Anda di halaman 1dari 28

TUGAS INDIVIDU

CASE REPORT
Dosen pengampu : ANI MARYANI, SKp., ETN.,M.KEP.,SP.KMB
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Teori Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun oleh :
FITRI RAHAYU
NPM : 220120130041

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu
atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari,
2011). Batu empedu bisa terdapat pada kantung empedu, saluran empedu ekstra
hepatik, atau saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di dalam kantung empedu
saja disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra
hepatik (duktus koleduktus) disebut koledokolitiasis, sedang bila terdapat di
dalam saluran empedu intra hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan
dan kiri disebut hepatolitiasis. Kolesistolitiasis dan koledokolitiasis disebut
dengan kolelitiasis.

B. KLASIFIKASI
Berdasarkan komposisi kimiawi dan gambaran mikroskopiknya, batu empedu
dibagi menjadi tiga tipe utama oleh Suzuki dan Sato, yaitu batu kolesterol (batu
kolesterol murni, batu kombinasi, batu campuran), batu pigmen (batu kasium
bilirubinat, batu hitam atau pigmen murni), dan batu empedu yang jarang (batu
kalsium karbonat, dan batu kalsium asam lemak).
Menurut Herdman, T.Heather (2010) batu empedu terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
- Batu Kolesterol
a. Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal
Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan, pada foto
rontgen terlihat intinya. Bentuknya bulat dengan diameter 4 cm, dengan
permukaan licin atau noduler. Batu ini tidak mengandung kalsium
sehingga tidak dapat dilihat pada pemotretan sinar X biasa.
b. Batu kolesterol campuran
Batu ini terbentuk bilamana terjadi infeksi sekunder pada kandung
empedu yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang soliter dimana
pada permukaannya terdapat endapan pigmen kalsium.

c. Batu kolesterol ganda


Jenis batu ini jarang ditemui dan bersifat radio transulen.
Batu pigmen
Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu dan berbagai macam kalsium
dan matriks dari bahan organik. Batu ini biasanya berganda, kecil, keras,

amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua. Alasannya 10 % radioopaque.


Batu Campuran
Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai ( 80 %), dan terdiri atas
kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan matriks protein.
Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat
radioopaque. Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan
sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium palmitit dan kalsium bilirubinat.
Bentuknya lebih bervariasi dibandingkan bentuk batu pigmen. Dapat berupa
batu soliter atau multiple. Permukaanya mungkin licin atau multifaset, bulat,
berduri, da nada yang seperti buah murbei. Batu pigmen mengandung kurang
dari 25% kolesterol, sering ditemukan kecil-kecil, dapat berjumlah banyak,
warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam, dan berbentuk

seperti lumpur atau tanah yang rapuh.


Batu Kolesterol
a. Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal
Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan, pada foto
rontgen terlihat intinya. Bentuknya bulat dengan diameter 4 cm, dengan
permukaan licin atau noduler. Batu ini tidak mengandung kalsium
sehingga tidak dapat dilihat pada pemotretan sinar X biasa.

b. Batu kolesterol campuran


Batu ini terbentuk bilamana terjadi infeksi sekunder pada kandung
empedu yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang soliter dimana

pada permukaannya terdapat endapan pigmen kalsium.


c. Batu kolesterol ganda
Jenis batu ini jarang ditemui dan bersifat radio transulen.
Batu pigmen
Pigmen kalkuli mengandung pigmen empedu dan berbagai macam kalsium
dan matriks dari bahan organik. Batu ini biasanya berganda, kecil, keras,

amorf, bulat, berwarna hitam atau hijau tua. Alasannya 10 % radioopaque.


Batu Campuran

Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai ( 80 %), dan terdiri atas
kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan matriks protein.
Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat
radioopaque. Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan
sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium palmitit dan kalsium bilirubinat.
Bentuknya lebih bervariasi dibandingkan bentuk batu pigmen. Dapat berupa
batu soliter atau multiple. Permukaanya mungkin licin atau multifaset, bulat,
berduri, da nada yang seperti buah murbei. Batu pigmen mengandung kurang
dari 25% kolesterol, sering ditemukan kecil-kecil, dapat berjumlah banyak,
warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam, dan berbentuk
seperti lumpur atau tanah yang rapuh.

