Anda di halaman 1dari 22

Perpus Kecilku

Beranda

Rabu, 04 Juni 2014

Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan


Threats)

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
.Analisis SWOT (Strengths, Weaknesses, Opportunities, and Threats) telah menjadi
salah satu alat yang berguna dalam dunia industri. Namun demikian tidak menutup
kemungkinan untuk digunakan sebagai aplikasi alat bantu pembuatan keputusan
dalam pengenalan program-program baru di lembaga pendidikan. Proses penggunaan
manajemen analisis SWOT menghendaki adanya suatu survei internal tentang
strengths (kekuatan) dan weaknesses (kelemahan) program, serta survei eksternal atas
opportunities (ancaman) dan threats (peluang/kesempatan). Pengujian eksternal dan
internal yang terstruktur adalah sesuatu yang unik dalam dunia perencanaan dan
pengembangan kurikulum lembaga pendidikan.
Lingkungan eksternal mempunyai dampak yang sangat berarti pada sebuah
lembaga pendidikan. Selama dekade terakhir abad ke dua puluh, lembaga-lembaga
ekonomi, masyarakat, struktur politik, dan bahkan gaya hidup perorangan dihadapkan
pada perubahan-perubahan baru. Strategi-strategi baru yang inovatif harus
dikembangkan untuk memastikan bahwa lembaga pendidikan akan melaksanakan
tanggung jawab untuk memenuhi kebutuhan masyarakat mendatang khususnya pada
abad 21 dan setelahnya.
Di dalam makalah ini akan dikupas beberapa hal mengenai SWOT antara lain:
pengertian SWOT, faktor-faktor SWOT, kegunaan SWOT, hubungan SWOT, dan contoh aplikasi
SWOT.
B. Rumusan Masalah

Apa itu analisis SWOT?

Apa faktor-faktor Analisis SWOT?

Apa kegunaan Analisis SWOT?

Bagaimana hubungan antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan Threats dalam


analisis SWOT?
Bagaimana contoh aplikasi SWOT itu?

C. Tujuan Penulisan
Mengetahui pengertian SWOT secara umum dan mampu menjelaskannya.
Mengetahui faktor-faktor dalam Analisis SWOT.

Mengetahui kegunaan Analisis SWOT.

Mampu menjelaskan hubungan antara Strengths, Weaknesses, Opportunities, dan


Threats dalam analisis SWOT.
Mampu menyebutkan contoh aplikasi SWOT.

BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Analisis SWOT


Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk
mengevaluasi kekuatan (strengths), kelemahan (weaknesses), peluang (opportunities),
dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi bisnis. Keempat faktor
itulah yang membentuk akronim SWOT (strengths, weaknesses, opportunities, dan
threats). Proses ini melibatkan penentuan tujuan yang spesifik dari spekulasi bisnis
atau proyek dan mengidentifikasi faktor internal dan eksternal yang mendukung dan
yang tidak dalam mencapai tujuan tersebut.
Menurut Daniel Start dan Ingie Hovland dalam http://subliyanto.wordpress.
com/2012/12/13/analisis-swot/, analisis SWOT adalah instrumen perencanaaan strategis
yang klasik dengan menggunakan kerangka kerja kekuatan dan kelemahan serta
kesempatan ekternal dan ancaman. Instrumen ini memberikan cara sederhana untuk
memperkirakan cara terbaik untuk melaksanakan sebuah strategi. Instrumen ini
menolong para perencana apa yang bisa dicapai, dan hal-hal apa saja yang perlu
diperhatikan oleh mereka.
Metode SWOT pertama kali digunakan oleh Albert Humphrey yang melakukan
penelitian di Stamford University pada tahun 1960-1970 dengan analisa perusahaan
yang bersumber dalam Fortune500. Meskipun demikian, jika ditarik lebih ke belakang
analisa ini telah ada sejak tahun1920-an sebagai bagian dari Harvard Policy Model yang
dikembangkan di HarvardBusiness School. Namun, pada saat pertama kali digunakan
terdapat beberapa kelemahan utama di antaranya analisa yang dibuat masih bersifat
deskriptif serta belum bahkan tidak menghubungkan dengan strategi-strategi yang
mungkin bisadikembangkan dari analisis kekuatan-kelemahan yang telah dilakukan.
Hasil analisis biasanya adalah arahan/rekomendasi untuk mempertahankan
kekuatan dan menambah keuntungan dari peluang yang ada, sambil mengurangi
kekurangan dan menghindari ancaman. Jika digunakan dengan benar, analisis SWOT
akan membantu kita untuk melihat sisi-sisi yang terlupakan atau tidak terlihat selama
ini.
Analisis ini bersifat deskriptif dan terkadang akan sangat subjektif, karena bisa
jadi dua orang yang menganalisis sebuah organisasi akan memandang berbeda
keempat bagian tersebut. Hal ini wajar terjadi, karena analisis SWOT adalah sebuah
analisis yang akan memberikan output berupa arahan dan tidak memberikan solusi
ajaib dalam sebuah permasalahan.
Analisa SWOT dapat diterapkan dengan cara menganalisis dan memilah berbagai
hal yang mempengaruhi keempat faktornya, kemudian menerapkannya dalam gambar
matrik SWOT, di mana aplikasinya adalah bagaimana kekuatan (strengths) mampu
mengambil keuntungan (advantage) dari peluang (opportunities) yang ada, bagaimana
cara mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mencegah keuntungan (advantage) dari

peluang (opportunities) yang ada, selanjutnya bagaimana kekuatan (strengths) mampu


