Anda di halaman 1dari 86

BAB I

PENDAHULUAN
1.1.

LATAR BELAKANG

Tubuh sehat secara jasmani maupun rohani merupakan keinginan setiap


orang. Untuk mendapatkan tubuh yang sehat tersebut membutuhkan kesadaran
dari semua pihak, bukan hanya perorangan, keluarga, tetapi kesadaran didalam
masyarakat. Ada banyak upaya yang dapat dilakukan dalam mewujudkan keadaan
yang sehat salah satunya yaitu penyelenggaraan pelayanan kesehatan yang
menyeluruh, terjangkau, terpadu dan bermutu.1
Ibu hamil merupakan salah satu kelompok rawan kekurangan gizi, karena
terjadi peningkatan kebutuhan gizi untuk memenuhi kebutuhan ibu dan janin yang
dikandung. Pola makan yang salah pada ibu hamil membawa dampak terhadap
terjadinya gangguan gizi antara lain anemia, pertambahan berat badan yang
kurang pada ibu hamil dan gangguan pertumbuhan janin.1 Salah satu masalah gizi
yang banyak terjadi pada ibu hamil adalah anemia gizi, yang merupakan masalah
gizi mikro terbesar dan tersulit diatasi di seluruh dunia. 2 World Health
Organization (WHO) melaporkan bahwa terdapat 52% ibu hamil mengalami
anemia di negara berkembang. Di Indonesia (Susenas dan Survei Depkes-Unicef)
dilaporkan bahwa dari sekitar 4 juta ibu hamil, separuhnya mengalami anemia gizi
dan satu juta lainnya mengalami kekurangan energi kronis.3 Laporan USAIDs,
A2Z, Micronutrient and Child Blindness Project, ACCESS Program, and Food
and Nutrition Technical Assistance (2006) menunjukkan bahwa sekitar 50% dari
seluruh jenis anemia diperkirakan akibat dari defisiensi besi. Selain itu, defisiensi
mikronutrient (vitamin A, B6, B12, riboflavin dan asam folat) dan faktor kelainan
keturunan seperti thalasemia dan sickle cell disease juga telah diketahui menjadi
penyebab anemia.2 Anemia sering terjadi akibat defisiensi zat besi karena pada ibu
hamil terjadi peningkatan kebutuhan zat besi dua kali lipat akibat peningkatan
volume darah tanpa ekspansi volume plasma, untuk memenuhi kebutuhan ibu
(mencegah kehilangan darah pada saat melahirkan) dan pertumbuhan janin. 4

Ironisnya, diestimasi dibawah 50% ibu tidak mempunyai cadangan zat besi yang
cukup selama kehamilannya, sehingga risiko defisiensi zat besi atau anemia
meningkat bersama dengan kehamilan.4
Hal ini telah dibuktikan di Thailand bahwa penyebab utama anemia pada ibu
hamil adalah karena defisiensi besi (43,1%).5 Disamping itu, studi di Malawi
ditemukan dari 150 ibu hamil terdapat 32% mengalami defisiensi zat besi dan satu
atau lebih mikronutrient.6 Kondisi ini menyebabkan angka kematian perinatal
masih tinggi, demikian pula dengan mortalitas dan morbiditas pada ibu. Selain itu,
dapat mengakibatkan perdarahan pada saat persalinan yang merupakan penyebab
utama (28%) kematian ibu hamil/bersalin di Indonesia.8,9
1.2.PERUMUSAN MASALAH
1. Apakah faktor-faktor yang menyebabkan tidak tercapainya program
2.

pemberian 90 Fe pada ibu hamil di kelurahan Tegal Parang ?


Apakah tidak tercapainya program pemberian 90 Fe pada ibu hamil
berhubungan dengan pengetahuan masyarakat mengenai program tersebut?

1.3.TUJUAN DIAGNOSTIK KOMUNITAS


1.3.1 Tujuan Umum
Mencari penyebab guna meningkatkan pemberian 90 Fe pada ibu hamil
diwilayah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
1.3.2

Tujuan Khusus
a. Menilai faktor input (man, money, material, method) dari masalah
kurangnya cakupan pendataan program pemberian 90 Fe pada ibu
hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
b. Menilai proses penyelenggaraan (perencanaan, pengorganisasian,
pelaksanaan, pengawasan) program pemberian 90 Fe pada ibu hamil
di wilayah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
c. Menilai faktor-faktor lingkungan yang berperan dalam pencapaian
program pemberian 90 Fe pada ibu hamil di wilayah Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang.
d. Menentukan alternatif pemecahan masalah untuk meningkatkan
pencapaian program pemberian 90 Fe pada ibu hamil di wilayah
Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.

e. Membuat dan mengaplikasikan plan of action untuk meningkatkan


pencapaian program pemberian 90 Fe pada ibu hamil di wilayah
Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
1.4.

MANFAAT EVALUASI PROGRAM


1.4.1. Manfaat untuk Mahasiswa
a. Mengetahui manajemen Puskesmas secara holistik.
b. Mengetahui upaya kesehatan wajib dan pengembangan di Puskesmas.
c. Melatih kemampuan analisis dan pemecahan masalah program
pemberian 90 Fe pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan
Tegal Parang.
d. Menambah pengetahuan mengenai program pemberian 90 Fe pada ibu
hamil di wilayah Puskesmas sebagai bekal saat bertugas di Puskesmas
pada masa yang akan datang.
1.4.2. Manfaat untuk Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
a. Mengetahui pencapaian upaya kesehatan wajib dan pengembangan di
Puskesmas.
b. Membantu Puskesmas untuk mengidentifikasi masalah dari rendahnya
cakupan pendataan program pemberian 90 Fe pada ibu hamil di
wilayah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
c. Membantu Puskesmas untuk mengidentifikasi penyebab masalah dari
rendahnya cakupan pendataan program pemberian 90 Fe pada ibu
hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
d. Membantu Puskesmas untuk memberikan alternatif penyelesaian
terhadap masalah tersebut.
e. Menjadi salah satu acuan dalam mengevaluasi keberhasilan kegiatan
program Fe pada ibu hamil di wilayah Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang.
f. Membantu Puskesmas untuk mewujudkan tujuan diselenggarakannya
program pemberian 90 Fe pada ibu hamil di wilayang Puskesmas
Tegal Parang.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Zat Besi


2.1.1 Definisi Zat Besi
Zat besi merupakan mikroelemen yang esensial bagi tubuh. Zat ini
terutama diperlukan dalam hemopoboesis (pembentukan darah) yaitu sintesis
hemoglobin (Hb). Hemoglobin (Hb) yaitu suatu oksigen yang mengantarkan
eritrosit berfungsi penting bagi tubuh. Hemoglobin terdiri dari Fe (zat besi),
protoporfirin, dan globin (1/3 berat Hb terdiri dari Fe). 9 Besi bebas terdapat
dalam dua bentuk yaitu ferro (Fe2+) dan ferri (Fe3+). Konversi kedua bentuk
tersebut relatif mudah. Pada konsentrasi oksigen tinggi, umumnya besi dalam
bentuk ferri karena terikat hemoglobin sedangkan pada proses transport
transmembran, deposisi dalam bentuk feritin dan sintesis heme, besi dalam
bentuk ferro.5 Dalam tubuh, besi diperlukan untuk pembentukkan kompleks

besi sulfur dan heme. Kompleks besi sulfur diperlukan dalam kompleks
enzim yang berperan dalam metabolisme energi. Heme tersusun atas cincin
porfirin dengan atom besi di sentral cincin yang berperan mengangkut
oksigen pada hemoglobin dalam eritrosit dan mioglobin dalam otot.5,6

2.1.2. Fungsi Zat Besi


Sumber zat besi adalah makan hewani, seperti daging, ayam dan ikan.
Sumber baik lainnya adalah telur, serealia tumbuk, kacang-kacangan, sayuran
hijau dan beberapa jenis buah. Disamping jumlah besi, perlu diperhatikan
kualitas besi di dalam makanan, dinamakan juga ketersediaan biologik
(bioavability). Pada umumnya besi di dalam daging, ayam, dan ikan
mempunyai ketersediaan biologik tinggi, besi di dalam serealia dan
kacangkacangan mempunyai ketersediaan biologik sedang, dan besi dalam
sebagian besar sayuran, terutama yang mengandung asam oksalat tinggi,
seperti bayam mempunyai ketersediaan biologik rendah. Sebaiknya
diperhatikan kombinasi makanan sehari-hari, yang terdiri atas campuran
sumber besi berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan serta sumber gizi lain
yang dapat membantu sumber absorbsi. Menu makanan di Indonesia
sebaiknya terdiri atas nasi, daging/ayam/ikan, kacang-kacangan, serta sayuran
dan buahbuahan yang kaya akan vitamin C.10 Berikut bahan makanan sumber
besi:8
Tabel 1. Bahan Makanan Sumber Besi
Bahan Makanan

Kandungan Besi (mg)

Daging

23,8

Sereal

18,0

Kedelai

8,8

Kacang

8,3

Beras

8,0

Bayam

6,4

Hamburger

5,9

Hati sapi

5,2

Susu formula

1,2

Bahan makanan sumber besi didapatkan dari produk hewani dan nabati.
Besi yang bersumber dari bahan makanan terdiri atas besi heme dan besi non
heme. Berdasarkan tabel diatas dapat dilihat bahwa walaupun kandungan besi
dalam sereal dan kacang-kacangan relatif tinggi, namum oleh karena bahan
makanan tersebut mengandung bahan yang dapat menghambat absorpsi
dalam usus, maka sebagian besar besi tidak akan diabsorpsi dan dibuang
bersama feses.

2.1.3

Kebutuhan Fe/Zat Besi dan Suplementasi Zat Besi Pada Masa

Kehamilan
Kebutuhan zat besi selama hamil yaitu rata-rata 800 mg 1040 mg.
Kebutuhan ini diperlukan untuk :
300 mg diperlukan untuk pertumbuhan janin.
50-75 mg untuk pembentukan plasenta.
500 mg digunakan untuk meningkatkan massa haemoglobin maternal/sel
darah merah.
200 mg lebih akan dieksresikan lewat usus, urin dan kulit.
200 mg lenyap ketika melahirkan

Perhitungan makan 3 x sehari atau 1000-2500 kalori akan menghasilkan


sekitar 1015 mg zat besi perhari, namun hanya 1-2 mg yang di absorpsi. 9
Jika ibu mengkonsumsi 60 mg zat besi, maka diharapkan 6-8 mg zat besi
dapat diabsropsi, jika dikonsumsi selama 90 hari maka total zat besi yang
diabsropsi adalah sebesar 720 mg dan 180 mg dari konsumsi harian ibu.
Besarnya angka kejadian anemia ibu hamil pada trimester I kehamilan adalah
20%, trimester II sebesar 70%, dan trimester III sebesar 70%. 4 Hal ini
disebabkan karena pada trimester pertama kehamilan, zat besi yang
dibutuhkan sedikit karena tidak terjadi menstruasi dan pertumbuhan janin
masih lambat. Menginjak trimester kedua hingga ketiga, volume darah dalam
tubuh wanita akan meningkat sampai 35%, ini ekuivalen dengan 450 mg zat
besi untuk memproduksi sel-sel darah merah. Sel darah merah harus
mengangkut oksigen lebih banyak untuk janin. Sedangkan saat melahirkan,
perlu tambahan besi 300 350 mg akibat kehilangan darah. Sampai saat
melahirkan, wanita hamil butuh zat besi sekitar 40 mg per hari atau dua kali
lipat kebutuhan kondisi tidak hamil.1
Masukan zat besi setiap hari diperlukan untuk mengganti zat besi yang
hilang melalui tinja, air kencing dan kulit. Kehilangan basal ini kira-kira 14
ug per Kg berat badan per hari atau hampir sarna dengan 0,9 mg zat besi pada
laki-laki dewasa dan 0,8 mg bagi wanita dewasa. 5,9 Kebutuhan zat besi pada
ibu hamil berbeda pada setiap umur kehamilannya, pada trimester I naik dari
0,8 mg/hari, menjadi 6,3 mg/hari pada trimester III. Kebutuhan akan zat besi
sangat menyolok kenaikannya. Dengan demikian kebutuhan zat besi pada
trimester II dan III tidak dapat dipenuhi dari makanan saja, walaupun
makanan yang dimakan cukup baik kualitasnya dan bioavailabilitas zat besi
tinggi, namun zat besi juga harus disuplai dari sumber lain agar supaya
cukup.7,9 Penambahan zat besi selama kehamilan kira-kira 1000 mg, karena
mutlak dibutuhkan untuk janin, plasenta dan penambahan volume darah ibu.
Sebagian dari peningkatan ini dapat dipenuhi oleh simpanan zat besi dan
peningkatan adaptif persentase zat besi yang diserap. Tetapi bila simpanan zat

besi rendah atau tidak ada sama sekali dan zat besi yang diserap dari makanan
sangat sedikit maka, diperlukan suplemen preparat besi.7,9
Untuk itu pemberian suplemen Fe disesuaikan dengan usia kehamilan
atau kebutuhan zat besi tiap semester, yaitu sebagai berikut :7
1. Trimester I : kebutuhan zat besi 1 mg/hari, (kehilangan basal 0,8 mg/hari)
ditambah 30-40 mg untuk kebutuhan janin dan sel darah merah.
2. Trimester II : kebutuhan zat besi 5 mg/hari, (kehilangan basal 0,8
mg/hari)

ditambah kebutuhan sel darah merah 300 mg dan conceptus 115

mg.
3. Trimester III : kebutuhan zat besi 5 mg/hari,) ditambah kebutuhan sel darah
merah 150 mg dan conceptus 223 mg.

Tabel 2. Angka kecukupan gizi besi


Umur (tahun)

AKG Besi (mg)

10 - 12

20

13 - 49

26

50 - 65

12

Hamil (+ an)
Trimester 1

+0

Trimester 2

+9

Trimester 3

+ 13

Besi dalam bentuk fero lebih mudah diabsorbsi maka preparat besi untuk
pemberian oral tersedia dalam berbagai bentuk berbagai garam fero seperti
fero sulfat, fero glukonat, dan fero fumarat. Ketiga preparat ini umumnya
efektif dan tidak mahal. Di Indonesia, pil besi yang umum digunakan dalam
8

suplementasi zat besi adalah ferrosus sulfat, senyawa ini tergolong murah dan
dapat diabsorbsi sampai 20%.11
Memberikan preparat besi yaitu fero sulfat, fero glukonat atau Nafero
bisirat. Pemberian preparat 60 mg/hari dapat menaikan kadar Hb sebanyak 1
gr%/ bulan. Saat ini program nasional menganjurkan kombinasi 60 mg besi
dan 50 nanogram asam folat untuk profilaksis anemia. 2 Dosis zat besi yang
paling tepat untuk mencegah anemia ibu masih belum jelas, tetapi untuk
menentukan dosis terendah dari zat besi untuk pencegahan defisiensi besi dan
anemia defisiensi besi pada kehamilan telah dilakukan penelitian Pada wanita
Denmark, suplemen 40 mg zat besi ferrous / hari dari 18 minggu kehamilan
tampaknya cukup untuk mencegah defisiensi zat besi pada 90% perempuan
dan anemia kekurangan zat besi pada setidaknya 95% dari perempuan selama
kehamilan dan postpartum. Prevalensi anemia defisiensi besi pada 39 minggu
kehamilan secara signifikan lebih tinggi pada kelompok 20 mg (10%)
dibanding kelompok 40 mg (4,5%), kelompok 60 mg (0%), dan kelompok 80
mg (1,5%) (p = 0,02). Pada 32 minggu kehamilan, berarti Hb pada kelompok
20 mg lebih rendah dibanding kelompok 80 mg (p = 0,06). Tidak ada
perbedaan yang signifikan dalam status besi (feritin, sTfR, dan Hb) antara
kelompok 40, 60, dan 80 mg. Postpartum, kelompok 20 mg memiliki feritin
serum rata-rata secara signifikan lebih rendah dibanding kelompok 40, 60 dan
80 mg (p <0,01).

2.1.4.

