Anda di halaman 1dari 20

I.

Prinsip Busur dan Asosiasi Dengan Endapan Logam

I.1. Pendahuluan
Pemahaman terhadap prinsip busur relatif sempit, yang mana didefinisikan
sebagai zona-zona aktivitas vulkanik dan batuan beku dalam yang mengalami
pengangkatan diatas zona intermedit yang berangsur sampai zona subduksi. Elemenelemen metalogenik penting ini dicirikan oleh keterdapatan endapan-endapan Cu, Fe,
Mo, Au dan Ag yang muncul berasosiasi pada bagian akhir dari magmatisme kalkalkali. Kenyataannya busur utama dan endapan-endapan logam dapat menjelaskan
sebab akibat secara langsung antara kejadian Tektonik Lempeng (subduksi) dan
kejadian magmato-metalogenik. Konsep ini dikenal sebagai geostill diawal tahun
1970 puluhan. Tetapi data-data pendukungnya harus dipelajari ketika kemudian
menjadi jelas bahwa proses-proses yang berlangsung dalam generasi magma di dalam
sistem busur sangat kompleks, dan melibatkan sumber material yang potensial dalam
range yang lebih luas dari yang diketahui sebelumnya.
Dalam bagian awal. Kompleksitas sejalan dan berhubungan dengan
magmagenesis. Data sekarang lebih nyata yang didukung data-data sebelumnya (al
Sillitoe 1976b) yang menyatakan beberapa komponen penting dari sistem generasi
bijih dalam lingkungan busur (sulfur,klorin dan air) merupakan siklus dari subduksi
dan sangat berhubungan dengan proses awal dari pembentukkan kerak oseanik. Studi
El Chicon 1982 tentang erupsi vulkanik memperlihatkan bahwa busur vulkanik dapat

dicirikan oleh belerang berat dalam jumlah dan penyebaran yang luas. Sumbernya
adalah endapan sulfida awal dari aktivitas asap hitam (black smoker) di puncak ridge.
Selain itu tanda-tanda larutan magmatis-hitrotermal di busur (2 50 %) dapat
dijelaskan dalam batasan subduksi kerak oseanik yang terhidrasi. Kerak oseanik yang
paling banyak terhidrasi adalah dekat puncak ridge melibatkan temperatur rendah,
jauh dari sumbu konveksi air laut (Fehn & Cathles, 1986). Mineral mineral hidrous
seperti klorit terbentuk pada kondisi seperti ini.
Perbandingan magma teroksidasi yang berhubungan dengan subduksi,
khususnya yang berasosiasi dengan endapan logam (Burnham, 1981) telah
diinterpretasikan mengindikasikan keterlibatan material sedimen yang tersubduksi,
teroksidasi dalam pembentukannya menjadi kelanjutan seretan berikutnya.
Kompleksitas generasi magma di busur vulkanoplutonik khususnya di
kontinental margin 15 manifold (see Roddick 1983; Sillitoe 1987). Walapun demikian
banyak komponen-komponen penting dari busur yang berhubungan dengan sistem
generasi bijih memiliki garis keterkaitan dengan sistem pemekaran ridge.
I.2. Endapan Tipe Porpiri
Endapan porpiri dapat didefinisikan sebagai endapan yang terbentuk dari
intrusi-intrusi dangkal porpiri dan atau batuan asal yang membentuk intrusi-intrusi
yang sejenis, tingkat rendah, luas dan menyebar.Ini berhubungan dengan rekahan
pada host rock dan alterasi batuan samping. Dampak pentingnya adalah bahwa
endapan seperti ini mudah ditambang dalam jumlah yang besar.

