I.1. Pendahuluan
Pemahaman terhadap prinsip busur relatif sempit, yang mana didefinisikan
sebagai zona-zona aktivitas vulkanik dan batuan beku dalam yang mengalami
pengangkatan diatas zona intermedit yang berangsur sampai zona subduksi. Elemenelemen metalogenik penting ini dicirikan oleh keterdapatan endapan-endapan Cu, Fe,
Mo, Au dan Ag yang muncul berasosiasi pada bagian akhir dari magmatisme kalkalkali. Kenyataannya busur utama dan endapan-endapan logam dapat menjelaskan
sebab akibat secara langsung antara kejadian Tektonik Lempeng (subduksi) dan
kejadian magmato-metalogenik. Konsep ini dikenal sebagai geostill diawal tahun
1970 puluhan. Tetapi data-data pendukungnya harus dipelajari ketika kemudian
menjadi jelas bahwa proses-proses yang berlangsung dalam generasi magma di dalam
sistem busur sangat kompleks, dan melibatkan sumber material yang potensial dalam
range yang lebih luas dari yang diketahui sebelumnya.
Dalam bagian awal. Kompleksitas sejalan dan berhubungan dengan
magmagenesis. Data sekarang lebih nyata yang didukung data-data sebelumnya (al
Sillitoe 1976b) yang menyatakan beberapa komponen penting dari sistem generasi
bijih dalam lingkungan busur (sulfur,klorin dan air) merupakan siklus dari subduksi
dan sangat berhubungan dengan proses awal dari pembentukkan kerak oseanik. Studi
El Chicon 1982 tentang erupsi vulkanik memperlihatkan bahwa busur vulkanik dapat
dicirikan oleh belerang berat dalam jumlah dan penyebaran yang luas. Sumbernya
adalah endapan sulfida awal dari aktivitas asap hitam (black smoker) di puncak ridge.
Selain itu tanda-tanda larutan magmatis-hitrotermal di busur (2 50 %) dapat
dijelaskan dalam batasan subduksi kerak oseanik yang terhidrasi. Kerak oseanik yang
paling banyak terhidrasi adalah dekat puncak ridge melibatkan temperatur rendah,
jauh dari sumbu konveksi air laut (Fehn & Cathles, 1986). Mineral mineral hidrous
seperti klorit terbentuk pada kondisi seperti ini.
Perbandingan magma teroksidasi yang berhubungan dengan subduksi,
khususnya yang berasosiasi dengan endapan logam (Burnham, 1981) telah
diinterpretasikan mengindikasikan keterlibatan material sedimen yang tersubduksi,
teroksidasi dalam pembentukannya menjadi kelanjutan seretan berikutnya.
Kompleksitas generasi magma di busur vulkanoplutonik khususnya di
kontinental margin 15 manifold (see Roddick 1983; Sillitoe 1987). Walapun demikian
banyak komponen-komponen penting dari busur yang berhubungan dengan sistem
generasi bijih memiliki garis keterkaitan dengan sistem pemekaran ridge.
I.2. Endapan Tipe Porpiri
Endapan porpiri dapat didefinisikan sebagai endapan yang terbentuk dari
intrusi-intrusi dangkal porpiri dan atau batuan asal yang membentuk intrusi-intrusi
yang sejenis, tingkat rendah, luas dan menyebar.Ini berhubungan dengan rekahan
pada host rock dan alterasi batuan samping. Dampak pentingnya adalah bahwa
endapan seperti ini mudah ditambang dalam jumlah yang besar.
(Gbr.
1.1).
Sekarang
ini
Uyeda
dan
Nishiwaki
(1980)
Gambar 1.1. Sabuk porpiri tembaga didunia terlihat pada daerah USSR dan Australia
Barat adalah berasosiasi dengan zona aktivitas subduksi masa lampau
atau sekarang. Sabuk di daerah utara USSR pada daerah Alpine zona
Himalaya yang terdapat pada daerah Australia Barat dapat direlasikan
dengan pengendapan Convergen Zaman Paleozoic (Sillitoe 1972a).
Batuan samping pada intrusi ini merupakan litologi yang beragam dari daerah
coeval vulkanik (Gbr. 1.3) terdiri atas batuan klastik atau kristalin yang lebih tua pada
umur yang sama. Meskipun komposisi dari country rocknya mempengaruhi
lingkungan alterasi hidrotermal serta asosiasi endapan , endapan bijih itu sendiri
karakternya cenderung lebih sama dengan batuan asalnya (Country rock).