Efek Samping Pemberian Suplementasi Zat Besi

Pemberian zat besi secara oral dapat menimbulkan efek samping pada
saluran gastrointestinal pada sebagian orang, seperti rasa tidak enak di ulu
hati, mual, muntah dan diare. Frekuensi efek samping ini berkaitan langsung
dengan dosis zat besi. Tidak tergantung senyawa zat besi yang digunakan, tak
satupun senyawa yang ditolelir lebih baik daripada senyawa yang lain. Zat
besi yang dimakan bersama dengan makanan akan ditolelir lebih baik

meskipun jumlah zat besi yang diserap berkurang. Pemberian suplementasi


Preparat Fe, pada sebagian wanita, menyebabkan sembelit. Penyulit Ini dapat
diredakan dengan cara memperbanyak minum, menambah konsumsi makanan
yang kaya akan serat seperti roti, serealia, dan agar-agar.12 Mual pada masa
kehamilan adalah proses fisiologi sebagai dampak dari terjadinya adaptasi
hormonal. Selain itu mual dapat terjadi pada ibu hamil sebagai efek samping
dari minum tablet besi. Ibu hamil yang mengalami mual sebagai dampak
kehamilannya dapat merasakan mual yang lebih parah dibandingkan dengan
ibu hamil yang tidak mengalami keluhan mual sebelumnya. Ada beberapa
cara yang dapat dilakukan untuk mengatasi mual akibat minum tablet besi.
Salah satu cara yang dianjurkan untuk mengurangi mual sebagai efek
samping dari mengkonsumsi tablet besi adalah dengan mengurangi dosis
tablet besi dari 1 x 1 tablet sehari menjadi 2 x tablet sehari. Akan tetapi hal
ini tidak sesuai dengan penelitian yang dilakukan oleh Milman, Bergholt, dan
Erikson (2006) yang menyatakan tidak ada hubungan antara efek samping
atau gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, nyeri epigastrik, kolik,
konstipasi, dan diare dengan empat dosis yang diuji cobakan yaitu : 20 mg, 40
mg, 60 mg, dan 80 mg. Konsumsi tablet besi pada malam hari juga dilakukan
para partisipan dalam upaya mencegah mual setelah minum tablet besi.
Dalam penelitian ini tablet besi diminum pada malam hari agar tidak
mengalami mual. Hal itu dilakukan atas anjuran petugas kesehatan.

2.1.5

Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Zat Besi

Diperkirakan hanya 5-15 % besi makanan diabsorbsi oleh orang dewasa


yang berada dalam status besi baik. Dalam keadaan defisiensi besi absorbsi
dapat mencapai 50%. Banyak faktor berpengaruh terhadap absorbsi besi: 10
Bentuk besi di dalam makanan berpengaruh terhadap penyerapannya. Besihem, yang merupakan bagian dari hemoglobin dan mioglobin yang terdapat
didalam daging hewan dapat diserap dua kali lipat daripada besi nonhem.

10

Kurang lebih 40% dari besi didalam daging, ayam dan ikan terdapat besi-hem
dan selebihnya sebagai non-hem. Besi-nonnhem juga terdapat di dalam telur,
serealia, kacang-kacangan, sayuran hijau dan beberapa jenis buah-buahan.
Makan besi-hem dan non-hem secara bersama dapat meningkatkan
penyerapan besi-nonhem. Daging, ayam dan ikan mengandung suatu faktor
yang membantu penyerapan besi. Faktor ini terdiri atas asam amino yang
mengikat besi dan membantu penyerapannya. Susu sapi, keju, telur tidak
mengandung faktor ini hingga tidak dapat membantu penyerapan besi. Asam
organik, seperti vitamin C sangat membantu penyerapan besi nonhem dengan
merubah bentuk feri menjadi bentuk fero. Seperti telah dijelaskan, bentuk
fero lebih mudah diserap. Vitamin C disamping itu membentuk gugus besiaskorbat yang tetap larut pada pH 10 tinggi dalam duodenum. Oleh karena itu
sangat dianjurkan memakan makanan sumber vitamin C tiap kali makan.
Asam organik lain adalah asam sitrat. Asam fitat dan faktor lain di dalam
serat serelia dan asam oksalat di dalam sayuran menghambat penyerapan besi.
Faktor-faktor ini mengikat besi, sehingga mempersulit penyerapannya.
Protein kedelai menurunkan absorbsi besi yang mungkin disebabkan oleh
nilai fitatnya yang tinggi. Karena kedelai dan hasil olahnya mempunyai
kandungan besi yang tinggi, pengaruh akhir terhadap absorbsi besi biasanya
positif. Vitamin C dalam jumlah cukup dapat melawan sebagian pengaruh
faktor-faktor yang menghambat penyerapan besi ini. Tanin yang merupakan
polifenol dan terdapat di dalam teh, kopi dan beberapa jenis sayuran dan buah
juga menghambat absorbsi besi dengan cara mengikatnya. Bila besi tubuh
tidak terlalu tinggi, sebaiknya tidak minum teh atau kopi waktu makan.
Kalsium dosis tinggi berupa suplemen menghambat absorbsi besi, namun
mekanismenya belum diketahui dengan pasti. Tingkat keasaman lambung
meningkatkan daya larut besi. Kekurangan asam klorida di dalam lambung
atau penggunaan obat-obatan yang bersifat basa seperti antasid menghalangi
absorbsi besi. Faktor intrinsik di dalam lambung membantu penyerapan besi,
diduga karena hem mempunyai struktur yang sama dengan vitamin B12.
Kebutuhan tubuh akan besi berpengaruh terhadap absorbsi besi. Bila tubuh

11

kekurangan besi atau kebutuhan meningkat pada kondisi tertentu, absobsi


besi-nonhem dapat meningkat sampai sepuluh kali, sedangkan besi-hem dua
kali.

2.1.6

Tablet besi berguna untuk kesehatan ibu dan bayi

Proses haemodilusi yang terjadi pada masa hamil dan meningkatnya


kebutuhan ibu dan janin, serta kurangnya asupan zat besi lewat makanan
mengakibatkan kadar Hb ibu hamil menurun. Untuk mencegah kejadian
tersebut maka kebutuhan ibu dan janin akan tablet besi harus dipenuhi.
Anemia defisiensi besi sebagai dampak dari kurangnya asupan zat besi pada
kehamilan tidak hanya berdampak buruk pada ibu, tetapi juga berdampak
buruk pada kesejahteraan janin. Hal tersebut dipertegas dengan penelitian
yang dilakukan yang menyatakan anemia defisiensi besi dapat menyebabkan
gangguan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur. Lebih lanjut dalam
penelitiannya tentang mekanisme biologi dampak pemberian zat besi pada
pertumbuhan janin dan kejadian kelahiran premature melaporkan anemia dan
defisiensi besi dapat menyebabkan ibu dan janin menjadi stres sebagai akibat
diproduksinya

corticotropin-releasing

hormone

(CRH).

Peningkatan

konsentrasi CRH merupakan faktor resiko terjadinya kelahiran prematur,


pregnancy-induced

hypertension.

Disamping

itu

juga

berdampak

pertumbuhan janin.
Temuan lain pada penelitian yang dilakukan adalah pemberian tablet besi
sebelum hamil dapat meningkatkan berat badan lahir bayi. Penelitian tersebut
juga didukung oleh penelitian Cristian dan Palma yang menyatakan suplemen
zat besi berhubungan dengan resiko BBLR pada ibu yang mengalami
anemia.12 Gangguan pertumbuhan janin yang ditimbulkan tergantung pada
periode pertumbuhan apa ibu mengalami anemia. Penelitian yang dilakukan
Georgieftt menyatakan kejadian defisiensi besi pada awal kehidupan janin
berdampak pada gangguan neural, metabolisme monoamine dan proses

12

myelinasi.10 Kebutuhan janin untuk pertumbuhan dan perkembangan intra


uterin diperoleh janin dari nutrisi yang ada di tubuh ibunya. Kebutuhan
janinditransfer dari tubuh ibu melaluilasenta. Kebutuhan janin yang tidak
terpenuhi dapat menyebabkan terganggunya pertumbuhan dan perkembangan
janin. Metabolisme tubuh membutuhkan oksigen agar dapat menghasilkan
energi dan komponen lain yang dibutuhkan tubuh. Ketersediaan oksigen besi
dalam tubuh ibu dapat dilihat dari adanya tanda dan gejala: letih, lemah, lesu,
pusing dan mudah lupa sebagai akibat tidak terbentuknya energi secara
optimal.

2.1.7

Anemia Pada Kehamilan

Anemia adalah kondisi ibu dengan kadar haemoglobin (Hb) dalam


darahnya kurang dari 12 gr%. Sedangkan anemia dalam kehamilan adalah
kondisi ibu dengan kadar haemoglobin dibawah 11 gr% pada trimester I dan
III atau kadar <10,5 gr% pada trimester II. 2 Yang sering terjadi adalah anemia
karena kekurangan zat besi. Anemia defisiensi besi adalah anemia yang
disebabkan oleh kurangnya zat besi dalam tubuh, sehingga kebutuhan zat besi
(Fe) untuk eritropoesis tidak cukup, yang ditandai dengan gambaran sel darah
merah hipokrom-mikrositer, kadar besi serum (Serum Iron = SI) dan
transferin menurun, kapasitas ikat besi total (Total Iron Binding
Capacity/TIBC) meninggi dan cadangan besi dalam sumsum tulang serta di
tempat yang lain sangat kurang atau tidak ada sama sekali. Banyak faktor
yang dapat menyebabkan timbulnya anemia defisiensi besi, antara lain,
kurangnya asupan zat besi dan protein dari makanan, adanya gangguan
absorbsi diusus, perdarahan akut maupun kronis, dan meningkatnya
kebutuhan zat besi seperti pada wanita hamil, masa pertumbuhan, dan masa
penyembuhan dari penyakit.1

2.1.8

Anemia defisiensi besi pada kehamilan


13

Anemia defisiensi besi pada wanita hamil merupakan problema


kesehatan yang dialami oleh wanita diseluruh dunia terutama dinegara
berkembang. Badan kesehatan dunia (World Health Organization/WHO)
melaporkan bahwa prevalensi ibu-ibu hamil yang mengalami defisiensi besi
sekitar 35-75% serta semakin meningkat seiring dengan pertambah usia
kehamilan. Menurut WHO 40% kematian ibu dinegara berkembang berkaitan
dengan anemia pada kehamilan dan kebanyakan anemia pada kehamilan
disebabkan oleh defisiensi besi dan perdarahan akut, bahkan tidak jarang
keduanya saling berinteraksi.1 Upaya pencegahan telah dilakukan dengan
pemberian tablet besi selama kehamilan. Akan tetapi hasilnya belum
memuaskan. karena dalam kehamilan, terjadi peningkatan absorpsi dan
kebutuhan besi dimana total besi yang dibutuhkan adalah sekitar 1000 mg .
Kebutuhan yang tinggi dimana cadangan besi di tubuh kosong maka hal ini
tidak dapat dipenuhi melalui diet besi harian dan juga oleh besi suplemen.
Menurut teori tersebut, supelemen besi seharusnya diberikan pada periode
sebelum hamil untuk mengantisipasi rendahnya cadangan besi tubuh.
Kegagalan ini mungkin diakibatkan oleh rendahnya bahkan kosongnya
cadangan besi tubuh sewaktu pra-hamil, terutama di negara sedang
berkembang. Oleh karena itu, suplemen besi yang hanya diberikan waktu
kehamilan tidak cukup untuk mencegah terjadinya anemia defisiensi
besi.Pada penelitian ini didapatkan bahwa pemberian tablet besi pada
prahamil dapat menurunkan prevalensi enemia lebih tinggi dibandingkan
dengan pemberian tablet besi yang dimulai saat kehamilan (0% vs 38.46%,
p<0.05).

2.1.9

Gejala Anemia Defisiensi Besi

Gejala anemia defisiensi besi dapat digolongkan menjadi 3 golongan


besar yaitu : gejala umum anemia, gejala khas akibat defisiensi besi, gejala
penyakit dasar:

14

a. Gejala umum anemia Gejala ini berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata
berkunang- kunang, serta telinga berdenging. Anemia bersifat simtomatik
jika

hemoglobin telah turun dibawah 7 g/dl. Pada pemeriksaan fisik dijumpai

pasien yang

pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku.

b. Gejala Khas Defisiensi Besi, gejala yang khas dijumpai pada defisiensi
besi, tetapi

tidak dijumpai pada anemia jenis lain adalah koilonychia, atropi

papil lidah,

stomatitis angularis, disfagia, atrofi mukosa gaster sehingga

menimbulkan akhloridia,

pica.

c. Gejala penyakit dasar. Pada anemia defisiensi besi dapat dijumpai


gejalagejala penyakit yang menjadi penyebab anemia defisiensi besi tersebut.
Misalnya pada

anemia akibat cacing tambang dijumpai dispepsia, parotis

membengkak, dan kulit

telapak tangan berwarna kuning seperti jerami.

Gejala anemia pada kehamilan yaitu

ibu mengeluh cepat lelah, sering

pusing, palpitasi, mata berkunang-kunang, malaise,

lidah

luka,

nafsu

makan turun (anoreksia), konsentrasi hilang, nafas pendek (pada anemia parah)
dan keluhan mual muntah lebih hebat pada hamil muda, perubahan
jaringan epitel kuku, gangguan sistem neurumuskular, lesu, lemah, lelah,
disphagia

2.2.0

dan pembesaran kelenjar limpa.1,2

Patofisiologi Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

Darah akan bertambah banyak dalam kehamilan yang lazim disebut


Hidremia atau Hipervolemia. Akan tetapi, bertambahnya sel darah kurang
dibandingkan dengan bertambahnya plasma sehingga terjadi pengenceran
darah. Perbandingan tersebut adalah sebagai berikut: plasma 30%, sel darah
18% dan haemoglobin 19% Bertambahnya darah dalam kehamilan sudah
dimulai sejak kehamilan 10 minggu dan mencapai puncaknya dalam
kehamilan antara 32 dan 36 minggu. Secara fisiologis, pengenceran darah ini
untuk membantu meringankan kerja jantung yang semakin berat dengan
adanya kehamilan.16
15

Perubahan hematologi sehubungan dengan kehamilan adalah oleh karena


perubahan sirkulasi yang makin meningkat terhadap plasenta dan
pertumbuhan payudara. Volume plasma meningkat 45-65% dimulai pada
trimester ke II kehamilan, dan maksimum terjadi pada bulan ke 9 dan
meningkatnya sekitar 1000 ml, menurun sedikit menjelang aterem serta
kembali normal 3 bulan setelah partus.

2.2.1

Dampak Anemia Defisiensi Besi Pada Ibu Hamil

Anemia defisiensi besi dapat berakibat fatal bagi ibu hamil karena ibu
hamil memerlukan banyak tenaga untuk melahirkan. Setelah itu, pada saat
melahirkan biasanya darah keluar dalam jumlah banyak sehingga kondisi
anemia akan memperburuk keadaan ibu hamil. Kekurangan darah dan
perdarahan akut merupakan penyebab utama kematian ibu hamil saat
melahirkan. Penyebab utama kematian maternal antara lain perdarahan
pascapartum (disamping eklampsia dan penyakit infeksi) dan plasenta previa
yang kesemuanya bersumber pada anemia defisiensi. 14 Ibu hamil yang
menderita anemia gizi besi tidak akan mampu memenuhi kebutuhan zat-zat
gizi bagi dirinya dan janin dalam kandungan. Oleh karena itu, keguguran,
kematian bayi dalam kandungan, berat bayi lahir rendah, atau kelahiran
prematur rawan terjadi pada ibu hamil yang menderita anemia gizi besi.
Anemia pada ibu hamil bukan tanpa risiko. Menurut penelitian, tingginya
angka kematian ibu berkaitan erat dengan anemia. Anemia juga menyebabkan
rendahnya kemampuan jasmani karena sel-sel tubuh tidak cukup mendapat
pasokan oksigen. Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi
komplikasi pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka
prematuritas, berat badan bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal
meningkat. Di samping itu, perdarahan antepartum dan postpartum lebih
sering dijumpai pada wanita yang anemis dan lebih sering berakibat fatal,
sebab wanita yang anemis tidak dapat mentolerir kehilangan darah.

16

Soeprono menyebutkan bahwa dampak anemia pada kehamilan


bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya gangguan
kelangsungan kehamilan (abortus, partus imatur/prematur), gangguan proses
persalinan (inertia, atonia, partus lama, perdarahan atoni), gangguan pada
masa nifas (subinvolusi rahim, daya tahan terhadap infeksi dan stress
kurang,produksi ASI rendah), dan gangguan pada janin (abortus, dismaturitas,
mikrosomi, BBLR, kematian perinatal, dan lain-lain).1
Salah satu efek Anemia defisiensi besi (ADB) adalah kelahiran premature
dimana hal ini berasosiasi dengan masalh baru seperti berat badan lahir
rendah, defisiensi respon imun dan cenderung mendapat masalah psikologik
dan pertumbuhan. Apabila hal ini berlanjut maka hal ini berkorelasi dengan
rendahnya IQ dan kemampuan belajar. Semua hal tersebut mengakibatkan
rendahnya kualitas sumber daya manusia, produktivitas dan implikasi
ekonomi. cara penanganannya dengan memberikan tablet besi folat (Tablet
Tambah Darah/TTD) yang mengandung 60 mg elemental besi dan 250 ug
asam folat) 1 tablet selama 90 hari berturut-turut selama masa kehamilan.

