Genap/2016
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Indonesia adalah negara berkembang dimana sektor industri kecil maupun industri
1.2.
1.
2.
Tujuan Praktikum
Tujuan dari praktikum reaksi esterifikasi Pembuatan Etil Asetat yaitu:
Mempelajari reaksi esterifikasi terhadap asam karboksilat.
Membuat etil asetat dalam skala labor.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Etanol
Etanol disebut juga etil alkohol, alkohol murni, alkohol absolut atau alkohol saja
adalah sejenis cairan yang mudah menguap, mudah terbakar, tidak berwarna dan
merupakan alkohol yang paling sering digunakan dalam kehidupan sehari hari. Etanol
adalah suatu obat rekreasi yang paling tua. Etanol banyak digunakan sebagai pelarut
sebagai bahan bahan kimia yang di tunjukan untuk konsumsi dan kegunaan manusia.
Contohnya adalah pada parfum, perasa, pewarna makanan, dan obatobatan. Dalam
kimia etanol adalah pelarut yang penting sekaligus sebagai stok umpan untuk sintesis
senyawa kimia lainnya. Dalam sejarahnya etanol telah lama digunakan sebagai bahan
bakar. Sifat fisika dan kimia etanol sebagai berikut. Etil asetat juga mempunyai Rumus
molekul etanol C2H5OH atau rumus empiris C2H6O. Sifat-sifat fisik etanol antara lain
massa molekul relatif sebesar 46,07 gr/mol. Titik beku etanol adalah -114,1 oC dan titik
didih normal 78,32oC (Clark, 2007).
Etanol termasuk dalam alkohol primer, yang berarti bahwa karbon yang berikatan
dengan gugus Hidroksil paling tidak memiliki 2 Hidrogen atom yang terikat dengannya
juga. Reaksi kimia yang dijalankan oleh ethanol kebanyakan pada fungsi gugus Hidroksil
(Clark, 2007).
kalsium klorida, amonium klorida, amonium bromida, dan natrium bromida. Natrium
klorida dan kalium klorida sedikit larut dalam etanol. Oleh karena etanol juga memiliki
rantai karbon nonpolar, ia juga larut dalam senyawa nonpolar, meliput kebanyakan
minyak atsiri dan banyak perasa, pewarna, dan obat. Ikatan hidrogen menyebabkan etanol
murni sangat higroskopis, sedemikiannya ia akan menyerap air dari udara. Selain etanol
orang mengenalnya dengan alkohol atau minuman yang beralkohol. ini di sebabkan
karena adanya etanol sebagai bahan utama atau zat utama dari etanol tersebut bukan
metanol ataupun yang lainnya. Dalam segala apapun yang terikat pada atom karbon, dan
yang memiliki gugus hidroksil (-OH) di dalam kimia alkohol juga dikenal dengan
senyawa organik. Etanol yang berarti alkohol ini sering banyak di gunakkan dalam ilmu
farmasi dan ilmu kimai, sehingga jika di hubungkan dengan ilmu farmasi akam memiliki
arti tersendiri yang lebih luas. Dalam kimia etanol adalah pelarut penting dan di gunakan
untuk stok senyawa sintetis lainnya dan etanol juga dapat digunakkan sebagai baham
bakar (Clark, 2007).
Etanol digunakan sebagai pelarut karena untuk konsumsi dan penggunaan pada
manusia contohnya penggunaan pada pemakain pewarna makanan, perasa, obat-obatan
serta dapat digunakan juga sebagai parfum. Etanol adalah salah satu pelarut yang sangat
serbaguna, dia dapat larut dalam air dan pelarut organik lainnya, meliputi asam asetat,
aseton, benzena, karbon tetraklorida, kloroform, dietileter, etilena glikol, gliserol,
nitrometana, piridina, dan toluena. Selain dapat larut dalam pelarut organic dan dalam air
aetanol juga larut dalam hidrokarbon alifatik yang ringan, seperti pentana dan heksana,
dan juga larut dalam senyawa klorida alifatik seperti trikloroetana dan tetrakloroetilena.