C. ETIOLOGI
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat
terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak
faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain: jenis kelamin, usia
obesitas, statis bilier, obat-obatan, diet, keturunan, infeksi bilier, gangguan
Intestinal, aktifitas fisik, nutrisi intravena jangka lama.
D. MANIFESTASI KLINIS
Asimtomstik, rasa nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan
feses, defisiensi vitamin (Sjamsuhidajat, 2002)
E. PATOFISIOLOGI

Patofisiologi pembentukan batu empedu atau disebut kolelitiasis pada


umumnya merupakan satu proses yang bersifat multifaktorial. Kolelitiasis
merupakan istilah dasar yang merangkum tiga proses litogenesis empedu utama
berdasarkan lokasi batu terkait; Kolesistolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di
kantung empedu); Koledokolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di duktus
koledokus); Hepatolitiasis (litogenesis yang terlokalisir di saluran empedu dari awal
percabangan duktus hepatikus kanan dan kiri)
Dari segi patofisiologi, pembentukan batu empedu tipe kolesterol dan tipe
berpigmen pada dasarnya melibatkan dua proses patogenesis dan mekanisme yang
berbeda sehinggakan patofisiologi batu empedu turut terbagi atas:
1. Patofisiologi batu kolesterol
Pembentukan batu kolesterol merupakan proses yang terdiri atas 4 defek
utama yang dapat terjadi secara berurutan atau bersamaan: Supersaturasi
kolesterol empedu, hipomotilitas kantung empedu, peningkatan aktivitas
nukleasi kolesterol, hipersekresi mukus di kantung empedu
2. Patofisiologi batu berpigmen
Patofisiologi batu berpigmen untuk kedua tipe yakni batu berpigmen hitam
dan batu berpigmen coklat melibatkan dua proses yang berbeda.
Patofisiologi batu berpigmen hitam
Pembentukan batu berpigmen hitam diawali oleh hipersekresi
blilirubin terkonjugat (khususnya monoglukuronida) ke dalam empedu. Pada
keadaan hemolisis terjadi hipersekresi bilirubin terkonjugat hingga mencapai
10 kali lipat dibanding kadar sekresi normal. Bilirubin terkonjugat
selanjutnya dihidrolisis oleh glukuronidase endogenik membentuk bilirubin
tak terkonjugat. Pada waktu yang sama, defek pada mekanisme asidifikasi
empedu akibat daripada radang dinding mukosa kantung empedu atau
menurunnya kapasitas buffering asam sialik dan komponen sulfat dari gel
musin akan menfasilitasi supersaturasi kalsium karbonat dan fosfat yang
umumnya tidak akan terjadi pada keadaan empedu dengan PH yang lebih
rendah. Supersaturasi berlanjut dengan pemendakan atau presipitasi kalsium
karbonat, fosfat dan bilirubin tak terkonjugat. Polimerisasi yang terjadi
kemudian akan menghasilkan kristal dan berakhir dengan pembentukan batu
berpigmen hitam.
Patofisiologi batu berpigmen coklat

Batu berpigmen coklat terbentuk hasil infeksi anaerobik pada


empedu, sesuai dengan penemuaan sitorangka bakteri pada pemeriksaan
mikroskopik batu. Infeksi traktus bilier oleh bakteri Escherichia coli,
Salmonella typhii dan spesies Streptococcus atau parasit cacing seperti
Ascaris lumbricoides dan Opisthorchis sinensis serta Clonorchis sinensis
mendukung pembentukan batu berpigmen.
Patofisiologi batu diawali oleh infeksi bakteri/parasit di empedu.
Mikroorganisma enterik ini selanjutnya menghasilkan enzim glukuronidase,
fosfolipase A dan hidrolase asam empedu terkonjugat. Peran ketiga-tiga
enzim tersebut didapatkan seperti berikut:
- Glukuronidase menghidrolisis bilirubin terkonjugat hingga menyebabkan
-

pembentukan bilirubin tak terkonjugat.


Fosfolipase a menghasilkan asam lemak bebas (terutamanya asam stearik
dan asam palmitik).
Hidrolase asam empedu menghasilkan asam empedu tak terkonjugat.
Hasil produk enzimatik ini selanjutnya dapat berkompleks dengan