2.2.2

Penyebab Kekurangan Zat besi

Beberapa hal yang menyebabkan defisiensi zat besi adalah kehilangan


darah, misalnya dari uterus atau gastrointestinal seperti ulkus peptikum,
karsinoma lambung, dll. Dapat juga disebabkan karena kebutuhan meningkat
seperti pada ibu hamil, malabsorbsi dan diet yang buruk. Kekurangan zat besi
menyebabkan anemia defisiensi besi. Terjadinya anemia defisiensi besi juga
dapat disebabkan oleh beberapa faktor,diantaranya kurangnya kandungan zat
besi dalam makanan sehari-hari, penyerapan zat besi dari makanan yang
sangat rendah, adanya zat-zat yang menghambat penyerapan zat besi, dan
adanya parasit di dalam tubuh seperti cacing tambang atau cacing pita, diare,

17

atau kehilangan banyak darah akibat kecelakan atau operasi. 15 Sumber lain
mengatakan bahwa Etiologi Anemia defisiensi besi pada kehamilan, yaitu :
a. Hipervolemia, menyebabkan terjadinya pengenceran darah
b. Pertambahan darah tidak sebanding dengan pertambahan plasma
c. Kurangnya zat besi dalam makanan
d. Kebutuhan zat besi meningkat
e. Gangguan pencernaan dan absorbsi
Pada ibu hamil, beberapa faktor risiko yang berperan dalam
meningkatkan prevalensi anemia defisiensi zat besi, antara lain :
1. Umur ibu < 20 tahun dan > 35 tahun. Wanita yang berumur kurang dari 20
tahun lebih dari 35 tahun, mempunyai risiko yang tinggi untuk hamil. Karena
akan

membahayakan kesehatan dan keselamatan ibu hamil maupun janinnya,

berisiko

mengalami pendarahan dan dapat menyebabkan ibu mengalami

anemia. Wintrobe

(1987) menyatakan bahwa usia ibu dapat mempengaruhi

timbulnya anemia, yaitu

semakin rendah usia ibu hamil maka semakin

rendah kadar hemoglobinnya. Muhilaet


(1991) dalam penelitiannya menyatakan bahwa terdapat kecendrungan
semakin tua

umur ibu hamil maka presentasi anemia semakin besar

2. Pendarahan akut
3. Pendidikan rendah
4. Pekerja berat
5. Konsumsi tablet tambah darah < 90 butir
6. Makan < 3 kali dan kurang mengandung zat besi.

18

2.2.3

Program pencegahan anemia

Program pemerintah saat ini, setiap ibu hamil mendapatkan tablet besi 90
tablet selama kehamilannya. Tablet besi yang diberikan mengandung FeSO4
320 mg (zat besi 60 mg) dan asam folat 0,25 mg. Program tersebut bertujuan
mencegah dan menangani masalah anemia pada ibu hamil. Adapun program
pemerintah dalam hal ini Departemen Kesehatan dalam mencegah anemia
meliputi:
a. Pemberian tablet besi pada ibu hamil secara rutin sebanyak 90 tablet untuk
meningkatkan kadar hemoglobin secara tepat. Tablet besi untuk ibu hamil
sudah tersedia dan telah didistribusikan ke seluruh provinsi dan pemberiannya
dapat melalui Puskesmas, Puskesmas Pembantu, Posyandu dan Bidan di Desa.
Dan secara

teknis diberikan setiap bulan sebanyak 30 tablet.

b. Diterbitkannya buku pedoman pemberian zat besi bagi petugas tahun 1995,
dan

poster-poster mengenai tablet besi sudah dibagikan.


c. Diterbitkan buku Pedoman Operasional Penanggulangan Anemia Gizi bagi

petugas

tahun 1996.

2.2.4

Pedoman Gizi Pada Anemia Defisiensi Besi

Kebutuhan besi pada ibu hamil dapat diketahui dengan mengukur kadar
hemoglobin. Kadar Hb < 11 mg/dL sudah termasuk kategori anemia

22

defisiensi besi. Namun pengukuran yang lebih spesifik dapat dilakukan


dengan mengukur kadar feritin, karena walaupun kadar Hb normal belum
tentu kadar feritin tubuh dalam keadaan normal. Kadar feritin memberikan
gambaran cadangan besi dalam tubuh. Beberapa hal yang bisa dipakai sebagai
pedoman untuk mencukupi kebutuhan besi antara lain1-3

19

1. Pemberian suplement Fe untuk anemia berat dosisnya adalah 46mg/Kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi. Untuk anemia ringan-sedang : 3
mg/kg BB/hari dalam 3 dosis terbagi
2. Mengatur pola diet seimbang berdasarkan piramida makanan sehingga
kebutuhan

makronutrien dan mikronutrien dapat terpenuhi.

3. Meningkatkan konsumsi bahan makanan sumber besi terutama dari


protein hewani seperti daging, sehingga walaupun tetap mengkonsumsi
protein nabati diharapkan persentase konsumsi protein hewani lebih besar
dibandingkan protein nabati.
4. Meningkatkan konsumsi bahan makanan yang dapat meningkatkan
kelarutan dan bioavailabilitas besi seperti vitamin C yang berasal dari buahbuahan bersama-sama dengan protein hewani.
5. Membatasi konsumsi bahan makanan yang dapat menghambat
absorpsi besi seperti bahan makanan yang mengandung polifenol atau pitat.
6. Mengkonsumsi suplemen besi ferro sebelum kehamilan direncanakan
minimal tiga bulan sebelumnya apabila diketahui kadar feritin rendah.
Semua pedoman di atas dilakukan secara berkesinambungan karena
proses terjadinya defisiensi besi terjadi dalam jangka waktu lama, sehingga
untuk dapat mencukupi cadangan besi tubuh harus dilakukan dalam jangka
waktu lama pula.

20

BAB III
DATA UMUM DAN DATA KHUSUS PUSKESMAS KELURAHAN TEGAL
PARANG
3.1. KEADAAN GEOGRAFI DAN LINGKUNGAN
3.1.1. Data Wilayah
Batas-batas wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tegal Parang adalah :
Utara

: Kelurahan Mampang Prapatan

Barat

: Kelurahan Pancoran, Kecamatan Pancoran

Selatan

: Kelurahan Duren Tiga, Kecamatan Pancoran

Timur

: Kelurahan Pela Mampang

Gambar 1. Peta Wilayah Kelurahan Tegal Parang


Kelurahan Tegal Parang merupakan salah satu dari kelurahan yang ada di
Kecamatan Mampang Prapatan yang terletak di Jakarta Selatan
a. Luas Wilayah Kerja dan Pembagian Wilayah
Luas wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tegal Parang adalah sebesar
105,60 Ha, dengan 7 RW dan 66 RT.
b. Keadaan Penduduk (Tahun 2015)
Jumlah penduduk Kelurahan Tegal Parang sebanyak 11.350 Kepala
Keluarga, dan 36.978 jiwa, dengan perincian sebagai berikut :
Tabel 3. Jumlah Penduduk Kelurahan Tegal Parang
RW

WNI

WNA

KK

21

L
2.969
2.714
3.584
2.667
2.838
2.781
1.401
18.954

01
02
03
04
05
06
07
Jml

P
2.654
2.495
3.497
2.492
2.702
2.677
1.307
17.824

Jumlah
5.623
5.209
7.081
5.159
5.540
5.458
2.708
36.778

L
1

Jumlah
1

L
1.518
1.497
1.360
1.368
1.342
1.346
1.312
9.743

P
284
260
263
279
193
165
171
1.615

Jumlah
1.794
1.757
1.623
1.637
1.535
1.511
1.493
11.350

Sumber : laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang 2015


Sex ratio : 18.955 / 17.824 x 100 = 106,34
Berdasarkan tabel diatas jumlah penduduk di Kelurahan Tegal Parang yang
berjenis kelamin laki-laki adalah 18.955 dan yang berjenis kelamin perempuan
adalah 17.824. Maka didapatkan sex ratio yaitu perbandingan antara penduduk
laki-laki dengan jumlah penduduk perempuan sebesar 106,34 persen. Artinya
pada tahun 2015 setiap 100 penduduk perempuan di Kelurahan Tegal Parang
terdapat 106 penduduk laki-laki.

c. Data penduduk berdasarkan umur tampak pada tabel sebagai berikut :


Tabel 4. Kelompok Umur Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang
NO

Kelompok
umur
0-4

Penduduk
Laki-laki

Perempuan

Jumlah

1730

1608

3338

Presentase (%)
8,96 %

22

5-9

1892

1696

3613

9,70 %

10-14

1647

1585

3232

10,48 %

15-19

1482

1375

2857

8,68 %

20-24

1359

1292

2651

7,12 %

25-29

1546

1528

3074

8,18 %

30-35

1863

1784

3647

9,79 %

36-39

1796

1749

3545

9,52 %

40-44

1576

1437

3013

8,09 %

10

45-49

1381

1230

2611

7,01 %

11

50-54

1115

1042

2157

5,79 %

12

55-59

720

691

1411

3,79 %

13

60-64

467

466

933

2,50 %

14

65-69

254

295

549

1,47 %

15

70-74

184

181

365

0,98 %

16

75 keatas

120

126

246

0,66 %

19.132

18.085

37.217

100%

Total

Sumber : laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang 2015


Dependency Ratio : 43,80
Dari tabel di atas dapat diketahui bahwa jumlah usia 15-64 tahun yang
terbanyak yaitu 25.899 jiwa. Maka didapatkan depedency ratio sebesar 43,80. Jadi
setiap 100 orang usia produktif menanggung beban 44 orang penduduk non
produktif. Komposisi penduduk menurut produktifitas :

0-14 tahun
15-64 tahun
>65 tahun

: 10.183 jiwa
: 25.899 jiwa
: 1160 jiwa

3.1.2. Sosial Budaya


Pemeluk Agama
23

Tabel 5. Data Pemeluk Agama di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal Parang


Agama

Jumlah
Persentase
Islam
33.544
90,13 %
Kristen Protestan
2.509
6,74 %
Katolik
261
0,70 %
Budha
402
1,09 %
Hindu
501
1,34 %
Total
37.217
100 %
Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang tahun 2016
Berdasarkan daata diatas mayoritas penduduk Tegal Parang mayoritas
beragama Islam yaitu 33.544 (9013%).
3.1.3. Sosial Ekonomi
a. Mata Pencaharian
Tabel 6. Data Mata Pencaharian Penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Tegal
Parang
Mata Pencaharian
Jumlah
Persentase
Pedagang
2.614
33,10 %
Swasta
2.736
34,65%
Pensiunan
612
7,75%
PNS
745
9,43 %
ABRI
582
7,37 %
Buruh
607
7,68 %
Total
7896
100 %
Sumber : Data Statistik Kelurahan Tegal Parang tahun 2016
Dari data tersebut diatas mata pencaharian terbanyak pada penduduk
Kelurahan Tegal Parang yaitu Swasta 34,65% dan yang terendah adalah ABRI
7,37%.
b. Fasilitas Kesehatan
Tabel 7. Fasilitas Kesehatan di Tegal Parang
Jenis

Jumlah

Presentase (%)

24

Puskesmas kelurahan

2,7

Posyandu

21

56,75

Apotik

2,7

Praktek dokter umum

10,81

Praktek dokter gigi

10,81

Praktek dokter spesialis

2,7

Praktek bidan swasta

8,10

Klinik bersama/24 jam

2,7

Panti pijit

2,7

Jumlah

37

100 %

Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang tahun 2016


Fasilitas kesehatan yang terbanyak pada kelurahan Tegal Parang adalah posyandu
dengan jumlah 21 (56,75%).
3.2. SUMBER DAYA PUSKESMAS
3.2.1. Data Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
Tabel 6. Data Ketenagaan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
Kualifikasi / Jenis Tenaga

Jumlah
Bidan
1
Perawat
2
Perawat gigi
1
Administrasi
1
Dokter umum
2
Dokter gigi
1
Apoteker
1
Petugas kebersihan
1
Petugas jaga malam
1
Total
11
Sumber : Laporan tahunan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang tahun 2015
3.2.2. Sarana Fisik

25

Puskesmas Kelurahan Tegal Parang beralamatkan di Jalan Mampang


Prapatan 11 No. 24 Jakarta Selatan , kode pos 12790.
Luas bangunan

: 153 m2

Luas tanah

: 225 m2

Daya listrik

: 3500 watt

Sumber air

: pompa (jet pump)

Bangunan puskesmas terdiri dari :


1 ruang loket pendaftaran
1 ruang periksa
1 ruang KIA dan KB
1 ruang imunisasi
1 ruang periksa gigi
1 ruang suntik
1 ruang obat
1 ruang gudang
2 kamar mandi
3.2.3. Sarana Medis
a) Penunjang Medis
1. Dental unit dan dental chair : dalam keadaan lengkap
2. Perlengkapan medik umum :
KIA-set dan KB
Poliklinik-set
IUD-set
b) Sarana Obat
Obat yang tersedia dalam jumlah cukup, jenis terbatas dan dalam keadaan
baik.
c) Sarana Penunjang Lain
Sepeda motor
Telepon
Televisi
Faximile
Komputer
Printer

: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 1 buah
: 2 buah
: 1 buah

26

3.3. SUMBER DANA


Sumber pendanaan Puskesmas Kelurahan Tegal Parang berasal dari :
a) Pendapatan puskesmas
1. Retribusi dan biaya pelayanan / tindakan medis.
b) Penerimaan
Dana puskesmas diperoleh dari :
1. Dana dari BLUD untuk operasional meliputi gaji, sarana dan
prasarana aparatur serta sarana dan prasarana publik
2. Dana dari BPJS Kesehatan
3. Bantuan Operasional Kesehatan
Merupakan

bantuan

pemerintah

kepada

pemerintah

daerah

dalam

melaksanakan SPM Bidang Kesehatan untuk pencapaian MDGs tahun 2015


melalui peningkatan kinerja Puskesmas dalam menyelenggarakan pelayanan
kesehatan yang bersifat promotif dan preventif.

3.4.SARANA PELAYANAN PUSKESMAS


Tabel 9. Program Upaya Kesehatan Wajib Pukesmas Kelurahan Tegal
Parang
Program

Rincian Kegiatan

Promosi kesehatan

a. Penyuluhan kesehatan

Kesehatan ibu dan anak

a. Pelayanan poli KIA dan KB


b. Pengembangan program imunisasi

Peningkatan Gizi

a. SKDN
b.Status gizi

Kesehatan Lingkungan
a. Kesling usaha dan kesehatan kerja
27

Pencegahan dan pemberantasan


penyakit menular
a.Pemberantasan penyakit menular
b. Penyakit bersumber binatang

Pengobatan

a. Poli umum
b. Poli gigi
c. Kamar tindakan
d. Kamar KIA-KB
Sumber : Data Puskesmas Kelurahan Tegal Parang 2016
Sedangkan upaya kesehatan pengembangan yang ada di Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang

mencakup program usaha kesehatan sekolah yang

termasuk pembinaan dan skrining sekolah serta program bias, pembinaan dan
posyandu lansia, kegiatan lansia, serta pengobatan kesehatan jiwa.

3.5. JENIS PELAYANAN DALAM GEDUNG


Jenis pelayanan di dalam gedung yang ada di Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang adalah:
a. BPU (Balai Pengobatan Umum)
b. KIA (Kesehatan Ibu dan Anak)
c. KB
d. Pengobatan gigi
e. Manajemen Terpadu Balita Sakit (MTBS)
f. Apotik
3.6.DATA 10 BESAR PENYAKIT TERBANYAK BULAN JUNIAGUSTUS 2016 DI PUSKESMAS KELURAHAN TEGAL PARANG
Tabel 10. Data 10 Besar Penyakit terbanyak di Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang
No
1.
2.

Diagnosis penyakit
Hipertensi
ISPA

Jumlah
kunjungan
732
568

Persentase
25,76
19,99
28

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.

