Anda di halaman 1dari 30

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.

Genap/2016

BAB I
PENDAHULUAN
1.1.

Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang dimana sektor industri kecil maupun industri

besar telah berkembang dengan pasar indonesia. Industri-industri tersebut dalam


membuat produknya sangat membutuhkan pelarut dalam jumlah yang besar. Pelarut yang
sering digunakan adalah etil asetat. Komposisi pelarut etil asetat yang mereka perlukan
sangat menentukan hasil produk yang dihasilkan. Kebutuhan - kebutuhan etil asetat tentu
tidak sebanding dengan produksi etil asetat di Indonesia. Saat ini yang memproduksi etil
asetat hanya dua perusahaan saja di Indonesia.
Etil asetat merupakan senyawa organik yang bersifat mudah menguap dan
mempunyai aroma yang khas, etil asetat dalam skala industri banyak di gunakan sebagai
pelarut dalam industri cat, thiner, kosmetik, lem, farmasi, dan industri kimia organik.
Kebutuhan etil asetat yang tinggi, maka perlu produksinya etil asetat. Sehingga
pembelian etil asetat dalam jumlah banyak dapat dikurangi dengan membuat etil asetat
sendiri (Mega, 2010).
Reaksi esterifikasi fischer merupakan reaksi pembetukan etil asetatdengan
mereaksikan antara asam asetat dan alkohol. Reaksi esterifikasi fischer ini telah lama
dikenal dan merupakan salah satu reaksi pembentukan ester yang telah di temukan oleh
Emil Fischer, seorang ilmuan organik pada abad ke 19. Etil asetat dalam laboratorium
kimia organik digunakan sebagai pelarut bahan organik karena sifatnya tidak beracun
seperti minyak dammar, mengingat kebutuhan etil asetat yang sangat tinggi maka sangat
perlu untuk mepelajari cara membuat pelarut etil asetat ini dalam skala labor (Hadyana,
1993).

1.2.
1.
2.

Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum reaksi esterifikasi Pembuatan Etil Asetat yaitu:
Mempelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat.
Membuat etil asetat dalam skala labor.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Etanol
adalah suatu obat rekreasi yang paling tua. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut
sebagai bahan bahan kimia yang di tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia.
Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obatobatan. Dalam
kimia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis
senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan
bakar. Sifat fisika dan kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga mempunyai Rumus
molekul etanol C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Sifat-sifat fisik etanol antara lain
massa molekul relatif sebesar 46,07 gr/mol. Titik beku etanol adalah -114,1 oC dan titik
didih normal 78,32oC (Clark, 2007).
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan
dengan gugus Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat dengannya
juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada fungsi gugus Hidroksil
(Clark, 2007).

2.1.1 Sifat dan Kegunaan Etanol


Etanol digunakan untuk bahan baku industri atau pelarut (kadang-kadang disebut
sebagai etanol sintetis) yang terbuat dari petrokimia saham pakan, terutama oleh asam
katalis hidrasi etilena. Etanol terbentuk dari 3 senyawa yaitu karbon, hidrogen dan
oksigen, etanol juga merupakan cairan yang mudah menguap dengan aroma yang khas
dan tak berwarna. Dapat juga terbakar tanpa adanya asap dengan timbulnya lidah api
berwarna biru yang kadang-kadang tidak dapat terlihat pada cahaya biasa. Etanol
diartikan sebagai cairan yang sangat mudah terbakar, mudah menguap, alkohol yang
sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari, etanol juga tidak berwarna (Clark, 2007).
Sifat gugus hidroksil yang polar menyebabkannya dapat larut dalam banyak
senyawa ion, terutama natrium hidroksida, kalium hidroksida, magnesium klorida,

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida. Natrium
klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki
rantai karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan
minyak atsiri dan banyak perasa, pewarna, dan obat. Ikatan hidrogen menyebabkan etanol
murni sangat higroskopis, sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Selain etanol
orang mengenalnya dengan alkohol atau minuman yang beralkohol. ini di sebabkan
karena adanya etanol sebagai bahan utama atau zat utama dari etanol tersebut bukan
metanol ataupun yang lainnya. Dalam segala apapun yang terikat pada atom karbon, dan
yang memiliki gugus hidroksil (-OH) di dalam kimia alkohol juga dikenal dengan
senyawa organik. Etanol yang berarti alkohol ini sering banyak di gunakkan dalam ilmu
farmasi dan ilmu kimai, sehingga jika di hubungkan dengan ilmu farmasi akam memiliki
arti tersendiri yang lebih luas. Dalam kimia etanol adalah pelarut penting dan di gunakan
untuk stok senyawa sintetis lainnya dan etanol juga dapat digunakkan sebagai baham
bakar (Clark, 2007).
Etanol digunakan sebagai pelarut karena untuk konsumsi dan penggunaan pada
manusia contohnya penggunaan pada pemakain pewarna makanan, perasa, obat-obatan
serta dapat digunakan juga sebagai parfum. Etanol adalah salah satu pelarut yang sangat
serbaguna, dia dapat larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat,
aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietileter, etilena glikol, gliserol,
nitrometana, piridina, dan toluena. Selain dapat larut dalam pelarut organic dan dalam air
aetanol juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana,
dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Sifat- sifat etanol berdasarkan sifat kimia dapat berupa reaksi asam basa, halogenasi,
pembuatan ester, dehidrasi, oksidasi, pembakaran.
Sedangkan sifat-sifat fisika etanol dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan
hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik
lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah energi terbarukan sumber
karena energi yang dihasilkan dengan menggunakan sumber daya, sinar matahari, yang
tidak dapat habis. Pembuatan etanol dimulai dengan fototsintesis menyebabkan bahan
baku, seperti tebu atau gandum seperti jagung (jagung), untuk tumbuh. Ini bahan baku
diproses menjadi etanol (Clark, 2007).
Saat ini, proses generasi pertama untuk produksi etanol dari jagung menggunakan
hanya sebagian kecil dari tanaman jagung: kernel jagung yang diambil dari tanaman