menghadapi ancaman (threats) yang ada, dan terakhir adalah bagimana cara
mengatasi kelemahan (weaknesses) yang mampu membuat ancaman (threats) menjadi
nyata atau menciptakan sebuah ancaman baru.
Analisis SWOT dilakukan dengan maksud untuk mengenali tingkat kesiapan setiap
fungsi dari keseluruhan fungsi yang diperlukan untuk mencapai sasaran yang telah
ditetapkan. Oleh karena tingkat kesiapan fungsi ditentukan oleh tingkat kesiapan
masing-masing faktor yang terlibat pada setiap fungsi, maka analisis SWOT dilakukan
terhadap keseluruhan faktor dalam setiap fungsi tersebut, baik faktor internal maupun
eksternal.
Dalam melakukan analisis terhadap fungsi-fungsi dan faktor-faktornya, maka
berlaku ketentuan berikut: untuk tingkat kesiapan yang memadai, artinya, minimal
memenuhi kriteria kesiapan yang diperlukan untuk mencapai sasaran, dinyatakan
sebagai kekuatan bagi faktor internal atau peluang bagi faktor eksternal. Sedangkan
tingkat kesiapan yang kurang memadai, artinya, tidak memenuhi kriteria kesiapan
minimal, dinyatakan sebagai kelemahan bagi faktor internal atau ancaman bagi faktor
eksternal.
Untuk menentukan kriteria kesiapan, diperlukan kecermatan, kehati-hatian,
pengetahuan, dan pengalaman yang cukup agar dapat diperoleh ukuran kesiapan yang
tepat. Kelemahan atau ancaman yang dinyatakan pada faktor internal dan faktor
eksternal yang memiliki tingkat kesiapan kurang memadai, disebut persoalan. Selama
masih adanya fungsi yang tidak siap atau masih ada persoalan, maka sasaran yang
telah ditetapkan diduga tidak akan tercapai. Oleh karena itu, agar sasaran dapat
tercapai, perlu dilakukan tindakan-tindakan untuk mengubah fungsi tidak siap menjadi
siap. Tindakan yang dimaksud disebut langkah-langkah pemecahan persoalan, yang
pada hakekatnya merupakan tindakan mengatasi kelemahan atau ancaman agar
menjadi kekuatan atau peluang.
Setelah diketahui tingkat kesiapan faktor melalui analisis SWOT, langkah
selanjutnya adalah memilih alternatif langkah-langkah pemecahan persoalan, yakni
tindakan yang diperlukan untuk mengubah fungsi yang tidak siap menjadi fungsi yang
siap dan mengoptimalkan fungsi yang telah dinyatakan siap.
Oleh karena kondisi dan potensi sekolah berbeda-beda antara satu dengan
lainnya, maka alternatif langkah-langkah pemecahan persoalannya pun dapat berbeda,
disesuaikan dengan kesiapan sumberdaya manusia dan sumberdaya lainnya di sekolah
tersebut. Dengan kata lain, sangat dimungkinkan suatu sekolah mempunyai langkah
pemecahan yang berbeda dengan sekolah lain untuk mengatasi persoalan yang sama.
B. Faktor-faktor Analisis SWOT

Analisis SWOT terdiri dari empat faktor, yaitu:


1. Strengths (kekuatan)

Faktor-faktor kekuatan dalam lembaga pendidikan adalah kompetensi khusus


atau keunggulan-keunggulan lain yang berakibat pada nilai plus atau keunggulan
komparatif lembaga pendidikan tersebut. Hal ini bisa dilihat jika sebuah lembaga
pendidikan harus memiliki skill atau keterampilan yang bisa disalurkan bagi
perserta didik, lulusan terbaik atau hasil andalan, maupun kelebihan-kelebihan lain
yang dapat membuat sekolah tersebut unggul dari pesaing-pesaingnya serta dapat
memuaskansteakholders maupun pelanggan (peserta didik, orang tua, masyarakat
dan bangsa).
Sebagai contoh dari bidang keunggulan, antara lain kekuatan pada sumber
keuangan, citra yang positif, keunggulan kedudukan di masyrakat, loyalitas
pengguna dan kepercayaan berbagai pihak yang berkepentingan. Sedangkan
keunggulan lembaga pendidikan di era otonomi pendidikan atara lain yaitu sumber
daya manusia yang secara kuantitatif besar, hanya saja perlu pembenahan dari
kualitas. Selain itu antusiasme pelaksanaan pendidikan yang sangat tinggi,
didukung dengan sarana prasarana pendidikan yang cukup memadai. Hal lain dari
faktor keunggulan lembaga pendidikan adalah kebutuhan masyarakat terhadap
yang bersifattransendental sangat tinggi, dan itu sangat mungkin diharapkan dari
proses pendidikan lembaga pendidikan yang agamis.
Bagi sebuah lembaga pendidikan untuk mengenali kekuatan dasar lembaga
tersebut sebagai langkah awal atau tonggak menuju pendidikan yang berbasis
kualitas tinggi merupakan hal yang sangat penting. Mengenali kekuatan dan terus
melakukan refleksi adalah sebuah langkah besar untuk menuju kemajuan bagi
lembaga pendidikan.
2. Weakness (kelemahan)
Kelemahan adalah hal yang wajar dalam segala sesuatu tetapi yang terpenting
adalah bagaimana sebagai penentu kebijakan dalam lembaga pendidikan bisa
meminimalisasi kelemahan-kelemahan tersebut atau bahkan kelemahan tersebut
menjadi satu sisi kelebihan yang tidak dimiliki oleh lembaga pendidikan lain.
Kelemahan ini dapat berupa kelemahan dalam sarana dan prasarana, kualitas atau
kemampuan tenaga pendidik, lemahnya kepercayaan masyarakat, tidak sesuainya
antara hasil lulusan dengan kebutuhan masyarakat atau dunia usaha dan industri
dan lain-lain
Oleh karena itu, ada beberapa faktor kelemahan yang harus segera dibenahi oleh
para pengelola pendidikan, antara lain yaitu:
a. Lemahnya SDM dalam lembaga pendidikan
b. Sarana dan prasarana yang masih sebatas pada sarana wajib saja

c. Lembaga pendidikan swasta yang pada umumya kurang bisa menangkap


peluang, sehingga mereka hanya puas dengan keadaan yang dihadapi sekarang
ini.
d.