Penyakit lain
277
9,75
Pulpitis
250
8,79
Periodontitis
225
7,91
Gastritis
193
6,79
Iritasi Pulpa
188
6,61
Diabetes Melitus
171
6,01
Penyakit otot dan tulang
160
5,63
Penyakit kulit
76
2,67
Total
2.841
100%
Sumber: Data Puskesmas Kelurahan Tegal Parang bulan Juni-Agustus tahun 2016
Tabel di atas menunjukkan penyakit terbanyak pada puskesmas Tegal

parang adalah pada tahun 2016 yaitu hipertensi dengan presentase 25,16%, dan
yang paling sedikit adalah penyakit kulit yaitu 2,67% .
3.7. VISI,

MISI,

DAN

KEBIJAKAN

MUTU

PUSKESMAS

KELURAHAN TEGAL PARANG


A. Visi Puskesmas Tegal Parang
Visi merupakan gambaran yang ingin dicapai di masa depan oleh segenap
komponen masyarakat, melalui pembangunan kesehatan, visi puskesmas Tegal
Parang adalah Pelayanan Prima Menuju Kelurahan TEGAL PARANG Sehat
untuk Semua. Melalui visi ini pada tahun 2015 diharapkan masyarakat
kecamatan telah mencapai tingkat kesehatan tertentu yang ditandai oleh
penduduknya yang hidup dalam lingkungan yang sehat, mempraktekkan perilaku
hidup bersih dan sehat, baik jasmani, rohani, maupun sosial, memiliki
kemampuan untuk menjangkau pelayanan kesehatan yang bermutu secara adil dan
merata, serta mempunyai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya.
B. Misi Puskesmas Tegal Parang

Meningkatkan mutu pelayanan sesuai standar mutu yang ditetapkan

Pengembangan SDM yang profesional

Meningkatkan sistem manajemen puskesmas

Meningkatkan kemandirian dan kemasyarakatan

C. Kebijakan Mutu

29

Memberikan pelayanan kesehatan profesional yang berorientasi pada


peningkatan mutu pelayanan melalui penerapan sistem manajemen
mutu ISO dan menaati perundangan yang berlaku.

3.8. MANAJEMEN PUSKESMAS


Manajemen puskesmas adalah rangkaian kegiatan yang berkerja secara
sistematik untuk menghasilkan luaran puskesmas yang efektif dan efisien
(KepMenkes RI No.128/MENKES/SK/2004).
Puskesmas Kelurahan Tegal Parang sebagai salah satu sarana pelayanan
kesehatan di wilayah Kecamatan Mampang bertanggung jawab melaksanakan
pelayanan kesehatan masyarakat maupun pelayanan kesehatan medis.Rangkaian
kegiatan sistematis yang dilaksanakan oleh puskesmas membentuk fungsi-fungsi
manajemen. Ada tiga fungsi manajemen puskesmas yang dikenal yakni P1, P2,
dan P3.
Manajemen Puskesmas Kelurahan Tegal Parang dijalankan dengan
melakukan tahap-tahap kegiatan, sebagai berikut :
3.8.1. Perencanaan (planning)
A. Minilokakarya
Dilakukan setiap 1 bulan, membahas mengenai :
Monitoring kegiatan bulan lalu
Membahas dan mencari solusi atas permasalahan yang dihadapi.
Perencanaan kegiatan yang dilakukan baik yang berupa
kepegawaian , kegiatan harian maupun kegiatan pelaksanaan
program dari dinas kesehatan.
Selain kegiatan minilokakarya, dilakukan pula pertemuan bulanan,
baik yang bersifat internal (lintas program) maupun lintas sektoral
serta dengan kader-kader kesehatan.
B. Mikroplanning
Adalah penyusunan rencana kegiatan tingkat puskesmas untuk 5
tahun, termasuk rincian kegiatan tiap bulan. Kegiatan ini bertujuan
meningkatkan cakupan pelayanan programsesuai dengan masalah
keehatan yang dihadapi dan sedang berkembang di masyarakat
30

sehingga

diharapkan

dapat

meningkatkan

fungsi

pelayanan

puskesmas. Mengingat puskesmas kelurahan berinduk ke Puskesmas


Kecamatan, penyusunan kegiatan di lapangan dikoordinir oleh
puskesmas Kecamatan.
3.8.2. Pengorganisasian (organizing)
Seperti yang terlihat di organogram, masing-masing petugas di Puskesmas
ini melaksanakan kegiatan sesuai dengan tugas yang diberikan dan
menjadi tanggung jawabnya. Penempatan personil sesuai dengan
kahliannya masing-masing. Tetapimengingat kurangnya tenaga maka
seluruh petugas yang ada merangkap kegiatan lain agar program tetap
berjalan.
3.8.3. Pelaksanaan (actuacting)
Dalam pelaksanaan tugas sehari-hari, masing-masing petugas telah
mengetahui tugasnya masing-masing yang tertuang dalam surat tugas (jobs
description). Setiap permasalahan yang timbul dibicarakan dalam rapat
bulanan, terkecuali dalam keadaan mendesak. Dalam melaksanakan
tugasnya, petugas dibantu oleh ibu-ibu kader kesehatan terutama pada
kegiatan posyandu, dan perbaikan gizi serta kesehatan lingkungan.
3.8.4. Pengawasan (controlling)
Pengawasan dilakukan secara berkala dengan cara : pembinaan kepada
karyawan, pencatatan dan pelaporan secara kolektif, supervisi ke
lapangan / posyandu binaan, dll. Pengawasan kegiatan juga dilaksanakan
oleh Suku Dinnas Kesehatan dan Puskesmas Kecamatan berupa supervisi
terhadap program-program.
3.9.DESKRIPSI KERJA
1. Dokter/ Kepala Puskesmas
Tugas pokok : Mengusahakan agar fungsi puskesmas terselenggara
dengan baik.
Fungsi :
- Sebagai seorang manager :
o Melaksanakan fungsi-fungsi manajemen di Puskesmas.
o Melaksanakan kerjasama lintas program dan lintas sektoral
secara vertikal dan horizontal.

31

o
o
o

Menerima konsultasi dari semua kegiatan di Puskesmas.


Sebagai seorang dokter :
Melakukan pemeriksaan dan pengobatan penderita
Merujuk kasus yang tidak bisa diatasi
o Melakukan penyuluhan kesehatan kepada penderita dan
masyarakat

2. Dokter Umum
Tugas pokok: Mengusahakan agar pelayanan pengobatan di wilayah
kerja Puskesmas dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
o Mengawasi pelaksanaan pelayanan obat di Puskesmas.
o Memberikan pelayanan pengobatan di wilayah kerja Puskesmas
o Memberikan bimbingan, edukasi dan motivasi kepada penderita
dan masyarakat.
o Membantu membina

kerjasama

lintas

sektoral

dalam

pengembangan peran masyarakat.


o Melakukan pencatatan dan pelaporan.
3. Dokter Gigi
Tugas Pokok: Mengusahakan agar pelayanan kesehatan gigi dan mulut
di wilayah kerja Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
o Mengawasi pelaksanaan kesehatan gigi di Puskesmas.
o Memberikan pelayanan kesehatan gigi dan mulut di dalam wilayah
kerja Puskesmas secara teratur.
o Supervisi dan bimbingan teknis pada program gigi di Puskesmas.
o Memberikan penyuluhan kesehatan gigi pada penderita dan
masyarakat di wilayah kerja Puskesmas.
o Membantu dan membina kerjasama lintas sektoral dalam
pengembangan peran serta masyarakat.
o Memberikan penyuluhan kesehatan.
o Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
4. Tata Usaha
Tugas pokok
:
o Menghimpun dan menyusun semua laporan kegiatan Puskesmas.
o Menghimpun, mengatur dan menyimpan semua surat masuk.
Fungsi :
o Mengumpulkan, membuat surat yang masuk/keluar yang didisposisi.

32

o Mengumpulkan laporan berkala setiap tugas Puskesmas.


o Penyiapan dan pengaturan tata usaha kepegawaian Puskesmas.
o Melakukan laporan berkala ketatausahaan.
5. Petugas Perkesmas
Tugas Pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir pelaksanaan kegiatan
Perkesmas di wilayah kerja Puskesmas agar berjalan dengan baik.
Fungsi :
o Melaksanakan kegiatan Perkesmas baik di dalam maupun luar
gedung.
o Menyiapkan blanko-blanko dan pencatatan untuk

kegiatan

Perkesmas.
o Melaksanakan pencatatan dan pelaporan.
o Memantau masyarakat/kasus-kasus rawan kesehatan di wilayah
kerja Puskesmas.
o Melakukan pendataan sasaran secara periodik.
6. Petugas Pengobatan
Tugas pokok :
o Melaksanakan pengobatan rawat jalan di wilayah Puskesmas.
o Memeriksa dan mengobati penyakit menular secara pasif atas
o
o
o
o
o

delegasi dari dokter.


Melaksanakan penyuluhan kesehatan.
Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Melakukan kegiatan Puskesmas.
Ikut dalam kegiatan Puskesling dan Pustu.

7. Petugas P2M
Tugas pokok: Melaksanakan dan mengkoordinir kegiatan pencegahan
dan pemberantasan penyakit menular di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
o Melaksanakan pengamatan penyakit di wilayah kerja Puskesmas.
o Melaksanakan tindakan pemberantasan penyakit menular.
o Melaksanakan penyuluhan kesehatan tentang penyakit menular.
o Melakukanpenyuluhan, pencatatan dan pelaporan.
o Melakukan pengobatan terhadap penderita penyakit menular atas
delegasi dari dokter.
o Melakukan kunjungan rumah.

33

o Ikut dalam kegiatan Puskesling dan kegiatan terpadu lain yang


terkait P2P.
o Memberikan penyuluhan kesehatan.
o Melakukan pencatatan dan pelaporan.
8. Petugas KIA
Tugas Pokok: Melaksanakan kegiatan pelayanan KIA di wilayah kerja
Puskesmas agar dapat berjalan dengan baik.
Fungsi :
o Melaksanakan pemeriksaan secara berkala ibu hamil, ibu
o
o
o
o
o

menyusui, bayi, dan anak.


Mengatur dan menjaga tempat kerja dengan rapi.
Memberikan jelang imunisasi pada bayi dan ibu hamil.
Melakukan pembinaan dukun bayi.
Melakukan pembinaan kepada bidan desa.
Melaksanakan kegiatan Posyandu dan kegiatan terpadu lain yang

terkait dengan KIA.


o Melakukan penyuluhan kesehatan.
o Melakukan pencatatan dan pelaporan.
o Melakukan rujukan kasus bila tidak mampu mengatasi.
9. Petugas Gizi
Tugas pokok : Melaksanakan kegiatan dan mengkoordinir perbaikan
gizi di wilayah kerja Puskesmas.
Fungsi :
o Melaksanakan pemberian makanan tambahan.
o Memantau keadaan gizi di masyarakat khususnya kasus-kasus
kurang gizi.
o Membantu meningkatkan kerja sama lintas sektoral terkait
o
o
o
o
o
o

dengan gizi.
Memberikan penyuluhan gizi, melatih kader gizi.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Melakukan pembagian vitamin A secara periodik.
Melakukan monitoring garam beryodium secara periodik.
Melakukan pembinaan Posyandu.
Melakukan rujukan kasus gizi.

10. Pelayanan Imunisasi


Tugas pokok : Melaksanakan dan mengkoordinir imunisasi di wilayah
kerja Puskesmas.
Fungsi :
34

o
o
o
o
o
o
o

Melaksanakan kegiatan imunisasi di lapangan dan Puskesmas.


Melakukan penyuluhan kepada pasien tentang imunisasi.
Melakukan pencatatan dan pelaporan.
Menyelenggarakan dan memonitor Cold Chain dari imunisasi.
Menyediakan persediaan vaksin secara teratur.
Melakukan sweeping untuk daerah-daerah yang cakupannyakurang.
Memberikan penyuluhan kesehatan.

11. Petugas Apotek


Tugas pokok:

Menerima

resep,

memeriksa,

meracik

dan

membungkus serta memberikanobat.


Fungsi :
o Melaksanakan sebagian kegiatan pengelolaan obat yang meliputi
peresepan, pembungkusan dan pemberian obat pada pasien.
o Membantu pelaksanaan kegiatan petugas gudang obat.
o Membantu dalam penyimpanan obat dan administrasi dari obat di
apotek.
o Melakukan pencatatan dan pelaporan obat.
o Mengatur kebersihan dan kerapihan kamar obat.
12. Petugas Pendaftaran
Tugas Pokok:Melakukan proses pelayanan di loket pendaftaran pada
semua pengunjung Puskesmas.
Fungsi :
o Melakukan pelayanan pendaftaran secara berurutan.
o Memberikan penjelasan kepada pasien tentang proses pendaftaran.
o Memberikan gambar status/catatan medis untuk setiap pasien.
o Mencatat semua kunjungan pasien pada buku.
o Menata kembali dengan rapi status yang sudah dipergunakan hari
tersebut.
o Melakukan pencatatan dan pelaporan.
13. Petugas Obat
Tugas Pokok: Mengelola obat-obat yang ada di puskesmas.
Fungsi :
o Membantu dokter atau kepala puskesmas dalam pengelolaan obat
di puskesmas.
o Mempersiapkan pengadaan obat di puskesmas.
o Mengatur penyimpanan obat.
o Mengatur administrasi obat dan mengatur distribusi obat.

35

o Menyediakan obat untuk Puskesling, Pustu, dan Poliklinik


Kesehatan Desa (PKD).
o Mengatur dan menjaga kerapihan, kebersihan serta pencahayaan
dalam obat.
3.10.

PROGRAM POKOK PUSKESMAS KELURAHAN TEGAL

PARANG
Program pokok di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang dilakukan
berdasarkan prosedur tetap, sesuai dengan bidang masing-masing. Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang mengadakan pelayanan kesehatan 6 hari dalam seminggu.
Pelayanan terhadap individu yang bersifat pelayanan kuratif umumnya
dilaksanakan di dalam gedung Puskesmas Kelurahan Tegal Parang sedangkan
pelayanan terhadap masyarakat yang bersifat promotif dan preventif kebanyakan
dilaksanakan di luar gedung Puskesmas Kelurahan Tegal Parang namun ada juga
yang dilaksanakan di dalam gedung.
Pelayanan kesehatan dalam gedung dimulai dari pendaftaran pada loket
dengan pencatatan nomor register menurut wilayah rukun warga, jenis
pembayaran yang mengangkut, nama, umur, alamat dan jenis kunjungan seperti
BPU, BPG, KIA, KB, MTBS, dan lain-lain. Kemudian pasien dianamnesis,
diperiksa, didiagnosis secara organoleptik, bila perlu dengan memakai peralatan
sederhana seperti senter, stetoskop, sphygmomanometer, Doppler, dan segenap
peralatan yang tersedia. Pemberian terapi yang tepat dilakukan setelahnya dan ada
kalanya pasien dirujuk untuk pemeriksaan laboratorium sederhana. Setelah
mendapat terapi, pasien langsung ke ruang apotek untuk mendapatkan obat sesuai
dengan penyakit yang diderita.
Pelaksanaan pelayanan kesehatan di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
dilaksanakan bekerja sama dengan lintas program yaitu dengan Puskesmas
Kecamatan Mampang, Sudin Yankes, dan lintas sektoral dengan pihak Kelurahan
Tegal Parang.
a) Upaya Kesehatan Wajib Puskesmas

36

Upaya kesehatan wajib puskesmas adalah upaya yang ditetapkan


berdasarkan komitmen nasional, regional, dan global, serta yang mempunyai daya
tingkat tinggi untuk peningkatan derajat kesehatan masyarakat. Upaya kesehatan
wajib ini harus diselenggarakan oleh setiap puskesmas yang ada di wilayah
Indonesia. Upaya kesehatan wajib tersebut meliputi :
a.
Upaya Kesehatan Ibu dan Anak (KIA) serta Keluarga Berencana
b.
Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
c.
Upaya Kesehatan Lingkungan
d.
Upaya Pencegahan dan Pemberantasan Penyakit (P2P)
e.
Upaya Promosi Kesehatan
f.
Upaya Pengobatan
b. Upaya Kesehatan Pengembangan
Upaya kesehatan pengembangan puskesmas adalah upaya yang ditetapkan
berdasarkan permasalahan kesehatan yang ditemukan di masyarakat serta yang
disesuaikan dengan kemampuan puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan
dipilih dari daftar upaya kesehatan pokok puskesmas yang telah ada. Pada
Puskesmas Kelurahan Tegal Parang upaya kesehatan pengembangan meliputi:
a. Upaya Kesehatan Sekolah
b. Upaya Pengobatan Gigi dan Mulut
c. Upaya Kesehatan Usia Lanjut
UPAYA KESEHATAN WAJIB PUSKESMAS
1.