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

jagung dan hanya pati, yang mewakili sekitar 50% dari massa kernel kering, berubah
menjadi etanol. Dua jenis proses generasi kedua sedang dalam pengembangan. Jenis
pertama menggunakan enzim dan ragi fermentasi untuk mengkonversi selulosa tanaman
menjadi etanol sedangkan tipe kedua menggunakan pirolisis untuk mengkonversi seluruh
pabrik baik cair bio-minyak atau syngas . Proses generasi kedua juga dapat digunakan
dengan tanaman seperti rumput, kayu atau bahan limbah pertanian seperti jerami. Etanol
Mudah Terbakar. Sebuah solusi etanol-air yang mengandung 40% ABV akan terbakar jika
dipanaskan sampai sekitar 79F (26C)dan jika sumber pengapian diterapkan untuk itu.
Para titik nyala etanol murni adalah 61,88F (16,60C), kurang dari suhu ruangan ratarata.
Minuman beralkohol yang memiliki konsentrasi rendah etanol akan terbakar jika
cukup dipanaskan dan sumber pengapian (seperti percikan lisrtik atau pertandingan) yang
diterapkan kepada mereka. Misalnya, titik nyala anggur biasa yang mengandung etanol
12,5% adalah sekitar 125F (52C). Etanol meleleh pada -114,1C, mendidih pada
78,5C, dan memiliki densitas 0,789 g / mL pada 20 C. Titik beku yang rendah memiliki
membuatnya berguna sebagai cairan dalam termometer untuk suhu di bawah -40C, titik
beku air raksa, dan untuk lainnya suhu rendah keperluan, seperti untuk antibeku dalam
radiator molekul (Clark, 2007).

2.2. Asam Asetat


Asam asetat dalam ilmu kimia disebut juga acetil acid atau acidum aceticum. Akan
tetapi, di kalangan masyarakat asam asetat biasa disebut cuka atau asam cuka. Asam cuka
merupakan cairan yang rasanya masam yang pembuatannya melalui proses fermentasi
alkohol dan fermentasi asetat yang didapat dari bahan kaya gula seperti anggur, apel, nira
kelapa, malt, gula dan lain sebagainya. Asam asetat dengan kadar 25% beredar bebas di
pasaran dan biasanya ada yang bermerek dan ada yang tidak bermerek. Pada cuka yang
bermerek biasanya tertera atau tertulis kadar asam asetat pada etiketnya (Mega, 2010).
Tabel 2.2 Identitas Asam Asetat
Identitas
Nama IUPAC
Nama Trivial
Rumus molekul
Massa molar
Titih lebur
(Sumber: Mega, 2010)

Nama
Asam etanoat, asam asetat
Asam metana karboksilat, asam cuka
CH3COOH
60,05 gr/mol
16,5 oC

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

2.2.1

Sifat Fisika dan Kimia Asam Asetat


Asam asetat memiliki 2 sifat yaitu :

Tabel 2.3 Sifat Fisika dan Sifat Kimia Asam Asetat


Sifat Fisika
Sifat Kimia
Cairan jernih tidak berwarna
Tidak kurang dari 36,0% b/b dan tidak
Berbau menyengat
Berasa asam
Titik Beku 16,50C
Titik didih 118,10C

lebih dari 37,0% b/b C2H4O2


Mudah menguap diudara terbuka
Mudah terbakar
Dapat menyebabkan korosif pada logam
Asam asetat jika diencerkan tetap

Larut dalam alkohol, air dan eter

bereaksi asam
Asam asetat larut dalam air dengan suhu
20C

(Sumber : Siti, 2010)

2.2.2

Pembuatan Asam Asetat


Asam asetat dapat dibuat melalui :
1. Oksidasi alkohol dengan pengaruh bakteri. Asam asetat dengan oksidasi
alkohol dibuat dengan pengaruh bakteri yaitu bakteri acetobacter dan dibuat
dengan bantuan udara pada suhu 35C. Reaksinya:
C2H5OH + O2 acetobacter (35C) CH3COOH +H2O..................................................(1)
2. Dengan destilasi kayu kering. Cara pembuatnya yaitu kayu dipanaskan secara
kering dalam ruangan tertutup maka akan terjadi gas dan cairan seperti air
yang mengandung aseton, metanol dan asetat. Lalu didalam cairan itu
ditambahkan kalsium hidroksida (Ca(OH) 2) dan akan terjadi kalsium asetat.
Kemudian cairan tersebut didestilasi dan diperoleh destilat berupa metanol,
aseton, dan air, sedangkan yang tertinggal kalsium asetat. Kalsium asetat jika

ditambah asam sulfat akan menghasilkan asam asetat.


