Anda di halaman 1dari 10

LITERATURE REVIEW

PROSEDUR SELF MANAGEMENT EDUCATION PROGRAM


PADA PASIEN PPOK
Dosen pengampu : Titis Kurniawan, MNS
Disusun Untuk Memenuhi Tugas Literature Riview
Mata Kuliah :Teori Keperawatan Medikal Bedah II

Disusun oleh :
ANGGI PRATIWI
NPM : 220120130004

PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
UNIVERSITAS PADJADJARAN
BANDUNG
2014
BAB I

PENDAHULUAN
I.1 Latar belakang
Penyakit paru obstruktif kronik (PPOK) merupakan penyakit dengan
keterbatasan aliran udara yang tidak sepenuhnya reversible dan berhubungan
langsung dengan respon inflamasi abnormal pada paru paru terhadap partikel
berbahaya dan juga gas (Rabe, S. Hurd, A. Anzueto et al, 2007). Dan penyakit
PPOK dapat dicegah dan diobati.
PPOK saat ini menjadi masalah kesehatan masyarakat dunia, angka
morbiditas, mortalitas dan disabilitas PPOK meningkat seiring dengan
meningkatnya angka harapan hidup, meningkatnya jumlah perokok, dan polusi
udara di dalam dan luar ruangan. Data WHO tahun 2001 menunjukan angka
mortalitas PPOK adalah 4.8% dan menduduki urutan keempat penyebab kematian
di dunia (ATS, 2005). Di Indonesia, PPOK menjadi salah satu dari 10 penyebab
kematian utama. Estimasi prevalensi PPOK di 28 negara adalah 7.6% (Halbert RJ,
et. al, 2006). Dari obstruksi jalan nafas yang berkepanjangan dapat menyebabkan
batuk dan juga sesak nafas yang mengakibatkan terganggunya kegiatan atau
aktivitas sehari-hari pasien (Reardon, Lareau, and ZuWallack, 2006).
Program rahabilitasi paru hanya ada di fasilitas rawat jalan rumah sakit
sehingga hanya 1-14% pasien PPOK yang mengikuti program resmi tersebut
(Nici, 2010). Oleh karena itu, diperlukan penanganan atau manajemen PPOK
yang tepat agar dapat meningkatkan jumlah pasien PPOK yang mendapatkan
program rehabilitasi paru. Karena akses yang terbatas, dan tidak menyebar maka
diperlukan dukungan self-management bagi pasien yang bertujuan untuk
mengurangi angka kejadian PPOK dan meningkatkan jumlah pasien yang
mendapatkan program rehabilitasi paru (Bourbeau and Palen, 2009).

1.2 Tujuan

Tujuan dari penulisan literature review ini adalah untuk menjelaskan


prosedur self management education program pada pasien PPOK berdasarkan
pada sumber literature jurnal penelitian terkait.

BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Tujuan self management pada pasien PPOK
PPOK Self management mempunyai tujuan mempromosikan teknik
inhalasi yang benar, mencegah hasil kesehatan yang merugikan, pemantauan
status pernapasan dan status emosional dan membuat keputusan manajemen yang
tepat atas dasar self monitoring ini dan mengelola efek buruk dari penyakit
dengan keterampilan coping dari pasien (Korff, et al ,1997).
2.2 Prosedur Self Management Education Program pada pasien PPOK
Dari beberapa hasil penelitian yang direview didapatkan informasi tentang
metode penyampaian, isi dari pendidikan yang disampaikan dan durasi atau
lamanya pendidikan yang diberikan kepada pasien
Davis et. al (2006) dan Donesky-Cuenco et al (2010). menggunakan
metode self management terhadap pengelolaan sesak nafas dengan cara
mengajarkan purs lips breathing dan pernafasan diafragma, juga rencana berjalan
secara individual yang bertujuan mengurangi sesak nafas dan frekuensi denyut
nadi pasien. Dan penelitian ini dilakukan selama 8 minggu.
Penelitian Kara and Asti (2004) memberikan pendidikan kesehatan secara
berkelompok yang diajarkan meliputi teknik bernafas dan batuk, relaksasi,
meditasi, diet dan latihan diberikan selama 4 minggu 3-4 sesi per minggu selama
sekitar 35-40 menit setiap sesi. Lemmens et al. (2010) melakukan penelitian
dengan metode perawat bertemu langsung dengan pasien hal yang disampaikan
meliputi pengetahuan tentang bahaya merokok, cara penggunaan obat-obatan,
nutrisi dan kegiatan fisik pasien dan dilakukan Setidaknya 15 menit setiap
pertemuan selama 12 bulan. Hampir serupa dengan penelitian Lemmens et al,
penelitian yang dilakukan oleh Scherer, L. E. Schmieder, and S. Shimmel, (1998)
dengan metode pemberian informasi tentang patofisologi dari PPOK, nutrisi, cara
perawatan diri, pursed lips breathinh, dan pernafasan diafragma yang diajarkan
langsung oleh perawat dilakukan dalam satu jam setiap pertemuan 3 kali
seminggu selama 12 minggu.

