Anda di halaman 1dari 12

MAKALAH

Kepemimpinan Khulafaurrasyidin
Mata Kuliah

: Studi Kepemimpinan Islam

Oleh :
Kelompok 3
Danica Prima

(13311099)

Dhea Aurilla Pramutiara

(13311103)

Dessy Pratiwi

(13311119)

Aditya Prabhowo

(13311120)

Debby Sarasmitha

(13311128)

Bagas Wiranata

(13311150)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS ISLAM INDONESIA
YOGYAKARTA
2016

Pendahuluan
Sejarah adalah suatu rujukan saat kita akan membangun masa depan. Namun, kadang
orang malas untuk melihat sejarah. Sehingga orang cenderung berjalan tanpa tujuan dan
mungkin mengulangi kesalahan yang pernah ada dimasa lalu. Disnilah sejarah berfungsi
sebagai cerminan bahwa dimasa silam telah terjadi sebuah kisah yang patut kita pelajari
untuk merancang masa depan.
Khulafa al-Rasyidun sebagai sahabat-sahabat yang meneruskan perjuangan Nabi
Muhammad kiranya pantas untuk dijadikan sebagai rujukan saat kita akan melaksanakan
sesuatu dimasa depan. Karena peristiwa yang terjadi sungguh beragam. Dari mulai cara
pengaangkatan sebagai khalifah, sistem pemerintahan, pengelolaan administrasi, hubungan
sosial kemasyaratan dan lain sebagainya ( Siti Maryam, dkk.2004 : 45)
Dalam memahami sejarah kita dituntut untuk dapat berpikir kritis. Sebab, sejarah
bukanlah sebuah barang mati yang tidak dapat dirubah. Akan tetapi sejarah bisa saja dirubah
kisahnya oleh sang penulis sejarah. Nalar kritis kita dituntut untuk mampu membaca sejarah
dan membandingkan dengan pendapat lain. Saat kita sudah mampu untuk menyibak tabir
sejarah dari berbagai sumber, barulah kita dapat melakukan rekonstruksi sejarah.
Rekonstruksi sejarah perlu dilakukan agar kita dapat memisahkan antara peradaban
Arab dan peradaban islam. Sebab, kita sering memakan mentah-mentah peradaban yang
datang dari Arab sebab semuanya dianggap sebagai peradaban islam. Kita perlu memandang
peradaban dari berbagai aspeknya. Langkah ini agar kita tidak hanya sekedar bangga dan
larut dalam historisisme yang seringkali menjebak pemikiran progressif kita.
Pembahasan

Khulafaurrasyidin adalah pecahan dari kata Khulafa dan Al Rasyidin, Kata


Khulafa mengandung pengertian : cerdik, pandai dan pengganti. Sedangkan kata, Al
Rasyidin mengandung pengertian : Lurus Benar dan Mendapat petunjuk.
Pengertian Khulafaurrasyidin adalah Pengganti yang cerdik dan benar serta para
pemimpin pengganti Rasulullah dalam urusan kehidupan kaum muslimin, yang sangat adil
dan bijaksana, pandai dan cerdik, dan dalam menjalankan tugasnya senantiasa pada jalur
yang benar serta senantiasa mendapatkan hidayah dari Allah SWT.
Para pemimpin Khulafaurrasyidin terdiri dari empat orang sahabat Rasulullah yaitu:
a. Abu Bakar As-Siddiq
b. Umar Bin Khattab
c. Utsman Bin Affan.
d. Ali Bin Abi Thalib.
Dalam pemerintahannya mereka berjuang terus untuk agama Islam . mereka tidak
pernah memanfaatkan jabatan untuk kepentingan pribadinya ataua untuk mengeruk harta.
Mereka adalah pemimpin pemimpin yang baik dalam melaksanakan kekuasaan. Mereka
mau menerima dan mengemban kekhalifahan, bukan karena untuk mengharapkan sesuatu
yang akan menguntungkan pribadiya, tetapi semata mata karena pengabdiannya terhadap
Islam dan mencari Keridhaan Allah SWT semata.
Setiap langkah yang dilakukan oleh Khulafaurrasyidin tidak pernah bertentangan
dengan kemauan kaum muslimin selalu berjalan pada jalur yang benar. (Mohamed Abed AlJabiri,2004:5)
1. Abu Bakar As-Siddiq
Abu Bakar As Sidiq adalah salah satu sahabat yang paling dekat dengan Rosullullah.
Beliau adalah salah satu dari empat Khulafaurrasyidin atau kalifah pertama pengganti Nabi
Muhammad SAW. Beliau juga termasuk dalam Assabiqunal Awwalun yaitu orang yang
pertama kali masuk Islam. Abu Bakar As Sidiq dilahirkan ditahun yang sama dengan Nabi
yaitu antara 572 Masehi di Mekkah. Nama asli beliau adalah Abdullah ibni Abi Quhaafah.
Abu Bakar berarti ayah si gadis, yaitu ayah dari Aisyah istri Nabi Muhammad SAW.
Namanya yang sebenarnya adalah Abdul Kabah (artinya hamba Kabah), yang kemudian
diubah oleh Rasulullah menjadi Abdullah (artinya hamba Allah).
Pada masa kepemimpinannya, khalifah Abu Bakar As-Siddiq melakukan beberapa
usaha dan mencapai prestasi sebagai berikut:
a.