3. Pembuatan yang diperoleh dari etuna.
C2H2 + H2O CH2=C(OH)H CH3CHO (reaksi hidrolisis) ..........................(2)
CH3CHO + O2 CH3COOH (reaksi oksidasi)..............................................(3)
Reaksi antara etuna dengan air pada T= 6000C 8000C dan katalis Merkuri (II)
maka akan membentuk etanol yang kemudian berubah menjadi aldehid. Pada hasil akhir
aldehida dioksidasi maka akan diperoleh asam asetat (Siti, 2010).
2.2.3 Manfaat Asam Asetat

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivat dan ester
asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik yang baik dan
untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan
selofan. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai pengawet, bumbu-bumbu masak atau
penambah rasa masakan, untuk membuat aneka ester, zat warna dan propanon (Siti,
2010).

2.3. Asam Sulfat


Asam sulfat (H2SO4) merupakan asam mineral (anorganik) yang kuat. Zat ini larut
dalam air pada semua perbandingan. Asam sulfat mempunyai banyak kegunaan dan
merupakan salah satu produk utama industri kimia.
Walaupun asam sulfat yang mendekati 100% dapat dibuat, ia akan melepaskan SO 3
pada titik didihnya dan menghasilkan asam 98,3%. Asam sulfat 98% lebih stabil untuk
disimpan dan merupakan bentuk asam sulfat yang paling umum. Asam sulfat 98% pada
umumnya disebut sebagai asam sulfat pekat (Etna, 2010).
Tabel 2.4 Sifat Fisika dan Kimia Asam Sulfat
Identitas
Sifat Fisika dan Kimia
Nama sintesis
Asam sulfat
Rumus molekul
H2SO4
Massa molar
98,078 gr/mol
Densitas
1,84 gr/cm3
Titik didih
2900C
Asam sulfat sangat korosif
Reaksi hidrasi dengan air

sangat

eksotermis
Sangat kuat sebagai dehidrator

melepaskan SO3 pada titik didihnya

(Sumber: Etna, 2010)

2.4. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H +. Asam belerang sering
digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather
jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester atau asam cuka etil
(Anshory, 2003).

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil
diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan
menghasilkan ester (Anshory, 2003).
Beberapa macam metode esterifikasi antara lain (Hadyana, 1993):
1. Cara Fischer
Jika asam karboksilat dan alkohol dan katalis asam (biasanya HCl atau H 2SO4)
dipanaskan, terdapat kesetimbangan dengan ester dan air.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah :
a. Transfer Proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga
meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon kabonil
b. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol,
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium
c. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
kompleks teraktivasi
d. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester
2. Esterifikasi dengan asil halida
Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Asil klorida lebih
murah dibandingkan dengan asil halida lain. Asil halida biasanya dibuat dari asam
dengan tionil klorida atau fosfor pentaklorida.
3. Esterifikasi antara asam karboksilat dengan conjugated diene
Esterifikasi dengan menggunakan asam karboksilat dan conjugated diene yang
tidak disertai oksigen yang disertai katalis asam saat ini juga telah banyak
dikembangkan. Hal ini dikarenakan conjugated diene merupakan salah satu bahan
yang mudah didapat dan harga yang relative yang lebih murah. Conjugated diene yang
sering

digunakan

yaitu

1,3-butadiene,

2-methyl-1,3-butadiene,

2-chloro-1,3-

butadiene, 1,3-hexadiene, 2,4-cyclohexadiene dan lainnya. Produk hasil esterifikasi


antara asam karboksilat dengan conjugated diene yang banyak dijumpai adalah nbutyl asetat, 2-methyl-2-butenyl butanoate, cyclohexene-3-yl-benzoate dan lainnya.