Sedangkan penelitian oleh Stellefson dan J. D. Chaney, (2009)


menggunakan metode yang berbeda, dengan menggunakan DVD atau pamphlet
atau gabungan keduanya yang berisikan informasi tentang penyakit PPOK,
bagaimana cara bernafas ketika beristirahat dan juga beraktifitas, tanda-tanda
infeksi dan juga nutrisi, satu DVD beriksar kurang ari 30 menit atau 4 halaman
untuk pamphlet, sertiap pasien diberikan satu persatu dalam kurun waktu 2 bulan.
Penelitian yang dilakukan oleh Bischoff. Et. al (2012) memberikan intervensi self
management program yang diadopsi dari Cannadian self management program
(Living well with COPD) berupa memberikan modul dan mencatat tindakan yang
akan dilakukan ketika terjadi perburukan gejala. Topic yang diberikan meliputi
pengetahuan tentang penyakit PPOK, obat-obatan pernafasan, teknik bernafas,
cara mengontrol ketika terjadi perburukan gejala, cara menjaga gaya hidup sehat,
mengontrol stress dan kecemasan dan juga latihan.
2.3 Tahap pemberian Self Management Edukasi pada pasien PPOK
Dalam penelitian yang dilakukan oleh Marks dan Allegrante (2005)
menguraikan empat tahap dalam memberikan edukasi terhadap pasien
Tahap 1 : bertujuan agar pasien dapat mengadopsi perilaku baru yang diajarkan.
Metode yang diberikan pada fase ini adalah dengan memberikan
bimbingan terlebih dahulu kepada pasien, setelah itu perawat meminta
umpan balik terhadap bimbingan tadi
Tahap II : mengadakan kontrak dnegan pasien secara tertulis tentang program
latihan fisik yang harus ditaati oleh pasien
Tahap III : mendorong pasien agar meningkatkan keinginan untuk merubah
perilaku dengan cara memberikan pujian dan monitoring pasien
Tahap IV : mengajarkan pasien agar mampu mencegah berulangnya penyakit
dengan meningkatkan kepercayaan dan keyakinan serta memilki
motivasi untuk mau beraktivitas.
2.5 Perencanaan Self management pada pasien PPOK

Menurut Bourbeau (2004) tujuan dari perencanaan ini adalah untuk


membantu pasien dalam mengontrol penyakit yang diderita. Yang dapat
memungkinkan pasien untuk memonitor gejala dan dapat mengetahui apa yang
harus dilakukan ketika terjadi perburukan penyakit. Pada saat terjadi perburukan
gejala yang timbul pasien dapat dengan segera mengatasinya dengan pilihan
intervensi yang telah diajarkan. Perencanaan meliputi catatan pengobatan,
monitoring gejala dan tindakan yang dapat dilakukan pada saat terjadi perburukan
gejala.
a. Gejala yang biasa timbul
- Hitung skor sesak nafas yang timbul
- Hitung produksi sputum
- Apakah batuk/tidak
- Jika gejala tibul obat apa yang dikonsumsi
- Bagaimana caranya agar tetap dapat mengontrol gejala yang mungkin
akan timbul
1. Melakukan latihan rutin
2. Memakan makan sehat dan seimbang
3. Banyak minum
4. Jangan merokok dan hindari lingkungan perokok
5. Selalu menyediakan obat-obatan dan minum secara teratur
6. Pastikan telah mendapat vaksin flu
b. Gejala yang timbul semakin memburuk
- Lebih sesak dari biasanya
- Peningkatan atau perubahan warna pada sputum
- Baru atau peningkatan frekuensi batuk
- Lebih banayk mengkonsumsi obat-obatan pelega
- Sedikit lebih sulit melakukan aktivitas karena sesak nafas yang
-

menigkat
Yang dapat pasien lakukan meliputi
1. Menyeimbangakan antara kegiatan dan istirahat
2. Makan sedikit tapi sering
3. Lebih banyak minum
4. Tetap melakukan monitor terhadap gejala yang timbul

c. Tindakan yang dilakukan ketika gejala yang timbul semakin memburuk


- Sesak nafas semakin sering dan berat
- Peningkatan produksi sputum
- Terjadi perubahan warna pada sputum
- Yang dapat dilakuakn meliputi
1. Segera menghubungi atau pergi kepelayanan kesehatan terdekat

