada dalam posisi stabil dan tiap-tiap butir
bersentuahan satu terhadap yang lain. Bentuk dan pembagian ukuran butiran
tanah serta kedudukannya mempengaruhi sifat kepadatan tanah. Untuk suatu
susunan dalam keadaan yang sangat lepas, angka pori adalah 0,91. Tetapi,
angka pori berkurang menjadi 0,35 bilamana butiran bulat dengan ukuran sama
tersebut diatur sedemikian rupa hinga susunan menjadi sangat padat. Keadaan
tanah asli berbeda dengan model diatas karena butiran tanh asli tidak
mempunyai bentuk dan ukuran yang sama. Pada tanah asli, butiran dengan
ukuran terkecil menempati rongga diantara butiran besar. Keadaan ini

77

menunnjukan kecenderungan terhadap pengurangan anka pori tanah. Tetapi,


ketidakrataan

bentuk

butiran

pada

umumnya

menyebabkan

adanya

kecenderungan terhadap penambahan angka pori dari tanah. Sebagai akibat dari
dua faktor tersebut di atas, maka angka pori tanah asli kira-kira masuk dalam
rentang yang sama seperti angka pori yang didapat dari model tanah dimana
bentuk dan ukuran butiran adalah sama.
Pada struktur sarang lebah, pasir halus dan lanau membantu lengkunglengkungan kecil hingga merupakan rantai butiran. Tanah yang mempunyai
struktur sarang lebah mempunyai angka pori besar dan biasanya dapat mamikul
beban statis yang tak begitu besar. Tetapi, apabila stuktur tersebut dikenai beban
berat atau apabila dikenai beban getar, struktur tanah akan rusak dan
menyebabkan penurunan yang besar.
8.2.6 Permeabilitas dan Rembesan
Tanah adalah merupakan susunan butiran padat dan pori-pori yang saling
berhubungan satu sama lain sehingga air dapat mengalir dari satu titik yang
mempunyai energi lebih tinggi ke titik yang mempunyai energi lebih rendah. Studi
mengenai aliran air melalui pori-pori tanah diperlukan dalam mekanika hal ini
sangat berguna didalam menganalisa kestabilan dari suatu bendungan tanah
dan konstruksi dinding penahan tanah yang terkena gaya rembesan.

8.3

Manfaat
Besaran yang diperoleh dapat digunakan untuk korelasi empiris dengan

sifat-sifat teknis tanah.


8.4

Keterbatasan
Metode ini tidak dapat digunakan untuk tanah fraksi kasar

8.5

Alat-alat yang Digunakan


1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

8.6

Cylinder Ring
Timbangan (ketelitian 0,01 gr)
Oven
Desikator
Alat Dongkrak
Stickmaat (Jangka Sorong)
Pisau

Prosedur Percobaan
1.

Cylinder ring dibersihkan, kemudian dengan stickmaat diukur


diameter (d), tinggi (t) dan beratnya ditimbang.

78

2.

Cylinder ring ditekan masuk ke dalam tanah dan kemudian demgan


alat dongkrak silinder dikeluarkan, dipotong dengan pisau kemudian
tanah disekitar ring dibersihkan dan permukaan tanah diratakan.

3.

Ring + contoh tanah ditimbang, kemudian dimasukkan ke dalam oven


selama 24 jam dengan suhu 1050 C.

4.

Sesudah itu, contoh tanah yang sudah kering dimasukkan kedalam


desikator 1 jam.

5.

Contoh tanah yang sudah dingin ditimbang, maka didapatlah berat


kering.

8.7

Rumus-rumus yang Digunakan

Massa Jenis (Density)

() =

M
V

Dimana
:

= Masa Jenis (gr/cm3)


M
= Massa Tanah Alami (gr)
V
= Volume Tanah Alami (cm3)
Kadar Air (Water Content)

(W)=

Mw
Md

x 100%

Dimana
:
w
= kadar air (%)
Mw
= massa air (gr)
Md
= massa tanah kering (gr)
Derajat Kejenuhan (Degree Of Saturation)

( Sr ) =

( Mw
pw )
x 100
Md
V (
+ pw )
SG

Dimana
:
Sr= derajat kejenuhan (%)
V = volume total (cm3)
Vw = volume air (cm3)
Vp = volume pori (cm3)
Mw = massa air (gr)
Md = massa tanah kering (gr)
w = massa jenis air (1gr/cm3)