2.4.1 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Arah Kesetimbangan

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

Menurut (Kirk, 1978) faktor-faktor yang mempengaruhi kecepatan esterifikasi


yaitu :
a. Suhu
Kecepatan reaksi secara kuat dipengaruhi oleh suhu reaksi. Pada umumnya reaksi
ini dapat dijalankan pada suhu mendekati titik didih metanol (60-70C) pada tekanan
atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan suhu. Semakin
tinggi suhu, berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan oleh reaktan untuk
mencapai energi aktivasi. Ini akan menyebabkan tumbukan terjadi lebih sering diantara
molekul-molekul reaktan untuk kemudian melakukan reaksi.
b. Waktu reaksi
Semakin lama waktu reaksi, maka semakin banyak produk yang dihasilkan, karena
ini akan memberikan kesempatan reaktan untuk bertumbukan satu sama lain. Namun
jika kesetimbangan telah tercapai, tambahan waktu reaksi tidak akan mempengaruhi
reaksi.
c. Katalis
Katalis berfungsi untuk mempercepat laju reaksi dengan menurunkan energi
aktivasi reaksi namun tidak menggeser letak kesetimbangan. Tanpa katalis, reaksi
transesterifikasi baru dapat berjalan pada suhu sekitar 250C. Penambahan katalis
bertujuan untuk mempercepat reaksi dan menurunkan kondisi operasi. Katalis yang
dapat digunakan adalah katalis asam, basa, ataupun penukar ion. Dengan katalis basa
reaksi dapat berjalan pada suhu kamar, sedangkan katalis asam pada umumnya
memerlukan suhu reaksi diatas 100C.
Katalis yang digunakan dapat berupa katalis homogen maupun heterogen. Katalis
homogen adalah katalis yang mempunyai fase yang sama dengan reaktan dan produk,
sedangkan katalis heterogen adalah katalis yang fasenya berbeda dengan reaktan dan
produk. Katalis homogen yang banyak digunakan adalah alkoksida logam seperti KOH
dan NaOH dalam alkohol. Selain itu, dapat pula digunakan katalis asam cair, misalnya
asam sulfat, asam klorida, dan asam sulfonat.
Penggunaan katalis homogen mempunyai kelemahan, yaitu: bersifat korosif, sulit
dipisahkan dari produk, dan katalis tidak dapat digunakan kembali. Saat ini banyak
industri menggunakan katalis heterogen yang mempunyai banyak keuntungan dan
sifatnya yang ramah lingkungan, yaitu tidak bersifat korosif, mudah dipisahkan dari
produk dengan cara filtrasi, serta dapat digunakan berulangkali dalam jangka waktu

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

yang lama. Selain itu katalis heterogen meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi
samping dapat dieliminasi. Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, oksida
logam, dan resin ion exchange. Katalis basa seperti KOH dan NaOH lebih efisien
dibanding dengan katalis asam pada reaksi transesterifikasi. Transmetilasi terjadi kirakira 4000 kali lebih cepat dengan adanya katalis basa dibanding katalis asam dengan
jumlah yang sama. Untuk alasan ini dan dikarenakan katalis basa kurang korosif
terhadap

peralatan

industri

dibanding

katalis

asam,

maka

sebagian

besar

transesterifikasi untuk tujuan komersial dijalankan dengan katalis basa. Konsentrasi


katalis basa divariasikan antara 0,5-1% dari massa minyak untuk menghasilkan 94-99%
konversi minyak nabati menjadi ester. Lebih lanjut, peningkatan konsentrasi katalis
tidak meningkatkan konversi dan sebaliknya menambah biaya karena perlunya
pemisahan katalis dari produk menggunakan katalis KOH 1% dari massa minyak.
d. Pengadukan
Pada reaksi transesterifikasi, reaktan-reaktan awalnya membentuk sistem cairan
dua fasa. Reaksi dikendalikan oleh difusi diantara fase-fase yang berlangsung lambat.
Seiring dengan terbentuknya metil ester, ia bertindak sebagai pelarut tunggalyang
dipakai bersama oleh reaktan-reaktan dan sistem dengan fase tunggal pun terbentuk.
Dampak pengadukan ini sangat signifikan selama reaksi sebagaimana sistem tunggal
terbentuk, maka pengadukan menjadi tidak lagi mempunyai pengaruh yang signifikan.
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkan campuran reaksi yang bagus.
Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa. Untuk reaksi
heterogen, ini akan menyebabkan lebih banyak reaktan mencapai tahap reaksi.
e. Perbandingan Reaktan
Variabel penting lain yang mempengaruhi hasil ester adalah rasio molar antara
alkohol dan minyak nabati. Stoikiometri reaksi transesterifikasi memerlukan 3 mol
alkohol untuk setiap mol trigliserida untuk menghasilkan 3 mol ester asam dan 1 mol
gliserol. Untuk mendorong reaksi transestrifikasi ke arah kanan, perlu untuk
menggunakan alkohol berlebihan atau dengan memindahkan salah satu produk dari
campuran

reaksi.

Lebih

banyak

metanol

yang

digunakan,

maka

semakin

memungkinkan reaktan untuk bereaksi lebih cepat. Secara umum, proses alkoholisis
menggunakan alkohol berlebih sekitar 1,2-1,75 dari kebutuhan stoikiometrisnya.
Perbandingan volume antara minyak dan metanol yang dianjurkan adalah 1 : 4.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

10

Terlalu banyak alkohol yang dipakai menyebabkan biodiesel mempunyai viskositas


yang terlalu rendah dibandingkan dengan minyak solar, juga akan menurunkan titik
nyala biodiesel, karena pengaruh sifat alkohol yang mudah terbakar.
2.4.2 Esterifikasi Dalam Industri
Proses esterifikasi dalam industri dapat dilakukan secara kontinyu maupun batch.
Pemilihan kedua macam proses tersebut tergantung pada kapasitas produksinya. Untuk
kapasitas produksi yang relatif kecil sebaiknya jenis yang digunakan adalah proses batch.
Sedangkan proses esterifikasi kontinyu dipilih untuk kapasitas produksi yang relatif besar
(Anshory, 2003).
1. Proses batch produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara batch pada prinsipnya adalah dengan
memanaskan 30 bagian asam asetat 80%, 30 bagian etanol 95% dan 1 bagian asam sulfat
dalam sebuah tangki silinder. Pemanasan dengan menggunakan steam yang dialirkan ke
kolom fraksinasi. Suhu atas kolom fraksinasi dijaga 70 oC agar dapat diperoleh komposisi
ternary azeotrop, yaitu 83% etil asetat, 9% etanol dan 8% air. Uap hasil puncak
dikondensasi, sebagian lagi direfluk, sebagian diambil sebagai produk.
2. Proses kontinyu produksi etil asetat
Proses produksi etil asetat secara kontiyu untuk memperoleh hasil yang maksimal.
Asam asetat, etanol, dan katalis asam sulfat direaksikan pada reaktor yang dilengkapi
dengan pengaduk. Selanjutnya produk reaktor dipisahkan pada menara distilasi untuk
memperoleh produk dengan kemurnian tinggi.