Kesehatan

Ibu

dan Anak
Pelayanan kesehatan Ibu dan Anak merupakan upaya di bidang
kesehatan yang menyangkut pelayanan dan pemeliharaan ibu hamil, ibu
bersalin, ibu menyusui, bayi dan anak balita serta anak pra sekolah. Tujuan
dari program kesehatan ibu dan anak adalah tercapainya kemampuan hidup
sehat melalui peningkatan derajat kesehatan yang optimal bagi ibu menuju
NKKBS (Norma Keluarga Kecil Bahagia dan Sejahtera) serta meningkatkan
derajat kesehatan anak untuk menjamin proses tumbuh kembang optimal yang
merupakan landasan bagi peningkatan kualitas manusia seutuhnya.

37

Tabel 11. Hasil Kegiatan Pelayanan KIA di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
Juni Agustus 2016
Indikator
K1
K4
PK Bumil
Persalinan
Nakes
Kunjungan
Nifas
CPR (KB
Aktif)
Cakupan
KN
Cakupan
PKN
Cakupan
kunjungan
Cakupan
kunjungan
Cakupan
kunjungan
Cakupan
ibu

Sasaran 3

Cakupan
Persen
kegiatan
(%)
155
100
113
73
29
85

Target

Sasaran 1

(%)

tahun

100
95
80

622
622
136

berjalan
155
155
34

90

600

150

121

81

89,99

90

557

139

121

87

96,67

85

3004

751

480

66,04

77,69

97

537

134

125

93,2

96,08

100

81

20

10

50

50

97

537

134

93

69,4

71,54

92

1301

325

93

28,61

31,10

92

1463

366

300

81,96

89,08

95

591

147

59

40,13

42.22

bulan

Pencapaia
n(%)
100
76,84
106,25

hamil

diberi

90

tablet Fe

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang

2.

Hasil Kegiatan Pelayanan KB Puskesmas Kelurahan Tegal


Parang Juni - Agustus 2016

38

Tabel 12. Hasil Kegiatan Pelayanan KB Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Juni
- Agustus 2016
Indikator
KB Aktif
PUS 4T
berKB

Sasaran

Target

Sasaran

(%)

1 tahun

85

2998

berjalan
751

78

1077

269

bulan

Cakupan
Persen
kegiatan
(%)
437
58,18
57

Pencapaian
(%)
68,44

21,18

27,15

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
Tabel di atasmenunjukkan hasil kegiatan pelayanan KB di Puskesmas Kelurahan
Tegal Parang periode Juni- Agustus 2016. Dari 2 indikator yang dinilai, tidak ada
1 indikator pun yang mencapai target.
3.

Hasil Kegiatan Pemantauan dan Pertumbuhan Balita Puskesmas


Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus 2016
Tabel 13. Hasil Kegiatan Pemantauan dan Pertumbuhan Balita Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus 2016

Indikator

Target

Sasaran

(%)

1 Tahun

Cakupan

Sasaran
3 Bulan
Berjalan

Kegiatan

Persen

Pencapaian
(%)

(%)

Balita yang
datang dan 85

1301

325

263

80,92

95,19

1301

325

3500

875

710

81,14

95,45

ditimbang
Balita yang
gizi buruk
mendapat

100

perawatan
Balita usia 85
6

59

bulan
medapat

39

kapsul
vitamin A
Balita usia
0 6 bulan
mendapat
air susu ibu

80

1301

325,2

367

112,85

141,06

(ASI)
eksklusif
Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang
Tabel diatas menunjukkan hasil kegiatan pemantauan pertumbuhan balita di Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus 2016. Kegiatan ini menilai 4 indikator, terdapat 3
indikator yaitu balita yang datang ditimbang, balita usia 6-59 bulan yang mendapat vit A
dan balita yang mendapat asi ekslusif memiliki pencapaian yang melebihi target serta

Balita yang gizi buruk mendapat perawatan yang tidak mendapatkan data.

4. Hasil Kegiatan P2 ISPA Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus


2016
Tabel 14. Hasil Kegiatan P2 ISPA Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus 2016

Indikator

Target
(%)

Sasaran
1 Tahun

Sasaran

Cakupan

3 Bulan
Berjalan

Kegiatan

Pencapaian

Persen
(%)

(%)

Cakupan
balita datang
dengan
pneumoni
yang

100

158

40

ditemukan/dit
angani
(sesuai
standar)

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang

40

Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa kegiatan P2 ISPA tidak memiliki data

5. Hasil Kegiatan P2 Diare Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus


2016

Tabel 15. Hasil kegiatan P2 Diare Puskesmas Kelurahan Tegal Parang JuniAgustus 2016
Indikator

Target
(%)

Sasaran
1 Tahun

Sasaran

Cakupan

3 Bulan
Berjalan

Kegiatan

323

226

Pencapaian

Persen

(%)

(%)

Balita dengan
diare yang

100

1290

69,96

69,96

ditangani
Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang

Tabel diatas menunjukkan pencapaian hasil kegiatan P2 Diare di Puskesmas Kelurahan


Tegal Parang masih kurang dari target 100%

6.

Hasil kegiatan P2 Imunisasi Puskesmas Kelurahan Tegal Parang


Juni- Agustus 2016

Tabel 16. Hasil kegiatan P2 Imunisasi Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus
2016

Indikator

Target
(%)

HB0

80

BCG

Sasaran
1 Tahun

Sasaran
3

Cakupan

Bulan

Berjalan

Kegiatan

Pencapaian

Persen

(%)

(%)

134
134

81

60,44

75,55

95

536
536

112

83,58

87,97

DPT HB Total (1)

95

536

134

115

85,82

90,33

DPT HB Total (2)

95

536

134

107

79,85

84,05

DPT HB Total (3)

95

536

134

117

87,31

91,90

Polio 1

95

536

134

112

83,5

87,89

41

Polio 2

90

536

134

105

78,35

87,05

Polio 3

90

536

134

108

80,59

89,54

Polio 4

90

536

134

98

73,13

81,25

Campak

95

536

134

95

70,89

74,62

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang

Tabel diatas menunjukkan 10 indikator kegiatan P2P Imunisasi. Dari 10 indikator


tersebut, tidak ada satu pun yang mencapai target 100%. Pencapaian tertinggi
terdapat pada indikator imunisasi DPT HB total 3 , sedangkan yang paling rendah
adalah indikator imunisasi campak

7.

Hasil

Kegiatan

Pelayanan

Kesehatan

Lingkungan

Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Juni- Agustus 2016


Tabel 17. Hasil Kegiatan Pelayanan Kesehatan Lingkungan Puskesmas Kelurahan
Tegal Parang Juni- Agustus 2016
Indikator

Target
(%)

Sasaran
1 Tahun

Sasaran

Cakupan

3 Bulan
Berjalan

Kegiatan

Pencapaian
Persen

(%)

(%)

Rumah sehat
70
Penduduk
yang

4896

1224

780

63,72

91,02

memanfaatkan

75

5235

1309

1035

79,06

105,41

65

5235

1309

1013

77,38

119,04

jamban sehat
Rumah
yang
mempunyai SPAL

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang

42

Tabel diatas menunjukkan 3 indikator kegiatan pelayanan kesehatan lingkungan.


Semua indikator yang ada memiliki angka pencapaian yang melebihi target.
8.

Hasil kegiatan Pelayanan Higienis dan Sanitasi Puskesmas


Kelurahan Tegal Parang Juni Agustus 2016

Tabel 18. Hasil kegiatan Pelayanan Higienis dan Sanitasi Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang Juni -Agustus 2016

Target
Indikator

(%)

Sasaran
1 Tahun

Sasaran

Cakupan

3 Bulan
Berjalan

Kegiatan

Pencapaian
Persen

(%)

(%)

Jumlah Tempat
Tempat Umum
(TTU) yang

100

12

100

100

80

10

133,33

166,67

90

150

166,67

67

83,33

124,37

100

4896

1224

1190

97,22

97,22

diperiksa
Tempat-tempat
umum(TTU) yang
memenuhi syarat
sanitasi
Tempat
Pengolahan
Makanan &
Penjualan(TP2M)
diperiksa
TP2M yang
memenuhi syarat
sanitasi
Rumah/bangunan
bebas jentik Aedes

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang
Tabel diatas menunjukkan 4 indikator pelayanan sanitasi. Kelima indikator
tersebut sudah memiliki angka pencapaian yang melebihi target. Terdapat 1
indikator yang belum memenuhi target , yaitu Rumah/bangunan bebas jentik
Aedes .
5. Promosi Kesehatan

43

Pelayanan promosi kesehatan merupakan upaya di bidang kesehatan yang


menitikberatkan pada peningkatan kesehatan taraf hidup masyarakat melalui
upayaupaya pembinaan dan pengembangan peran aktif masyarakat melalui
media penyuluhan.
Tujuan dari program promosi kesehatan adalah untuk meningkatkan pengetahuan
masyarakat tentang kesehatan. Jenis kegiatan:
a) Melakukan penyuluhan kesehatan kelompok dengan sasaran masyarakat
umum, sekolah, dan posyandu
b) Mengikutsertakan masyarakat supaya berperan aktif dalam program kesehatan
khususnya dalam kegiatan promosi posyandu.
Tabel 19. Frekuensi Penyuluhan Kesehatan di Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang Juni - Agustus 2016
Program yang

No

ditunjang

Dalam Gedung

Luar Gedung

KP IBU

Gizi

Imunisasi

Kesling

DBD

12

AIDS

PHBS

Lansia

KB

10

Kes. Gigi dan Mulut

11

DM

12

PKPR

13

KB

1
4

10
1
7

Sumber : Data bulan Juni - Agustus 2016 Puskesmas Kelurahan Tegal Parang

6.

Upaya Pengobatan Dasar

44

Upaya pengobatan adalah upaya untuk menghilangkan penyakit dan


gejalanya, yang dilakukan oleh tenaga kesehatan dengan cara dan teknologi yang
khusus untuk keperluan tersebut. Tujuan dari upaya pengobatan dapat dibagi
menjadi 2 macam, yaitu:
a. Tujuan umum : meningkatkan derajat kesehatan perorangan dan masyarakat.
b. Tujuan khusus terdiri dari 4 komponen yaitu :
Menghentikan proses perjalanan penyakit yang diderita seseorang.
Mengurangi penderitaan seseorang karena sakit.
Mencegah dan mengurangi kecacatan.
Meneruskan penderita ke fasilitas yang lebih baik.
Pelayanan pengobatan di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang terdiri dari
pelayanan rawat jalan di poliklinik umum, poliklinik gigi, MTBS, KIA-KB,
pelayanan penyakit menular. Pelayanan pengobatan dibuka setiap hari SeninJumat pukul 07.30-16.00 WIB dan Sabtu pukul 07.30 12.00 WIB, Puskesmas
dikelola oleh 1 orang dokter gigi dan 2 orang dokter umum.
Tabel 20. Jumlah kunjungan pelayanan pengobatan Puskesmas Kelurahan
Tegal Parang Bulan Agustus 2016
Kunjungan

Jumlah Pasien

Kunjungan puskesmas seluruhnya

1604

Kunjungan dengan BPJS

1104

Kunjungan rawat jalan

1448

Kunjungan rawat jalan gigi

217

45

BAB IV
METODE DIAGNOSTIK KOMUNITAS

4.1. Rancangan Diagnostik Komunitas


Jenis penelitian ini menggunakan mix method dimana penelitian
dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif dengan mendeskripsikan dan
menganalisa data untuk memberikan gambaran objektif dari suatu program
tertentu.
Rancangan penelitian yang digunakan berupa survei data untuk
menilai penyelenggaraan suatu program, kemudian hasil analisa data
tersebut dapat digunakan untuk rencana perbaikan program bagi kesehatan
masyarakat.
Jenis data pada evaluasi program ini adalah menggunakan data
kualitatif dan data kuantitatif.
1. Data Kualitatif
Data ini diperoleh dari hasil wawancara dengan peserta ibu-ibu hamil di
Tegal Parang dan para bumil yang berkunjung ke Puskesmas Tegal
Parang

serta hasil wawancara dengan pemegang program KIA di

Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.


2. Data Kuantitatif
Data ini diperoleh dari data pelaporan cakupan ibu hamil yang diberi 90
tablet Fe di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.
4.2. Sumber Data
Sumber data berasal dari dokumen-dokumen program KIA,
wawancara kepada koordinator pemegang program KIA dari Puskesmas

46

Kelurahan Tegal Parang, serta para Bumil di Kelurahan Tegal Parang yang
berkunjung ke poli KIA.
4.3. Indikator Kesehatan
Menurut World Health Organization (WHO) kesehatan penduduk
dilihat dari indikator-indikator kesehatan antara lain yang mewakili status
kesehatan komunitas secara umum; ketersediaaan dan kualitas dari data;
reabilitas dan komparabilitas dari perkiraan hasil. Indikator tersebut berada
dalam area-area:
1

Cakupan pelayanan kesehatan

Tenaga kesehatan, infrastruktur, dan obat-obatan

Biaya kesehatan

Penyamarataan dalam tingkat kesehatan

Statistik demografi dan sosial ekonomi

Sistem informasi kesehatan dan ketersediaan data.


Berdasarkan hal tersebut diatas, maka cakupan penemuan pasien

yang mengikuti program KIA memenuhi semua aspek indikator kesehatan


menurut World Health Statistic WHO yang harus diperhatikan.
4.4. Lokasi dan Waktu
Lokasi penelitian dilakukan di wilayah Puskesmas Kelurahan Tegal
Parang, Jakarta Selatan dengan data yang digunakan dari bulan Juni 2016
sampai dengan Agustus 2016.

47

4.5 Sampel Diagnostik Komunitas


Sampel yang digunakan pada evaluasi program rencana peningkatan
cakupan memiliki kriteria inklusi sebagai berikut :
1

Ibu Hamil berusia 20 35 tahun

Ibu-ibu hamil yang terdaftar sebagai penduduk Kelurahan Tegal Parang.

Ibu-ibu hamil yang berkunjung ke Puskesmas Kelurahan Tegal Parang.

Adapun kriteria eksklusi pada evaluasi ini sebagai berikut :


1
2
3

Ibu-ibu hamil yang tidak terdaftar sebagai penduduk Kelurahan Tegal


Parang.
Ibu-ibu hamil yang memiliki riwayat penyakit yang dapat menyebabkan
anemia
Ibu hamil dengan preeklampsia dan eklampsia

4.6 Analisis Komunitas


Berdasarkan data yang didapatkan dari pelaporan tahunan yang ada di
Puskesmas Kelurahan Tegal Parang diketahui bahwa cakupan ibu hamil yang
diberi 90 tablet Fe di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang selama 3 bulan
belum memenuhi sasaran yang telah ditetapkan.
Masalah belum tercapainya target cakupan ibu hamil yang diberi 90
tablet Fe di Puskesmas Kelurahan Tegal Parang perlu disusun alternatif
pemecahan masalah dengan mencari tahu penyebab utama dari masalah
tersebut. Menurut kerangka teori faktor-faktor yang mempengaruhi
ketidakberhasilan program KIA adalah:
a

Tidak rutin para ibu-ibu hamil untuk memeriksakan kehamilannya

Ketidaktahuan atau kurangnya informasi tentang pentingnya pemberian


tablet Fe yang dimiliki para ibu-ibu hamil di wilayah Kerja Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang.

Tenaga kesehatan: Kinerja tenaga kesehatan dalam memberikan


pelayanan KIA, memberikan penyuluhan untuk memperluas informasi
para ibu-ibu hamil, dan peran aktif kader.

48

Kader: Kinerja dan motivasi kader.

49

BAB V
ANALISIS MASALAH
5.1.