79

Angka Pori

(e )

( pd x V )Md
Md

Dimana
:
e = angka pori
V = volume total (cm3)
V = volume pori (cm3)
Md = massa tanah kering (gr)
d= massa jenis tanah kering (gr/cm3)

Porositas

( n ) = [1 -

Md
( pd x V ) ] x 100%

Dimana
:
n
= porositas (%)
V
= volume total (cm3)
d = massa jenis tanah kering (gr/cm3)
Hubungan antara Angka Pori (e) dengan porositas ( n)

e=

8.8

n
n+1

Data Hasil Pengamatan


Setelah dilakukannya penimbangan sample dan didapat data berat alami

sample kemudian sample yang berada didalam containner dimasukkan ke oven


dan ditunggu selama 24 jam. Lalu pada keesokan harinya, dilakukan lagi
penimbangan sample maka didapat data berat kering sample. Berikut data-data
yang diperoleh dari hasil pengamatan:
Tabel 4.8.1
Data Hasil Pengamatan

Data Pengamatan
Tinggi
Diameter
Volume
Massa Tanah Alami
Massa Tanah Kering

8.9

Perhitungan
Sampel 1
Tinggi ( t ) = 5,9 cm

Sampel 1

Sample 2

5,9 cm
3,3 cm

5 cm
3,2 cm

83,9 gr

85 gr

52,8 gr

58,5 gr

80

Diameter ( d ) = 3,3 cm
Massa Tanah alami ( M ) = 83,9 gr
Massa Air ( Mw ) = M md
= 83,9 52,8 = 31,1 gr
Massa Tanah Kering = ( Md ) = 52,8 gr
Kadar Air ( W )
(W)=
=

Mw
Md

x 100%

31,1
x 100
52,8

= 58,9%
Massa Jenis ( )
() =

M
V

83,9
3,14 x 1,65 x 5,9

83,9
50,43

= 1,66 gr

Derajat Kejenuhan ( Sr )

( Sr ) =

( Mw
pw )
x 100
Md
V (
+ pw )
SG

( 31,1
1 )
x 100
52,8
50,43(
1,7 x 1 )

31,1
x 100 =160,47
50,4331,05

Angka Pori (e )
(e )

( pd x V )Md
Md

( 1 x 50,43 ) 52,8
52,8

Porositas ( n )

= - 0,044

81

( n ) = [1 -

Md
( pd x V ) ] x 100%

= [1

52,8
(1 x 50,43) ] x 100%

= 1 1,046 x 100 %
= - 4,6 %
Hub. Porositas dan Angka Pori
e=

n
4,6
=
n+1 4,6 +1 = 1,27

Sampel 2
Tinggi ( t ) = 5 cm
Diameter ( d ) = 3,2 cm
Massa Tanah alami ( M ) = 85 gr
Massa Air ( Mw ) = M md
= 85 58,5 = 26,5 gr
Massa Tanah Kering = ( Md ) = 58,5 gr
Kadar Air ( W )

(W)=
=

Mw
Md

x 100%

26,5
x 100
58,5

= 45,29 %
Massa Jenis ( )
() =

M
V

85
3,14 x 1,6 x 5

85
40,19

= 2,11 gr

Derajat Kejenuhan ( Sr )

( Sr ) =

( Mw
pw )
x 100
Md
V (
+ pw )
SG

82

( 26,51 ) x 100
58,5
40,19(
1,7 x 1 )

26,5
x 100 =457,6
40,1934,4

Angka Pori (e )
(e )

( pd x V )Md
Md

( 1 x 40,19 ) 58,5
58,5

= - 0,31

Porositas ( n )
( n ) = [1 = [1

Md
( pd x V ) ] x 100%
58,5
(1 x 4,19) ] x 100%

= 1 1,45 x 100 %
= - 45 %
Hub. Porositas dan Angka Pori
e=

8.10

n
45
=
n+1 45+ 1 = 1,02

Hasil Perhitungan
Setelah data hasil pengamatan sifat fisik tanah dari beberapa tempat

yang berbeda setelah

diolah dan dihitung, maka didapat data-data sebagai

berikut:
Tabel 8.10.1
Data Hasil Pengolahan

Data Hasil Pengolahan


Massa Tanah Alami (gr)
Massa Tanah Kering (gr)
Massa Air (gr)
Kadar Air (%)
Massa Jenis Tanah (gr/cm3)
Derajat Kejenuhan (%)
Angka Pori
Porositas