Endapan tembaga porpiri , endapan porpiri tipe mayor cadangan berkisar


antara 10 juta ton sampai beberapa miliar ton dan membuktikan tingkat mineralisasi
hipogen Cu berkisar 0,2 % sampai berkisar 2 %. Dalam beberapa contoh khususnya
pada endapan kontinental margin, Supergen enrichment merupakan bagian penting
yang mempengaruhi tubuh bijih. Mineralisasi tipe porpiri dengan tingkat tembaga
kurang dari 0,2 % cenderung tersebar luas di sabuk-sabuk tembaga porpiri, tetapi
banyak kasus menunjukan supergen enrichment tidak dapat menghasilkan tubuh bijih
dari sumber yang kecil.
Endapan tipe porpiri, khususnya tembaga muncul membanjiri di sepanjang
tepi busur vulkanoplutonik kalk-alkali yang berhubungan dengan proses subduksi.
Asosiasi endapan tembaga porpiri dan busur vulkanoplutonik terbentuk pada zona
subduksi

(Gbr.

1.1).

Sekarang

ini

Uyeda

dan

Nishiwaki

(1980)

mendemonstrasikanbahwa endapan tembaga porpiri cenderung terbentuk di sistem


busur kompresi, jarang pada busur extensi.
Sepanjang lingkaran pasifik, umur distribusi tembaga porpiri sangat jelas
episodis dan basicly mencerminkan variasi waktu yang sama terhadap intensitas
magmatisme kalk-alkali sepanjang sabuk ini. Contoh dari 74 sampai 48 juta tahun
yang lalu di Amerika utara. Tapi diikuti oleh periode 48 sampai 40 juta tahun yang
lalu. Periode utama pembentukan logam seperti itu di bagian barat pasifik muncul
selama Miosen sampai Pleistosen, walaupun harus dicatat bahwa busur bagian barat
pasifik sendiri lebih muda dari Tersier Tengah.

Gambar 1.1. Sabuk porpiri tembaga didunia terlihat pada daerah USSR dan Australia
Barat adalah berasosiasi dengan zona aktivitas subduksi masa lampau
atau sekarang. Sabuk di daerah utara USSR pada daerah Alpine zona
Himalaya yang terdapat pada daerah Australia Barat dapat direlasikan
dengan pengendapan Convergen Zaman Paleozoic (Sillitoe 1972a).

I.2.1. Asosiasi Batuan Beku


Asosiasi batuan beku dengan endapan tembaga porpiri terdapat pada diorit
kuarsa- adamelites (jenis granit Ca yang mengandung feldspar dengan jumlah yang
sama). Pada daerah island arc didomonasi oleh kalk-alkali hornblende dan diorit
hornblende-biotit serta diorit kuarsa (Griffin 1983: Sillitoe & Gappe 1984). Padahal
di daerah kontinental margin asosiasi endapan bijih lebih banyak jenis granodiorit dan
monzonit kuarsa (Burnham 1981). Tipe endapan tembaga porpiri ini merupakan
subvulkanik kompleks yang terdiri atas beragam jenis batuan yang ditempatkan
(emplaced) selama peristiwa intrusi/ extrusi berlangsung.

Batuan samping pada intrusi ini merupakan litologi yang beragam dari daerah
coeval vulkanik (Gbr. 1.3) terdiri atas batuan klastik atau kristalin yang lebih tua pada
umur yang sama. Meskipun komposisi dari country rocknya mempengaruhi
lingkungan alterasi hidrotermal serta asosiasi endapan , endapan bijih itu sendiri
karakternya cenderung lebih sama dengan batuan asalnya (Country rock).
Satu refleksi dari kompleksitas multiproses yang berlangsung adalah range
rasio strotion pada porpiri asosiasi dengan intrusi (< 0,703 sampai > 0,709), meski
(Sillitoe 1987) menginterpretasikan data ini (Gbr. 1.2) hanya mengindikasi meluasnya
sistem magmatic mantel sampai ke daerah crustal (kulit bumi) akan menghasilkan
endapan tembaga porpiri.

Gambar 1.2. Merupakan ilustrasi plot kandungan rasio Sr hubungannya dengan


asosiasi intrusi dalam pembentukan endapan tembaga porpiri pada
daerah sabuk sirkum pasifik. Kesimpulan dari data ini adalah sistem
subduksi magmatik dapat menghasilkan endapan tembaga porpiri
dengan adanya kontaminasi crustal (Sillitoe 1987).