Output pada lembaga pendidikan yang belum sepenuhnya bersaing


denganoutput lembaga pendidikan yang lain dan sebagainya.
3. Opportunities (peluang)

Peluang adalah suatu kondisi lingkungan eksternal yang menguntungkan bahkan


menjadi formulasi dalam lembaga pendidikan. Situasi lingkungan tersebut
misalnya:
a. Kecenderungan penting yang terjadi dikalangan peserta didik.
b. Identifikasi suatu layanan pendidikan yang belum mendapat perhatian.
c. Perubahan dalam keadaan persaingan.
d. Hubungan dengan pengguna atau pelanggan dan sebagainya.
Peluang pengembangan dalam lembaga pendidikan dapat dilakukan antara lain
yaitu:
a. Di era yang sedang krisis moral dan krisis kejujuran seperti ini diperlukan
peran serta pendidikan agama yang lebih dominan.
b. Pada kehidupan masyarakat kota dan modern yang cenderung konsumtif dan
hedonis, membutuhkan petunjuk jiwa, sehingga kajian-kajian agama
berdimensi sufistik kian menjamur. Ini menjadi salah satu peluang bagi
pengembangan lembaga pendidikan ke depan.
c. Secara historis dan realitas, mayoritas penduduk Indonesia adalah muslim,
bahkan merupakan komunitas muslim terbesar di seluruh dunia. Ini adalah
peluang yang sangat strategi bagi pentingnya manajemen pengembangan
lembaga pendidikan.
4. Threats (ancaman)
Ancaman merupakan kebalikan dari sebuah peluang, ancaman meliputi faktorfaktor lingkungan yang tidak menguntungkan bagi sebuah lembaga pendidikan.
Jika sebuah ancaman tidak ditanggulangi maka akan menjadi sebuah penghalang
atau penghambat bagi maju dan peranannya sebuah lembaga pendidikan itu
sendiri. Contoh ancaman tersebut adalah minat peserta didik baru yang menurun,
motivasi belajar peserta didik yang rendah, kurangnya kepercayaan masyarakat
terhadap lembaga pendidikan tersebut dan lain-lain.
C. Kegunaan Analisis SWOT
Secara umum, analisis SWOT dipakai untuk:
1. Menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi
2. Menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga
3. Menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan

4. Mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita


5. Mengetahui posisi sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain
6. Mengetahui kemampuan sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya
dihadapkan dengan para pesaingnya.
D. Hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan Treaths dalam
Analisis SWOT
Sebuah lembaga pendidikan akan mampu mencapai tujuan yang telah ditetapkan
ketika kekuatan lembaga pendidikan melebihi kelemahan yang dimiliki. Oleh karena
itu lembaga pendidikan harus mampu memperdayakan potensi yag dimiliki secara
maksimal, mengurangi resiko yang terjadi. Jadi, tercapai atau tidaknya tujuan lembaga
pendidikan yang telah ditetapkan merupakan tanggung jawab lingkungan manajemen
lembaga pendidikan. Jika analisis SWOT dilakukan dengan tepat, maka upaya untuk
memilih dan menentukan strategi yang efektif akan membuahkan hasil yang
diinginkan.
Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik
SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan ancaman
dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu sekolah dapat
dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan peluang), strategi
WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari peluang), strategi ST
(menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi WT (mengatasi
kelemahan dan menghindari ancaman).
Menurut Afhie, 2012 dalam http://afhie-cirebon.blogspot.com/2012/ 12/penerapananalisis-swot-pada-lembaga.html hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities,
dan Treaths dalam analisis SWOT dapat digambarkan melalui bagan berikut ini
HUBUNGAN
O (PELUANG)

S (KEKUATAN)

W (KELEMAHAN)

Sebuah
lembaga
pendidikan harus dapat
menggunakan kekuatan
untuk
memanfaatkan
peluang dan sebaliknya
memanfaatkan peluang

Peluang
digunakan
untuk
menekan
berbagai
macam
kelemahan-kelamahan
yang ada atau dengan
kata
lain

dan
menjadikannya menghilangkan
sebagai
sebuah kelemahan
dengan
kekuatan (Strength).
memanfaatkan peluang
T (ANCAMAN)

Menggunakan kekuatan Suatu


untuk
menghindari pendidikan,
ancaman.
datangnya

lembaga
sebelum
sebuah

ancaman
lembaga
pendidikan
tersebut
harus bisa menutupi
kelemahan-kelemahan
yang ada pada dirinya
dengan kekuatan dan
peluang.
Sedangkan menurut Said, 2013 dalam http://saidsite.blogspot.com/2011/05/ analisaswot.html menggambarkan hubungan antara Strength, Weaknesses, Opportunities, dan
Treaths dalam analisis SWOT adalah sebagai berikut
1. Kekuatan dan Kelemahan.
Kekuatan adalah faktor internal yang ada di dalam institusi yang bisa
digunakan untuk menggerakkan institusi ke depan.Suatu kekuatan (strenghth) atau
distinctive competence hanya akan menjadi competitive advantage bagi suatu
institusi apabila kekuatan tersebut terkaitdengan lingkungan sekitarnya, misalnya
apakah kekuatan itu dibutuhkan atau bisa mempengaruhi lingkungan di
sekitarnya. Jika pada institusi lain juga terdapat kekuatan yang memiliki core
competence yang sama, maka kekuatan harus diukur dari bagaimana kekuatan
relatif suatu institusi tersebut dibandingkan dengan institusi yang lain. Sehingga
dapat disimpulkan bahwa tidak semua kekuatan yang dimiliki institusi harus
dipaksa untukdikembangkan karena ada kalanya kekuatan itu tidak terlalu penting
jika dilihatdari lingkungan yang lebih luas.
Hal-hal yang menjadi opposite dari kekuatanadalah kelemahan. Sehingga sama
dengan kekuatan, tidak semua kelemahan dari institusi harus dipaksa untuk
diperbaiki terutama untuk hal-hal yang tidakberpengaruh pada lingkungan sekitar.
2. Peluang dan Ancaman.
Peluang adalah faktor yang didapatkan dengan membandingkan analisis
internal yang dilakukan di suatu institusi (strenghth dan weakness) dengan analisis
internal dari kompetitor lain.Sebagaimana kekuatan, peluang juga harus diranking
berdasarkan success probbility, sehingga tidaksemua peluang harus dicapai dalam
target dan strategi institusi.
Peluang dapat dikategorikan dalam tiga tingkatan yaitu:
a. Low, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang kecil dan peluang
pencapaiannya juga kecil.
b. Moderate, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang besar namun peluang
pencapaian kecil atau sebaliknya.
c. Best, jika memiliki daya tarik dan manfaat yang tinggi serta peluang
tercapaianya besar.