2.5. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahanbahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Lutony, 1994).
Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan minyak
mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi,
pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

11

oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Destilasi juga telah
digunakan sejak lama untuk pemekatanalkohol dengan penerapan panas terhadap larutan
hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. Jenis-jenis destilasi terbagi dalam
3 jenis, yaitu (Lutony & Rahmayati, 1994) :
a. Destilasi Air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung diatas air atau terendam secara sempurna,
tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas metode ini yaitu
adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut
penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan
banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan
mutu minyak yang diperoleh.
b. Destilasi uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap
tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap
jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.
c. Destilasi uap-air
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu
dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling
hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.
Menurut (Lutony, 1994) jenis-jenis destilasi dan prosesnya adalah :
1) Destilasi Sederhana : prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan .
2) Destilasi Fraksionasi (Bertingkat) : sama prinsipnya dengan destilasi sederhana ,
hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik,
sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan.
3) Distilasi Azeotrop: memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa
lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan
tekanan tinggi.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

12

4) Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan
cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bata.
5) Distilasi vakum: memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi ,
metode yang
rendah dari

digunakan adalah dengan menurunkan tekanan permukaan lebih


1

atm,

sehingga titik didihnya juga

menjadi rendah, dalam

prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.

2.6.

Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus molekul CH3COOC2H5.

Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat adalah
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan seperti
pengaroma buah danpemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk
parfum, digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair
dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan
sebagainya.
Etil asetat dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan
etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
Etanol + Asam Asetat

Katalisasam

C2H5OH + CH3COOH

H SO
2 4

Etil Asetat + Air..............................................(2)


CH3COOC2H5 + H2O....................................(3)

Reaksi diatas merupakan reaksi reversibel dan menghasilkan suatu kesetimbangan


kimia. Etil asetat dapat dihidrolisis pada keadaan asam menghasilkan asam asetat dan
ethanol kembali. Katalis asam sulfat dapat menghambat hidrolisis karena berlangsungnya
reaksi kebalikan hidrolisis yaitu esterifikasi fischer.
Etil Asetat mempunyai ciri-ciri sebagai berikut :
Tabel 2.5 Ciri-ciri Etil Asetat
Ciri-ciri
Pelarut (Senyawa)
Sifat Racun
Jenis Ikatan

Keterangan
Polar menengah yang volatile (mudah
menguap)
Tidak beracun dan tidak higrokopis
Ikatan hidrogen yang lemah dan bukan
suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

hidrogen

yang

13

terikat

pada

atom

elektronegatif seperti flor, oksigen, dan


nitrogen.
Dapat melarutkan air hingga 3%, dan larut

Kelarutan

dalam air hingga kelarutan 8% pada suhu


kamar. Kelarutannya meningkat pada suhu
yang lebih tinggi. Tetapi, senyawa ini tidak
stabil dalam air yang mengandung basa
atau asam
(Sumber: Hadyana, 1993)
Tabel 2.6 Identitas Etil Asetat
Identitas
Keadaan fisik
Bau
Rasa
Berat molekul
Titik didih
Melting point
Suhu kritis
Spesific Gravity
Tekanan Uap
Kelarutan

Sifat Fisika dan Kimia


Cairan tidak berwarna
Ethereal. Fruity (Slight)
Pahit, seperti rasa anggur terbakar
88,11 g/gmol
77C (170,6F).
-83C (-117,4F).
250C (482F).
0,902 (Air = 1)
12,4 kPa (@ 20 C)
Larut dalam air dingin, air panas, dietil eter,
aseton, alkohol, benzena.

Sumber : (Hadyana, 1993)


2.5.1

Penanganan Etil Asetat


Apabila terjadi kontak mata, maka periksa dan lepaskan jika ada lensa kontak.

Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Bila terjadi
kontak kulitsegera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan
mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan
yang sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan cuci sebelum digunakan
kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan
medis dengan segera. Jika terkena kontak kulit serius cuci dengan sabun desinfektan dan
menutupi kulit terkotaminasi dengan krim anti-bakteri. Jika terhirup, pindahkan ke udara
segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Bila serius terhirup evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

Praktikum Kimia Organik/Kelompok VIII/S.Genap/2016

14

sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke
mulut (Hadyana, 1993).

BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat Alat yang Digunakan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.