Sifat- sifat etanol berdasarkan sifat kimia dapat berupa reaksi asam basa, halogenasi,
pembuatan ester, dehidrasi, oksidasi, pembakaran.
Sedangkan sifat-sifat fisika etanol dipengaruhi oleh keberadaan gugus hidroksil
pendeknya rantai karbon etanol. Gugus hidroksil dapat berpartisipasi ke dalam ikatan
hidrogen, sehingga membuatnya cair dan lebih sulit menguap dari pada senyawa organik
lainnya dengan massa molekul yang sama. Etanol adalah energi terbarukan sumber
karena energi yang dihasilkan dengan menggunakan sumber daya, sinar matahari, yang
tidak dapat habis. Pembuatan etanol dimulai dengan fototsintesis menyebabkan bahan
baku, seperti tebu atau gandum seperti jagung (jagung), untuk tumbuh. Ini bahan baku
diproses menjadi etanol (Clark, 2007).
Saat ini, proses generasi pertama untuk produksi etanol dari jagung menggunakan
hanya sebagian kecil dari tanaman jagung: kernel jagung yang diambil dari tanaman
jagung dan hanya pati, yang mewakili sekitar 50% dari massa kernel kering, berubah
menjadi etanol. Dua jenis proses generasi kedua sedang dalam pengembangan. Jenis
pertama menggunakan enzim dan ragi fermentasi untuk mengkonversi selulosa tanaman
menjadi etanol sedangkan tipe kedua menggunakan pirolisis untuk mengkonversi seluruh
pabrik baik cair bio-minyak atau syngas . Proses generasi kedua juga dapat digunakan
dengan tanaman seperti rumput, kayu atau bahan limbah pertanian seperti jerami. Etanol
Mudah Terbakar. Sebuah solusi etanol-air yang mengandung 40% ABV akan terbakar jika
dipanaskan sampai sekitar 79F (26C)dan jika sumber pengapian diterapkan untuk itu.
Para titik nyala etanol murni adalah 61,88F (16,60C), kurang dari suhu ruangan ratarata.
Minuman beralkohol yang memiliki konsentrasi rendah etanol akan terbakar jika
cukup dipanaskan dan sumber pengapian (seperti percikan lisrtik atau pertandingan) yang
diterapkan kepada mereka. Misalnya, titik nyala anggur biasa yang mengandung etanol
12,5% adalah sekitar 125F (52C). Etanol meleleh pada -114,1C, mendidih pada
78,5C, dan memiliki densitas 0,789 g / mL pada 20 C. Titik beku yang rendah memiliki
membuatnya berguna sebagai cairan dalam termometer untuk suhu di bawah -40C, titik
beku air raksa, dan untuk lainnya suhu rendah keperluan, seperti untuk antibeku dalam
radiator molekul (Clark, 2007).
Nama
Asam etanoat, asam asetat
Asam metana karboksilat, asam cuka
CH3COOH
60,05 gr/mol
16,5 oC
2.2.1
bereaksi asam
Asam asetat larut dalam air dengan suhu
20C
2.2.2
Asam asetat merupakan sumber utama dalam pembuatan garam, derivat dan ester
asam asetat. Asam asetat dapat digunakan sebagai pelarut zat organik yang baik dan
untuk membuat selulosa asetat yang dibutuhkan untuk pembuatan film, rayon, dan
selofan. Asam asetat dapat juga digunakan sebagai pengawet, bumbu-bumbu masak atau
penambah rasa masakan, untuk membuat aneka ester, zat warna dan propanon (Siti,
2010).
sangat
eksotermis
Sangat kuat sebagai dehidrator
2.4. Esterifikasi
Reaksi esterifikasi adalah suatu reaksi antara asam karboksilat dan alkohol
membentuk ester. Esterifikasi dapat dikatalis oleh kehadiran ion H +. Asam belerang sering
digunakan sebagai suatu katalisator untuk reaksi ini. Nama ester berasal dari essig-ather
jerman, sebuah nama kuno untuk menyebut etil asam cuka ester atau asam cuka etil
(Anshory, 2003).