Sedangkan, ancaman adalah segala sesuatu yang terjadi akibat trend


perkembangan (persaingan) dan tidak bisa dihindari. Ancaman juga bisa dilihat
dari tingkat keparahan pengaruhnya (seriousness) dan kemungkinan terjadinya
(probabilityof occurance). Sehingga ancaman tersebut dapat dikategorikan sebagai
berikut:
a. Ancaman utama (Major Threats) adalah ancaman yang kemungkinan terjadinya
tinggi dan dampaknya besar. Untuk ancaman utama ini, diperlukan beberapa
planning yang harus dilakukan institusi untuk mengantisipasi.
b. Ancaman tidak utama (Minor Threats) adalah ancaman yang dampaknya kecil
dan kemungkinan terjadinya kecil
c. Ancaman moderate (Moderate Threats) berupa kombinasi tingkat keparahan
yang tinggi namun kemungkinan terjadinya rendah dan sebaliknya.
Dari hal tersebut dapat disimpulkan beberapa kategori situasi institusi dilihat
dari keterkaitan antara peluang dan ancamannya, yaitu sebagai berikut:
Suatu institusi dikatakan unggul jika memiliki major opportunity yang besar dan major
threats yang kecil.
Suatu institusi dikatakan spekulatif jika memiliki high opportunity dan threats pada
saat yang sama.
Suatu institusi dikatakan mature jika memiliki low opportunity dan low threat.
Suatu institusi dikatakan in trouble jika memiliki low opportinity dan high threats.
Tidak ada satu cara terbaik untuk melakukan analisis SWOT. Yang paling utama
adalah membawa berbagai macam pandangan/perspektif bersama-sama sehingga akan
terlihat keterkaitan baru dan implikasi dari hubungan tersebut.
E. Contoh Aplikasi Analisis SWOT
Sebagai contoh, untuk sasaran pertama, yaitu rata-rata GSA mencapai minimal
+0,40 maka harus ditentukan fungsi-fungsi apa saja berikut faktor-faktornya yang
berperan penting dalam mencapai sasaran tersebut. Berdasarkan hasil evaluasi diri
dan pengalaman sebelumnya, diidentifikasi bahwa fungsi yang berperan untuk
meningkatkan GSA adalah fungsi proses belajar mengajar yang didukung oleh fungsi
ketenagaan, dan fungsi sarana belajar.
Berdasarkan pada fungsi-fungsi yang telah diidentifikasi, maka perlu ditemukan
faktor apa saja yang berpengaruh, baik faktor internal maupun eksternal dalam fungsi
tersebut dan kemudian masukkan ke dalam tabel analisis SWOT. Oleh karena sekolah
memiliki lebih dari satu sasaran, maka setiap sasaran yang telah ditentukan harus
dianalisis melalui analisis SWOT.
Berikut dijelaskan dalam buku Manajemen Peningkatan Mutu Berbasis Sekolah
Buku 5 Pembelajaran dan Pengajaran Kontekstual, contoh melakukan analisis SWOT

untuk dua sasaran pertama yang ditentukan sekolah X pada tahun 2002/2003 serta
fungsi dan faktor-faktornya yang diperlukan untuk mencapai sasaran. Analisis SWOT
untuk sasaran-1, yaitu peningkatan GSA minimal +0,40 ditunjukkan pada Tabel-1,
sedangkan untuk sasaran-2, yaitu menjadi finalis pada turnamen bola voli tingkat Kota
ditunjukkan pada Tabel-2.
Tabel-1. Analisis SWOT untuk Sasaran-1:
Peningkatan GSA minimal +0,40
Kondisi Kesiapan
(Kondisi Ideal)

Fungsi dan Faktornya

Tingkat
Kesiapan
Faktor

Kondisi Nyata

Siap Tidak
A. Fungsi Proses
Belajar Mengajar (PBM)
1. Faktor Internal
a. Motivasi belajar Tinggi
siswa
b. Perilaku siswa
c. Motivasi guru
d. Pemberdayaan
siswa
e.

Keragaman
metode
mengajar
f. Penggunaan
waktu belajar

2. Faktor eksternal
a. Kesiapan siswa
menerima
pelajaran
b. Dukungan
orangtua
c. Lingkungan
sosial sekolah
d. Lingkungan
fisik sekolah

Disiplin dan
tertib di dalam
kelas
Tinggi
Guru mampu
memberdayakan
siswa

Cukup tinggi
Kurang
mampu

Tidak banyak
variasi

Bervariasi
Efektif

Kurang efektif
100%

50%
Tinggi
Kondusif

Tinggi

Nyaman/tenang

B. Fungsi Pendukung PBMKetenagaan

60% siswa
memiliki
motivasi tinggi
Kurang
disiplin
dan
kurang tertib

Kurang
kondusif

Gaduh/ramai

Ketenagaan
1. Faktor Internal
a. Jumlah guru
b. Kualifikasi
pendidikan
guru minimal
D-3
c. Kesesuaian
ijazah dengan
mata pelajaran
yang diampu
guru
d.
Beban
mengajar guru
2. Faktor eksternal
a. Pengalaman
mengajar guru
b. Kesiapan
mengajar guru
c. Fasilitas
pengembangan
diri

Cukup
Semua guru
pendidikan guru
minimal D-3
100% sesuai

Rata-rata 18 JP

Faktor eksternal

70% sesuai\

Rata-rata 22 JP

Rata-rata 2-5
tahun
100%
Tersedia

C. Fungsi Pendukung PBMSarana Belajar


1. Faktor internal
a. Buku setiap Cukup dan
lengkap
mata pelajaran
b. Jumlah buku Cukup dan
lengkap
penunjang
c. Jumlah lemari Cukup
dan rak buku
d. Kebersihan dan Bersih dan rapih
kerapihan
ruang
perpustakaan
e.
Pengelola Ada dan mampu
perpustakaan
f.
Dana Tersedia dan
cukup
pengembangan
perpustakaan
2.