Memerangi kaum murtad

Setelah suksesi Abu Bakar As-Siddiq, beberapa masalah yang mengancam persatuan
dan stabilitas muncul. Beberapa suku Arab yang berasal dari Hijaz dan Nejed menyatakan
murtad atau membangkang pada khalifah baru dan sistem yang ada. Beberapa diantaranya
menolak membayar zakat, walaupun tidak menolak agama Islam secara utuh. Beberapa yang
lain kembali memluk agama dan tradisi lamanya, yakni menyembah berhala. Sukuk-suku
tersebut menyatakan bahwa mereka hanya memiliki perjanjian dengan nabi Muhammad
SAW. Oleh karena itu, kematian Nabi Muhammad SAW menjadi alasan sehingga perjanjian
tersebut tidak berlaku lagi. Rasa kesukuan dan sifat faternalisistik, yaitu tunduk secara
membabi buta kepada pemimpinnya juga menjadi penyebab timbulnya gerakan murtad
(riddah).
Para kepala suku yang masih lemah imannya mempelopori gerakan riddah. Khalifah
Abu Bakar As-Siddiq memandang gerakan itu sangat berbahaya, maka khalifah Abu Bakar
As-Siddiq bersikap tegas. Ketegasannya itu tersirat dalam salah satu ucapannya yaitu: jika
saja zakat itu seutas tali unta dan mereka tidak mau menunaikannya, niscaya tetap aku
perangi mereka. Di balik ketegasannya, kahlifah Abu Bakar As-Siddiq tetap berpesan
kepada panglimanya untuk mengadakan pendekatan sacara persuasif atau damai. Sebagian
kaum murtad ada yang menerima ajakan damai tersebut dan kembali tunduk kepada hukum
Islam. Namun ada juga yang tidak mau berdamai dan memilih perang, mereka dipimpin oleh
orang-orang yang mengangkat dirinya sebagai Nabi. Mereka adalah nabi-nabi palsu yang
berusaha menghancurkan Islam.
Setelah Musailamah al Kazab berhasil dikalahkan pasukan muslim bergerak menuju
Bahrain, Oman, dan Yaman. Ditempat-tempat tersebut kaum murtad berhasil dikalahkan.
Serangkaian perang melawan kaum murtad itu disebut Riddah. Perang tersebut berhasil
dimenangkan kaum muslimin dengan gemilang.
b.

Menyusun Kitab (Kodifikasi Al-Quran)


Hasil karya masa khalifah Abu Bakar As Siddiq yang masih dapat kita rasakan hingga

sekarang adalah adanya mushaf Al-Quran. Ketika itu Al-Quran tertulis dalam berbagai
benda yang berserakan di berbagai tempat. Usaha itu dilaksanakan atas saran Umar bin
Khattab yang saat itu menjadi penasihat utama khalifah Abu Bakar As Siddiq.
Pada mulanya khalifah Abu Bakar As Siddiq merasa enggan melakukan tugas ini
karena Nabi Muhammad SAW tak pernah mencontohkannya. Akan tetapi, umar bin Khattab
mengemukakan beberapa alasan, salah satunya adalah banyaknya para penghapal Al-Quran
yang meninggal dalam perang Yamamah.