Labu didih dasar bulat


Penangas air
Kondensor leibig
Hot plate
Erlemeyer (50 ml)
Gelas piala (100 ml)
Corong pisah

o.

Reaksi Esterifikasi Pembuatan Etil Asetat

h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.

Gelas ukur (100 ml)


Termometer
Statip dan klem
Lemari asam
Corong
Spatula
Piknometer

p. 3.2. Bahan Bahan yang Digunakan


a.
b.
c.
d.
e.
f.

Etanol 96%
Natrium Karbonat (Na2CO3) 20%
Asam asetat (CH3COOH)
Asam Sulfat Pekat
CaCl2 Anhidrat
Vaseline
q.

3.3. Prosedur Praktikum


a. Dimasukkan etanol 60 ml, asam asetat 40 ml dan beberapa butir batu didih
kedalam labu didih dasar bulat.
b. Ditambahkan asam sulfat pekat 10 ml secara hati-hati, labu digoyang sempurna
sambil didinginkan dalam air.
c. Labu kemudian disambungkan dengan kondensor refluks terbalik, dipanaskan
campuran pada suhu dibawah titik didih alkohol selama 180 menit dan
kemudian didinginkan.
d. Campuran yang telah dingin didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74760C.
e. Dimasukkan hasil destilat kedalam corong pemisah, lapisan airnya dipisahkan
f.

jika ada.
Dilakukan pencatatan volume etil asetat sebelum pencucian dilakukan. Lapisan
ester dicuci dengan Na2CO3 20% didalam corong pisah. Akan terbentuk dua

lapisan, lapisan bawah dibuang sedangkan lapisan atas merupakan etil asetat.
g. Etil asetat yang didapat ditambahkan dengan 5 gram CaCl 2 anhidrat didalam
gelas piala dan diaduk dengan spatula. Kemudian disaring dengan kertas
saring.
h. Dilakukan destilasi kembali terhadap ester yang dihasilkan, destilat
i.

dikumpulkan pada suhu 74-760C.


Setelah melakukan pencucian volume etil asetat dihitung dan hitung rendemen
dari volume etil asetat.
r.

Rendemen dapat dihitung dengan rumus :

s.
t.

% rendemen =

berat h asil yang didapat (gr)


berat stoikiometri (gr)

x 100%

u.
v.

Hitung densitas sampel dengan menggunakan rumus :

w.

Densitas =

B A
Volume Sampel dalam Piknometer

x. 3.4. Rangkaian Alat

y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag. Gambar 3.1 Rangkaian Alat Proses Refluks
ah.
ai.
aj.

ak.

al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar. Gambar 3.2 Rangkaian Alat Proses Destilasi
as.

at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
az. Gambar 3.3 Rangkaian Alat Proses Pemisahan

ba.

bb.

bc.

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil Praktikum


bd.
Tabel 4.1 Hasil praktikum pembuatan ester :
be.

bf. Perlakuan

bg. Hasil

N
bh.

bi. Etanol 60 ml ditambahkan 40 ml asam

bj. Larutan

1
bk.

asetat serta 10 ml asam sulfat


bl. Campuran di refluks dan di destilasi

dan homogen
bm. Larutan bening

2
bn.

bo. Hasil

dan berbau balon


bp. Terbentuk
3

destilat

ditambahkan

Na 2CO3

padat

bening

lapisan,

lapisan

bawah

adalah

Na2CO3

yang

tidak

larut,

lapisan
adalah

tengah
air

lapisan

dan
atas

bq.

br. Etil asetat yang didapat dicampurkan

adalah etil asetat


bs. Didapat volume

4
bt.

dengan CaCl2
bu. Densitas etil asetat diukur serta dihitung

etil asetat 18 ml
bv. Densitas : 0,911

rendemen

gr/ml
bw. Rendemen

26,24%
bx.

4.2 Pembahasan
by.

Pada proses pembuatan etil asetat, mula-mula etanol sebanyak 60 ml dan

asam asetat sebanyak 40 ml dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat. Untuk
menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, kesetimbangan harus digeser kearah
kanan (produk) dengan cara penambahan volume pada reaktan. Dalam percobaan ini,
etanol direaksikan dalam jumlah yang besar dengan asam asetat dalam labu didih.

Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi sebanyak 10 ml secara perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar
campuran cepat menjadi homogen. Kemudian campuran didalam labu didih yang berisi
larutan tersebut didinginkan dengan air dan digoyang sempurna. Hal ini dimaksudkan
agar labu didih tidak pecah, karena panas yang terjadi disebabkan reaksi eksoterm akibat
penambahan H2SO4. Larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks terbalik
selama 70 menit dengan rentang suhu 68. Maksud dari refluks terbalik ialah larutan
yang menguap dari labu didih akan masuk ke kondensor, dan akan kembali lagi ke labu
didih. Pada saat refluks suhu harus dijaga konstan pada rentang 68oC. Jika suhu terlalu
rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan
menguap, karena titik didih etanol adalah 78,3. Setelah 180 menit, kemudian larutan
didinginkan. Kemudian larutan didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76 oC.
Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil asetat dan etanol dengan komponen lain
berdasarkan perbedaan titik didih.
bz.