Sillitoe (1973, 1980c) menyatakan bahwa pembentukan endapan tembaga


porpiri terjadi pada lingkungan subvulcanik dibawah andesit-dasit stratovulkano
(Gbr. 1.3). Apakah semua sistem porpiri dipengaruhi oleh peristiwa vulkanik adalah
tidak jelas, sebagai contoh adalah peristiwa erosi yang telah memindahkannya
merupakan tanda fakta penting. Hal ini mungkin saja, walaupun endapan tembaga
porpiri dapat saja berkembang meluas pada stok tubuh batuan beku, yang sama sekali
tidak ada hubungannya dengan vulkanisme. Hal yang penting adalah system porpiri
terbentuk pada lingkungan crustal (~ 1 6 Km dalamnya).

Gambar 1.3. Merupakan model pembentukan tembaga porpiri. Bagian yang menonjol
(membumbum) merupakan area perkembangan mineralisasi tembaga
porpiri pada daerah subvulkanik di bawah stratovulkano dan berada
diatas tubuh intrusi dengan ketebalan tertentu. Pada daerah ini geometri
dari intrusi dapat bervariasi dapat pula ditutupi oleh zona elterasi
(Sillitoe 1973).
Kester (1973) membegi endapan tembaga porpiri menjadi:
-

Subklas molybdenum gold rich

Subklas gold enriched (gold yang terkayakan)

Yang merupakan contoh pada daerah island arc. Meskipun demikian ada
pengecualiaan

dalam

hal

ini,

contohnya

adalah

keterdapatan

mineralisasi

molybdenum porpiri pada salah satu arch (busur) di Filipina seperti yang dikemukan
oleh (Sillitoe 1980a, Sillitoe & Grappe 1984). Contoh lainnya adalah pada daerah
bagian barat Canada seperti yang dikemukakan Sinclair et al (1982), yang
menunjukan bahwa tembaga lebih luas dan lebih terkayakan di daerah alkali,
meskipun pada daerah plutonik kandungan gold lebih tinggi.
I.2.2. Pola Mineralisasi dan Alterasi
Pola Mineralisasi dan Alterasi dalam endapan tembaga porpiri adalah sangat
berkembang (J.D. Lowell & Gullbert 1970; Beane & Titley 1981). Contoh umum
adalah dengan kedalaman tertentu endapan tembaga porpiri dicirikan oleh
disseminasi atau mineralisasi dalam bentuk microveinlet serta alterasi potassik
(kuarsa-biotit kurang lebih K-feldspar-anhidrit). Pada tembaga itu sendiri ditunjukkan
oleh tingginya rasio besi dan kandungan sulfida menurun (Gbr.1.4). Pada daerah yang
lebih dalam

sistem porpiri mengandung magnetit, aktinolit, epidot, klorit dan

mungkin terdapat albit pada fase alterasi tertentu. Bagian luar dan atas zona ini rasio
besi dalam total sulfida menurun dan lebih ke zona phyllic (akumulasi phyllic,
kuarsa-serisit,pirit). Pada zona seperti itu, mineralisasi terjadi sebagai tipe veinlet
dengan kandungan total sulfida bisa mencapai kondisi maksimum. Zona ini
dikelilingi oleh alterasi prophylitic (klorit-epidot-Karbonat) lihat gambar (1.4).

Mineralisasi terjadi pada zona paling luar secara sporadis mangandung mineral
timbal, zeng dan logam berharga lainnya serta tembaga.

Gambar 1.4.

Mineralisasi dan alterasi yang berkembang pada tipe sistem tembaga


porpiri (Beane and Titley 1981).