Cukup

60% minimal
D-3

Rata-rata 6
tahun
80%

Kurang
lengkap

Kurang
lengkap


Kurang
lengkap

Kurang

Cukup

Kurang
mampu

Tidak tersedia

2. Faktor eksternal
a.
Dukungan
orangtua dalam
melengkapi
perpustakaan
b. Kerjasama
dengan
perpustakaan
lain
yang
lengkap
c. Kesesuaian
buku penunjang
dengan potensi
daerah
dan
perkembangan
iptek

Mendukung

Mendukung

Ada kerjasama
Tidak ada
Tinggi tingkat
kesesuaiannya

Rendah

tingkat
kesesuaiannya

Tabel-2. Analisis SWOT untuk Sasaran-2:


Menjadi finalis turnamen bola voli tingkat Kota
Tingkat
Fungsi dan
Faktornya

Kondisi Kesiapan
(Kondisi Ideal)

Kondisi
Nyata

Kesiapan
Faktor
Siap

A. Faktor Ketenagaan
1. Faktor Internal
a. Jumlah guru Cukup
olahraga
b. Kemampuan Tinggi
guru olahraga
dalam bola voli
c. Motivasi guru
Tinggi
2. Faktor eksternal
a. Pengalaman
sebagai pelatih Cukup
b. Dukungan
Tinggi
orangtua
c. Fasilitas
pengembangan Ada
diri

Cukup
Tinggi

Tidak

Cukup
tinggi
Kurang
Tinggi

ada

Tidak

B. Fungsi Prasarana

1. Faktor Internal
a. Lapangan
bola voli di
sekolah
b.
Alat
pendukung
olahraga bola
voli (net, bola)
c. Perawatan
prasarana dan
sarana
2. Faktor eksternal
a.
Dukungan
orangtua
siswa
dalam
peningkatan
mutu
lapangan
voli
b. Lapangan bola
voli di tingkat
Kota/Kecamatan

Tersedia dan
layak pakai
Tersedia dan
layak
Terawat dengan
baik
Tinggi

Tersedia dan
layak pakai

b. Alokasi waktu
pelatihan
c. Penggunaan
waktu latihan
2. Faktor eksternal
a. Kesiapan siswa
dalam
menerima
pelatihan
b. Pelatih yang
berpengalaman

Terawat
baik

Cukup

Tersedia
dan
kurang
layak
pakai

C. Fungsi Siswa
1. Faktor internal
a.
Pemberdayaan
siswa

Tersedia
dan
kurang
layak
pakai
Tersedia
dan
kurang
layak

Guru mampu
memberdayakan
siswa
3x seminggu
Efektif

100%

Tersedia

Cukup
mampu

Kurang
1x
seminggu
Kurang
efektif

80%

1x sebulan

Tidak

berpengalaman
c.
Uji tanding
dengan sekolah
lain
d.
Dukungan
orangtua siswa
dalam pelatihan

Tinggi

ada

Tidak

Tidak
pernah

Tinggi
Berdasarkan hasil analisis yang telah dilakukan untuk sasaran pertama, maka
dapat diidentifkasi kelemahan dan ancaman yang dihadapi oleh sekolah pada hampir
semua fungsi yang diberikan. Pada fungsi PBM yang menjadi kelemahan adalah siswa
kurang disiplin, guru kurang mampu memberdayakan siswa dan umumnya tidak
banyak variasi dalam memberikan bahan pelajaran di kelas serta waktu yang
digunakan kurang efektif, sedangkan yang menjadi ancaman adalah kurang siapnya
siswa dalam menerima pelajaran, terutama pada pagi dan siang hari menjelang pulang.
Di samping itu, suasana lingkungan sekolah yang kurang kondusif dan ramai karena
berdekatan dengan pusat keramaian kota.
Selanjutnya untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah mencari
alternatif-alternatif langkah-langkah memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1. Pengaktifan kegiatan MGMP sekolah
Berdasarkan pada hasil analisis, disebutkan bahwa jumlah guru cukup tetapi
suasana belajar belum cukup kondusif akibat metode mengajar guru kurang
bervariasi. Melalui MGMP sekolah diharapkan dapat mengatasi persoalan,
termasuk bagaimana menyiasati kurikulum yang padat dan mencari alternatif
pembelajaran yang tepat serta menemukan berbagai variasi metode dalam
mengajarkan setiap mata pelajaran yang diajarkan. Kegiatan ini di bawah
koordinasi Wakil Kepala Sekolah bidang Kurikulum dan untuk setiap
matapelajaran dipimpin oleh guru senior yang ditunjuk oleh Kepala Sekolah. MGMP
minimal bertemu satu kali per minggu guna menyusun strategi pengajaran dan
mengatasi masalah yang muncul.
MGMP sekolah juga menyusun dan mengevaluasi perkembangan kemajuan
belajar sekolah. Evaluasi kemajuan dilakukan secara berkala dan hasilnya
digunakan untuk menyempurnakan rencana berikutnya. Kegiatan MGMP sekolah
yang dilakukan dengan intensif, dapat dijadikan sebagai wahana pengembangan
diri guru untuk meningkatkan kapasitas dan kemampuan guru serta menambah
pengetahuan dan keterampilan dalam bidang yang diajarkan, terutama ditujukan
untuk guru-guru yang mengajar bukan bidangnya (teacher mismatch).
2. Pengiriman guru mengikuti pelatihan

Sebagai alternatif, sekolah dapat mengirimkan guru-guru secara bergiliran


untuk mengikuti pelatihan pada lembaga yang dianggap potensial dan
berpengalaman. Pengiriman guru ini, dimaksudkan untuk memberikan tambahan
pengetahuan dan keterampilan guru, baik dalam bidang keahlian/substansi, metode
pengajaran, maupun berbagai metode evaluasi, setelah melalui proses identifikasi
kebutuhan yang dilakukan secara cermat oleh sekolah. Program ini dapat
mendorong

sekolah

untuk

mengalokasikan

sebagian

anggarannya

untuk

peningkatan SDM, yang selama ini belum secara optimal dilakukan.