Sample 1

Sample 2

83,9 gr
52,8 gr
31,1 gr
58,9 %
1,66 gr/cm3
160,47 %
- 0,004 %
- 4,6 %

85 gr
58,5 gr
26,5 gr
45,29 %
2,11gr/cm3
457,6 %
-

0,31
45 %

83

Hub. Porositas & Angka Pori

1,27

1,02

Sumber : Hasil pengamatan Praktikum Geomekanika UNISBA 2015

8.11

Pembahasan
Pada saat praktikum, pengujian ini menggunakan cylinder ring untuk

mengambil sample tanah yang akan diuji. Pengambilan sample ini berselang
waktu cukup lama karena harus hati-hati dalam mengeluarkan sample dari
cylinder ring, dan pengambilan sample di ambil dari beberapa tempat yang
berbeda , yang bertujuan untuk mengetahui perbedaan kadar air dari maing
masing tempat salah satunya adalah di halaman depan lab.Geologi UNISBA.
dan di depan parkiran. Pengeluaran sample dari cylinder besi dibantu juga
dengan dongkrak agar sampel yang diperoleh tidak patah sehingga dapat
memberikan data yang konkrit.
Setelah di dapat sample pengujian, maka selanjutnya yang dilakukan
yaitu mengukur tinggi dan diameter sample serta menimbang berat alami sample
dalam container. Sebelumnya berat container juga harus ditimbang untuk
mengetahui beratnya, agar kita bisa mengetahui berat alami sample dengan cara
berat alami sample + containner dikurangi dengan berat containnner saja.
Setelah dilakukannya penimbangan sample dan didapat data berat alami sample
kemudian sample yang berada didalam containner dimasukkan ke oven dan
ditunggu selama 24 jam. Lalu pada keesokan harinya, dilakukan lagi
penimbangan sample maka didapat data berat kering sample.

8.12

Analisa
Dapat dianalisa bahwa pada percobaan uji massa jenis tanah ini

digunakan dua buah sample yang diambil dari dua tempat yang berbeda.
Tujuannya untuk mengetahui massa jenis, derajat kejenuhan, porositas dan
angka pori yang berbeda - beda di masing masing tempat tersebut.
Dari percobaan diatas telah diperoleh derajat kejenuhan pada sampel 2

457,6 % yang tergolong cukup tinggi daripada sampel 1 sebesar 160,47


% . Hal tersebut dapat terjadi dikarenakan pada saat pengambilan sampel
kondisi sedang hujan, sehingga tanahnya mempunyai kadar air yang
cukup tinggi. Sedangkan porositas yang diperoleh pada sampel 2 sebesar
-45 % yang relatif lebih kecil daripada sampel 1 yaitu -4,6 %. Sehingga
sampel 2 dapat diindikasikan sebagai batuan dengan kategori britel atau
mudah hancur, karena batuan tersebut mempunyai hubungan butir yang

84

tak beraturan dengan kemas terbuka dan tidak menyarangkan air. jadi
semakin besar angka pori pada batuan maka akan semakinbesar
porositas atau semakin bayak air yang mampu disarangkan oleh batuan
tersebut.
8.13

KESIMPULAN
Dari hasil pengamatan dan pengolahan didapat nilai-nilai seperti berikut:

Kadar air untuk sample 1: 58,9% dan sample 2: 45,29%, Massa jenis tanah
sample 1: 1,66 gr/cm3 dan sample 2: 2,11/cm3, Derajat Kejenuhan sample 1
160,47%,sample 2 457,6%, Angka pori untuk masing-masing sample -0.004 dan
-0,31 sedangkan porositasnya -4,6% dan -45%. Dapat disimpulkan bahwa
sample termasuk sample yang basah. Karena jika dilihat dari tempat
pengambilan sample yang memeng sering terkena curah hujan.

DAFTAR PUSTAKA
Laboratorium Tambang, Staff Assisten. 2015. Diktat Praktikum Geomekanika.
Bandung : Universitas Islam Bandung
http://www.scribd.com/doc/30259483/Meknanika-Tanah
http://tinniedon2-mekanikatanah.blogspot.com/

Anda mungkin juga menyukai