Setelah proses destilasi selesai, hasil destilasi itu dicuci dengan Na 2CO3

20% padatan sebanyak 4,025 gram. Dari hasil percobaan terlihat bahwa terbentuk tiga
lapisan yaitu lapisan bawah merupakan Na 2CO3 padatan, lapisan tengah merupakan air
dan lapisan atas merupakan etil asetat. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pada
ketiga senyawa ini (berat jenis air 1 gr/cm3, etil asetat 0,89 gr/cm3).
ca.

Volume etil asetat yang diperoleh adalah18 ml dan secara stoikiometri

adalah 68,60 ml, sehingga rendemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah 26,24%.
Rendemen yang diperoleh kecil karena etanol yang digunakan berlebih, karena
pengunaan etanol memperkecil konversi dari asam asetat namun memperbesar
pembentukan hasil sampingan yaitu air. Dan juga karena penambahan H 2SO4 sebagai
katalis banyak, sehingga dapat mempercepat pembentukan reaksi.
cb.

Densitas yang diperoleh dari hasil percobaan adalah 0,911gr/ml. Hasil

percobaan dapat disimpulkan adalah etil asetat karena densitasnya tidak jauh beda dengan
densitas etil asetat referensi yaitu 0,897 gr/ml. Sedangkan rendemen etil asetat yang
didapat dari hasil percobaan adalah 26,24%. Hal ini dikarenakan volume produk yang
didapat dari hasil percobaan lebih sedikit dibandingkan volume perhitungan etil asetat
secara stoikiometri. Volume etil asetat yang didapat dari hasil percobaan lebih kecil
diakibatkan reaktan asam asetat yang akan dikonversi menjadi etil asetat sedikit, sehingga
menghasilkan produk dalam jumlah yang sedikit. Namun asam asetat yang dikonversikan

terbilang sempurna. Hal ini dikarenakan kesetimbangan telah bergeser ke kanan akibat
penambahan reaktan yaitu etanol 60 ml sedangkan etanol 40 ml (Siti, 2010).
cc.
cd.
ce.
cf.

Grafik Laju Alir terhadap Waktu


48
47
46
45

Laju Alir (ml/s) 44


43
42
41
0

20

40

60

80

100

120

140

160

180

Waktu (s)

cg.

Pada proses refluks ini terjadi reaksi antara asam asetat dengan etanol

untuk menghasilkan ester (etil asetat). Selama proses refluks digunakan kondensor untuk
melakukan pemanasan dan kondensasi dase uap secara berulang-ulang. Sehingga
didapatkan hasil yang maksimal terhadap ester. Air mengalir ke dalam kondensor dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Dari grafik laju alir yang diukur pada refluks selama 3 jam
didapatkan bahwa laju alir per 10 menit mengalami naik turun. Naik turunnya laju alir

200

yang melewati kondensor mempengaruhi pembentukan etil asetat yang didapatkan.


Karena suhu dalam kondensor diharapkan stabil untuk dapat melakukan pendinginan
terhadap fase uap yang terjadi pada proses refluks. Semakin besar laju alir yang melewati
kondensor maka semakin menurunkan suhu pada kondensor sehingga pendinginan
berjalan dengan baik. Dan hasil etil asetat yang didapatkan pada laju alir yang meningkat
akan menghasilkan banyak etil asetat. Karena terjadinya proses kondensasi fase uap yang
besar sehingga menghasilkan etil asetat yang banyak. Dan jika laju alir kecil, maka akan
meningkatkan suhu pada kondensor dan memperkecil proses kondensasi fase uap pada
proses refluks, sehingga etil asetat yang dihasilkan akan sedikit.
ch.

Grafik Laju Alir terhadap Waktu


48
47
46
45

Laju Alir (ml/s)

44
43
42
41

20

40

60

80

100

120

Waktu (s)

ci.

Hasil dari proses refluks tadi didestilasi lagi sehingga menghasilkan


destilat yang lebih murni terpisah dari pengotor atau dengan tujuan
mendapatkan ester (etil asetat) yang lebih murni. Pada proses destilasi
dilakukan selama 2 jam yang bertujuan untuk memperoleh etil asetat yang

140

murni hasil esterifikasi. Berdasarkan yang digambarkan oleh grafik,


menunjukkan bahwa laju alir yang mengalir selama proses destilasi ke dalam
kondensor mengalami naik turun dengan penurunan dan penaikan laju alir
yang cukup jauh. Hal ini mempengaruhi proses pembentukan etil asetat yang
murni. Tujuan mengalirkan air pada kondensor adalah melakukan kondensasi
pendinginan fase uap pada kondensor selama proses destilasi pada suhu 74C76C. Semakin cepat laju alir yang melewati kondensor maka semakin besar
proses kondensasi fase uap sehingga pendinginan berjalan dengan lancer. Dan
hasil destilasi lebih murni.
cj.
ck.
cl.
cm.
cn.
co.
cp.

cq.
cr.
cs.

5.1.

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

Kesimpulan

Dari hasil praktikum diatas dapat disimpulkan bahwa :


1. Reaksi antara 40 ml asam asetat dan 60 ml etanol merupakan reaksi
esterifikasi yang diproses melalui refluks dan destilasi menghasilkan volume
etil asetat murni 18 ml.
2. Rendemen yang diperoleh dari hasil praktikum adalah 26,24% dan densitas
0,911 gr/ml.

ct.