Selain itu, untuk mengatasi kelemahan tersebut, sekolah melalui kegiatan
MGMP dapat mengundang ahli dari luar, baik ahli substansi mata pelajaran untuk
membantu guru dalam memahami materi yang masih dianggap sulit atau
membantu memecahkan masalah yang muncul di kelas, maupun berbagai metode
pengajaran untuk menemukan cara yang paling sesuai dalam memberikan materi
mata pelajaran tertentu.
3. Peningkatan disiplin siswa
Berdasarkan hasil analisis, dinyatakan bahwa disiplin siswa sangat rendah, baik
dalam mengikuti aturan dan tata tertib sekolah, maupun dalam mengikuti
pelajaran dan mengakibatkan lingkungan sosial sekolah menjadi kurang kondusif.
Diperlukan adanya peningkatan disiplin siswa untuk menciptakan iklim sekolah
yang lebih kondusif dan dapat memotivasi siswa dalam belajar.
Adanya dukungan guru yang cukup, sekolah dapat membuat aturan dan tata
tertib yang baik dan memadai. Tata tertib yang dibuat dan disepakati tersebut
harus ditaati, khususnya oleh siswa dan warga sekolah lainnya, termasuk guru,
karyawan, dan juga kepala sekolah. Aturan tersebut dapat meliputi tata tertib
waktu masuk dan pulang sekolah, kehadiran di sekolah dan di kelas serta
mengikuti pelajaran yang sedang berlangsung, dan tata tertib sekolah lainnya.
Dengan meningkatnya disiplin siswa, diharapkan dapat meningkatkan
efektivitas jam belajar sesuai dengan waktu yang telah ditetapkan dan
meningkatkan iklim belajar yang lebih kondusif untuk mencapai hasil belajar yang
lebih baik.
4. Pembentukan kelompok diskusi terbimbing
Kelompok diskusi terbimbing ini dibentuk untuk mengatasi siswa yang kurang
persiapan untuk belajar di sekolah. Kegiatan diskusi ini, minimal 1 kali per minggu
untuk setiap mata pelajaran di luar jam pelajaran sekolah. Pembentukan kelompok
dilakukan oleh siswa dan dibimbing oleh guru. Dalam setiap kegiatan diskusi dapat
dihadirkan narasumber yang berasal dari guru, alumni, atau orang lain yang
dianggap ahli dalam mata pelajaran yang berkaitan dan bertempat tinggal di
sekitar kelompok tersebut berada.

Adanya dukungan orangtua dalam meningkatkan motivasi belajar, memberikan


peluang dan kesempatan melaksanakan kegiatan kelompok diskusi, yaitu setiap kali
pertemuan dapat menggunakan rumah anggota kelompok secara bergiliran. Setiap
kelompok diskusi menunjuk pemimpin kelompok dan guru pembimbingnya.
Untuk keperluan pengembangan materi pada MGMP sekolah, setiap guru
pembimbing dapat menyampaikan hasil diskusi kelompok, sehingga terjadi saling
tukar pengalaman dan saling membantu bila terjadi kesulitan. Kelompok diskusi
terbimbing ini, sebaiknya melibatkan guru pembimbing (BK), khususnya untuk
meningkatkan motivasi siswa serta membimbing siswa untuk menghindari
pengaruh pergaulan sosial yang negatif.
5. Peningkatan pengadaan buku
Dari hasil analisis, ternyata sekolah masih memerlukan buku-buku bacaan
wajib maupun penunjang untuk mendukung kegiatan belajar siswa. Pengadaan
buku pustaka diarahkan untuk mendukung kegiatan guru mengajar, termasuk
kegiatan MGMP sekolah dan mendukung belajar siswa. Untuk mendukung kegiatan
guru, diadakan buku-buku pedangan guru dari sumber yang relevan. Sedangkan
untuk mendukung belajar siswa, diadakan buku-buku yang diperlukan siswa untuk
pendalaman materi ebtanas.
Pengadaan buku-buku tersebut hendaknya dimulai dengan melakukan
identifikasi buku-buku yang dibutuhkan oleh guru dan siswa dan mencatat bukubuku yang tidak ada atau tidak mencukupi kebutuhan sekolah. Berbagai cara dapat
dilakukan untuk memenuhi kekurangan buku-buku tersebut, antara lain dengan
mengadakan kerjasama dengan perpustakaan pada instansi lain yang mempunyai
potensi untuk membantu pengadaan buku sekolah, atau sekolah dapat membeli
buku-buku tersebut secara langsung apabila tersedia dana untuk pengembangan
perpustakaan.
6. Peningkatan layanan perpustakaan
Di samping pengadaan buku-buku, perlu diupayakan peningkatan pengetahuan
dan keterampilan pengelola perpustakaan untuk meningkatkan layanan
perpustakaan. Apabila dimungkinkan, sekolah dapat memberikan kesempatan
untuk mengikuti pelatihan singkat bagi pengelola perpustakaan. Hal yang lebih
penting sekolah memperhatikan peningkatan dan pengembangan perpustakaan
untuk dapat menyediakan buku-buku yang sesuai dengan kebutuhan siswa dan
keperluan guru dalam meningkatkan pengetahuan dan keterampilannya. Hal ini
dapat berarti sekolah memiliki kewajiban untuk memperhatikan penyediaan
anggaran perpustakaan yang disesuaikan dengan kemampuan yang dimiliki
sekolah.
Pada sasaran kedua, sekolah mengidentifikasi kelemahan dan ancaman yang