2. Segera mengkonsumsi steroid atau antibiotic yang ada


d. Gejala gawat darurat dari PPOK
- Nafas pendek dan semakin berat dan tidak berkurang setelah
-

menggunakan obat-obatan
Nyeri dada
Demam tinggi
Penurunan kesadaran
Yang dapat dilakukan meliputi
Segera dibawa kepelayanan kesehatan terdekat

BAB III
KESIMPULAN
Dari review beberapa literature yang telah dilakukan maka dapat diambil
kesimpulan bahwa self management edukasi pada pasien PPOK tidak hanya
berfokus pada pemberian informasi tentang penyakit dan pencegahannya tetapi
juga mengajarkan bagaimana pasien dapat mengontrol gejala yang muncul. self
management edukasi pada pasien PPOK dapat diberikan secara individu atau
kelompok dengan difasilitasi oleh perawat baik secara langsung maupun tidak
langsung. Untuk mendapatkan efek yang positif pasien PPOK harus mentaati dan
menjalankan program secara berkelanjutan sesuai dengan prosedur.

DAFTAR PUSTAKA
ATS,

(2005). Epidemiologi,
www.test.thoracic.org

risk

factors

and

natural

history

COPD.

Bourbeau and Palen. (2009), Promoting effective self-management programmes


to improve COPD, European Respiratory Journal, vol. 33, no. 3
Bourbeau, (2004). Self-management interventions to improve outcomes in
patients suffering from COPD, Expert Review of Pharmacoeconomics
and Outcomes Research, vol. 4, no. 1.
Carrieri-Kohlman, et.al (1996). Exercise training decreases dyspnea and the
distress and anxiety associated with it: monitoringalone may be as
effective as coaching, Chest, vol. 110, no. 6.
Davis, et.al, (2006). Effects of treatment on two types of self-efficacy in people
with chronic obstructive pulmonary disease, Journal of Pain and
Symptom Management, vol. 32, no. 1.
Donesky et.al, (2010). Improvements in self-efficacy for walking and managing
shortness of breath in patients with COPD are sustained for one year
during a dyspnea self-management program, American Journal of
Respiratory Critical Care Medicine, vol. 181.

Halbert RJ et. al (2006). Global Burden Of Copd : Systematic Review And Meta
Analysis. European Respiratory Journal.
Kara and Asti. (2004). Effect of education on self-efficacy of Turkish patients
with chronic obstructive pulmonary disease, Patient Education and
Counseling, vol. 55, no. 1.
Korff, J et.al,(1997) Collaborative management of chronic illness,Annals of
Internal Medicine, vol. 127, no. 12
Lemmens, et al.(2010),Application of a theoretical model to evaluate COPD
disease management, BMC Health Services Research, vol. 10.
Lorig,et.al ,(2001). Effect of a self-management program on patients with
chronic disease, Effective Clinical Practice, vol. 4, no. 6.
Mark & Allegrante. (2005). A review and synthesis of research evidence for self
efficacy enhancing intervention for reducing chronic disability. Health
Promotion Practise
Nici. (2010). A bill of rights for patients with COPD: the righttherapy for
the right patient at the right time, Thorax, vol.65, no. 1.
Rabe, S. Hurd, A. Anzueto et al.(2007), Global strategy for the diagnosis,
management, and prevention of chronic obstructive pulmonary disease:
GOLD executive summary, America Journal of Respiratory and Critical
Care Medicine, vol. 176
Reardon,. Lareau, and ZuWallack. (2006). Functional status and quality of life in
chronic obstructive pulmonary disease, American Journal of Medicine,
vol. 119, supplement 1, no. 10.
Schuurmans, et.al, (2005). How to measure self-managementabilities in older
people by self-report. The development of the SMAS-30, Quality of Life
Research, vol. 14, no. 10.
Scherer, L. E. Schmieder, and S. Shimmel, (1998).The effects of education alone
and in combination with pulmonary rehabilitation on self-efficacy in
patients with COPD, Rehabilitation Nursing, vol. 23, no. 2,
Stellefson and J. D. Chaney, (2009). Examining the efficacy of DVD technology
compared to printbased material in COPD self-management education of
rural patients, Californian Journal of Health Promotion, vol. 7.
U.S. Department of Health and Human Services, Healthy People 2020: Topics
and Objectives, 2010,

http://www.healthypeople.gov/2020/topicsobjectives2020/overview.aspx?
topicid=36.

Anda mungkin juga menyukai