I.2.3. Inklusi Fluida dan Isotop Stabil


Pola temperatur dan salinitas mengikuti pola alterasi mineralisasi.
Temperatur tertinggi inklusi (melebihi 7000C) dan salinitas (> 60 wt% alkali klorida)
mencirikan bagian sentral dari sistem porpiri. (eg.Chivas & Willans 1977; Eastoe
1978). Temperatur dan salinitas pada inklusi fluida keduanya menurun sebagai fungsi
dari jarak pada zona inti dan waktu selama proses mineralisasi.
Studi isotop stabil pada porpiri sistem (Spheppard et al. 1971; Sheppard &
Gustafon 1976) mengindikasi bahwa alterasi potassik dan penempatan (emplacement)

tembaga sulfida dipengaruhi oleh cairan hidrotermal dan batuan asal magmatisme,
padahal pada alterasi phyllic dan sejumlah distribusi metal lainnya terikat air
nonmagmatic. Keikut sertaan dari cairan nonmagmatic pada sistem porpiri
merupakan masalah kompleks dan beragam dari endapan satu dengan yang lainnya.
Tetapi Gustafson & Hun 1975; Eastoe1978, 1982 berdasarkan hasil studinya
menyatakan bahwa sistem magmatic-hidrotermal yang dikelilinggi oleh air meteorichidrotermal yang dingin intensitas mutunya berkurang.

Gambar 1.5. Ilustrasi cross section sederhana pada stadium awal dan akhir pada
alterasi dan pergerakn fluida pada endapan tembaga porpiri Chili. (a)
dipengaruhi oleh magmatic fluida. (b). stadium akhir dimana air
meteorik mulai masuk (Gustafson and Hunt 1975).

I.2.4. Endapan Tembaga Porpiri El Salvador, Chili.


Daerah ini merupakan daerah yang sangat lengkap untuk studi tembaga
porpiri (Gustafson & Hunt 1975), merupakan andesitik vulkanik dan batuan sedimen
berumur Kapur yang ditutupi oleh vulkanik Tersier Bawah yang dipengaruhi oleh
peristiwa intrusi dari 50 sampai 41 juta tahun lalu, selanjutnya diikuti oleh rhyolit
dome pada 46 juta tahun yang lalu melalui subvulkanik intrusi yang sifatnya kuarsa
rhyolit dan porpiri kuarsa. Peritiwa alterasi dan mineralisasi berasosiasi dengan
emplecement kompleks granodiorit porpiri, berumur 41 juta tahun yang lalu (Gbr
1.5). Peristiwa metalisasi besar terjadi belakangan. Intrusi asosiasi bijih sifatnya lebih
felsik dari sebelumnya, serta tidak ada kaitannya dengan extrusive silikaan dan dome.
Nilai rasio 87Sr/ 86Sr pada kompleks magma-hidrotermal adalah 0,704.
Terjadi mineralisasi dan tembaga pada sistem ini dan juga vein vein kuarsa
atau tergabung dalam kumpulan alterasi alkali feldspar-biotit-anhidrit-kalkopirit dan
bornit (K-silikat).
Peristiwa biotisasi batuan andesit vulkanik dan meningkatnya alterasi prophylitic
terjadi bersama sama. Pada bagian luarnya adalah alterasi potassic dan mineralisasi,
Mineral bornit berkurang terganti oleh pirit yang meningkat dan menurun kembali
pada zona prophylitic. Mineral pirit sangat diasosiasikan dengan serisit dan klorit,
vein pirit serisit- klorit dibatasi K-silikat dan kelompok alterasi prophylitic.
Pembentukkan feldspar pada alterasi phyllic dicirikan oleh melimpahnya pirit
dan kontrol struktur patahan. Vein sulfida dan veinlet memotong batuan yang

mengalami mineralisasi dengan kandungan minor, tetapi kandungan kalkopirit,


bornit, tenatit, enargit, sphalerit, galena, kuarsa dan anhidrit meningkat sebagai
mineral gang. Pada tingkat yang lebih tinggi diatas tutupan pengayaan sulfida,
terdapat zona kumpulan argilic yang terdiri atas prophylit, diaspore, alunit, material
amorf dan peningkatan kandungan yang segnifikan.
I.2.5. Endapan Temabaga Porpiri Pada Island Arc
Data yang paling bagus untuk dipelajari adalah endapan di kepulauan Filipina
yang saat ini ditemukan 48 endapan tembaga porpiri. Konsentrasi terbesar terdapat di
daerah utara selatan sabuk Luzon bagian utara, tetapi paling penting adalah endapan
di bagian selatan, yakni Marinduque, Cebu, Negros dan Mindano. Batuan
sampingnya adalah vulkanik dan vulkaniklastik berumur Mesozoic sampai Neogen.