dihadapi untuk mencapai sasaran menjadi finalis pada tingkat Kota/Kabupaten dalan
bidang olahraga bola voli, yaitu waktu pelatihan yang kurang intensif dan tidak ada
pengalaman guru dalam melatih bola voli secara profesional serta sekolah tidak pernah
melakukan uji-tanding ke sekolah lain. Di samping itu, terbatasnya fasilitas
pengembangan olahraga bola voli pada tingkat Kecamatan maupun Kota dan kondisi
lapangan bola voli di sekolah dalam keadaan rusak sebagian. Berbagai peralatan
olahraga voli yang dimiliki sekolah juga masih kurang, termasuk bola voli. Selanjutnya,
untuk mengatasi kelemahan atau ancaman tersebut, sekolah melakukan beberapa
langkah sebagai alternatif untuk memecahkan persoalan, sebagai berikut:
1. Pengaktifan tim bola voli sekolah
Hasil analisis menyebutkan bahwa minat siswa terhadap olahraga bola voli
cukup tinggi, ditandai dengan cukup banyak siswa (hampir 80%) yang siap
mengikuti pelatihan olahraga ini. Sementara latihan yang diadakan sekolah kurang
dari 1x seminggu atau bahkan tidak ada latihan sama sekali. Hal ini menunjukkan
bahwa sekolah kurang memberi perhatian yang tinggi terhadap olahraga bola voli,
walaupun banyak siswa yang berminat untuk mengikutinya.
Untuk itu, diperlukan penggalakan kegiatan olahraga bola voli dengan
mengaktifkan kembali tim voli pada tingkat sekolah, melalui sosialisasi dan
pembentukan tim kelas atau gabungan beberapa kelas dengan harapan
memperoleh bibit pemain yang baik.
2. Peningkatan prasarana dan sarana olahraga bola voli
Hasil analisis menyebutkan bahwa lapangan yang ada kondisinya sudah sangat
jelek dan memerlukan perbaikan atau renovasi, termasuk penambahan sejumlah
alat pendukung lainnya, seperti tiang, net, dan bola. Lapangan olahraga sebagai
salah satu unsur penting dalam peningkatan prestasi perlu mendapat perhatian
sekolah secara sungguh-sungguh. Dengan lapangan yang memadai dan bentuk yang
standar akan lebih menarik minat siswa untuk mengikuti latihan yang diadakan
oleh sekolah dan juga dapat menjadikan siswa bangga memiliki sekolah dengan
lapangan olahraga yang baik. Untuk itu sekolah perlu memberikan porsi anggaran
yang cukup dalam rangka melakukan renovasi lapangan dan mengalokasikan
anggaran untuk membeli peralatan yang kurang atau tidak ada sebelumnya, tetapi
sangat diperlukan.
3. Peningkatan waktu latihan dan uji-tanding
Pada fungsi pelatihan, terdapat banyak kelemahan dan tantangan untuk
menjadikan tim bola voli sekolah masuk menjadi finalis pada tingkat
Kota/Kabupaten, diantaranya adalah waktu latihan yang kurang banyak dan tidak
efektif, karena pelatihan selama ini hanya sekedar memenuhi kegiatan rutin dan
tidak memiliki target mutu. Untuk itu, program latihan perlu ditingkatkan lebih

intensif lagi, misalnya dengan meningkatkan latihan menjadi 3x dalam seminggu


dan menyusun program uji-tanding dengan sekolah lain sebanyak 1x sebulan. Ujitanding dengan sekolah lain yang telah memiliki tim yang kuat, dapat memberikan
pengalaman dan memupuk keberanian tim sekolah saat nanti mengikuti turnamen
yang sebenarnya.

4. Pelatih dari luar sekolah


Hasil analisis menyebutkan bahwa sekolah tidak memiliki pelatih yang memabg
berpengalaman dalam cabang olahraga bola voli. Pelatih yang ada hanya guru
olahraga yang secara rutin memberikan latihan dengan teknik yang masih
konvensional dan belum mempunyai pengalaman bertanding di luar daerah. Hal
itu dapat dipahami, karena tidak semua guru olahraga dapat menjadi pelatih yang
baik untuk satu cabang olahraga tertentu. Untuk itu, dirasa perlu untuk
mendatangkan pelatih dari luar yang memiliki pengalaman bertanding dan mampu
memberikan cara-cara terbaik dalam bermain bola voli.
F. Studi Kasus
SD XXX merupakan salah satu SD Negeri di kota XXX. Sejak didirikannya SD XXX
sekitar 30 tahun yang lalu, sekolah tersebut merupakan sekolah yang sangat
diperhitungkan dan menjadi incaran oleh orang tua untuk menyekolahkan anakanaknya. Tetapi, sejak lima tahun terakhir ini prestasi sekolah tersebut mulai menurun.
Semakin lama keberadaan sekolah tersebut semakin menghilang dari berbagai ajang
kegiatan kurikuler maupun ekstrakurikuler di kota XXX. Hubungan antarguru kurang
harmonis bahkan muncul kecurigaan baik di antara kepala sekolah dengan guru
maupun guru dengan guru. Sebagian orang tua menarik anaknya dari sekolah tersebut
dan memindahkan ke sekolah lain.
Sebagai
seorang
yang
memahami entrepreneurship
di
bidang
pendidikan, misalkan saya direkrut oleh Dinas Pendidikan Kota XXX sebagai
konsultan untuk membenahi sekolah tersebut maka saran-saran untuk
memperbaiki SD XXX tersebutdapat diberikan melalui analisis dan penjelasan singkat
berikut ini.
Berdasarkan kasus yang dikemukakan di atas, sebagai seorang konsultan akan
memberikan berbagai saran/masukan demi pembenahan dan pemulihan kualitas
sekolah tersebut. Kapasitas sebagai konsultan yang dimaksud di sini adalah seorang
profesional yang ahli dalam bidang manajemen pendidikan, khususnya untuk terapi
penurunan kualitas sebuah institusi pendidikan. SD XXX adalah sekolah yang secara
sosiogeografis berada di sebuah perkotaan, tentu saja kota besar. Jika jumlah sekolah
mencapai 74, umumnya hanya ada di kota besar. Berbagai saran yang diberikan oleh

konsultan ke depan harus selalu mempertimbangkan sekolah tersebut sebagai salah


satu sekolah di kota modern. Selain itu, SD XXX juga merupakan sekolah tua. Konsultan
perlu mempertimbangkan para alumni yang tersebar di berbagai pelosok untuk
mengembalikan kualitas sekolah tersebut seperti sedia kala.
SD XXX di Kota XXX adalah sebuah sekolah yang memiliki permasalahan serius,
terutama dalam hal perilaku kepala sekolah, guru, dan siswa. Berbagai perilaku negatif
ini dapat diakibatkan oleh pengelolaan yang tidak baik dalam tataran manajemen
sekolah. Beberapa hal yang dapat disarankan adalah sebagai berikut.
Sebagai konsultan resmi yang ditunjuk harus mencari dokumen resmi dan memahami
dengan baik sejarah sekolah, riwayat prestasi sekolah, dan melakukan berbagai analisis

