Bilateral Repetitive Transcranial Magnetic Stimulation for Auditory Hallucinations in Patients with

Schizophrenia: A Randomized Controlled, Cross-over Study

Critical Appraisal
dr. M.Iman Indrasyah
NO

PERTANYAAN

JAWABAN

.
1.

Apakah

UJI KLINIS
VALIDITAS
dilakukan Ya, terdapat kriteria inklusi dan eksklusi pada penelitian ini.

kriteria seleksi pada Kriteria inklusi :

sample?

Sesuai dengan kriteria DSM-IV untuk diagnosis

skizofrenia dan skizoafektif

Mengalami keluhan halusinasi

auditorik

yang

bertahab lebih dari 6 bulan dean telah diterapi dengan

dua agen psikotik selama lebih dari 6 minggu, dengan
-

dosis setara atau lebih dari risperidone 6 mg

Tidak ada perubahan dosis pemeberian agen psikotik
selama 2 bulan terakhir

Kriteria Ekslusi :\
-

2.

Riwayat epilepsi,
riwayat trauma kepala
Retardasi Mental
Intracerebral implant or pacemaker.

Apakah

pada Ya, setiap sample yang masuk kriteria inklusi dilakukan

sample

dilakukan intervensi rTMS. Protokol rTMS tersebut terdiri dari 4 modul

pengacakan

protocol,setiap sample mengikuti seluruh 4 modul tersebut

(randomization

dengan urutan acak ( randomize) dan dilakukan secara

bergantian (cross over)

3.

Apakah

sampel Tidak ada sample yang masuk dalam kriteria inklusi yang

yang ikut penelitian drop out dari penelitian

di awal mengikuti
penelitian

hingga

selesai (dropout)?

1.

p-value

IMPORTANCE
Batas untuk statistikal signifikan adalah jika p<0,05

2.

Confidence Interval

95%CI

3.
4.

Risk Ratio
Perbedaan proporsi

Tidak ada
Tidak ada
APPLICABILITY
Penelitian ini dilakukan di Korea Selatan, dimana postur

1.

Apakah

karakteristik pasien tubuh dan perawakan tidak jauh berbeda dengan masyarakat
di kota/negara kita Indonesia pada umumnya, sehingga terapi dan protocol rTMS
berbeda
sampel

dengan yang dilakukan pada penelitian ini dapat dilakukan pada

pada penderita halusinasi auditorik persisten di Indonesia

penelitian sehingga
2.

sulit diterapkan?
Apakah terapi ini Terapi rTMS telah ada di Indonesia, khususnya di
tersedia,
terjangkau

harganya Departemen Neurologi RSMH Palembang.

dan

nyaman digunakan
pada pasien kita?