Alur Pemecahan Masalah

Adapun kerangka pemikiran pendekatan sistem dapat diselesaikan dengan


menggunakan algoritma problem solving cycle di bawah ini:

8.Mon

7. Penentuan renc

6. Penetapa

Gambar 2. Siklus Pemecahan Masalah

50

5.2. Siklus pemecahan masalah


5.2.1. Identifikasi/ Inventarisasi masalah
Mengumpulkan seluruh data upaya kegiatan wajib yang dilakukan di
Puskesmas kelurahan Tegal Parang. Data tersebut didapatkan dari kepala
koordinator program yang dinilai sebagai dasar pengukuran dan mengunakan
format SPM. Kemudian data data tersebut dibandingkan antara hasil kegiatan
pelaksanaan pelayanan kesehatan dengan sasaran dan target yang sudah
ditentukan.
5.2.2. Penentuan prioritas masalah
Setelah dibandingkan hasil kegiatan program puskesmas dengan sasaran dan
target yang telah ditentukan, didapatkan 28 masalah yang pencapaiannya kurang
atau lebih dari 100%, kemudian dilakukan penentuan prioritas masalah
menggunakan metode Hanlon kuantitatif. Masalah yang menjadi prioritas di
Puskesmas Kelurahan Tegal Parang adalah Program Pemberian Fe pada Ibu hamil
dengan target 95% dan pencapaian 42,22 %.
5.2.3. Penentuan penyebab masalah
Analisis penyebab masalah terdiri dari input, proses dan output.Pada
permasalah Pemberian Fe pada Ibu Hamil maka, input terdiri dari Man (Kepala
program, Dokter, Bidan, Kader, Ibu Hamil, Ibu PKK), Money (Biaya operasional
kesehatan), Material (Puskesmas, Posyandu, Tempat tempat umum yang
menyediakan tempat menyusui), Methode (Peningkatan pengetahuan dan
kesadaran pentingnya Fe selama kehamilan, mengupayakan agar setiap petugas
dan

sarana

pelayanan

kesehatan

mendukung

ketertarikan

ibu

hamil

mengkonsumsi Fe, Machine (Media promosi dalam penyuluhan, fasilitas


pemberian Fe). Sedangkan dari proses terdiri dari P1(Melakukan penyuluhan
sesuai jadwal), P2 (Terlaksananya penyuluhan sesuai jadwal), P3 (Pemantauan
dan evaluasi terhadap kegiatan yang sudah dilakukan). Adapun faktor lingkungan

51

yang berpengaruh terhadap input dan proses yaitu kurangnya pengetahuan


masyarakat terhadap pentingnya Fe selama kehamilan, dan kurangnya kepatuhan
pada nasehat yang diberikan petugas kesehatan. Penyebab masalah tersebut akan
dianalisi menggunakan fish bone analysis system (diagram tulang ikan).

5.2.4. Menentukan alternatif pemecahan masalah


Setelah dilakukan analisis penyebab masalah, maka akan direncanakan
beberapa alternatif pemecahan masalah, seperti pendekatan ke masyarakat untuk
menggalakan program pemberian Fe pada Ibu hamil.
5.2.5. Penetapan pemecahan masalah terpilih
Setelah alternatif pemecahan masalah ditentukan, maka dilakukan pemilihan
prioritas pemecahan yang terpilih. Apabila ditemukan beberapa alternatif maka
digunakan Hanlon kualitatif untuk menentukan pemecahan terbaik, dengan
menggunakan rumus M x I x I/C.
5.2.6. Penyusunan rencana penerapan
Rencana penerapan pemecahan masalah dibuat dalam bentuk POA (Plan of
Action atau Rencana Kegiatan).
5.2.7. Monitoring dan evaluasi
Ada dua segi pemantauan yaitu apakah kegiatan penerapan pemecahan
masalah yang sedang dilaksanakan sudah diterapkan dengan baik dan menyangkut
masalah itu sendiri, apakah permasalahan sudah dapat dipecahkan.

5.3

Kerangka Pikir Masalah


Masalah yang didapatkan di Puskesmas Tegal Parang adalah cakupan

pemberian 90 Fe pada Ibu hamil dengan pencapaian 42,22 % pada bulan Juni-

52

Agustus 2016 dari target yang sudah ditentukan yaitu 95%. Hasil cakupan
kegiatan tersebut merupakan masalah yang perlu dicari.
Untuk memecahkan masalah tersebut digunakan kerangka pendekatan
sistem yang terdiri dari input, proses, output dan lingkungan yang mempengaruhi
input dan proses. Input terdiri dari Man (Pemegang program, Dokter, Bidan,
Kader, Ibu hamil), Money (Biaya operasional kesehatan), Material (Puskesmas,
Posyandu, obat Fe atau penambah darah), Method (Peningkatan pengetahuan dan
kesadaran mengenai pentingnya Fe pada Ibu hamil, menyediakan fasilitas serta
obat Fe atau penambah darah), Machine (Media promosi dalam penyuluhan).
Untuk proses terdiri dari P1 (Pembentukan staf untuk menjalankan kegiatan
pemberian 90 Fe pada Ibu hamil, perencanaan kegiatan program pemberian 90 Fe
pada Ibu hamil), P2 (Terlaksananya penyuluhan sesuai jadwal, Pelaksanaan
pelayanan pemberian Fe kepada Ibu hamil), P3 (Pemantauan dan evaluasi
terhadap kegiatan yang telah dilakukan). Adapun faktor lingkungan yang
berpengaruh terhadap input dan proses yaitu kurangnya pengetahuan dan
kesadaran Ibu hamil terhadap pentingnya pemberian 90 Fe pada Ibu hamil.
Setelah ditentukan penyebab masalah, maka selanjutnya menentukan
alternatif pemecahan masalah dan menentukan prioritas pemecahan masalah yang
terbaik dengan rumus M x I x V/C. Kemudian membuat rencana penerapan
pemecahan masalah yang dibuat dalam bentuk POA(plan of action). Kegiatan
tersebut dipantau apakah penerapannya sudah baik dan apakah masalah tersebut
sudah dapat dipecahkan.

5.4. Cakupan Program Puskesmas Yang Bermasalah


Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil analisis data Standar Pelayanan
Minimal Puskesmas Kelurahan Tegal Parang bulan Juni sampai dengan
Agustus2016, hampir dari setiap program komponennya belum mencapai hasil
yang ditargetkan. Komponen - komponen program tersebut yaitu:

53

Tabel 21. Hasil Kegiatan Puskesmas yang Bermasalah


Pencapaian
No

Program
(Target</>100%)

Kunjungan K4

74,84%

PK Bumil

Persalinan Nakes

89,99%

CPR (KB aktif )

77,69%

Cakupan KN

96,08%

Cakupan PKN

50 %

Cakupan Kunjungan Bayi

71,54%

Cakupan Kunjungan balita

31,10%

Cakupan Kunjungan balita sakit

89,08 %

10

KB aktif

68,44%

11

PUS 4T ber KB

27,15%

12

Cakupan ibu hamil diberi 90 Fe

13

Balita dengan diare ditangani

69,96 %

14

HB0

75,55%

15

BCG

87,97%

16

DPT 1

90,33 %

17

DPT 2

84,05%

18

DPT 3

91,90%

19

Polio 1

87,89%

20

Polio 2

87,05%

21

Polio 3

89,54%

22

Polio 4

81,25%

23

Campak

74,62%

24

Penduduk yng manfaatkan ganda sehat

105,41%

25

Rumah yang punya SPAL

119,04%

26

TTU memenuhi syarat sanitasi

166,67%

106,25 %

42,22

54

27

TP2M diperiksa

166,67%

28

TP2M memenuhi syarat sanitasi

124,37%

5.5. Teknik Prioritas Masalah


Dari tabel diatas didapatkan

masalah-masalah pada Standar Pelayanan

Minimal Puskesmas Kelurahan Tegal Parang bulan Januari Maret 2016. Untuk
menentukan prioritas masalah, perlu dilakukan dengan metode Hanlon
Kuantitatif.
Metode Hanlon Kuantitatif
Merupakan metode yang mudah dipakai untuk menentukan prioritas masalah,
dengan rumus :
(A + B) x C x D
Kriteria A : Besar Masalah
Langkah 1: Menentukan besar masalah dengan cara menghitung selisih
persentase pencapaian dengan target.

Tabel 22. Program-Program yang Belum Mencapai Target


No
1
2
3
4
5
6
7
8

Program
Kunjungan K4
PK Bumil
Persalinan Nakes
CPR (KB aktif )
Cakupan KN
Cakupan PKN
Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan Kunjungan balita

Pencapaian

Besarnya

74,84%
106,25 %
89,99%
77,69%
96,08%
50 %
71,54%
31,10%

Masalah
18,16 %
26,25 %
0,01%
7,31 %
0,92%
50%
25,46 %
60,9 %

55

Cakupan Kunjungan balita 89,08 %

2,92%

10
11
12

sakit
KB aktif
68,44%
PUS 4T ber KB
27,15%
Cakupan ibu hamil diberi 42,22

16,56 %
50,85 %
52,78%

13

90 Fe
Balita

30,04%

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

ditangani
HB0
BCG
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak
Penduduk yang manfaatkan

75,55%
87,97%
90,33 %
84,05%
91,90%
87,89%
87,05%
89,54%
81,25%
74,62%
105,41%

4,45%
7,03%
4,67%
10,95%
3,1%
7,11%
2,95%
0,45%
8,75%
20,38%
30,4%

25
26

ganda sehat
Rumah yang punya SPAL
119,04%
TTU memenuhi syarat 166,67%

54,04%
86,67%

27
28

sanitasi
TP2M diperiksa
TP2M memenuhi

76,67%
57,37%

dengan

diare 69,96 %

166,67%
syarat 124,37%

sanitasi
Langkah 2 : Menentukan kelas dengan menggunakan rumus Sturgess
k = 1 + 3,3 Log n
Keterangan:
n = jumlah masalah
k = jumlah kelas

dalam contoh masukkan ke rumus : k = 1 + 3.3 log n


= 1 + 3.3 log 26

56

= 1 + 5,67= 6,67 7
Langkah 3 : Menentukan interval dengan menghitung selisih persentase masalah
terbesar dengan masalah terkecil kemudian dibagi dengan nilai kelas.
Nilai besar masalah : terbesar =73,92
terkecil = 3.92
Interval

nilai terbesar nilai terkecil


k

73,92 3,9210

Tabel 23. Pembagian Interval Kelas


Kolom/Kelas

Skala interval

Nilai

6,67-21,53

Skala 2

21,54-36,4

Skala 3

36,41-51,27

Skala 4

51,28-66,14

Skala 5

66,15-81,01

Skala 6

81,02-95,88

Skala 1

Langkah 4 : Menentukan nilai tiap masalah sesuai dengan kelasnya

57

Tabel 24. Nilai Masalah Sesuai Kelas


N

Masalah

Besarnya masalah terhadap presentasi

o
1,551
2
3

Kunjungan K4
PK Bumil
Persalinan

4
5
6
7

Nakes
CPR (KB aktif )
Cakupan KN
Cakupan PKN
Cakupan

Kunjungan Bayi
Cakupan

24,76
X
-

Nilai

pencapaian
24,7746,78- 68,7989,99
46,77
68,78
X
-

2
0

X
X

2
1
3
3

Kunjungan
9

balita
Cakupan

Kunjungan
10
11
12

balita sakit
KB aktif
PUS 4T ber KB
Cakupan
ibu

X
X
X

2
3
3

1
2
1
2
1
2
1
1
2
2
3

hamil diberi 90
13

Fe
Balita

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24

diare ditangani
HB0
BCG
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak
Penduduk yang

dengan
X
X
X
X
X
X
X
X
X
X

manfaatkan
25

ganda sehat
Rumah
yang

26

punya SPAL
TTU

58

memenuhi
27

syarat sanitasi
TP2M

28

diperiksa
TP2M

memenuhi
syarat sanitasi

Kriteria B : Kegawatan Masalah


Kriteria ini dilakukan dengan cara menentukan tingkat urgensi (U),
besarnya masalah (S), tingkat penyebaran/meluasnya (G), dan sumber daya (P)
yang dimiliki untuk mengatasi tiap masalah dengan sistem scoring dengan skor 15.
-

Tingkat urgensi dinilai sebagai berikut :


Sangat mendesak

:5

Mendesak

:4

Cukup mendesak

:3

Kurang mendesak

:2

Tidak mendesak

:1

Tingkat besar kecilnya masalah (seriousness) dinilai sebagai berikut :


Sangat gawat
:5
Gawat
:4
Cukup gawat
:3
Kurang gawat
:2
Tidak gawat
:1
Tingkat penyebaran/meluasnya masalah (growth) dinilai sebagai berikut:
Sangat mudah menyebar/meluas

:5

Mudah menyebar/meluas

:4

Cukup menyebar/meluas

:3

Sulit menyebar/meluas

:2

Tidak menyebar/meluas

:1

59

Sumber daya yang dimiliki untuk mengatasi permasalahan (potency)


dinilai sebagai berikut :
Sangat banyak

:5

Banyak

:4

Cukup banyak

:3

Kurang banyak

:2

Tidak banyak

:1

Tabel 25. Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang


No
1
2
3
4
5
6
7

Masalah
Kunjungan K4
PK Bumil
Persalinan Nakes
CPR (KB aktif )
Cakupan KN
Cakupan PKN
Cakupan
Kunjungan

U
2
5
3
3
4
4
2

S
3
5
3
1
3
3
3

G
1
3
3
1
3
3
2

P
4
4
4
4
3
3
4

JUMLAH
10
17
13
10
13
13
11

Bayi
Cakupan

Kunjungan 2

11

balita
Cakupan

Kunjungan 4

13

10
11
12

balita sakit
KB aktif
PUS 4T ber KB
Cakupan ibu

2
2
hamil 4

2
1
3

3
3
3

5
4
5

12
10
17

13

diberi 90 Fe
Balita dengan

diare 4

15

14
15
16
17
18
19
20
21
22
23

ditangani
HB0
BCG
DPT 1
DPT 2
DPT 3
Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak

4
4
4
4
4
4
4
4
4
4

2
2
2
2
2
2
2
2
2
2

3
3
3
3
3
3
3
3
3
3

5
5
5
5
5
5
5
5
5
5

14
14
14
14
14
14
14
14
14
14
60

24

Penduduk

yang 1

11

25

manfaatkan ganda sehat


Rumah yang punya 1

26

SPAL
TTU memenuhi syarat 2

27
28

sanitasi
TP2M diperiksa
2
TP2M
memenuhi 2

2
2

2
2

4
4

10
10

syarat sanitasi

Kriteria C : Kemudahan dalam penanggulangan


Kemudahan penganggulangan masalah diukur dengan scoring dengan
nilai 1 5 dimana:
Sangat mudah : 5
Mudah
:4
Cukup mudah : 3
Sulit
:2
Sangat sulit : 1

Tabel 26. Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang Berdasarkan


Kriteria C
No

Masalah

Nilai

Kunjungan K4

PK Bumil

Persalinan Nakes

CPR (KB aktif )

Cakupan KN

Cakupan PKN

61

Cakupan Kunjungan Bayi

Cakupan Kunjungan balita

Cakupan Kunjungan balita sakit

10

KB aktif

11

PUS 4T ber KB

12

Cakupan ibu hamil diberi 90 Fe

13

Balita dengan diare ditangani

14

HB0

15

BCG

16

DPT 1

17

DPT 2

18

DPT 3

19

Polio 1

20

Polio 2

21

Polio 3

22

Polio 4

23

Campak

24

Penduduk yang manfaatkan ganda sehat

25

Rumah yang punya SPAL

26

TTU memenuhi syarat sanitasi

27

TP2M diperiksa

28

TP2M memenuhi syarat sanitasi

Kriteria D: PEARL

62

Kelompok kriteria D terdiri dari beberapa faktor yang saling menentukan dapat
atau tidak nya suatu program dilaksanakan, faktor-faktor tersebut adalah:
- Kesesuaian (Propriety)
- Secara Ekonomis murah (Economic)
- Dapat diterima (Acceptability)
- Tersedianya sumber (Resources availability)
- Legalitas terjamin (Legality)

Tabel 27. Daftar Masalah Puskesmas Kelurahan Tegal Parang


BerdasarkanKriteria D
No

Masalah

Hasil
Kali

Kunjungan K4

PK Bumil

Persalinan
Nakes
CPR (KB aktif
)

Cakupan KN

Cakupan PKN

Cakupan
7

Kunjungan
Bayi
Cakupan

Kunjungan
balita

Cakupan

63

Kunjungan
balita sakit
10
11

KB aktif
PUS 4T ber
KB

Cakupan ibu
12

hamil diberi
90 Fe

13

Balita dengan
diare ditangani

14

HB0

15

BCG

16

DPT 1

17

DPT 2

18

DPT 3

19

Polio 1

20

Polio 2

21

Polio 3

22

Polio 4

23

Campak

Penduduk
24

yang
manfaatkan
ganda sehat

25
26

Rumah yang
punya SPAL
TTU
memenuhi

64

syarat sanitasi
27

TP2M
diperiksa

TP2M
28

memenuhi
syarat sanitasi

Penilaian Prioritas Masalah


Setelah didapatkan nilai dari kriteria A, B, C, dan D, hasil tersebut dimasukkan
dalam formula Nilai Prioritas Dasar (NPD) serta Nilai Prioritas Total (NPT) untuk
menentukan prioritas masalah yang dihadapi:
NPD = (A + B) x C
NPT = (A + B) x C x D
Tabel 28. Urutan Prioritas Berdasarkan Perhitungan Hanlon Kuantitatif
No