Seperti kebanyakan reaksi aldehida dan keton, esterifikasi suatu asam karboksilat
berlangsung melalui serangkaian tahap protonasi dan detonasi. Oksigen karbonil
diprotonasi, alkohol nukleofilik menyerang karbon positif dan eliminasi air akan
menghasilkan ester (Anshory, 2003).
Beberapa macam metode esterifikasi antara lain (Hadyana, 1993):
1. Cara Fischer
Jika asam karboksilat dan alkohol dan katalis asam (biasanya HCl atau H 2SO4)
dipanaskan, terdapat kesetimbangan dengan ester dan air.
Mekanisme reaksi esterifikasi Fischer terdiri dari beberapa langkah :
a. Transfer Proton dari katalis asam ke atom oksigen karbonil, sehingga
meningkatkan elektrofilisitas dari atom karbon kabonil
b. Atom karbon karbonil kemudian diserang oleh atom oksigen dari alkohol,
yang bersifat nukleofilik sehingga terbentuk ion oksonium
c. Terjadi pelepasan proton dari gugus hidroksil milik alkohol, menghasilkan
kompleks teraktivasi
d. Protonasi terhadap salah satu gugus hidroksil, yang diikuti oleh pelepasan
molekul air menghasilkan ester
2. Esterifikasi dengan asil halida
Asil halida adalah turunan asam karboksilat yang paling reaktif. Asil klorida lebih
murah dibandingkan dengan asil halida lain. Asil halida biasanya dibuat dari asam
dengan tionil klorida atau fosfor pentaklorida.
3. Esterifikasi antara asam karboksilat dengan conjugated diene
Esterifikasi dengan menggunakan asam karboksilat dan conjugated diene yang
tidak disertai oksigen yang disertai katalis asam saat ini juga telah banyak
dikembangkan. Hal ini dikarenakan conjugated diene merupakan salah satu bahan
yang mudah didapat dan harga yang relative yang lebih murah. Conjugated diene yang
sering
digunakan
yaitu
1,3-butadiene,
2-methyl-1,3-butadiene,
2-chloro-1,3-
yang lama. Selain itu katalis heterogen meningkatkan kemurnian hasil karena reaksi
samping dapat dieliminasi. Contoh-contoh dari katalis heterogen adalah zeolit, oksida
logam, dan resin ion exchange. Katalis basa seperti KOH dan NaOH lebih efisien
dibanding dengan katalis asam pada reaksi transesterifikasi. Transmetilasi terjadi kirakira 4000 kali lebih cepat dengan adanya katalis basa dibanding katalis asam dengan
jumlah yang sama. Untuk alasan ini dan dikarenakan katalis basa kurang korosif
terhadap
peralatan
industri
dibanding
katalis
asam,
maka
sebagian
besar
reaksi.
Lebih
banyak
metanol
yang
digunakan,
maka
semakin
memungkinkan reaktan untuk bereaksi lebih cepat. Secara umum, proses alkoholisis
menggunakan alkohol berlebih sekitar 1,2-1,75 dari kebutuhan stoikiometrisnya.
Perbandingan volume antara minyak dan metanol yang dianjurkan adalah 1 : 4.
10
2.5. Destilasi
Destilasi atau penyulingan adalah suatu metode pemisahanbahan kimia
berdasarkan perbedaan kecepatan atau kemudahan menguap (volatilitas) bahan. Dalam
penyulingan, campuran zat dididihkan sehingga menguap, dan uap ini kemudian
didinginkan kembali ke dalam bentuk cairan. Zat yang memiliki titik didih lebih rendah
akan menguap lebih dulu. Metode ini termasuk sebagai unit operasi kimia jenis
perpindahan massa. Penerapan proses ini didasarkan pada teori bahwa pada suatu larutan,
masing-masing komponen akan menguap pada titik didihnya. Model ideal destilasi
didasarkan pada Hukum Raoult dan Hukum Dalton (Lutony, 1994).