senyawa kalsium dan membentuk garam kalsium. Garam kalsium dapat


terendap lalu berkristalisasi sehingga terbentuk batu empedu. Proses
litogenesis ini didukung oleh keadaan stasis empedu dan konsentrasi kalsium
yang tinggi dalam empedu. Bakteri mati dan glikoprotein bakteri diduga
dapat berperan sebagai agen perekat, yaitu sebagai nidus yang menfasilitasi
pembentukan batu, seperti fungsi pada musin endogenic (Schwartz S 2000).
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1. Pemeriksaan Laboratorium
Batu kandung empedu yang asimptomatik umumnya tidak menunjukkan
kelainan laboratorik.
2. Pemeriksaan radiologi
Pemeriksaan sinar-X abdomen, foto polos abdomen, ultrasonografi (USG),
kolesistografi, endoscopic Retrograde Cholangiopnacreatography (ERCP),
percutaneous Transhepatic Cholangiography (PTC), Computed Tomografi
(CT), Magnetic resonance imaging (MRI) with magnetic resonance
cholangiopancreatography (MRCP)
G. PENATALAKSANAAN
1. Penatalaksanaan Non-Pembedahan
Sasaran utama terapi medikal adalah untuk mengurangi insiden serangan akut
nyeri kandung empedu dan kolesistitis dengan penatalaksanaan suportif dan

diit, dan jika memungkinkan, untuk menyingkirkan penyebab dengan


farmakoterapi, prosedur-prosedur endoskopi, atau intervensi pembedahan.
2. Penatalaksanaan Pembedahan
Koleksistektomi terbuka, mini kolesistektomi, kolesistektomilaparoskopi,
bedah kolesistotomi, kolesistotomi perkutan, koledokostomi

KASUS

Seorang wanita berusia 53 tahun dirawat dibangsal penyakit dalam dengan keluhan
nyeri pada abdomen bagian atas (mid epigastrium). Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan menyebar pada punggung dan bahu kanan. Pasien mengatakan kolik pada
mid epigastrium saat makan. Pasien mengatakan nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya
memuncak dalam 30 menit. Pasien mengatakan mual dan muntah setelah makan.
Pasien mengatakan tidak nafsu maka. Pasien mengatakan badannya tersa lemah.
Pasien mengalami penurunan BB 5 Kg, yang sebelumnya 85 Kg menjadi 80 Kg,
tinggi badan : 162 cm. pasien mengatakan perutnya terasa kembung pasien
mengatakan semenjak di rawat di RS hanya menghabiskan 3 sendok makanan dari
porsi makannya. Pasien mengatakan tidak tau harus berbuat apa dan tidak tau
tentang tindakan apa yang akan dilakukan terhadap penyakitnya pasien juga
mengatakan tidak tau tentang perawatan yang akan dilakukan setelah tindakan.
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami gejala atau penyakit yang
sama seperti sekarang yang dialaminya, pasien juga mengatakan belum pernah di
rawat di rumah sakit sebelumnya. Pemeriksaan TTV menunjukkan TD : 110/80
mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 38,5 C. hasil pemeriksaan lab.
Leukosit : 14.0000 mg/dl, Bilirubin 0,8 mg/dl, sclera ikterik ringan . Pemeriksaan
jasmani tidak menunjukkan kelainan yang nyata kecuali nyeri tekan di perut kanan

atas. Pemeriksaan laboratorium memberikan hasil darah tepi dalam batas normal,
tidak ada lekositosis, tes fungsi hati juga tidak ada kelainan (bilirubin total, GGT dan
transaminase serum dalam batas normal). Pemeriksaan ultrasonografi abdomen
menunjukkan gambaran batu-batu kecil di kandung empedu. Saluran empedu intra
dan ektrahepatik tidak melebar...

PEMBAHASAN KASUS
1

Pola Gordon
Pola persepsi
dan
pemeliharaan
kesehatan

Komponen Pengkajian
Definisi sehat menurut klien, kebiasaan
diet, olahraga, riwayat penyakit keluarga,
data genogram, persepsi tentang sehat dan
sakit, screening penyakit, pelayanan
kesehatan/pertolongan yang digunakan jika
sakit, konsumsi obat-obatan modern
maupun konvensional, riwayat kesehatan
dahulu.

Temuan Data
Diagnosa Keperawatan
Pasien mengatakan tidak tau harus Pemenuhan informasi
berbuat apa dan tidak tau tentang
tindakan apa yang akan dilakukan
terhadap penyakitnya pasien juga
mengatakan
tidak tau tentang
perawatan yang akan dilakukan setelah
tindakan.
Pasien
mengatakan
sebelumnya belum pernah mengalami
gejala atau penyakit yang sama seperti
sekarang yang dialaminya, pasien juga
mengatakan belum pernah di rawat di
rumah sakit sebelumnya.

Pola
nutrisi Kebiasaan makan dan minum sebelum
dan
MRS, diit RS, intake makanan, adanya
metabolism
mual, muntah, kesulitan menelan,keadaan
yang mengganggu nutrisi, status gizi yang
berhubungan dengan keadaan tubuh:
postur tubuh, BB, TB, IMT pengetahuan
tentang nutrisi terkait penyakitnya, intake
cairan, tanda-tanda kelebihan cairan,
perubahan
intake
makanan
terkait
penyakit, budaya, stress, adanya kelainan
psikologis terkait makan

Pasien mengatakan mual dan muntah Ketidakseimbangan nutrisi :


setelah makan. Pasien mengalami
kurang
dari
kebutuhan
penurunan BB 5 Kg, yang sebelumnya
tubuh.
85 Kg menjadi 80 Kg, tinggi badan :
162 cm. pasien mengatakan perutnya
terasa kembung pasien mengatakan
semenjak di rawat di RS hanya
menghabiskan 3 sendok makanan dari
porsi makannya

Pola eliminasi

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

Kebiasaan BAB/BAK sebelum masuk RS.

Keluhan terkait BAB/BAK. Urin output.


Karakteristik
BAB
dan
BAK,
Pengggunaan
obat-obatan
untuk
melancarkan BAB.
4

Pola aktivitas Aktivitas sehari-hari yang biasa dilakukan,


Olahraga yang disenangi, aktivitas
dan latihan
rekreasi, kemampuan perawatan diri,
hyegene,
makan,
mandi,
toileting,
dressing, penggunaan alat bantu mobilitas,
ROM, oksigenasi, alat bantu nafas,
gangguan aktivitas yang dialami.

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

Pola tidur dan Kebiasaan


tidur
sebelum
MRS,
penggunaan obat tidur, factor budaya,
istirahat
kebiasaan minum kopi Apakah ada
masalah dengan tidur saat ini, gangguan
tidur, lama tidur, keluhan penyakit yang
mengganggu tidur, masalah fisik dan
psikologi yang mempengaruhi tidur.

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

Pola

Pasien mengatakan nyeri pada abdomen Nyeri akut


bagian atas (mid epigastrium). Pasien
mengatakan nyeri yang dirasakan
menyebar pada punggung dan bahu
kanan. Pasien mengatakan kolik pada
mid epigastrium saat makan. Pasien
mengatakan nyeri mulai tiba-tiba dan
biasanya memuncak dalam 30 menit.

persepsi Tingkat kesadaran, orientasi, daya


penciuman, daya rasa, daya raba, daya
dan kognitif
pendengaran, daya penglihatan, nyeri
(PQRST),
factor
budaya
yang
mempengaruhi nyeri, cara-cara yang
dilakukan pasien untuk mengurangi nyeri,
pemakaian alat bantu lihat atau dengar,
Proses berfikir, isi pikiran, daya ingat, dan

waham,
kemampuan
keputusan,
kemampuan
tingkat pendidikan, luka.

mengambil
komunikasi,

Pola persepsi Pekerjaan, situasi keluarga, kelompok


diri
dan dukungan sosial, persepsi diri, kelemahan
konsep diri
dan kekuatan diri pasien, bagian tubuh
yang disukai atau tidak disukai, ancaman
terhadap konsep diri.

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

Pola peran dan Peran pasien dalam keluarga, pekerjaan


dan sosial, kepuasan peran, pengaruh
hubungan
status
kesehatan
terhadap
peran,
pentingnya keluarga, pengambil keputusan
dalam keluarga, orang-orang terdekat
pasien, pola hubungan orang tua anak.

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

Pola
Masalah seksual, deskripsi perilaku
seksualitas dan seksual, pengetahuan terkait seksualitas
reproduksi
dan reproduksi, efek status kesehatan
terhadap seksualitas, penggunaan alat
kontrasepsi. Masalah menstruasi, riwayat
gangguan fisik dan psikologis terkait
seksualitas.
Pola toleransi Apakah memiliki stressor selama ini, sifat
koping-stress
stressor, apa yang dilakukan untuk
mengatasi, strategi koping yang dipakai
dan efektivitasnya, kehilangan dan
perubahan hidup yang pernah atau sedang

Hasil pemeriksaan sistem reproduksi, payudara, dan rectal.

10

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

11

dialami, kaitan stress dengan dinamika


keluarga, pengetahuan tentang strategi
koping
Pola tata nilai Latar belakang etnik dan budaya pasien,
dan
status ekonomi, prilaku kesehatan terkait
kepercayaan
nilai atau kepercayaan, tujuan hidup
pasien, pentingnya agama bagi klien,
akibat
penyakit
terhadap
aktivitas
keagamaan.

Hasil pemeriksaan kesehatan umum.

ANALISA DATA
No
1

Data

Patofisiologi

Masalah Keperawatan

Data Subjektif:

Salah satu faktor penyebab kolelitiasis adalah

Nyeri akut

Pasien mengatakan nyeri pada abdomen bagian

obesitas.

atas (mid epigastrium).


Pasien mengatakan nyeri

peningkatan kolesterok (terjadi supersaturasi

menyebar pada punggung dan bahu kanan.


Pasien mengatakan kolik pada mid epigastrium

saat makan.
Pasien mengatakan nyeri mulai tiba-tiba dan

yang

dirasakan

biasanya memuncak dalam 30 menit.


Data Objektif:
- Pasien terlihar meringis menahan nyerinya
- Skala nyeri 7 (dari skala 0-10)
- TTV : TD : 110/80 mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20

Obesitas

dapat

menyebabkan

kolesterol), menyebabkan vesikel berlapislapis dan terjadi pembentukan kristal kolesterol


dan membentuk batu kolesterol sehingga
terjadi kolelitiasis. Dengan adanya kolelitiasis
maka batu terdorong menuju duktus sistikus,
menyebabkan

obstruksi

duktus

sistikus,

terjadilah distensi kandung empedu, dengan


demikian fundus empedu menyentuh dinding

x/menit, S : 38,5 C.
- hasil pemeriksaan lab. Leukosit : 14.0000 mg/dl,
Bilirubin 0,8 mg/dl,
2

Data Subjektif:
- Pasien mengatakan mual dan muntah setelah makan.

abdomen pada kartilago koste 9 dan 10


terjadilah gesekan empedu dengan dinding dan
menyebab kan nyeri pada pasien
Sama hal nya dengan nyeri, pada pasien salah Ketidakseimbangan nutrisi:
satu

faktor

- Pasien mengalami penurunan BB 5 Kg, yang obesitas.

penyebab

Obesitas

kolelitiasis

dapat

adalah Kurang dari kebutuhan tubuh

menyebabkan

sebelumnya 85 Kg menjadi 80 Kg, tinggi badan : peningkatan kolesterok (terjadi supersaturasi


162 cm.
- pasien mengatakan perutnya terasa kembung

kolesterol), menyebabkan vesikel berlapis-lapis


dan terjadi pembentukan kristal kolesterol dan

- pasien mengatakan semenjak di rawat di RS hanya membentuk batu kolesterol sehingga terjadi
menghabiskan 3 sendok makanan dari porsi kolelitiasis. Dengan adanya kolelitiasis maka
makannya

batu

terdorong

menuju

duktus

sistikus,

- pasien mengatakan tidak nafsu makan

menyebabkan obstruksi duktus sistikus, terjadi

- pasien mengatakan badan terasa lemah

iritasi dinding duktus sistikus akibat gesekan

Data Objektif:
- Klien tampak lemah

dengan batu, menyebabkan terjadinya respon


inflamasi sehingga meningkatkan permeabilitas

- Pasien terlihat menghabiskan 3 sendik makan dari vasa


porsi makanan yang diberikan
- BB berkurang 5 Kg

dan

perubahan

hemodinamika,

menimbulkan penumpukan cairan di intertitial


dan

timbulah

peningkatan

edema
tekanan

sehingga
intra

terjadi
abdomen

menyebabkan terjadi penekanan pada lambng


dan menyebabkan pasien mual terjadilah

anoreksia sehingga intake makanan tidak


adekuat,

kaadaan

ketidakseimbangan
3

nutrisi

membuat

kurang

dari

kebutuhan tubuh.
Dengan adanya gejala yang diderita pasien,

Data subjektif:
-

tersebut

Pasien mengatakan tidak tau harus berbuat apa pasien tidak tau apa yang harus dilakukan.
dan tidak tau tentang tindakan apa yang akan Pasien jua tidak mengetahui tindakan dan

perawatan yang akan dilakukan terhadap


dilakukan terhadap penyakitnya
pasien juga mengatakan tidak tau tentang
penyakit yang dideritanya. Dengan demikian
perawatan yang akan dilakukan setelah tindakan.
perlu pemenuhan informasi pada pasien
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah
mengalami gejala atau penyakit yang sama seperti
sekarang

yang

dialaminya,

pasien

juga

mengatakan belum pernah di rawat di rumah sakit


sebelumnya.
Data objektif
- Saat di Tanya

pasien

tidak

tau

tentang

penyakitnya
Pasien tidak tau tindakan dan perwatan yang akan

dilakukan
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya

Pemenuhan informasi

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d respon inflamasi bilier
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat
3. Pemenuhan informasi b.d adanya rencana pembedahan dan rencana perawatan rumah

NCP
No
1

Diagnosa
keperawatan
Nyeri akut b.d

Setelah dilakukan

respon inflamasi

intervensi selama 3x24 jam

tindakan pereda nyeri nonfarmakologi

relaksasi dan nonfarmakologi

bilier

diharapkan nyeri berkurang

dan noninvasive

lainnya telah menunjukkan

Tujuan

Intervensi
-

Jelaskan dan bantu pasien dengan

Rasional
-

atau teratasi. Dengan


Kriteria evaluasi:
- Secara subjektif pernyataan
nyeri berkurang atau
teratasi
- Skala nyeri 0-1 (0-10)
- TTV dalam batas normal

pendekatan dengan menggunakan

keefektifan dalam mengurangi nyeri


-

Lakukan manajement nyeri


keperawatan pada pasien tanpa
.

intervensi bedah, meliputi:

Keji nyeri dengan pendekatan


PQRST

pendekatan PQRST dapat secara


komprehensif menggali kondisi
nyeri pasien

Berikan posisi fowler

posisi fowler menurunkan tekanantekanan intraabdominal

Kompres hangat pada area

efek dilatasi dinding empedu


memberikan respons spasme akan

abdomen kanan atas

menurun

Istrirahatkan pasien saat nyeri

istirahat secara fisiologis akan


menurunkan kebutuhan oksigen

muncul

yang diperlukan untuk memenuhi


kebutuhan metabolism basal

Ajarkan teknik relaksasi


pernapasan dalam pada saat nyeri

sehingga akan menurunkan nyeri

muncul

sekunder dari iskemia jaringan lokal

Ajarkan teknik distraksi pada saat


(Loewy Joanne, Suzanne Hanser,
John Mondanaro, 2013). Music
Therapy

as

an

Integrative

Treatment for Pain . mengatakan


bahwa terapi music merupakan
terapi yang umum, terapi music
merupakan

distraksi (pengalihan perhatian)dapat


menurunkan stimulus internal

nyeri
-

meningkatkan intake oksigen

terapi

yang

efektif

untuk

mengatasi

nyeri.

Terapi

musik juga merupakan analgesik


yang terkenal.

manajement sentuhan pada saat

Lakukan management sentuhan

nyeri berupa sentuhan dukungan

(Tan Gabriel, et.al 2007)

psikologis dapat membantu

Efficacy of selected

menurunkan nyeri

complementary and alternative


medicin interventions for chronic
pain.
Mengatakan bahwa energi
adalah dasar manusia dan
lingkungannya. Nyeri dan
gejala lain terjadi ketika
energi dalam tubuh
manusia tidak seimbang,
dan terapi sentuhan diakui
untuk mengidentifikasi dan
mengurangi
ketidakseimbangan dalam
tubuh pasien untuk

mempengaruhi nyeri.

pengetahuan akan dirasakan


membantu mengurangi nyerinya dan

Tingkatkan pengetahuan tentang :

dapat membantu mengembangkan

sebab-sebab nyeri dan menghubungkan

kepatuhan pasien terhadap rencana

berapa lama nyeri akan berlangsung

terapeutik

Kolaborasi dengan tim medis untuk

sehingga nyeri akan berkurang

pemberian :

Analgetik

analgetik memblok lintasan nyeri

penanganan bedah pada batu


empedu dilaksanakan untuk

mengurangi keluhan nyeri, untuk

Intervensi bedah

menghilangkan penyebab kolik


barier dan untuk mengatasi
kolesistitis akut. Pembedahan dapat
efektif jika gejala yang dirasakan
pasien sudah mereda atau bias
dikerjakan sebagai suatu prosedur
darurat bilamana kondisi pasien
2

Ketidakseimbangan

Setelah dilakukan intervensi -

Kaji status nutrisi pasien, turgor kulit,

nutrisi: Kurang dari

selama 3x24 jam diharapkan

berat badan, derajat penurunan berat

mengharuskan
Memvalidasi dan menetapkan
derajat masalah untuk menetapkan

kebutuhan tubuh b.d

akan mempertahankan

badan, integritas mukosa oral,

intake makanan yang kebutuhan nutrisi yang

kemampuan menelan, riwayat

kurang adekuat

mual/muntah, dan diare

adekuat, dengan kriteria


evaluasi :
-

membuat pilihan diet

Kaji pengetahuan pasien tentang intake

pilihan intervensi yang tepat

nutrisi

Tingkat pengetahuan dipengaruhi


oleh kondisi social ekonomi pasien.