Masalah

C D NPD

NPT

Urutan

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18

Kunjungan K4
PK Bumil
Persalinan Nakes
CPR (KB aktif )
Cakupan KN
Cakupan PKN
Cakupan Kunjungan Bayi
Cakupan Kunjungan balita
Cakupan Kunjungan balita sakit
KB aktif
PUS 4T ber KB
Cakupan ibu hamil diberi 90 Fe
Balita dengan diare ditangani
HB0
BCG
DPT 1
DPT 2
DPT 3

4
4
4
4
3
3
4
4
4
5
4
5
4
5
5
5
5
5

10
17
13
10
13
13
11
11
13
12
10
17
15
14
14
14
14
14

4
3
4
3
3
3
4
4
3
5
4
4
3
4
4
4
4
4

56
63
68
42
48
48
60
60
51
85
56
88
57
76
76
76
76
76

Prioritas
XIX
XV
XIV
XXVI
XXV
XXIV
XVI
XVII
XXIII
II
XX
I
XVIII
III
IV
V
VI
VII

1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1
1

56
63
68
42
48
48
60
60
51
85
56
88
57
76
76
76
76
76

65

19
20
21
22
23
24

Polio 1
Polio 2
Polio 3
Polio 4
Campak
Penduduk yang manfaatkan ganda

5
5
5
5
5
4

14
14
14
14
14
11

4
4
4
4
4
4

1
1
1
1
1
1

76
76
76
76
76
76

76
76
76
76
76
76

VIII
IX
X
XI
XII
XIII

25

sehat
Rumah yang punya SPAL

22

22

XXVIII

26

TTU memenuhi sanitasi

36

36

XXVII

27
28

TP2M diperiksa
TP2M memenuhi syarat sanitasi

4
4

10 4
10 4

1
1

56
56

56
56

XXI
XXII

5.6

Urutan Prioritas Masalah


1. Cakupan ibu hamil diberi Fe
2. KB aktif
3. HB0
4. BCG
5. DPT 1
6. DPT 2
7. DPT 3
8. Polio 1
9. Polio 2
10. Polio 3
11. Polio 4
12. Campak
13. Penduduk yang manfaatkan ganda sehat
14. Persalinan Nakes
15. PK bumil
16. Cakupan kunjungan bayi
17. Cakupan kunjungan balita
18. Jumlah bayi diare ditangani
19. Kunjungan K4
20. PUS4T berKB
21. TP2M diperiksa
22. TP2M memenuhi syarat sanitasi
23. Cakupan balita sakit
24. Cakupan PKN
25. Cakupan KN
26. CPR (KB aktif)
27. TTU memenuhi sanitasi
28. Rumah yang punya SPAL

66

BAB VI
ANALISIS PENYELESAIAN MASALAH
1

Analisis Penyebab Masalah


Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan
antara target yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk
memudahkan

menentukan

kemungkinan

penyebab

masalah

dapat

digunakan diagram fishbone yang berdasarkan pada kerangka pendekatan


sistem meliputi input, proses, output, outcome dan environtment sehingga

67

dapat ditemukan hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu


masalah.
Tabel 29. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah CakupanIbu Hamil
Yang diberi 90 tablet Fe dari Faktor Input
INPUT

KELEBIHAN

MAN

(Tenaga Kerja)

Tersedianya tenaga kesehatan di


Puskesmas (dokter umum, bidan
dan perawat)
Tersedianya penanggung jawab
setiap program
Tersedianya
petugas
yang
membuat pencatatan
Terdapat kader di setiap wilayah
RW

MONEY
(Pembiayaan)
METHOD
(Metode)

Tersedianya
kesehatan

dana

KEKURANGAN

Tersedianya
buku
kunjungan Bumil

laporan

tenaga
yang

mendapatkan pelatihan
Belum adanya regenerasi
kader
Kurangnya pelaporan dan
informasi kader mengenai
pentingnya pemberian Fe
pada ibu hamil

MACHINE
(Peralatan)

banyak

kesehatan

operasional

Tersedianya SOP untuk pelayanan


KIA
Terdapat pencatatan para Ibu-ibu
hamil di Puskesmas Tegal Parang

Belum

Anggaran untuk biaya


operasional tidak terperinci
dengan jelasPenyuluhan
mengenai
program
pentingnya
konsumsi Fe pada Ibu hamil
kurang terkoordinasi
Kurang ada pendekatan pada
masyarakat (ibu hamil &
keluarga)
Pemberdayaan
masyarakat
kurang
Pengolahan data masih belum
optimal (data input dan data
pada server tidak berjumlah
sama)
Kurangnya sarana promosi
kesehatan dan penyuluhan
tetang pentignya Fe pada
bumil

Tabel 30. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah CakupanIbu Hamil


Yang Diberi 90 tablet Fe Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan

68

PROSES

KELEBIHAN

P1

Tersedianya
pelayanan
Puskesmas

jadwal
KIA
di

Belum adanya jadwal yang


tertulis untuk penyuluhan
KIA

Terlaksananya intervensi
dalam praktik pelayanan
KIA

Cara
penyampaian
informasi tidak didukung
dengan
media
yang
menarik.

Terdapat
sistem
pencatatan dan pelaporan
tentang cakupan Ibu hamil
yang diberi 90 tablet Fe

Kurangnya
pemantauan
dan evaluasi terhadap
penyuluhan yang telah
dilaksanakan

Terdapat
penilaian
terhadap semua program
setiap bulannya

Puskesmas yang
dijangkau
masyarakat

Adanya JKN (Jaminan


Kesehatan Nasional)

(Perencanaan)
P2
(Penggerakan &
Pelaksanaan)
P3
(Penilaian,
Pengawasan
Pengendalian)

Lingkungan

PROSES

KEKURANGAN

dapat
oleh

PROSES
KELEBIHAN

Kurangnya kesadaran para


ibu
hamil
tentang
pentingnya pemberian Fe

KEKURANGAN

Terdapatnya kader KIA di


kerja
Puskesmas Tegal Parang

Para bumil suka enggan


untuk mengonsumsi Tablet
Fe karena efek samping
yang dapat menyebabkan
di
Terdapatnya
dukungan
dari
pencegahan komplikasi pada ibu hamil
masyarakat
tidak berjalan
dengan
baik
mual
suami dan keluarga ibu
P2
P3
hamil
untuk
rutin
melakukan
kunjungan
Rendahnya Cakupan ku
pemeriksaan ke Puskesmas.
Tidak tersedianya jadwal tertulis untuk penyuluhan
lingkungan
P1

METHOD

MONEY

adanya kelas ibu hamil untuk ibu hamil trimester 1 dan 2


MACHINE
LINGKUNGAN
MATERIAL

Kurang lengkapnya alat-alat pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil


Antrian puskesmas yang panjang
Ibu hamil tidak mematuhi nasihat yang diber

an khusus pemeriksaan pelayanan kesehatan ibu hamil


MAN

Tidak adanya dokter spesialis kebidanan dalam pelayanan kesehatan ibu hamil sehari-ha
69
Bidan yang memegang program KIA juga memegang program lain
Belum adanya
regenerasi kader
INPUT

INPUT

Belum banyak tenaga kesehatan yang mendapatkan pelatihan


Belum adanya regenerasi kader
Kurangnya pelaporan dan informasi kader mengenai pentingnya pemberian Fe pada ibu hamil

Media promosi tidak ada (leaflet, poster, brosur,)


MATERIAL

MAN

Penyuluhan mengenai program pentingnya konsumsi Fe pada Ibu hamil kurang terkoordinasi
Kurang ada pendekatan pada masyarakat (ibu hamil & keluarga)
Pemberdayaan masyarakat kurang
Pengolahan data masih belum optimal (data input dan data pada server tidak berjumlah sama)

Kurangnya sarana promosi


kesehatan dan penyuluhan
MACHIN
tetang pentignya Fe pada bumil
E
Anggaran untuk biaya operasional tidak terperinciMONEY
dengan jelas

METHOD
Cakupan Pendataan
program pemberian 90
Fe pada inu hamil di
wilayah Puskesmas
kelurahan Tegal Parang

Perencanaan promosi penggunaan tablet Fe pada bumil belum terperinci dengan jelas

LINGKUNGAN

P1

Pelatihan dan koordinasi tenaga kesehatan belum optimal


Pemberian Fe terbatas pada ibu hamil yang datang ke Puskesmas
Penyampaian tidak didukung media yang menarik P2

periode Juni-Agustus
2016

Rumor mengenai tablet Fe yang beredar di masyarakat


Dukungan keluarga dan warga yang kurang
Jumlah warga tidak tetap masih cukup banyak

Gambar 3. Diagram Fishbone

P3
Kurangnya pemantauan dan evaluasi terhadap penyuluhan yang telah dilakukan

PROSES

70

Rekapitulasi analisa penyebab masalah :


1. Belum adanya regenerasi kader
2. Kurangnya pelaporan dan informasi kader mengenai pentingnya pemberian Fe pada ibu-ibu
hamil.
3. Kegiatan penyuluhan untuk para ibu-ibu hamil mengenai pentingnya pemberian Fe tidak
dilaksanakan secara rutin
4. Kurangnya konseling mengenai penting nya pemberian Fe.
5. Kurangnya sarana untuk promosi kesehatan dan penyuluhan tentang pentingnya pemberian Fe.

6.
7.
8.
9.
2

Belum adanya jadwal yang tertulis untuk penyuluhan KIA


Cara penyampaian informasi tidak didukung dengan media yang menarik.
Kurangnya kesadaran para ibu hamil tentang pentingnya pemberian Fe
Para bumil suka enggan untuk mengonsumsi Tablet Fe karena efek samping yang dapat
menyebabkan mual

Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah menyusun
alternatif pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah tersebut di atas dapat
dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 31. Alternatif Pemecahan Masalah
No

Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

1.

Belum banyak tenaga kesehatan Mengadakan pelatihan tentang sasaran dan cara
yang
mendapatkan
pelatihan pemberian tablet Fe
tentang pemberian Fe

2.

Belum adanya regenerasi kader

Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas


Kelurahan Tegal Parang kepada tenaga kerja
tambahan dan kader untuk melaksanakan
program KIA

3.

Kegiatan penyuluhan untuk para ibuibu hamil mengenai pentingnya


pemberian Fe tidak dilaksanakan
secara rutin

Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas


Kelurahan Tegal Parang kepada tenaga kerja
tambahan dan kader untuk melaksanakan
penyuluhan tentang pentingnya pemberian Fe
pada para ibu-ibu hamil

4.

Belum adanya jadwal yang tertulis


d Membuat media promosi yang menarik seperti
brosur dan leaflet dan dibagikan kepada para
untuk penyuluhan KIA
ibu-ibu hamil serta memberikan penyuluhan
mengenai konsumsi Fe

5.

Kurangnya
pemantauan
dan Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas
evaluasi terhadap penyuluhan yang Kelurahan Tegal Parang kepada tenaga kerja
tambahan dan kader untuk melaksanakan
telah dilaksanakan
penyuluhan tentang pemberian Fe pada ibu-ibu
hamil
71

Belum banyak tenaga


kesehatan yang
mendapatkan
pelatihan
tentang
Belum adanya
pemberian
Fe
regenerasi kader
Kegiatan penyuluhan untuk
para ibu-ibu hamil mengenai
pentingnya pemberian Fe
tidak dilaksanakan secara
rutin

Para bumil enggan untuk


mengonsumsi
Tablet
Fe
karena efek samping yang
dapat menyebabkan mual
Belum adanya jadwal
yang tertulis untuk
penyuluhan KIA

Pelatihan tentang
pemberian Fe oleh nakes,
kaderisasi
Melakukan kunjungan ke
rumah pasien
Membuat media promosi
yang menarik berupa
leaflet dan dibagikan
kepada ibu hamil serta
memberikan penyuluhan
mengenai Fe dalam
Konseling
kehamilankeluarga

Pembuatan jadwal
penyuluhan yang tetap
dan tertulis

Gambar 4. Penggabungan Alternatif Pemecahan Masalah

Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks


Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya dilakukan
penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Dalam menentukan prioritas
alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan dengan menggunakan kriteria matriks
dengan rumus M x I x V/ C.
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
1

Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan


Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat diselesaikan maka

nilainya mendekati angka 5.


Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk diselesaikan maka

nilainya mendekati angka 5.


Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian masalah maka
nilainya mendekati angka 5.
72

Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan


Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan nilainya
mendekati angka 1.
Tabel 32. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah
Penyelesaian

Nilai Kriteria

Hasil akhir

Urutan

Masalah

(M x I x V) / C

Mengadakan pembinaan
dari dokter Puskesmas
Kelurahan Tegal Parang
kepada kader yaitu
mengenai pentingnya
pemberian 90 tablet Fe pada
ibu-ibu hamil.

16

II

12

III

27

2. Mengadakan pembinaan
dari

dokter

Puskesmas

Kelurahan

Tegal

Parang

kepada

kader

yaitu

mengenai

pentingnya

pemberian 90 tablet Fe pada


ibu-ibu hamil
Membuat media
promosi yang
menarik seperti
brosur dan leaflet dan
dibagikan kepada
para ibu-ibu hamil
serta memberikan
penyuluhan mengenai
konsumsi Fe

Dari tabel di atas maka didapatkan urutan prioritas alternatif pemecahan masalah Cakupan
Ibu Hamil Yang diberi 90 tablet Fe berikut:
1.Membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan dibagikan kepada
para ibu-ibu hamil serta memberikan penyuluhan mengenai konsumsi Fe.
2.Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Tegal Parang kepada kader yaitu
mengenai pentingnya pemberian 90 tablet Fe pada ibu-ibu hamil

73

3.Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan Tegal Parang kepada BIDAN
dan kader untuk melaksanakan penyuluhan tentang pentingnya pemberian Fe pada para ibuibu hamil
4

Rencana Kegiatan (Plan of Action)


Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah menggunakan metode matriks
didapatkan hasil prioritas pemecahan masalah berupa membuat media promosi yang menarik
seperti membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan dibagikan
kepada para ibu-ibu hamil serta memberikan penyuluhan mengenai konsumsi Fe.Tujuan dari
rencana kegiatan ini adalah meningkatkan pengetahuan serta kesadaran para ibu-ibu hamil
mengenai pentingnya pemberian Tablet Fe, dengan sasaran kegiatan adalah ibu-ibu hamil
yang bertempat di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tegal Parang. Ada pun metode yang
digunakan dalam pelaksanakaan rencana kegiatan ini berupa penyuluhan langsung kepada
para ibu-ibu hamil sambil memberikan leaflet. Kriteria keberhasilan dari rencana kegiatan ini
berupa telah terlaksananya pembuatan leaflet dan disebarkan kepara ibu-ibu hamil dan
melakukan penyuluhan yang terlaksana sesuai jadwal, adanya pemantauan serta evaluasi
hasil penyuluhan serta para ibu-ibu hamil dapat memahami materi penyuluhan dan dapat
menerapkannya.

74

Tabel 33. Plan of Action


No.

Kegiatan

Tujuan

Sasaran

Tempat

Pembuatan
jadwal
penyuluhan
yang tetap
dan tertulis

Terlaksana
nya
penyuluha
n secara
teratur dan
diketahui
jadwalnya
oleh kader
dan ibu
hamil

Ibu hamil
dan kader
posyandu

Puskesmas
Tegal
Parang

Meningkat
kan
pengetahua
n serta
kesadaran
kepada ibu
hamil
mengenai
pentingnya
konsumsi
tablet Fe

Ibu hamil
trimester I
dan II

2.

Membuat
media
promosi
yang
menarik
berupa
leaflet dan
dibagikan
kepada ibu
hamil serta
memberikan
penyuluhan
mengenai Fe
dalam
kehamilan

Penang-gung
Jawab
Koordinator
KIA

Pelaksana

Waktu

Dana

Metode

Kriteria Keberhasilan

Koordi-nator
KIA

Oktober
2016

Dana
swadaya

Berdiskusi tentang
penetapan jadwal
penyuluhan di
posyandu setiap RW
dengan pemegang
program KIA

Indikator :
- Pembuatan jadwal
penyuluhan tetap di
Posyandu tiap RW
- Terdapatnya jadwal tertulis
penyuluhan di Posyandu
setiap RW
- Terlaksananya penyuluhan
di Posyandu sesuai dengan
jadwal
1.