Gamabar 1.6. Model Genesa Tembaga Porpiri


Pada bagian kanan diagram menunjukan peristiwa mineralisasi
endapan Pangona dan sisi kiri merupakan diagram inklusi fluida
hubungannya dengan peristiwa mineralisasi. Daerah disekitar air
meteorik akan runtuh apabila air magnetik berkurang (Eastoe 1982).

Denagan sedikit pengecualian endapan terpusat pada daerah stok kecil diorit atau
porpiri diorit kuarsa, dijumpai adanya postmineralisasi, pembentukannya dicirikan
oleh porpiri dasit, kemudian porpiri andesit.Postmineralisasi terjadi pada daerah luas,
melewati strike slip fault termasuk zona patahan Filipina, muncul untuk mengontrol
emplacement intrusi porpiri.
Tipe alterasi yang umum dijumpai adalah K-silikat, serisit-clay-klorit dan
prophylitic. Alterasi serisit, argilic dan kalk silikat lebih terbatas. Zona bijih
kalkopirit-pirit-bornit-magnetit terbentuk bersama dengan alterasi k-silikat yang
dinampakkan oleh alterasi serisit-clay-klorit. Alterasi argilik memiliki nilai ekonomis
penting dengan adanya tubuh pirit-enargit massive dalam zona alunite-kalsedonik
silika, terjadi pada tingkat yang lebih tinggi pada stok porpiri.
Jumlah relatif dari tembaga, molybdenum dan gold melebihi endapan (gbr.
1.7) kebanyakan kaya akan gold, juga terdapat molybdenum dalam jumlah signifikan.
Sillitoe dan Gappe (1984) mencatat bahwa sulfida tembaga dan pola distribusi gold
sangat berhubungan

dan sejumlah endapan mengandung tembaga-gold rich.

Tembaga di Filipina mengandung 0,4 0,55% Cu dan Gold sekitar 1 ppm. Menurut
Sillitoe dan Gappe (1984) endapan tembaga porpiri di Filipina digolongkan dalam
tipe Island arc.

Gambar 1.7. merupakan plot hubungan rasio antara tembaga, molybdenum dan emas
(Sillitoe dan Gappe 1984)

Gambar 1.8. Model dari tembaga porpiri pada daerah island arc yang didasarkan pada
contoh data di Filipina. Kebanyakan mineralisasi terjadi bersamaan
dengan alterasi k-silikat (Sillitoe dan Gappe 1984).

I.2.6. Endapan Tembaga Porpiri Panguna, Bougainville, Papua New Guinea.


Daerah ini merupakan contoh bagus dalam mempelajari endapan tembaga
porpiri dan emas. Pada daerah island arc (Gbr. 1.9). Sistem mineralisasinya
mengandung porsentase 0,5% Cu dan 0,55 ppm Au (Sillitoe 1979). Studi geologi
pada endapan ini (Baumer & Fraser 1975; Ford 1978; Baldwin et al, 1978)
menyatakan bahwa terdiri dari unit andesit yang kemungkinannya adalah bagian dari
stratovulkano, diintrusi oleh biotit diorit yang dipotong oleh biotit granodiorit
selanjutnya dipotong oleh dike.
Porpiri feldspar dan breksi. Hasil dating dari Potassium-Argon menunjukan
bahwa umur dari peristiwa magmatic dan hidrotermal di Panguna (Page dan Mc
Dougall 1972) adalah antara 4-5 juta tahun, kemudian feldspar porpiri pada juta tahun
berikutnya dan proses mineralisasi di biotit granodiorit terjadi pada 3,5 juta tahun.
Baldwin et al (1978) mencatat bahwa tubuh breksi telah di ekspor melalui
penambangan dan diketahui bahwa breksi tersebut mengandung konsentrasi tembaga
tinggi. Tipe alterasinya adalah k-silikat yang dicirikan oleh biotit juga k-feldspar.
Mineralisasi di Panguna mempunyai kandungan sulfur yang relatif rendah (1-4 wt%
sulfida). Pirit dan kalkopirit pada kisaran piritik halo sekitar 60% andesme dan 40%
pada unit intrusive. Konsentarsi emas adalah 300 400 ppm dan molybdenum hanya
80 ppm dalam biotit granodiorit.
Studi geokimia (for 1978) dan inklusi fluida (Easto 1978/ mengindikasikan
bahwa mineralisasi tembaga terjadi melalui pelarutan salinitas pada kisaran suhu 350