Khalifah Abu Bakar As Siddiq bersedia mewujudkan pengumpulan ayat-ayat AlQuran. Beliau menunjuk Zaid bin Tsabit sebagai pemimpin proyek mulia ini. Zaid bin Tsabit
adalah sekretaris Rasulullah SAW, semasa hidupnya. Jika ada wahyu yang turun, Zaid bin
Tsabit menulisnya dengan bimbingan Rasulullah SAW wahyu tersebut kemudian dihafalkan
oleh para sahabat. Selain itu, ada juga sahabat yang menyalinnya ke pelepah kurma, bebatuan
atau tulang belulang. Mereka kemudian mengajarkan kepada kaum Muslimin di daerah lain.
Setelah usaha pengumpulan ayat-ayat Al-Quran selesai, mushaf disimpan khalifah Abu
Bakar As Siddiq, mushaf itu yang menjadi pedoman pembelajaran Al-Quran kepada segenap
kaum muslimin saat itu. Setelah khalifah Abu Bakar As Siddiq wafat, mushaf tersebut
disimpan oleh Habsah binti Umar, yakni putri Umar bin Khattab dan salah seorang istri
Rasulullah.
c.

Perluasan wilayah Islam


Setelah situasi sosial politik masyarakat Islam dirasa stabil, khilafah Abu Bakar As

Siddiq, mulai menyebarkan Islam ke wilayah yang lebih luas lagi. Perluasan wilayah tersebut
bukan berarti penjajahan, sebab khalifah Abu Bakar As Siddiq selalu menekankan kepada
para panglimanya untuk mengadakan pendekatan damai.
Ada 3 (tiga) hal yang menjadi pegangan utama para Dai atau tentara Islam saat
memasuki daerah baru, antara lain sebagai berikut:
1) Dianjurkan masuk Islam, maka jiwa serta hartanya akan dilindungi.
2) Boleh tidak masuk Islam, tetapi membayar Jizyah (pajak perlindungan yang sangat
ringan). Maka jiwa hartanya akan dilindungi.
3) Jika menentang, mereka akan diperangi.
Ketiga hal itulah yang membuat para Dai atau tentara Islam disambut dengan suka
cita ketika memasuki wilayah baru. Bahkan banyak rakyat suatu daerah sangat
mengaharapkan kedatangan Dai atau tentara Islam. Hal itu menunjukan bahwa Islam adalah
rahmat bagi seluruh alam.
Berbagai wilayah yang menjadi penyebaran Islam adalah wilayah yang dikuasai
kekaisaran persian dan benzantium. Persia menguasai wilayah yang luas meliputi Irak, bagian
barat suriah (syam) dan bagian utara jazirah Arab. Sejumlah kabilah Arab tunduk dibawah
kekuasaan mereka. Khalifah Abu Bakar As Siddiq mengirimkan dua panglima untuk
menundukan wilayah tersebut, yaitu Khalid bin Walid dan Musanna bin Haritsah. Mereka
mampu menguasai Hirah dan beberapa kota lainnya, yaitu Anbar, Daumatul Jandal dan Fars.
Peperangan ini dihentikan setelah khalifah Abu Bakar As Siddiq memerintahkan Khalid bin
Walid berangkat menuju Suriah. Ia diperintahkan untuk membantu pasukan Muslim yang