Satu refleksi dari kompleksitas multiproses yang berlangsung adalah range
rasio strotion pada porpiri asosiasi dengan intrusi (< 0,703 sampai > 0,709), meski
(Sillitoe 1987) menginterpretasikan data ini (Gbr. 1.2) hanya mengindikasi meluasnya
sistem magmatic mantel sampai ke daerah crustal (kulit bumi) akan menghasilkan
endapan tembaga porpiri.
Gambar 1.3. Merupakan model pembentukan tembaga porpiri. Bagian yang menonjol
(membumbum) merupakan area perkembangan mineralisasi tembaga
porpiri pada daerah subvulkanik di bawah stratovulkano dan berada
diatas tubuh intrusi dengan ketebalan tertentu. Pada daerah ini geometri
dari intrusi dapat bervariasi dapat pula ditutupi oleh zona elterasi
(Sillitoe 1973).
Kester (1973) membegi endapan tembaga porpiri menjadi:
-
Yang merupakan contoh pada daerah island arc. Meskipun demikian ada
pengecualiaan
dalam
hal
ini,
contohnya
adalah
keterdapatan
mineralisasi
molybdenum porpiri pada salah satu arch (busur) di Filipina seperti yang dikemukan
oleh (Sillitoe 1980a, Sillitoe & Grappe 1984). Contoh lainnya adalah pada daerah
bagian barat Canada seperti yang dikemukakan Sinclair et al (1982), yang
menunjukan bahwa tembaga lebih luas dan lebih terkayakan di daerah alkali,
meskipun pada daerah plutonik kandungan gold lebih tinggi.
I.2.2. Pola Mineralisasi dan Alterasi
Pola Mineralisasi dan Alterasi dalam endapan tembaga porpiri adalah sangat
berkembang (J.D. Lowell & Gullbert 1970; Beane & Titley 1981). Contoh umum
adalah dengan kedalaman tertentu endapan tembaga porpiri dicirikan oleh
disseminasi atau mineralisasi dalam bentuk microveinlet serta alterasi potassik
(kuarsa-biotit kurang lebih K-feldspar-anhidrit). Pada tembaga itu sendiri ditunjukkan
oleh tingginya rasio besi dan kandungan sulfida menurun (Gbr.1.4). Pada daerah yang
lebih dalam
mungkin terdapat albit pada fase alterasi tertentu. Bagian luar dan atas zona ini rasio
besi dalam total sulfida menurun dan lebih ke zona phyllic (akumulasi phyllic,
kuarsa-serisit,pirit). Pada zona seperti itu, mineralisasi terjadi sebagai tipe veinlet
dengan kandungan total sulfida bisa mencapai kondisi maksimum. Zona ini
dikelilingi oleh alterasi prophylitic (klorit-epidot-Karbonat) lihat gambar (1.4).
Mineralisasi terjadi pada zona paling luar secara sporadis mangandung mineral
timbal, zeng dan logam berharga lainnya serta tembaga.
Gambar 1.4.
tembaga sulfida dipengaruhi oleh cairan hidrotermal dan batuan asal magmatisme,
padahal pada alterasi phyllic dan sejumlah distribusi metal lainnya terikat air
nonmagmatic. Keikut sertaan dari cairan nonmagmatic pada sistem porpiri
merupakan masalah kompleks dan beragam dari endapan satu dengan yang lainnya.
Tetapi Gustafson & Hun 1975; Eastoe1978, 1982 berdasarkan hasil studinya
menyatakan bahwa sistem magmatic-hidrotermal yang dikelilinggi oleh air meteorichidrotermal yang dingin intensitas mutunya berkurang.
Gambar 1.5. Ilustrasi cross section sederhana pada stadium awal dan akhir pada
alterasi dan pergerakn fluida pada endapan tembaga porpiri Chili. (a)
dipengaruhi oleh magmatic fluida. (b). stadium akhir dimana air
meteorik mulai masuk (Gustafson and Hunt 1975).
Denagan sedikit pengecualian endapan terpusat pada daerah stok kecil diorit atau
porpiri diorit kuarsa, dijumpai adanya postmineralisasi, pembentukannya dicirikan
oleh porpiri dasit, kemudian porpiri andesit.Postmineralisasi terjadi pada daerah luas,
melewati strike slip fault termasuk zona patahan Filipina, muncul untuk mengontrol
emplacement intrusi porpiri.