7000C. Penurunan temperatur pada bagian tengah endapan diindikasikan oleh pola
alterasi (Gbr.1.10) dan inklusi fluida, tetapi perubahan waktu juga sangat penting.
Metalisasi tembaga bagaimanapun sangat jelas berasosiasi dengan densitas fluida
panas yang sangat alestis mendidikan dan bisa saja merupakan bagian dari proses
penguapan dari fase vepor (penguapan). Hasil lebih lanjut pada sistem hidrotermal
Panguna (Eastoe 1982) menghasilkannya parameter kimia dan fisika selama
pembentukannya. Terbentuknya mineral bijih adalah lebih ke proses oksida (log fgn =
-11,0) yakni termasuk sistem magmatik yang kaya sulfur (sulfur-rich).

Gambar 1.9. Merupakan contoh peta endapan tembaga porpiri daerah Panguna
(Eastoe 1978)

I.2.7. Model Genesa Endapan Tembaga Porpiri


Endapan ini terbentuk pada lingkungan plutonik dan vulkanik dalam bentuk
vertikal (meluas secara vertikal sekitar 8 Km) dalam bentuk boundari (Sillitoe 1973),
Burnham (1981) genesa tembaga porpiri melalui fisika kimia. Termasuk kandungan
H2O pada magma (~ 2 3 wt%). Pada kedalaman antara 2 6 Km tanpa fase
pembekuan (solidifikasi) fase kristalisasi horblende dan biotit sebagai fase fenokris.
Temperatur magma > 8000C sehingga melting terjadi. Logam logam, sulfur dan
kandungan klorit pada magma harus cukup untuk terjadinya extraksi, transportasi dan
deposisi pada sulfida tembaga yang jumlahnya besar.
Hal terakhir adalah tingkat oksidasi pada magma harus relatif tinggi sehingga
transport sulfur berlangsung bersama dengan logam klorida.
Asal magmatis sebagai komponen esensial pada endapan tembaga porfiri dapat pula
diketahui melalui studi termokimia (H.P. Taylor Jr 1979 dan referensi yang
berhubungan).
Satu masalah yang masih belum ditemukan solusinya dalam genesa tembaga
porpiri adalah tumpangtindihnya aktivitas meteoric hidrotermal (Gbr. 1.5) yang
merupakan hal penting dan menyeluruh pada pembentukan tubuh bijih seperti yang
dikemukan oleh Burnham (1981), tenaga penggerak utama pada pembentukan alterasi
phyllic dalam sistem porpiri mungkin dari pembebasan HCl melalui pengendapan
logam sulfida.

Tiga tipe intrusi yang diketahui adalah:


1. Mineralisasi
2. Barren tetapi pada level tertentu disamakan dengan intrusi mineralisasi
3. Barren dan perpindahan dalam ruang dan waktu dari proses mineralisasi
Pada konsentrasi tembaga mengandung mineral mafik (Biotit dan Magnetit) yang
tinggi dibandingkan dengan mineralisasi atau mineralisasi yang berasosiasi dengan
intrusi.

Gambar 1.10. Prinsip distribusi tipe alterasi dan endapan tembaga porpori daerah
Panguna (Ford 1978).