kesulitan menghadapai pasukan Benzantium yang sangat besar. Komando pasukan kemudian
dipegang oleh Musanna bin Haritsah.
Pasukan Islam ketika itu berjumlah 18.000 adapun pasukan Romawi berjumlah
240.000 orang. Menghadapi jumlah yang sangat besar itu pasukan kaum muslimin
mengalami kesulitan. Khalifah Abu Bakar As Siddiq segera memerintahkan Khalid bin Walid
berangkat menuju Syam. Khalid bin Walid melakukan perjalanan bersejarah selama 18 hari
melewati padang sahara yang belum pernah dilewatinya. Ia segera bergabung dengan
pasukan muslim yang ada di sana.
Pertempuran akhirnya pecah di pinggir sungai Yarmuk. Oleh karena itu perang ini
disebut perang Yarmuk ketika perang tengah berkecamuk, datanglah kabar bahwa Khalifah
Abu Bakar As Siddiq meninggal dunia. Beliau digantikan oleh Umar bin Khattab. Khalid bin
Walid kemudian digantikan oleh Abu Ubaidah bin Jarrah. Peperangan ini akhirnya
dimenangkan oleh kaum muslim dan menjadi kunci utama runtuhnya kekuasaan Bizantium di
tanah Arab.
2. Umar Bin Khatab
Umar bin Khatab (583-644) memiliki nama lengkap Umar bin Khathab bin Nufail bin
Abd Al-Uzza bin Ribaah bin Abdillah bin Qart bin razail bin Adi bin Kaab bin Luay,
adalah khalifah kedua yang menggantikan Abu Bakar Ash-Shiddiq.[1] Umar bin khattab lahir
di Mekkah pada tahun 583 M, dua belas tahun lebih muda dari Rasulullah Umar juga
termasuk kelurga dari keturunan Bani Suku Ady (Bani Ady). Umar bin Khatthab adalah salah
satu sahabat terbesar sepanjang sejarah sesudah Nabi Muhammad SAW. Peranan umar dalam
sejarah Islam masa permulaan merupakan yang paling menonjol kerena perluasan
wilayahnya, disamping kebijakan-kebijakan politiknya yang lain. Adanya penaklukan besarbesaran pada masa pemerintahan Umar merupakan fakta yang diakui kebenarannya oleh para
sejarahwan.
Selama pemerintahan Umar, kekuasaan Islam tumbuh dengan sangat pesat. Islam
mengambil alih Mesopotamia dan sebagian Persia dari tangan dinasti Sassanid dari Persia
(yang mengakhiri masa kekaisaran sassanid) serta mengambil alih Mesir, Palestina, Syria,
Afrika Utara dan Armenia dari kekaisaran Romawi (Byzantium). Saat itu ada dua negara adi
daya yaitu Persia dan Romawi. Namun keduanya telah ditaklukkan islam pada jaman Umar.
Umar melakukan banyak reformasi secara administratif dan mengontrol dari dekat kebijakan
publik, termasuk membangun sistem administratif untuk daerah yang baru ditaklukkan. Ia
juga memerintahkan diselenggarakannya sensus di seluruh wilayah kekuasaan Islam. Tahun

638, ia memerintahkan untuk memperluas dan merenovasi Masjidil Haram di Mekkah dan
Masjid Nabawi di Madinah. Ia juga memulai proses kodifikasi hukum Islam. Umar dikenal
dari gaya hidupnya yang sederhana, alih-alih mengadopsi gaya hidup dan penampilan para
penguasa di zaman itu, ia tetap hidup sangat sederhana. Pada sekitar tahun ke 17 Hijriah,
tahun ke-empat kekhalifahannya, Umar mengeluarkan keputusan bahwa penanggalan Islam
hendaknya mulai dihitung saat peristiwa hijrah.
Ada beberapa perkembangan peradaban Islam pada masa khalifah Umar bin Khtthab,
yang meliputi Sistem pemerintahan (politik), ekonomi, ilmu pengetahuan, sosial.
a.

Perkembangan Politik
Pada masa khalifah Umar bin khatab, kondisi politik islam dalam keadaan stabil,

usaha perluasan wilayah Islam memperoleh hasil yang gemilang. Administrasi pemerintahan
diatur menjadi delapan wilayah propinsi: Makkah, Madinah, Syria, Jazirah Basrah, Kufah,
Palestina, dan Mesir. Pada masa Umar bin khatab mulai dirintis tata cara menata struktur
pemerintahan yang bercorak desentralisasi. Mulai sejak masa Umar pemerintahan dikelola
oleh pemerintahan pusat dan pemerintahan propinsi.
Pada masa Umar Bin Khatab juga mulai berkembang suatu lembaga formal yang
disebut lembaga penerangan dan pembinaan hukum islam. Dimasa ini juga terbentuknya
sistem atau badan kemiliteran. Pada masa khalifah Umar bin Khattab ekspansi Islam meliputi
daerah Arabia, syiria, Mesir, dan Persia. Karena wilayah Islam bertambah luas maka Umar
berusaha mengadakan penyusunan pemerintah Islam dan peraturan pemerintah yang tidak
bertentangan dengan ajaran Islam.
b.