SWOT dari sekolah tersebut selama 30 tahun terakhir. Hasil dari observasi dan analisis
ini akan menjadi dasar bagi konsultan untuk memetakan perubahan sekolah tersebut
menuju kualitas yang lebih baik.
Melakukan konsultasi manajemen pendidikan dengan pihak dinas pendidikan dalam
upaya perubahan sistem manajemen dan struktur di sekolah tersebut. Jika kepala
sekolah (sebagai manajer) saja sudah tidak memiliki hubungan yang baik dengan
orang yang dipimpinnya (bawahannya), maka ini adalah pertanda manajemen yang
tidak harmonis. Penggantian kepala sekolah perlu segera dilakukan untuk memperoleh
manajer yang lebih muda dan memiliki semangat dan visi yang jelas.

Mengupayakan adanya keterlibatan para alumni untuk kembali memperhatikan

almamaternya. Sudah bukan rahasia lagi bahwa SD XXX telah terpuruk, publik sudah
mengetahuinya bahwa kualitas sekolah tersebut semakin menurun. Dari berbagai
informasi media, banyaknya orangtua yang menarik anaknya dari sekolah itu, tentu
suatu hal yang tidak perlu dirahasiakan lagi. Pemanfaatan teknologi informasi dan
komunikasi untuk menjaring saran dan keterlibatan para alumni sekarang ini amat
mudah dilakukan. Jejaring sosial yang banyak digandrungi orang dapat menjadi salah
satu alternatif untuk membangun komunikasi dengan para alumni. Tetapi untuk
menjaga privasi sekolah, tetap saja model grup tertutup yang dianjurkan untuk
digunakan.
Meningkatkan upaya untuk menjamin keamanan, keselamatan dan visi yang jelas
untuk masa depan para peserta didik. Dari upaya ini akan mengembalikan

kepercayaan para orang tua sehingga turn over dapat dihindari. Turn over yang
tinggi juga terjadi di perusahaan-perusahaan besar dan salah satu penyebabnya adalah
tidak adanya jaminan keamanan untuk masa depan

BAB III
PENUTUP
1.

A. Kesimpulan
Analisis SWOT adalah metode perencanaan strategis yang digunakan untuk

mengevaluasi

kekuatan

(strengths),

kelemahan

(weaknesses),

peluang

(opportunities), dan ancaman (threats) dalam suatu proyek atau suatu spekulasi
bisnis.
2. Faktor-faktor analisis SWOT ada empat yaitu kekuatan (strengths), kelemahan
(weaknesses), peluang (opportunities), dan ancaman (threats).
3. Analisis SWOT dipakai untuk: menganalisis kondisi diri dan lingkungan pribadi,
menganalisis kondisi internal lembaga dan lingkungan eksternal lembaga,
menganalisis kondisi internal perusahaan dan lingkungan eksternal Perusahaan,
mengetahui sejauh mana diri kita di dalam lingkungan kita, mengetahui posisi
sebuah lembaga diantara lembaga-lembaga lain, dan mengetahui kemampuan
sebuah perusahaan dalam menjalankan bisnisnya dihadapkan dengan para
pesaingnya.
4. Analisis SWOT dalam program sekolah dapat dilakukan dengan melakukan matrik
SWOT, matrik ini terdiri dari sel-sel daftar kekuatan, kelemahan, peluang dan
ancaman dalam penyelenggaraan program sekolah, untuk memperoleh mutu
sekolah dapat dilakukan strategi SO (menggunakan kekuatan dan memanfaatkan
peluang), strategi WO (memperbaiki kelemahan dan mengambil manfaat dari
peluang), strategi ST (menggunakan kekuatan dan menghindari ancaman), strategi
WT (mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman).
5. Analisis SWOT sangat penting perannya dalam meningkatkan mutu pendidikan
karena analisis dan gambaran yang diberikan merupakan tolok ukur dalam
mengembangkan lembaga/satuan pendidikan lebih lanjut. Setelah analisis, perlu

dirumuskan visi,misi, tujuan, dan program kerja yang lebih konkret untuk
memperbaiki program sebelumnya.

B. Saran
1. Guru perlu memahami analisis SWOT secara mendalam agar nantinya dapat
melakukan analisis SWOT sebagai bentuk dukungan/partisipasi terhadap program
manajemen berbasis sekolah.
2. Guru harus memperhatikan faktor-faktor dalam analisis SWOT agar dapat
memformulasikan analisis SWOT dengan baik dan mencapai sasaran/tujuan yang
diharapkan.
3. Guru harus dapat memfungsikan analisis SWOT sesuai kegunaannya dengan tepat.
4. Guru harus dapat memahami hubungan dari faktor-faktor SWOT (kekuatan,
kelemahan, peluang, ancaman) agar dapat memanfaatkan faktor-faktor kekuatan
dan peluang untuk mengatasi kelemahan dan menghindari ancaman.
5. Guru harus dapat memahami contoh aplikasi SWOT agar di kemudian hari dapat
mengaplikasikan SWOT dalam program manajemen berbasis sekolah.

syukron zahidi di Rabu, Juni 04, 2014


Berbagi

Tidak ada komentar:


Poskan Komentar

Beranda

Lihat versi web


Profil

syukron zahidi
Ikuti

Lihat profil lengkapku


Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai