CASE REPORT
Dosen pengampu : ANI MARYANI, SKp., ETN.,M.KEP.,SP.KMB
Disusun Untuk Memenuhi Tugas
Mata Kuliah :Teori Keperawatan Medikal Bedah II
Disusun oleh :
FITRI RAHAYU
NPM : 220120130041
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Kolelitiasis adalah adanya batu yang terdapat didalam kandung empedu
atau saluran empedu (duktus koledokus) atau keduanya (Muttaqin dan Sari,
2011). Batu empedu bisa terdapat pada kantung empedu, saluran empedu ekstra
hepatik, atau saluran empedu intra hepatik. Bila terletak di dalam kantung empedu
saja disebut kolesistolitiasis, dan yang terletak di dalam saluran empedu ekstra
hepatik (duktus koleduktus) disebut koledokolitiasis, sedang bila terdapat di
dalam saluran empedu intra hepatik disebelah proksimal duktus hepatikus kanan
dan kiri disebut hepatolitiasis. Kolesistolitiasis dan koledokolitiasis disebut
dengan kolelitiasis.
B. KLASIFIKASI
Berdasarkan komposisi kimiawi dan gambaran mikroskopiknya, batu empedu
dibagi menjadi tiga tipe utama oleh Suzuki dan Sato, yaitu batu kolesterol (batu
kolesterol murni, batu kombinasi, batu campuran), batu pigmen (batu kasium
bilirubinat, batu hitam atau pigmen murni), dan batu empedu yang jarang (batu
kalsium karbonat, dan batu kalsium asam lemak).
Menurut Herdman, T.Heather (2010) batu empedu terbagi menjadi tiga tipe yaitu:
- Batu Kolesterol
a. Soliter (single cholesterol stone) atau batu kolesterol tunggal
Tipe batu ini mengandung kristal kasar kekuning-kuningan, pada foto
rontgen terlihat intinya. Bentuknya bulat dengan diameter 4 cm, dengan
permukaan licin atau noduler. Batu ini tidak mengandung kalsium
sehingga tidak dapat dilihat pada pemotretan sinar X biasa.
b. Batu kolesterol campuran
Batu ini terbentuk bilamana terjadi infeksi sekunder pada kandung
empedu yaitu mengandung batu empedu kolesterol yang soliter dimana
pada permukaannya terdapat endapan pigmen kalsium.
Batu ini adalah jenis yang paling banyak dijumpai ( 80 %), dan terdiri atas
kolesterol, pigmen empedu, berbagai garam kalsium dan matriks protein.
Biasanya berganda dan sedikit mengandung kalsium sehingga bersifat
radioopaque. Batu kolesterol mengandung paling sedikit 70% kolesterol, dan
sisanya adalah kalsium karbonat, kalsium palmitit dan kalsium bilirubinat.
Bentuknya lebih bervariasi dibandingkan bentuk batu pigmen. Dapat berupa
batu soliter atau multiple. Permukaanya mungkin licin atau multifaset, bulat,
berduri, da nada yang seperti buah murbei. Batu pigmen mengandung kurang
dari 25% kolesterol, sering ditemukan kecil-kecil, dapat berjumlah banyak,
warnanya bervariasi antara coklat, kemerahan, sampai hitam, dan berbentuk
seperti lumpur atau tanah yang rapuh.
C. ETIOLOGI
Etiologi batu empedu masih belum diketahui secara pasti. Kolelitiasis dapat
terjadi dengan atau tanpa faktor resiko dibawah ini. Namun, semakin banyak
faktor resiko yang dimiliki seseorang, semakin besar kemungkinan untuk
terjadinya kolelitiasis. Faktor resiko tersebut antara lain: jenis kelamin, usia
obesitas, statis bilier, obat-obatan, diet, keturunan, infeksi bilier, gangguan
Intestinal, aktifitas fisik, nutrisi intravena jangka lama.
D. MANIFESTASI KLINIS
Asimtomstik, rasa nyeri dan kolik bilier, ikterus, perubahan warna urin dan
feses, defisiensi vitamin (Sjamsuhidajat, 2002)
E. PATOFISIOLOGI
KASUS
Seorang wanita berusia 53 tahun dirawat dibangsal penyakit dalam dengan keluhan
nyeri pada abdomen bagian atas (mid epigastrium). Pasien mengatakan nyeri yang
dirasakan menyebar pada punggung dan bahu kanan. Pasien mengatakan kolik pada
mid epigastrium saat makan. Pasien mengatakan nyeri mulai tiba-tiba dan biasanya
memuncak dalam 30 menit. Pasien mengatakan mual dan muntah setelah makan.
Pasien mengatakan tidak nafsu maka. Pasien mengatakan badannya tersa lemah.
Pasien mengalami penurunan BB 5 Kg, yang sebelumnya 85 Kg menjadi 80 Kg,
tinggi badan : 162 cm. pasien mengatakan perutnya terasa kembung pasien
mengatakan semenjak di rawat di RS hanya menghabiskan 3 sendok makanan dari
porsi makannya. Pasien mengatakan tidak tau harus berbuat apa dan tidak tau
tentang tindakan apa yang akan dilakukan terhadap penyakitnya pasien juga
mengatakan tidak tau tentang perawatan yang akan dilakukan setelah tindakan.
Pasien mengatakan sebelumnya belum pernah mengalami gejala atau penyakit yang
sama seperti sekarang yang dialaminya, pasien juga mengatakan belum pernah di
rawat di rumah sakit sebelumnya. Pemeriksaan TTV menunjukkan TD : 110/80
mmHg, N : 80 x/menit, RR : 20 x/menit, S : 38,5 C. hasil pemeriksaan lab.
Leukosit : 14.0000 mg/dl, Bilirubin 0,8 mg/dl, sclera ikterik ringan . Pemeriksaan
jasmani tidak menunjukkan kelainan yang nyata kecuali nyeri tekan di perut kanan
atas. Pemeriksaan laboratorium memberikan hasil darah tepi dalam batas normal,
tidak ada lekositosis, tes fungsi hati juga tidak ada kelainan (bilirubin total, GGT dan
transaminase serum dalam batas normal). Pemeriksaan ultrasonografi abdomen
menunjukkan gambaran batu-batu kecil di kandung empedu. Saluran empedu intra
dan ektrahepatik tidak melebar...
PEMBAHASAN KASUS
1
Pola Gordon
Pola persepsi
dan
pemeliharaan
kesehatan
Komponen Pengkajian
Definisi sehat menurut klien, kebiasaan
diet, olahraga, riwayat penyakit keluarga,
data genogram, persepsi tentang sehat dan
sakit, screening penyakit, pelayanan
kesehatan/pertolongan yang digunakan jika
sakit, konsumsi obat-obatan modern
maupun konvensional, riwayat kesehatan
dahulu.
Temuan Data
Diagnosa Keperawatan
Pasien mengatakan tidak tau harus Pemenuhan informasi
berbuat apa dan tidak tau tentang
tindakan apa yang akan dilakukan
terhadap penyakitnya pasien juga
mengatakan
tidak tau tentang
perawatan yang akan dilakukan setelah
tindakan.
Pasien
mengatakan
sebelumnya belum pernah mengalami
gejala atau penyakit yang sama seperti
sekarang yang dialaminya, pasien juga
mengatakan belum pernah di rawat di
rumah sakit sebelumnya.
Pola
nutrisi Kebiasaan makan dan minum sebelum
dan
MRS, diit RS, intake makanan, adanya
metabolism
mual, muntah, kesulitan menelan,keadaan
yang mengganggu nutrisi, status gizi yang
berhubungan dengan keadaan tubuh:
postur tubuh, BB, TB, IMT pengetahuan
tentang nutrisi terkait penyakitnya, intake
cairan, tanda-tanda kelebihan cairan,
perubahan
intake
makanan
terkait
penyakit, budaya, stress, adanya kelainan
psikologis terkait makan
Pola eliminasi
Pola
waham,
kemampuan
keputusan,
kemampuan
tingkat pendidikan, luka.
mengambil
komunikasi,
Pola
Masalah seksual, deskripsi perilaku
seksualitas dan seksual, pengetahuan terkait seksualitas
reproduksi
dan reproduksi, efek status kesehatan
terhadap seksualitas, penggunaan alat
kontrasepsi. Masalah menstruasi, riwayat
gangguan fisik dan psikologis terkait
seksualitas.
Pola toleransi Apakah memiliki stressor selama ini, sifat
koping-stress
stressor, apa yang dilakukan untuk
mengatasi, strategi koping yang dipakai
dan efektivitasnya, kehilangan dan
perubahan hidup yang pernah atau sedang
10
11
ANALISA DATA
No
1
Data
Patofisiologi
Masalah Keperawatan
Data Subjektif:
Nyeri akut
obesitas.
saat makan.
Pasien mengatakan nyeri mulai tiba-tiba dan
yang
dirasakan
Obesitas
dapat
menyebabkan
obstruksi
duktus
sistikus,
x/menit, S : 38,5 C.
- hasil pemeriksaan lab. Leukosit : 14.0000 mg/dl,
Bilirubin 0,8 mg/dl,
2
Data Subjektif:
- Pasien mengatakan mual dan muntah setelah makan.
faktor
penyebab
Obesitas
kolelitiasis
dapat
menyebabkan
- pasien mengatakan semenjak di rawat di RS hanya membentuk batu kolesterol sehingga terjadi
menghabiskan 3 sendok makanan dari porsi kolelitiasis. Dengan adanya kolelitiasis maka
makannya
batu
terdorong
menuju
duktus
sistikus,
Data Objektif:
- Klien tampak lemah
dan
perubahan
hemodinamika,
timbulah
peningkatan
edema
tekanan
sehingga
intra
terjadi
abdomen
kaadaan
ketidakseimbangan
3
nutrisi
membuat
kurang
dari
kebutuhan tubuh.
Dengan adanya gejala yang diderita pasien,
Data subjektif:
-
tersebut
Pasien mengatakan tidak tau harus berbuat apa pasien tidak tau apa yang harus dilakukan.
dan tidak tau tentang tindakan apa yang akan Pasien jua tidak mengetahui tindakan dan
yang
dialaminya,
pasien
juga
pasien
tidak
tau
tentang
penyakitnya
Pasien tidak tau tindakan dan perwatan yang akan
dilakukan
Pasien belum pernah dirawat di rumah sakit
sebelumnya
Pemenuhan informasi
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut b.d respon inflamasi bilier
2. Ketidakseimbangan nutrisi: Kurang dari kebutuhan tubuh b.d intake makanan yang kurang adekuat
3. Pemenuhan informasi b.d adanya rencana pembedahan dan rencana perawatan rumah
NCP
No
1
Diagnosa
keperawatan
Nyeri akut b.d
Setelah dilakukan
respon inflamasi
bilier
dan noninvasive
Tujuan
Intervensi
-
Rasional
-
menurun
muncul
muncul
as
an
Integrative
nyeri
-
terapi
yang
efektif
untuk
mengatasi
nyeri.
Terapi
Efficacy of selected
menurunkan nyeri
mempengaruhi nyeri.
terapeutik
pemberian :
Analgetik
Intervensi bedah
Ketidakseimbangan
mengharuskan
Memvalidasi dan menetapkan
derajat masalah untuk menetapkan
akan mempertahankan
kurang adekuat
nutrisi
untuk memenuhi
situasi individu
menunjukkan
peningkatan BB
makan
Diet yang diterapkan segera setelah
tingkat toleransi
Suplemen
bubuk
tinggi
lemak,
dilumatkan,
kentang
sayuran
yang
yang
tidak
terhadap
makanan
Pemenuhan
penerimaan informasi
rencana pembedahan
dan rencana
perawatan rumah
pendidikan kesehatan
-
yang diberikan
Pasien termotivasi untuk
kriteria evaluasi :
:
- Pasien mampu
menjelaskan kembali
yang diberikan.
Pasien dengan batu empedu tanpa
gejala harus dididik untuk mengenali
dan melaporkan gejala kolik bilier.
Gejala awal termasuk nyeri
melaksanakan
diberikan
kolesistektomi
(David P. VOGT, MD, 2002).
penyakit.
(14%) dan
preoperative
(Kruzik Nancy, MSN, RN, CNOR,
2009) Benefits of
Education
for
Preoperative
Adult
Surgery Patients.
Mengatakan bahwa
Elective
pendidikan
harus
dilakukan
sebelum
bahwa
pendidikan
kepuasan
pasien
terhadap
dilakukan
individu.
Selain
kesehatan
ini
itu
secara
pendidikan
berguna
untuk
tindakan
kemampuan
melakukan dan
operasi
dan
pembedahan,
mereka
untuk
mematuhi syarat
pemulihan
pasca
operasi.
-
Persiapan puasa
informed consen
pembedahan
-
empedu
pascakolesistektomi, meliputi :
Jelaskan bahwa setelah dilakukan
kolesistektomi pasien bisa
mengalami gejala nyeri seperti kolik
bilier atau mengalami diare
muncul
Beritahu pasien dan keluarga apabila
memeriksakan diri
pada gastrointestinal
DAFTAR PUSTAKA
Brunner and Suddarth. 2001. Keperawatan Mendikal Bedah volume 2 edisi 8. Jakarta: EGC
Busch, et al. 2011. The Effect of Deep and Slow Breathing on Pain Perception, Autonomic Activity,
and Mood ProcessingAn Experimental Study, Pain Medicine Volume 13, Issue 2, pages 215
228, February 2012
David P. Vogt, MD. 2002. Gallbladder disease: An update on diagnosis and treatment. Cleveland
Clinic Journal Of Medicine. Volume 69. Number 12
Doenges, M, E, Moorhouse, M, F., & Geissler, A, C. 2012. Asuhan Keperawatan. Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Edisi 3. Jakarta: EGC.
Herdman, T.Heather. 2010. NANDA Internasional Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi
2009-2011. Jakarta : EGC
Kruzik Nancy, MSN, RN, CNOR. 2009. Benefits of Preoperative Education for Adult Elective
Surgery Patients. Aorn journal. Vol 90, NO 3
Kwekkeboom, L. K., & Gretarsdottir. 2005. Systematic Review of Relaxation Interventions for Pain.
Journal of Nursing Scholarship. Third Quarter, 269-277
Joanne Loewy, Suzanne Hanser, John Mondanaro. 2013. Music Therapy as an Integrative Treatment
for Pain. American Chronic Pain Association.
Muttaqin, Arif dan Sari, Kumala. 2011. Gangguan Gastrointestinal: Aplikasi Asuhan Keperawatan
Medikal Bedah. Jakarta: Salemba Medika
Price A. Sylvia, lorraine M Wilson.2005. Patofisiologi konsep-konsep klinis proses-proses penyakit,
edisi 6, volume 1. Jakarta: EGC
Sudarmaji, Walid.2007.Hand out KMB 3.Asuhan Keperawatan Batu Empedu. Jakarta: AKPER
RSPAD Gatot soebroto
Smeltzer, Suzanne C. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner & Suddarth, alih
bahasa: Agung Waluyo (et. al.), vol. 1, edisi 8, Jakarta: EGC
Syamsuhidajat, M dan Wim De Jong, 2002. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi Revisi, Jakarta: Penerbit
Buku Kedokteran EGC.
Tan Gabriel, et.al .2007. Efficacy of selected complementary and alternative medicine interventions
for chronic pain. Journal of Rehabilitation Research & Development. Volume 44, Number 2,
2007. Pages 195222