Wilayah
kerja
Tegal
parang

Koordinator
KIA

Koordi-nator
KIA, Bidan,
Dokter muda
dan Kader

Oktober
2016

Dana
swadaya

Metode penyuluhan
langsung. Para
petugas penyuluhan
langsung terjun dan
bertatap muka dengan
pasien Metode yang
disampaikan diterima
sasaran dengan
didengar
(penyuluhan) dan
dilihat leaflet

Indikator:
- Pembuatan leafet yang
akan diberikan kepada
ibu hamil
- Memberikan
penyuluhan kepada ibu
hamil dengan
menggunakan gambar
atau video
- Terlaksananya
penyuluhan sesuai jadwal
- Adanya pemantauan dan
evaluasi hasil penyuluhan
dengan memberikan
kuesioner setelah
penyampaian materi saat
penyuluhan.
- Ibu hamil dapat
memahami materi
penyuluhan dan dapat
75

menerapkannya

No.

Kegiatan

3.

Pelatihan
tentang
pemberia
n Fe

4.

Memberi
kan
kohort
kepada
BPS
Melakuk
an
kunjunga
n ke
rumah
pasein

5.

Tujuan

Tenaga
kesehatan
memahami
dan
mengikuti
prosedur
pemberian
Fe pada
bumil yang
baik
Agar sistem
pencatatan
terstruktur
dan
sistematis
Mengetahui
alasan
pasien tidak
berkunjung
ke
puskesmas
dan
mengajak
pasien agar

Sasaran

Tempat

Penanggung
Jawab
Koordinator Perawat,
KIA
bidan,
dokter
muda

Nakes
,
peraw
at,
bidan,
dokter
muda

Wilayah kerja
Tegal parang

BPS

Wilayah kerja
Tegal parang

Koordinator
KIA

Ibu
hamil
trimes
ter 3
yang
tidak
melak
ukan
kunju

Rumah Ibu
hamil

Koordinator
KIA

Pelaksa-na

Waktu

Dana

Oktob
er
2016

Dana
swadaya

Metode
pelatihan
langsung

Koordinator
KIA dan
bidan

Oktob
er
2016

Dana
swadaya

Pemberian
format kohort
kepada BPS

Dokter,
bidan dan
koordinator
KIA

Oktob
er
2016

APBD /
APBN

Mendatangi
kediaman ibu
hamil dan
berdiskusi
mengenai
tentang alasan
tidak
berkunjung dan
pemecahan

Metode

Kriteria
Keberhasil
an
- Tenaga kesehatan
memahami sasaran dan
cara pemberian tablet Fe

Indikator :
- BPS mendapatkan kohort
dan menerapkan sistem
pencatatan berdasarkan
kohort
Indikator :
- Pembuatan daftar ibu
hamil yang tidak
melakukan kunjungan
- Mendatangi kediaman ibu
hamil di kediamannya.
- Menemukan solusi untuk
masalah ibu hamil
- Ibu hamil datang untuk
76

melakukan
kunjungan
rutin ke
puskesmas.

ngan

masalahnya.

kunjungan

77

Analisis Penyebab Masalah


Terdapat beberapa faktor yang dapat menimbulkan kesenjangan
antara target yang ditetapkan dengan hasil yang dicapai. Untuk
memudahkan

menentukan

kemungkinan

penyebab

masalah

dapat

digunakan diagram fishbone yang berdasarkan pada kerangka pendekatan


sistem meliputi input, proses, output, outcome dan environtment sehingga
dapat ditemukan hal-hal yang dapat menyebabkan munculnya suatu
masalah.
Tabel 32. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Ibu Hamil
Yang diberi 90 tablet Fe dari Faktor Input
INPUT
MAN

KELEBIHAN

KEKURANGAN
tenaga

Tersedianya

kesehatan di Puskesmas

(Tenaga Kerja)

Belum

adanya

regenerasi

(dokter umum, bidan

kader
Kurangnya

dan perawat)

informasi

Tersedianya

pentingnya pemberian Fe pada

penanggung

pelaporan
kader

dan

mengenai

ibu-ibu hamil.

jawab

setiap program

Tersedianya
yang

petugas
membuat

pencatatan

MONEY

Terdapat kader di setiap

wilayah RW
Tersedianya

operasional kesehatan

(Pembiayaan)
METHOD

dana

Tersedianya SOP untuk

pelayanan KIA
Terdapat
pencatatan

Kurangnya
mengenai

konseling
penting

nya
78

(Metode)

para Ibu-ibu hamil di


Puskesmas

pemberian Fe.

Tegal

Parang

MACHINE
(Peralatan)

Tersedianya

buku

laporan

Kurangnya sarana untuk

kunjungan

promosi

Bumil

kesehatan

penyuluhan

dan

tentang

pentingnya pemberian Fe.

Tabel 34. Analisis Kemungkinan Penyebab Masalah Cakupan Ibu Hamil


Yang Diberi 90 tablet Fe Ditinjau dari Faktor Proses dan Lingkungan
PROSES
P1

KELEBIHAN

jadwal

Tersedianya
pelayanan

(Perencanaan)

KEKURANGAN

KIA

di

Puskesmas
P2

(Penggerakan &
Pelaksanaan)

Belum adanya jadwal yang


tertulis untuk penyuluhan
KIA

Terlaksananya

intervensi

Cara

penyampaian

dalam praktik pelayanan

informasi tidak didukung

KIA

dengan

media

yang

menarik.
P3

sistem

Terdapat

Kurangnya

(Penilaian,

pencatatan dan pelaporan

dan

Pengawasan

tentang cakupan Ibu hamil

penyuluhan

yang diberi 90 tablet Fe

dilaksanakan

Pengendalian)

Terdapat

pemantauan

evaluasi

terhadap

yang

telah

penilaian

terhadap semua program


setiap bulannya
Lingkungan

Puskesmas
dijangkau
masyarakat

yang

dapat
oleh

Kurangnya kesadaran para


ibu

hamil

tentang

pentingnya pemberian Fe
79

Adanya

JKN

(Jaminan

Kesehatan Nasional)

Efek

samping

dari

pemberian tablet Fe yang


dapat mengakibatkan para
ibu-ibu hamil enggan untuk
menkonsumsi kembali

PROSES

KELEBIHAN

KEKURANGAN

Terdapatnya kader KIA di


lingkungan

kerja

Puskesmas Tegal Parang

Terdapatnya dukungan dari


suami dan keluarga ibu
hamil

untuk

melakukan

rutin
kunjungan

pemeriksaan ke Puskesmas.
PROSES
Tidak tersedianya jadwal tertulis untuk penyuluhan
P1
pencegahan komplikasi pada ibu hamil di masyarakat tidak berjalan dengan baik
P2

P3
Rendahnya Cakupan ku
METHOD

MONEY

adanya kelas ibu hamil untuk ibu hamil trimester 1 dan 2


MACHINE
LINGKUNGAN
MATERIAL

Kurang lengkapnya alat-alat pemeriksaan penunjang untuk ibu hamil


Antrian puskesmas yang panjang
Ibu hamil tidak mematuhi nasihat yang diber

an khusus pemeriksaan pelayanan kesehatan ibu hamil


MAN
80

Tidak adanya dokter spesialis kebidanan dalam pelayanan kesehatan ibu hamil sehari-ha
Bidan yang memegang program KIA juga memegang program lain
Belum adanya
regenerasi kader
INPUT

Penentuan Alternatif Pemecahan Masalah


Setelah diperoleh daftar masalah, maka langkah selanjutnya ialah

menyusun alternatif pemecahan penyebab masalah. Alternatif pemecahan masalah


tersebut di atas dapat dilihat pada tabel di bawah ini:
Tabel 35. Alternatif Pemecahan Masalah
No
1.

Penyebab Masalah

Alternatif Pemecahan Masalah

Belum adanya regenerasi kader

Mengadakan

pembinaan

Puskesmas Kelurahan

dari

dokter

Tegal Parang

kepada kader yaitu mengenai pentingnya


pemberian 90 tablet Fe pada ibu-ibu hamil.
2

Kegiatan penyuluhan untuk para

Mengadakan

pembinaan

dari

dokter

ibu-ibu hamil mengenai pentingnya

Puskesmas Kelurahan

Tegal Parang

pemberian Fe tidak dilaksanakan

kepada tenaga kerja tambahan dan kader

secara rutin

untuk melaksanakan penyuluhan tentang


pentingnya pemberian Fe pada para ibuibu hamil

Belum adanya jadwal yang tertulis

untuk penyuluhan KIA

Membuat media promosi yang menarik


seperti brosur dan leaflet dan dibagikan
kepada

para

memberikan

ibu-ibu

hamil

penyuluhan

serta

mengenai

konsumsi Fe
6.

Kurangnya

pemantauan

dan

Mengadakan

evaluasi

dari

dokter

evaluasi terhadap penyuluhan yang

Puskesmas Kelurahan Tegal Parang dan

telah dilaksanakan

kader terhadap para ibu-ibu hamil tentang


penyuluhan pentingnya pemberian Fe pada
ibu-ibu hamil

Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah dengan Kriteria Matriks

81

Setelah menentukan alternatif pemecahan masalah, selanjutnya


dilakukan penentuan prioritas alternatif pemecahan masalah. Dalam
menentukan prioritas alternatif pemecahan masalah dapat dilakukan
dengan menggunakan kriteria matriks dengan rumus M x I x V/ C.
Masing-masing cara penyelesaian masalah diberi nilai berdasar kriteria:
5

Magnitude: Besarnya penyebab masalah yang dapat diselesaikan


Dengan nilai 1-5 dimana semakin mudah masalah yang dapat

diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.


Importancy: Pentingnya cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin pentingnya masalah untuk

diselesaikan maka nilainya mendekati angka 5.


Vulnerability: Sensitifitas cara penyelesaian masalah
Dengan nilai 1-5 dimana semakin sensitifnya cara penyelesaian

masalah maka nilainya mendekati angka 5.


Cost: Biaya (sumber daya) yang digunakan
Dengan nilai 1-5, dimana semakin kecil biaya yang dikeluarkan
nilainya mendekati angka 1.

Tabel 36. Hasil Akhir Penentuan Prioritas Pemecahan Masalah


Nilai Kriteria

Penyelesaian
Masalah
2

Hasil akhir
(M x I x V) /

Urutan

16

II

12

III

Mengadakan
pembinaan dari dokter
Puskesmas Kelurahan
Tegal Parang kepada
kader yaitu mengenai
pentingnya pemberian
90 tablet Fe pada ibuibu hamil.

Mengadakan
pembinaan dari

82

dokter
Puskesmas
Kelurahan Tegal
Parang kepada
tenaga kerja
tambahan dan
kader untuk
melaksanakan
penyuluhan
tentang
pentingnya
pemberian Fe
pada para ibuibu hamil
Membuat media
promosi yang
menarik seperti
brosur dan leaflet dan
dibagikan kepada

27

para ibu-ibu hamil


serta memberikan
penyuluhan mengenai
konsumsi Fe

Dari tabel di atas maka didapatkan urutan prioritas alternatif


pemecahan masalah Cakupan Ibu Hamil Yang diberi 90 tablet Fe berikut:
1. Membuat media promosi yang menarik seperti brosur dan
leaflet dan dibagikan kepada para ibu-ibu hamil serta memberikan
penyuluhan mengenai konsumsi Fe.

83

2. Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan


Tegal Parang kepada kader yaitu mengenai pentingnya pemberian 90
tablet Fe pada ibu-ibu hamil
3. Mengadakan pembinaan dari dokter Puskesmas Kelurahan
Tegal Parang kepada tenaga kerja tambahan dan kader

untuk

melaksanakan penyuluhan tentang pentingnya pemberian Fe pada para


ibu-ibu hamil
8

Rencana Kegiatan (Plan of Action)


Berdasarkan hasil perhitungan prioritas pemecahan masalah
menggunakan metode matriks didapatkan hasil prioritas pemecahan
masalah berupa membuat media promosi yang menarik seperti Membuat
media promosi yang menarik seperti brosur dan leaflet dan dibagikan
kepada para ibu-ibu hamil serta memberikan penyuluhan mengenai
konsumsi Fe.. Tujuan dari rencana kegiatan ini adalah meningkatkan
pengetahuan serta kesadaran PUS 4T mengenai pentingnya pemberian
Tablet Fe, dengan sasaran kegiatan adalah ibu-ibu hamil yang bertempat di
wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Tegal Parang. Adapun metode yang
digunakan dalam pelaksanakan rencana kegiatan ini berupa penyuluhan
langsung kepada para ibu-ibu hamil sambil memberikan leaflet. Kriteria
keberhasilan dari rencana kegiatan ini berupa telah terlaksananya
pembuatan leaflet dan disebarkan ke para ibu-ibu hamil dan melakukan
penyuluhan yang terlaksana sesuai jadwal,

adanya pemantauan serta

evaluasi hasil penyuluhan serta para ibu-ibu hamil dapat memahami materi
penyuluhan dan dapat menerapkannya.

DAFTAR PUSTAKA

84

1.

Ojofeitimi EO, Ogunjuyigbe PO, Sanusi, et al. Poor Dietary Intake of Energy
and Retinol among Pregnant Women: Implications for Pregnancy Outcome in
Southwest Nigeria. Pak. J. Nutr. 2008; 7(3):480-484.

2.

Fatimah, Hadju et al. Pola Konsumsi dan Kadar Hemoglobin Pada Ibu Hamil
Di Kabupaten Maros,Sulawesi Selatan. Makara,Kesehatan. 2011;Vol. 15(1):
31-36

3.

Samhadi. Malnutrisi, Keteledoran Sebuah Bangsa 2008 [diakses tanggal 28


September 2007]. Tersedia di: www.kompas.com.

4.

Cunningham dan Garry F. Obstetri Williams Edisi 21 Vol 2 [Hartono et al.,


trans]. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC, 2001.

5.

Sukrat B. and Sirichotiyakul S. The prevalence and causes of anemia during


pregnancy in Maharaj Nakorn Chiang Mai Hospital. J. Med. Assoc. Thai
2006; 89(Suppl 4):S142-146

6.

Broek van den NR, Letsky EA. Etiology of anemia in pregnancy in south
Malawi. Am. J. Clin. Nutr. 2000; 72(1):247S-256S.

7.

Hinderaker SG, Olsen BE, Lie RT, et al. Anemia in pregnancy in rural
Tanzania: associations with micronutrients status and infections. Eur. J. Clin.
Nutr. 2002; 56(3):192-199.

8.

Ahmed F, Khan MR, Jackson AA. Concomitant Supplemental Vitamin A


Enhances the Response to Weekly Supplemental Iron and Folic Acid in
Anemic Teenagers In Urban Bangladesh. Am. J. Clin. Nutr. 2001; 74(1):108115

9.

Departemen Kesehatan R.I. Program Penanggulangan Anemia Gizi pada


Wanita Usia Subur (WUS); (Safe Motherhood Project: A Partnership and
Family Approach). Direktorat Gizi Masyarakat. Jakarta: Direktorat Jenderal
Bina Kesehatan Masyarakat Depkes, 2001.

10. Ningrum.. Pemberian Tablet Fe Pada Ibu Hamil Untuk Mencegah Anemia.
2009.

Http://Ningrumwahyuni.Wordpress.Com/2009/09/04/Pemberian--

Tablet--Fe--Pada--Ibu--Hamil--Untuk--Mencegah--Anemia

85

11. Linda J Harvey, Jack R Dainty, Wendy J Hollands, et al. Effect of high-dose
iron supplements on fractional zinc absorption and status in pregnant women.
American Journal of Clinical Nutrition, 2007 Vol. 85, No. 1, 131-136.
12. Almatsler, Soenita. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. PT. Gramedia Pustaka. 2009.
Jakarta
13. Wirakusumah S. Perencanaan Menu anemia Gizi Besi. Edisi 2. Penerbit
Trubus Agriwidya. 2009. Jakarta
14. Arisman. Buku Ajar Gizi untuk Kebidanan. Penerbit Muha Medika, 2009.
Jogyakarta
15. Regina Tatiana Purba. Departemen Obstetri dan Ginekologi, Fakultas
Kedokteran

Universitas Indonesia/.perbandingan Efektivitas Terapi Besi

Intravena dan Oral pada Anemia Defisiensi Besi dalam Kehamilan. Maj
KedoktIndon, Volum: 57, Nomor: 4,

April 2007. Rumah Sakit Dr. Cipto

Mangunkusumo, Jakarta
16. Winkjosastro Hanifa. Ilmu Kebidanan. Penerbit PT.EGC.2002. Jakarta

86

Anda mungkin juga menyukai