I.2.8. Saran Dalam Eksplorasi


Pada pengertian tentang eksplorasi untuk cadangan porpiri tembaga, prinsip
bahwa pada batuan intermedit hingga felsik subvulkanik yang memiliki karakteristik
yang kompleks oleh batuan beku dan alterasi batuan samping, misalnya pada
penyelidikan close merit. Tingkat erosi mempunyai pengaruh yang besar, untuk
tekanan Formasi pada kristal , endapan tembaga porpiri berada beberapa kilometer
dimana cadangan porpiri terbentuk. Beberapa cadangan porpiri dari Andes pada
daerah Filipina sebagai contoh yang bertahan selama 20 juta tahun hingga saat ini.
Salah satu anomali dapat ditemukan pada daerah zonal atau distal alterasi
yang merupakan bagian yang penting, tetapi ini harus dilahirkan dari pemikiran
bahwa suatu bagian dapat ditemukan pada sebuah varietas geometri, untuk
menemukannya diperlukan interpretasi (F.A. Anderson 1982) dan untuk melihat
kenyataan proses supergent dari alterasi hipogen adalah memerlukan kemampuan
yang lebih. Pada dasarnya inklusi fluida dapat digunakan sebagai dasar pada tembaga
porpiri (Nash 1976), untuk daerah dengan tingkat alterasi yang tinggi dan hasil
pelapukan fragmen dari veinlet kuarsa akan dapat digunakan sebagai petunjuk dan
bahan pembelajaran dalam eksplorasi.

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL


UNIVERSITAS HASANUDDIN
FAKULTAS TEKNIK
JURUSAN TEKNIK GEOLOGI

PRINSIP BUSUR DAN ASOSIASI DENGAN ENDAPAN LOGAM


SERTA TIPE ENDAPAN PORPIRI

M AK ALAH

OLEH:
DEDI MARYADI
D611 00 007

MAKASSAR
2005

SARI
Pemahaman terhadap prinsip busur relatif sempit, yang mana didefinisikan
sebagai zona-zona aktivitas vulkanik dan batuan beku dalam yang mengalami
pengangkatan diatas zona intermedit yang berangsur sampai zona subduksi. Dari
busur utama dan endapan-endapan logam dapat menjelaskan secara langsung antara
kejadian Tektonik Lempeng dan Magmato-Metalogenik.
Endapan tipe porpiri merupakan endapan yang terbentuk dari intrusi-intrusi dangkal
tingkat rendah luas dan menyebar. Endapan porpiri cenderung terbentuk pada busur
kompresi dan jarang pada busur extensi.
Asosiasi endapan tembaga porpiri dengan batuan beku terdapat pada diorit kuarsa
adamelites. Pada daerah island arc didominasi oleh kalk-alkali horblende dan diorit
hornblende-biotit serta diorit kuarsa sedangkan pada daerak kontinental margin
adalah granodiorit dan monzonit kuarsa.
Pola mineralisasi dan alterasi pada endapan porpiri dimulai dari bagian paling dalam
sampai bagian luar adalah potassik, serisit, propilitik dan argilik. Sedangkan inklusi
dan isotop stabil mengikuti pola dari mineralisasi dan alterasi.
Daerah yang bagus dan lengkap untuk studi mengenai endapan tembaga porpiri yaitu
daerah El Salvador, Chili, Filipina dan Papua New Guinea.
Endapan tembaga porpiri terbentuk pada lingkungan plutonik dan vulkanik dalam
bentuk vertikal yang kedalamnya mencapai sekitar 8 Km, masalah yang masih belum
ditemukan solusinya dalam genesa tembaga porpiri adalah tumpang tindihnya
aktivitas meteorik-hidrotermal.
Dalam pencarian endapan tembaga porpiri dimana inklusi fluida dan tingkat alterasi
yang tinggi dan hasil pelapukan fragmen veinlet kuarsa dapat digunakan sebagai
petunjuk eksplorasi

Anda mungkin juga menyukai