untuk memenuhi

Perawat menggunakan pendekatan

kebutuhan nutrisi dalam

yang sesuai dengan kondisi individu

situasi individu

pasien. Dengan mengetahui tingkat

menunjukkan

pengetahuan tersebut perawat dapat

peningkatan BB

lebih terarah dalam memberikan


pendidikan yang sesuai dengan
pengetahuan pasien secara efisien
dan efektif
-

Pertahankan kebersihan mulut

Akumulasi partikel makanan di


mulut dapat menambah baud an rasa
tak sedap yang menurunkan nafsu

makan
Diet yang diterapkan segera setelah

Berikan diet sesuain kondisi klinik atau

suatu serangan yang akut biasanya

tingkat toleransi

dibatasi pada makanan cair rendah


lemak.

Suplemen

bubuk

tinggi

protein dan karbohidrat dapat diaduk

ke dalam susu krim. Makanan


berikut ini ditambahkan jika pasien
dapat menerimanya : buah yang
dimasak, nasi atau ketela, daging
tanpa

lemak,

dilumatkan,

kentang

sayuran

yang

yang
tidak

membentuk gas. Penatalaksanaan


diet merupakan bentuk terapi utama
pada pasien yang hanya mengalami
intoleransi

terhadap

makanan

berlemak dan mengeluhkan gejala


gastrointestinal ringan.
3

Pemenuhan

Setelah dilakukan intervensi -

Cari sumber yang meningkatkan

informasi b.d adanya

selama 1x24 jam informasi

penerimaan informasi

rencana pembedahan

kesehatan terpenuhi dengan

dan rencana
perawatan rumah

pendidikan kesehatan
-

yang diberikan
Pasien termotivasi untuk

Keluarga terdekat dengan pasien


perlu dilibatkan dalam pemenuhan
informasi untuk menurunkan resiko

kriteria evaluasi :
:
- Pasien mampu
menjelaskan kembali

misinterpretasi terhadap informasi


-

Beritahu gejala awal pada pasien yang


terdeteksi batu empedu asimtomatik

yang diberikan.
Pasien dengan batu empedu tanpa
gejala harus dididik untuk mengenali
dan melaporkan gejala kolik bilier.
Gejala awal termasuk nyeri

melaksanakan

epigastrium yang terus menerus

penjelalasan yang telah

berlangsung selama 20 menit,

diberikan

terutama bila disertai mual, muntah


atau demam. Jika sakit parah atau
berlangsung selama lebih dari satu
jam, pasien harus segera mencari
perhatian medis
-

Jelaskan dan lakukan pemenuhan atau


persiapan pembedahan, meliputi :

Kolesistektomi merupakan suatu

Jelaskan tentang pembedahan

intervensi bedah yang mempunyai

kolesistektomi
(David P. VOGT, MD, 2002).

tujuan bedah ablatif atau melakukan

Gallbladder disease: An update on

mengalami masalah atau mempunyai

diagnosis and treatment.


Mengatakan bahwa Kolesistektomi

penyakit.

tetap terapi terbaik untuk penyakit


batu empedu simtomatik. Hal ini
efektif dan aman, dengan rendahnya
tingkat komplikasi

(14%) dan

mortalitas (0,17%), terutama jika


dilakukan secara elektif pada pasien
lebih muda dari 65 tahun.

pengangkatan bagian tubuh yang

Diskusikan jadwal pembedahan

Pasien dan keluarga harus diberitahu


waktu dimulainya pembedahan.
Apabila rumah sakit mempunyai I
jadwal kamar operasi yang padat,
lebih baik pasien dan keluarga
diberitahukan tentang banyaknya
jadwal operasi yang telah ditetapkan
sebelum pasien.

Setiap pasien diajarkan sebagai

Lakukan pendidikan kesehatan

seorang individu dengan

preoperative
(Kruzik Nancy, MSN, RN, CNOR,

mempertimbangkan segala keunikan

2009) Benefits of
Education

for

Preoperative

Adult

Surgery Patients.
Mengatakan bahwa

Elective
pendidikan

pasien merupakan hal yang utama


yang

harus

dilakukan

sebelum

pembedahan, hasil penelitian ini


menunjukkan

bahwa

pendidikan

ansietas, kebutuhan dan harapanharapannya.

praoperasi dapat meningkatkan hasil


dan

kepuasan

pasien

terhadap

tindakan pembedahan terutama jika


pengajaran

dilakukan

individu.