Salah satu penerapan terpenting dari metode destilasi adalah pemisahan minyak
mentah menjadi bagian-bagian untuk penggunaan khusus seperti untuk transportasi,
pembangkit listrik, pemanas, dll. Udara didestilasi menjadi komponen-komponen seperti
11
oksigen untuk penggunaan medis dan helium untuk pengisi balon. Destilasi juga telah
digunakan sejak lama untuk pemekatanalkohol dengan penerapan panas terhadap larutan
hasil fermentasi untuk menghasilkan minuman suling. Jenis-jenis destilasi terbagi dalam
3 jenis, yaitu (Lutony & Rahmayati, 1994) :
a. Destilasi Air
Pada metode ini, bahan tanaman yang akan disuling mengalami kontak langsung
dengan air mendidih. Bahan dapat mengapung diatas air atau terendam secara sempurna,
tergantung pada berat jenis dan jumlah bahan yang disuling. Ciri khas metode ini yaitu
adanya kontak langsung antara bahan dan air mendidih. Oleh karena itu, sering disebut
penyulingan langsung. Penyulingan dengan cara langsung ini dapat menyebabkan
banyaknya rendemen minyak yang hilang (tidak tersuling) dan terjadi pula penurunan
mutu minyak yang diperoleh.
b. Destilasi uap
Model ini disebut juga penyulingan uap atau penyulingan tak langsung. Pada
prinsipnya, model ini sama dengan penyulingan langsung. Hanya saja, air penghasil uap
tidak diisikan bersama-sama dalam ketel penyulingan. Uap yang digunakan berupa uap
jenuh atau uap kelewat panas dengan tekanan lebih dari 1 atmosfer.
c. Destilasi uap-air
Pada model penyulingan ini, bahan tanaman yang akan disuling diletakkan di atas
rak-rak atau saringan berlubang. Kemudian ketel penyulingan diisi dengan air sampai
permukaannya tidak jauh dari bagian bawah saringan. Ciri khas model ini yaitu uap selalu
dalam keadaan basah, jenuh, dan tidak terlalu panas. Bahan tanaman yang akan disuling
hanya berhubungan dengan uap dan tidak dengan air panas.
Menurut (Lutony, 1994) jenis-jenis destilasi dan prosesnya adalah :
1) Destilasi Sederhana : prinsipnya memisahkan dua atau lebih komponen cairan .
2) Destilasi Fraksionasi (Bertingkat) : sama prinsipnya dengan destilasi sederhana ,
hanya destilasi bertingkat ini memiliki rangkaian alat kondensor yang lebih baik,
sehingga mampu memisahkan dua komponen yang memiliki titik didih yang
berdekatan.
3) Distilasi Azeotrop: memisahkan campuran azeotrop (campuran dua atau lebih
komponen yang sulit di pisahkan), biasanya dalam prosesnya digunakan senyawa
lain yang dapat memecah ikatan azeotrop tersebut, atau dengan menggunakan
tekanan tinggi.
12
4) Distilasi Kering : memanaskan material padat untuk mendapatkan fasa uap dan
cairnya. Biasanya digunakan untuk mengambil cairan bahan bakar dari kayu atau
batu bata.
5) Distilasi vakum: memisahkan dua komponen yang titik didihnya sangat tinggi ,
metode yang
rendah dari
atm,
prosesnya suhu yang digunakan untuk mendistilasinya tidak perlu terlalu tinggi.
2.6.
Etil Asetat
Etil asetat adalah senyawa organik dengan rumus molekul CH3COOC2H5.
Senyawa ini berwujud cairan tak berwarna, memiliki aroma khas. Etil asetat adalah
pelarut polar menengah yang volatil (mudah menguap), tidak beracun, dan tidak
higroskopis. Produk turunan dari asam asetat ini memiliki banyak kegunaan seperti
pengaroma buah danpemberi rasa seperti untuk es krim, kue, kopi, teh atau juga untuk
parfum, digunakan pada industri tinta cetak, cat dan tiner, lem, PVC film, polimer cair
dalam industri kertas, serta banyak industri penyerap lainnya seperti industri farmasi, dan
sebagainya.
