Ini semua muncul sebagai ungkapan keinginan menyatukan manusia dan hak-hak asasi
manusia dalam masyarakat internasional yang merasakan akibat buruk peperangan. Sebelumnya
dunia barat sangat tidak perduli dengan HAM sampai membuat mereka terbelakang dan mundur
sekali. Sampai pada 15 Juni 1215M muncullah piagam MAGNA CHARTA dimasa
kesewenangan raja inggris yang bernama John Lackland. Waktu itu para bangsawan merasa tidak
puas dan berhasil memaksa raja John untuk menandatangani perjanjian yang mereka namakan
Magna Charta atau Piagam Agung.
Namun piagam ini hanya memuat pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia
lebih penting daripada kedaulatan raja. Tak seorang pun dari warga negara merdeka dapat
ditahan atau dirampas harta kekayaannya atau diasingkan atau dengan cara
apapun dirampas hak-haknya, kecuali berdasarkan pertimbangan hukum. Piagam Magna
Charta itu menandakan kemenangan telah diraih sebab hak-hak tertentu yang prinsip
telah diakui dan dijamin oleh pemerintah. Piagam tersebut menjadi lambang munculnya
perlindungan terhadap hak-hak asasi karena ia mengajarkan bahwa hukum dan undangundang derajatnya lebih tinggi daripada kekuasaan raja.
Revolusi Amerika dengan Declaration of Independence-nya tanggal 4 Juli 1776, suatu
deklarasi kemerdekaan yang diumumkan secara aklamasi oleh 13 negara bagian,
merupakan pula piagam hakhak asasi manusia karena mengandung pernyataan Bahwa
sesungguhnya semua bangsa diciptakan sama derajat oleh Maha Pencipta. Bahwa semua
manusia dianugerahi oleh Penciptanya hak hidup, kemerdekaan, dan kebebasan untuk
menikmati kebahagiaan.
Declaration of Independence di Amerika Serikat menempatkan Amerika sebagai
negara yang memberi perlindungan dan jaminan hak-hak asasi manusia dalam
konstitusinya, kendatipun secara resmi rakyat Perancis sudah lebih dulu memulainya
sejak masa Rousseau. Kesemuanya atas jasa presiden Thomas Jefferson. Presiden
Amerika Serikat lainnya yang terkenal sebagai pendekar hak asasi manusia adalah
Abraham Lincoln, kemudian Woodrow Wilson dan Jimmy Carter. Amanat Presiden
2.
Sedangkan perjuangan hak asasi manusia di Prancis dirumuskan dalam suatu naskah
pada awal Revolusi Prancis. Hak Asasi yang tersimpul dalam deklarasi itu antara lain :
1.
2.
3.
4.
Warga Negara mempunyai hak yang sama dan mempunyai kedudukan serta
pekerjaan umum.
5.
6.
7.
8.
9.
3.
1. Hak darury (hak dasar). Sesuatu dianggap hak dasar apabila hak tersebut dilanggar, bukan
hanya mernbuat manusia sengsara, tetapi juga hilang eksistensinya, bahkan hilang harkat
kemanusiaannya, misalnya mati.
2. Hak hajy (hak sekunder), yakni hak-hak yang bila tidak dipenuhi akan berakibat pada hilangnya
hak-hak elementer, misalnya hak seseorang untuk memperoleh sandang pangan yang layak,
maka akan rnengakibatkan hilangnya hak hidup.
3. Hak tahsiny, yakni hak yang tingkatannya lebih rendah dari hak primer dan sekunder.
Dengan demikian, HAM dalam Islam lebih dulu muncul. Tepatnya, Magna
Charta tercipta 600 tahun setelah kedatangan Islam. Di samping nilainilai dasar dan prinsipprinsip HAM itu ada dalam sumber ajaran Islam, yakni Al-Quran dan Hadis, juga terdapat
dalam praktik-praktik kehidupan Islam. Tonggak sejarah keberpihakan Islam terhadap HAM
yaitu pendeklarasian Piagam Madinah yang dilanjutkan dengan deklarasi Kairo.
Dalam Piagam Madinah, paling tidak ada dua ajaran pokok yang berhubungan dengan
HAM, yaitu pemeluk Islam adalah satu umat walaupun mereka berbeda suku bangsa; dan
hubungan antara komunitas muslim dengan nonmuslim didasarkan pada prinsip:
1. Berinteraksi secara baik dengan sesama tetangga;
2. Saling membantu dalam menghadapi musuh bersama;
3. Membela mereka yang teraniaya;
4.
Saling menasehati;
5.
adalah sama derajat. Yang membedakan manusia adalah tingkat kesadaran moralitasnya,
yang dalam perspektif Islam disebut nilai ketaqwaannya. Apalagi, manusia diciptakan
untuk merepresentasikan dan melaksanakan ajaran Allah di muka bumi, sudah barang tentu
akan semakin memperkuat pelaksanaan HAM.
HAM dan Umat Islam Indonesia
Implementasi HAM di Indonesia mengikuti iklim politik yang berjalan. Politik di
Indonesia bukanlah politik Islam. Namun demikian, dalam banyak hal nilai-nilai Islam
masuk ke dalam semangat perundangan dan peraturan negara.
Terkait dengan toleransi, kerukunan beragama, dan penolakan terhadap terorisme, umat
Islam Indonesia sebagaimana diwakili oleh ormas-ormas Islam (Muhammadiyah, NU,
Persis, Al-Irsyad, dan lain-lain) memiliki sikap yang jelas. Umat Islam Indonesia
mendukung toleransi, mengutuk terorisme, mengembangkan kebajikan-kebajikan sosial, dan
aktif dalam program pemberdayaan perempuan dan pengentasan kemiskinan melalui unitunit organisasi di bawahnya.