Selain

kesehatan

ini

itu

secara
pendidikan

berguna

untuk

meningkatkan pengetahuan pasien


tentang

tindakan

kemampuan
melakukan dan
operasi

dan

pembedahan,

mereka

untuk

mematuhi syarat
pemulihan

pasca

operasi.
-

Beritahu persiapan pembedahan


meliputi :

Pencukuran area operasi

Pencukuran area operasi dilakukan


apabila ahli bedah mengharuskan
kulit untuk dicukur, pasien
diberitahukan tentang prosedur
mencukur, dibaringkan dalam posisi
yang nyaman, dan tidak memajan
bagian yang tidak perlu

Persiapan puasa

Persiapan istirahat dan tidur

Puasa preoperative idealnya 6-8 jam

sebelum intervensi bedah


Istirahat merupakan hal yang penting
untuk penyembuhan normal.
Perawat harus member lingkungan

yang tenang dan nyaman bagi pasien


Pasien sudah menyelesaikan
administrasi dan mengetahui secara

Persiapan administrasi dan

financial biaya pembedahan. Pasien

informed consen

sudah mendapat penjelasan dan


-

menandatangani informed consent


Pasien akan mendapat manfaat bila
mengetahui kapan keluarga dan

Beritahu pasien dan keluarga kapan

temannya bisa berkunjung setelah

pasien sudah bisa dikunjungi

pembedahan
-

Manajement nyeri dilakukan untuk


peningkatan control nyeri pada
pasien

Berikan informasi tentang manajemen


nyeri

Setelah kolesistektomi, beberapa


individu mengalami sakit berulang
menyerupai kolik bilier dan juga
mengalami diare kronis, hal ini

Berikan informasi pada pasien yang

biasanya dihubungkan dengan garam

akan menjalani perawatan rumah

empedu

pascakolesistektomi, meliputi :
Jelaskan bahwa setelah dilakukan
kolesistektomi pasien bisa
mengalami gejala nyeri seperti kolik
bilier atau mengalami diare

Kerusakan aliran empedu

mengakibatkan malabsorbsi lemak


- Beberapa agen nyeri farmakologi
biasanya memberikan reaksi negative

Anjurkan untuk membatasi makanan

dan cairan yang tinggi lemak


Anjurkan untuk semampunya

- Pascakolesistektomi tanpa komplikasi,

melakukan manajement nyeri

pasien akan langsung pulang setelah

nonfarmakologi pada saat nyeri

fungsi usus dan kesadaran normal. Di

muncul
Beritahu pasien dan keluarga apabila

rumah, pasien dan keluarga diajarkan

didapatkan perubahan klinik atau

balutan. Apabila ada perubahan pada

komplikasi untuk segera

denyut nadi dan perubahan warna

memeriksakan diri

pada balutan, maka tanda ini

pada gastrointestinal

untuk memeriksa nadi dan kondisi

merupakan tanda komplikasi yang


harus segera mendapatkan intervensi
medis.

DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Busch, et al. 2011. The Effect of Deep and Slow Breathing on Pain Perception, Autonomic Activity,
and Mood ProcessingAn Experimental Study, Pain Medicine Volume 13, Issue 2, pages 215
228, February 2012
David P. Vogt, MD. 2002. Gallbladder disease: An update on diagnosis and treatment. Cleveland
Clinic Journal Of Medicine. Volume 69. Number 12
Doenges, M, E, Moorhouse, M, F., & Geissler, A, C. 2012. Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T.Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC
Kruzik Nancy, MSN, RN, CNOR. 2009. Benefits of Preoperative Education for Adult Elective
Surgery Patients. Aorn journal. Vol 90, NO 3
Kwekkeboom, L. K., & Gretarsdottir. 2005. Systematic Review of Relaxation Interventions for Pain.
Journal of Nursing Scholarship. Third Quarter, 269-277
Joanne Loewy, Suzanne Hanser, John Mondanaro. 2013. Music Therapy as an Integrative Treatment
for Pain. American Chronic Pain Association.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC

Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER
RSPAD Gatot soebroto
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih
bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Syamsuhidajat, M dan Wim De Jong, 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Tan Gabriel, et.al .2007. Efficacy of selected complementary and alternative medicine interventions
for chronic pain. Journal of Rehabilitation Research & Development. Volume 44, Number 2,
2007. Pages 195222

Anda mungkin juga menyukai