Etil asetat dapat disintesis melalui reaksi esterifikasi fischer dari asam asetat dan
etanol, biasanya disertai katalis asam seperti asam sulfat. Reaksinya adalah sebagai
berikut :
Etanol + Asam Asetat
Katalisasam
C2H5OH + CH3COOH
H SO
2 4
Keterangan
Polar menengah yang volatile (mudah
menguap)
Tidak beracun dan tidak higrokopis
Ikatan hidrogen yang lemah dan bukan
suatu donor ikatan hidrogen karena tidak
adanya proton yang bersifat asam (yaitu
hidrogen
yang
13
terikat
pada
atom
Kelarutan
Dalam kasus terjadi kontak, segera siram mata dengan banyak air sekurang kurangnya 15
menit. Air dingin dapat digunakan. Dapatkan perawatan medis dengan segera. Bila terjadi
kontak kulitsegera basuh kulit dengan banyak air sedikitnya selama 15 menit dengan
mengeluarkan pakaian yang terkontaminasi dan sepatu. Tutupi kulit yang teriritasi dengan
yang sesuatu melunakkan. Air dingin mungkin dapat digunakan cuci sebelum digunakan
kembali. benar-benar bersih sepatu sebelum digunakan kembali. Dapatkan perawatan
medis dengan segera. Jika terkena kontak kulit serius cuci dengan sabun desinfektan dan
menutupi kulit terkotaminasi dengan krim anti-bakteri. Jika terhirup, pindahkan ke udara
segar. Jika tidak bernapas, berikan pernapasan buatan. Jika sulit bernapas, berikan
oksigen. Bila serius terhirup evakuasi korban ke daerah yang aman secepatnya.
Longgarkan pakaian yang ketat seperti kerah, dasi, ikat pinggang atau ikat pinggang. jika
14
sulit bernapas, beri oksigen. Jika korban tidak bernafas, lakukan pernafasan dari mulut ke
mulut (Hadyana, 1993).
BAB III
METODOLOGI PRAKTIKUM
3.1. Alat Alat yang Digunakan
a.
b.
c.
d.
e.
f.
g.
o.
h.
i.
j.
k.
l.
m.
n.
Etanol 96%
Natrium Karbonat (Na2CO3) 20%
Asam asetat (CH3COOH)
Asam Sulfat Pekat
CaCl2 Anhidrat
Vaseline
q.
jika ada.
Dilakukan pencatatan volume etil asetat sebelum pencucian dilakukan. Lapisan
ester dicuci dengan Na2CO3 20% didalam corong pisah. Akan terbentuk dua
lapisan, lapisan bawah dibuang sedangkan lapisan atas merupakan etil asetat.
g. Etil asetat yang didapat ditambahkan dengan 5 gram CaCl 2 anhidrat didalam
gelas piala dan diaduk dengan spatula. Kemudian disaring dengan kertas
saring.
h. Dilakukan destilasi kembali terhadap ester yang dihasilkan, destilat
i.
s.
t.
% rendemen =
x 100%
u.
v.
w.
Densitas =
B A
Volume Sampel dalam Piknometer
y.
z.
aa.
ab.
ac.
ad.
ae.
af.
ag. Gambar 3.1 Rangkaian Alat Proses Refluks
ah.
ai.
aj.
ak.
al.
am.
an.
ao.
ap.
aq.
ar. Gambar 3.2 Rangkaian Alat Proses Destilasi
as.
at.
au.
av.
aw.
ax.
ay.
az. Gambar 3.3 Rangkaian Alat Proses Pemisahan
ba.
bb.
bc.
BAB IV
bf. Perlakuan
bg. Hasil
N
bh.
bj. Larutan
1
bk.
dan homogen
bm. Larutan bening
2
bn.
bo. Hasil
destilat
ditambahkan
Na 2CO3
padat
bening
lapisan,
lapisan
bawah
adalah
Na2CO3
yang
tidak
larut,
lapisan
adalah
tengah
air
lapisan
dan
atas
bq.
4
bt.
dengan CaCl2
bu. Densitas etil asetat diukur serta dihitung
etil asetat 18 ml
bv. Densitas : 0,911
rendemen
gr/ml
bw. Rendemen
26,24%
bx.
4.2 Pembahasan
by.
asam asetat sebanyak 40 ml dimasukkan kedalam labu didih dasar bulat. Untuk
menghasilkan produk dalam jumlah yang besar, kesetimbangan harus digeser kearah
kanan (produk) dengan cara penambahan volume pada reaktan. Dalam percobaan ini,
etanol direaksikan dalam jumlah yang besar dengan asam asetat dalam labu didih.
Kemudian ditambah dengan asam sulfat pekat yang berfungsi sebagai katalis untuk
mempercepat reaksi sebanyak 10 ml secara perlahan-lahan. Hal ini bertujuan agar
campuran cepat menjadi homogen. Kemudian campuran didalam labu didih yang berisi
larutan tersebut didinginkan dengan air dan digoyang sempurna. Hal ini dimaksudkan
agar labu didih tidak pecah, karena panas yang terjadi disebabkan reaksi eksoterm akibat
penambahan H2SO4. Larutan tersebut dipanaskan dengan kondensor refluks terbalik
selama 70 menit dengan rentang suhu 68. Maksud dari refluks terbalik ialah larutan
yang menguap dari labu didih akan masuk ke kondensor, dan akan kembali lagi ke labu
didih. Pada saat refluks suhu harus dijaga konstan pada rentang 68oC. Jika suhu terlalu
rendah maka reaksi tidak akan sempurna dan jika suhu terlalu tinggi, maka etanol akan
menguap, karena titik didih etanol adalah 78,3. Setelah 180 menit, kemudian larutan
didinginkan. Kemudian larutan didestilasi sampai didapat destilat pada suhu 74-76 oC.
Proses destilasi ini bertujuan memisahkan etil asetat dan etanol dengan komponen lain
berdasarkan perbedaan titik didih.
bz.
Setelah proses destilasi selesai, hasil destilasi itu dicuci dengan Na 2CO3
20% padatan sebanyak 4,025 gram. Dari hasil percobaan terlihat bahwa terbentuk tiga
lapisan yaitu lapisan bawah merupakan Na 2CO3 padatan, lapisan tengah merupakan air
dan lapisan atas merupakan etil asetat. Hal ini terjadi karena perbedaan berat jenis pada
ketiga senyawa ini (berat jenis air 1 gr/cm3, etil asetat 0,89 gr/cm3).
ca.
adalah 68,60 ml, sehingga rendemen yang diperoleh dari percobaan ini adalah 26,24%.
Rendemen yang diperoleh kecil karena etanol yang digunakan berlebih, karena
pengunaan etanol memperkecil konversi dari asam asetat namun memperbesar
pembentukan hasil sampingan yaitu air. Dan juga karena penambahan H 2SO4 sebagai
katalis banyak, sehingga dapat mempercepat pembentukan reaksi.
cb.
percobaan dapat disimpulkan adalah etil asetat karena densitasnya tidak jauh beda dengan
densitas etil asetat referensi yaitu 0,897 gr/ml. Sedangkan rendemen etil asetat yang
didapat dari hasil percobaan adalah 26,24%. Hal ini dikarenakan volume produk yang
didapat dari hasil percobaan lebih sedikit dibandingkan volume perhitungan etil asetat
secara stoikiometri. Volume etil asetat yang didapat dari hasil percobaan lebih kecil
diakibatkan reaktan asam asetat yang akan dikonversi menjadi etil asetat sedikit, sehingga
menghasilkan produk dalam jumlah yang sedikit. Namun asam asetat yang dikonversikan
terbilang sempurna. Hal ini dikarenakan kesetimbangan telah bergeser ke kanan akibat
penambahan reaktan yaitu etanol 60 ml sedangkan etanol 40 ml (Siti, 2010).
cc.
cd.
ce.
cf.
20
40
60
80
100
120
140
160
180
Waktu (s)
cg.
Pada proses refluks ini terjadi reaksi antara asam asetat dengan etanol
untuk menghasilkan ester (etil asetat). Selama proses refluks digunakan kondensor untuk
melakukan pemanasan dan kondensasi dase uap secara berulang-ulang. Sehingga
didapatkan hasil yang maksimal terhadap ester. Air mengalir ke dalam kondensor dengan
kecepatan yang berbeda-beda. Dari grafik laju alir yang diukur pada refluks selama 3 jam
didapatkan bahwa laju alir per 10 menit mengalami naik turun. Naik turunnya laju alir
200
44
43
42
41
20
40
60
80
100
120
Waktu (s)
ci.
140
cq.
cr.
cs.
5.1.
BAB V
Kesimpulan
ct.
5.2.
Saran
1. Untuk memperoleh hasil yang maksimal, maka reaktan perlu diperbesar. Mol
reaktan berlebih dan mol reaktan pembatas diperbesar.
2. Lebih memahami lagi berbagai hal tentang proses esterifikasi.
3. Pada pembuatan ester kita harus menjaga suhunya agar konstan, karena
apabila suhu terlalu tinggi dan terlalu rendah, maka ester yang ingin kita buat
tidak akan terbentuk.
4. Dalam pemasangan alat harus dilakukan dengan benar karena pada saat
destilasi apabila pemasangan kondensor tidak rapat, maka etil asetat akan
menguap sehingga hasil yang didapat akan sedikit.
cu.
cv.
cw.
cx.
DAFTAR PUSTAKA
cy.
Clark,
de.
df.
dg.
dh.
di.
dj.
dk.
dl.
dm.
dn.
do.
dp.
dq.
dr.
ds.
dt.
du.
dv.
dw.
dx.
dy.
dz.
ea.
eb.
ec.
ed.
ee.
ef.
eg.
eh.
ei.
ej.
ek.
el.
em.
en.
eo.
ep.
eq.
er.
es.
et.
eu.
ev.
ew.
ex.
ey.
ez.
fa.
fb.
fc.
fd.
fe.
ff.
fg.
fh.
fi.
fj. LAMPIRAN B
fk.
1. Densitas
fl.
fm.
(24,84515,735)gr
10 ml
: 0,911 gr/ml
2. Rendemen (%) :
3. Diketahui
fw.
PERHITUNGAN
Ditanya
fn.
fo.
: 26,24%
Volume Etanol
: 60 ml
fq.
Mr Asam Asetat
: 60 gr/mol
fr.
Mr Etanol
: 46 gr/mol
fs.
Mr Etil Asetat
: 88 gr/mol
ft.
Asam Asetat
: 1,049 gr/ml
fu.
Etanol
: 0,789 gr/ml
fv.
Etil Asetat
: 0,897 gr/ml
fx.
Jawab
fy.
m=Vx
fz.
ga.
gb.
gr
41,96
=
Mr
60 = 0,699 mol
mol etanol : m = V x
gc.
47,34
46 = 1,029 mol
gd.
n=
ge.
gf. m
: 0,699
1,029
gg. r
: 0,699
0,699
0,699
0,699
gh. s
0,330
0,699
0,699
gi.
gj. Massa etil asetat : n x Mr = 0,699 x 88 = 61,54 gram
gl.
gm.
gn.
go.
gp.
m
=
61,54
0,897 = 68,60 ml
gq.
gr.
gs.
gt.
gu.
gv.
LAMPIRAN C
DOKUMENTASI
gw.
gx.
gy.
gz.
ha.
hb.
hc.
hd.
Gambar 1. Rangkaian
kondensor
terbalik pada
he.
proses refluks
hf.
hg.
hh.
hi.
hj.
alat
saat
hk.
hl.
hm.
Gambar 3. Etil asetat hasil proses
hn.
destilasi
ho.
hp.
hq.
Gambar 6.
Etil asetat
membentuk dua lapisan setelah
ditambah CaCl2