5.2.

Saran

1. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka reaktan perlu diperbesar. Mol
reaktan berlebih dan mol reaktan pembatas diperbesar.
2. Lebih memahami lagi berbagai hal tentang proses esterifikasi.

3. Pada pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan, karena
apabila suhu terlalu tinggi dan terlalu rendah, maka ester yang ingin kita buat
tidak akan terbentuk.
4. Dalam pemasangan alat harus dilakukan dengan benar karena pada saat
destilasi apabila pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat akan
menguap sehingga hasil yang didapat akan sedikit.

cu.
cv.
cw.

cx.

DAFTAR PUSTAKA

cy.

cz. Anshory, H,I. 2003.Acuan Pelajaran Kimia. Jakarta: Erlangga


da.

Clark,

J.2007, Pembuatan ester, http://www.chem-is-try.org/materi kimia/sifat

senyawa organik/ester 1/pembuatan ester, 04 April 2016


Etna, N. 2010.Sifat Asam Sulfat sebagai Katalis, 12,252,19
db. Hadyana, A. 1993.Kamus Kimia Organik. Jakarta. DEPDIKBUD
dc. Ismiyati.2011.Proses Esterifikasi Skala Industri.Semarang: Grafindo
dd.

Kirk, R. E, Othmer, D F. 1978.Encyclopedia of Chemical Technology. edisi ketiga.


A Willey Interscience Publicatioin. John Wiley and Sons. Inc. New York

de.

Lutony dan Rahmayati. 1994.Destilasi Minyak Atsiri Jurusan Teknik Kimia


Fakultas Teknologi Industri Institut Sains dan Teknologi AKPRIND. Yogyakarta

df.

Mega, A. 2010.Larutan Kimia Analisis dan Manfaat dalam Kehidupan. Bandung:


Cipta Warsa

dg.

Siti, A,P. 2010.Asam Asetat dan Berbagai Macam Pembuatannya.Yogyakarta: UII

Sri. J. 2013.Kimia SMA/MA Kelas 1 A.Bandung: ESIS

dh.
di.
dj.
dk.
dl.
dm.
dn.
do.
dp.

dq.
dr.
ds.
dt.
du.
dv.
dw.
dx.
dy.
dz.
ea.
eb.
ec.
ed.
ee.
ef.
eg.
eh.
ei.
ej.
ek.
el.

em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.
fh.

fi.

fj. LAMPIRAN B
fk.

1. Densitas

( Berat Piknometer + Minyak ) berat piknometer


volume piknometer

fl.

fm.

(24,84515,735)gr
10 ml

: 0,911 gr/ml

2. Rendemen (%) :

3. Diketahui

fw.

PERHITUNGAN

Ditanya

berat sampel akhir (ml)


berat sampel awal(ml )
18 ml
68,60 ml

fn.

fo.

: 26,24%

: Volume Asam Asetat : 40 ml


fp.

Volume Etanol

: 60 ml

fq.

Mr Asam Asetat

: 60 gr/mol

fr.

Mr Etanol

: 46 gr/mol

fs.

Mr Etil Asetat

: 88 gr/mol

ft.

Asam Asetat

: 1,049 gr/ml

fu.

Etanol

: 0,789 gr/ml

fv.

Etil Asetat

: 0,897 gr/ml

: Volume etil asetat?

fx.

Jawab

: Mol asam asetat:

fy.

m=Vx

fz.

ga.

gb.

= 40 x 1,049 = 41,96 gram


n=

gr
41,96
=
Mr
60 = 0,699 mol

mol etanol : m = V x

gc.

= 0,789 x 60 = 47,34 gram


gr
Mr =

47,34
46 = 1,029 mol

gd.

n=

ge.

CH3COOH + C2H5OH CH3COOC2H5 + H2O

gf. m

: 0,699

1,029

gg. r

: 0,699

0,699

0,699

0,699

gh. s

0,330

0,699

0,699

gi.
gj. Massa etil asetat : n x Mr = 0,699 x 88 = 61,54 gram

gk. Volume etil asetat :

gl.
gm.
gn.
go.
gp.

m
=

61,54
0,897 = 68,60 ml

gq.
gr.
gs.
gt.

gu.
gv.

LAMPIRAN C
DOKUMENTASI

gw.
gx.
gy.
gz.
ha.
hb.
hc.
hd.

Gambar 1. Rangkaian
kondensor
terbalik pada
he.
proses refluks

hf.
hg.
hh.
hi.
hj.

alat
saat

Gambar 2. Rangkaian alat pada


saat proses destilasi

hk.
hl.
hm.
Gambar 3. Etil asetat hasil proses
hn.
destilasi

Gambar 4. Etil asetat ditambahkan


NA2CO3

ho.
hp.
hq.

Gambar 5. Pada saat proses


penyaringan setelah di tambah
Na2CO3

Gambar 7. Proses penambahan


CaCl2

Gambar 6.
Etil asetat
membentuk dua lapisan setelah
ditambah CaCl2

Gambar 5. Pada saat proses


penyaringan setelah di tambah
Na2CO3

Anda mungkin juga menyukai