Tipe alterasi yang umum dijumpai adalah K-silikat, serisit-clay-klorit dan
prophylitic. Alterasi serisit, argilic dan kalk silikat lebih terbatas. Zona bijih
kalkopirit-pirit-bornit-magnetit terbentuk bersama dengan alterasi k-silikat yang
dinampakkan oleh alterasi serisit-clay-klorit. Alterasi argilik memiliki nilai ekonomis
penting dengan adanya tubuh pirit-enargit massive dalam zona alunite-kalsedonik
silika, terjadi pada tingkat yang lebih tinggi pada stok porpiri.
Jumlah relatif dari tembaga, molybdenum dan gold melebihi endapan (gbr.
1.7) kebanyakan kaya akan gold, juga terdapat molybdenum dalam jumlah signifikan.
Sillitoe dan Gappe (1984) mencatat bahwa sulfida tembaga dan pola distribusi gold
sangat berhubungan
Tembaga di Filipina mengandung 0,4 0,55% Cu dan Gold sekitar 1 ppm. Menurut
Sillitoe dan Gappe (1984) endapan tembaga porpiri di Filipina digolongkan dalam
tipe Island arc.
Gambar 1.7. merupakan plot hubungan rasio antara tembaga, molybdenum dan emas
(Sillitoe dan Gappe 1984)
Gambar 1.8. Model dari tembaga porpiri pada daerah island arc yang didasarkan pada
contoh data di Filipina. Kebanyakan mineralisasi terjadi bersamaan
dengan alterasi k-silikat (Sillitoe dan Gappe 1984).
7000C. Penurunan temperatur pada bagian tengah endapan diindikasikan oleh pola
alterasi (Gbr.1.10) dan inklusi fluida, tetapi perubahan waktu juga sangat penting.
Metalisasi tembaga bagaimanapun sangat jelas berasosiasi dengan densitas fluida
panas yang sangat alestis mendidikan dan bisa saja merupakan bagian dari proses
penguapan dari fase vepor (penguapan). Hasil lebih lanjut pada sistem hidrotermal
Panguna (Eastoe 1982) menghasilkannya parameter kimia dan fisika selama
pembentukannya. Terbentuknya mineral bijih adalah lebih ke proses oksida (log fgn =
-11,0) yakni termasuk sistem magmatik yang kaya sulfur (sulfur-rich).
Gambar 1.9. Merupakan contoh peta endapan tembaga porpiri daerah Panguna
(Eastoe 1978)
Gambar 1.10. Prinsip distribusi tipe alterasi dan endapan tembaga porpori daerah
Panguna (Ford 1978).
M AK ALAH
OLEH:
DEDI MARYADI
D611 00 007
MAKASSAR
2005
SARI
Pemahaman terhadap prinsip busur relatif sempit, yang mana didefinisikan
sebagai zona-zona aktivitas vulkanik dan batuan beku dalam yang mengalami
pengangkatan diatas zona intermedit yang berangsur sampai zona subduksi. Dari
busur utama dan endapan-endapan logam dapat menjelaskan secara langsung antara
kejadian Tektonik Lempeng dan Magmato-Metalogenik.
Endapan tipe porpiri merupakan endapan yang terbentuk dari intrusi-intrusi dangkal
tingkat rendah luas dan menyebar. Endapan porpiri cenderung terbentuk pada busur
kompresi dan jarang pada busur extensi.
Asosiasi endapan tembaga porpiri dengan batuan beku terdapat pada diorit kuarsa
adamelites. Pada daerah island arc didominasi oleh kalk-alkali horblende dan diorit
hornblende-biotit serta diorit kuarsa sedangkan pada daerak kontinental margin
adalah granodiorit dan monzonit kuarsa.
Pola mineralisasi dan alterasi pada endapan porpiri dimulai dari bagian paling dalam
sampai bagian luar adalah potassik, serisit, propilitik dan argilik. Sedangkan inklusi
dan isotop stabil mengikuti pola dari mineralisasi dan alterasi.
Daerah yang bagus dan lengkap untuk studi mengenai endapan tembaga porpiri yaitu
daerah El Salvador, Chili, Filipina dan Papua New Guinea.
Endapan tembaga porpiri terbentuk pada lingkungan plutonik dan vulkanik dalam
bentuk vertikal yang kedalamnya mencapai sekitar 8 Km, masalah yang masih belum
ditemukan solusinya dalam genesa tembaga porpiri adalah tumpang tindihnya
aktivitas meteorik-hidrotermal.
Dalam pencarian endapan tembaga porpiri dimana inklusi fluida dan tingkat alterasi
yang tinggi dan hasil pelapukan fragmen veinlet kuarsa dapat digunakan sebagai
petunjuk eksplorasi