Perkembangan Ekonomi
Karena perluasan daerah terjadi dengan cepat, dan setelah Khalifah Umar mengatur

administrasi negara dengan mencontoh administrasi yang sudah berkembang terutama di


Persia. Pada masa ini juga mulai diatur dan ditertibkan sistem pembayaran gaji dan pajak
tanah. Pengadilan didirikan dalam rangka memisahkan lembaga yudikatif dengan lembaga
eksekutif. Untuk menjaga keamanan dan ketertiban, jawatan kepolisian dibentuk. Demikian
pula jawatan pekerjaan umum. Umar juga mendirikan Bait al-Mal, menempa mata uang, dan
membuat tahun hijiah. Dan menghapuskan zakat bagi para Muallaf.
c.

Perkembangan Pengetahuan
Pada masa khalifah Umar bin Khatab, sahabat-sahabat yang sangat berpengaruh tidak

diperbolehkan untuk keluar daerah kecuali atas izin dari khalifah dan dalam waktu yang
terbatas. Jadi kalau ada diantaa umat Islam yang ingin belajar hadis harus perdi ke Madinah,
ini berarti bahwa penyebaran ilmu dan pengetahuan para sahabat dan tempat pendidikan

adalah terpusat di Madinah. Dengan meluasnya wilayah Islam sampai keluar jazirah Arab,
nampaknya khalifah memikirkan pendidikan Islam didaerah-daerah yang baru ditaklukkan
itu. Untuk itu Umar bin Khatab memerintahkan para panglima perangnya, apabila mereka
berhasil menguasai satu kota, hendaknya mereka mendirikan Mesjid sebagai tempat ibadah
dan pendidikan.
Khalifah Umar bin Khatab merupakan seorang pendidik yang melakukan penyuluhan
pendidikan di kota Madinah, beliau juga menerapkan pendidikan di mesjid-mesjid dan pasarpasar serta mengangkat dan menunjuk guru-guru untuk tiap-tiap daerah yang ditaklukkan itu,
mereka bertugas mengajarkan isi al-Qur'an dan ajaran Islam lainnya seperti fiqh kepada
penduduk yang baru masuk Islam.
d.

Perkembangan Sosial
Pada masa Khalifah Umar Bin Khatthab ahli al-dzimmah yaitu penduduk yang

memeluk agama selain Islam dan berdiam diwilayah kekuasaan Islam. Al-dzimmah terdiri
dari pemeluk Yahudi, Nasrani dan Majusi. Mereka mendapat perhatian, pelayanan serta
perlindungan pada masa Umar. Dengan membuat perjanjian, yang antara lain berbunyi ;
Keharusan orang-orang Nasrani menyiapkan akomodasi dan konsumsi bagi para tentara
Muslim yang memasuki kota mereka, selama tiga hari berturut-turut.
Pada masa umar sangat memerhatikan keadaan sekitarnya, seperti kaum fakir, miskin
dan anak yatim piatu, juga mendapat perhatian yang besar dari Umar Bin Khathab.
3. Utsman Bin Affan
Utsman bin Affan r.a. (574M-656M) berasal dari keluarga kaya raya dari silsilah Bani
Umayyah. Sejak kecil Utsman telah mendapat pendidikan membaca dan menulis dari
keluarganya. Selain berpendidikan Utsman bin Affan dikenal pula sebagai seorang yang
memiliki akhlakul karimah. Tak hanya ketika ia berada dalam naungan Islam namun juga
sebelumnya. Rasulullah saw sendiri menggambarkan Utsman bin Affan r.a sebagai pribadi
yang paling jujur dan rendah hati diantara kaum muslimin.
Dalam perjalanan hidupnya Utsman bin Affan berhasil menjadi seorang saudagar
kaya raya. Namun kesederhanaan tetap melingkupi hati beliau. Dalam satu riwayat
dikisahkan bahwa Utsman senang menjamu orang banyak dengan hidangan mewah bagaikan
hidangan kaum bangsawan. Namun di rumahnya beliau hanya memakan roti dengan minyak
atau cuka. Dikisahkan pula bahwa Utsman r.a pernah berpidato di atas mimbar memakai
sehelai kain kasar dan kopiah seharga lima dirham.
Utsman bin Affan memiliki julukan Dzun Nurain yang berarti yang memiliki dua
cahaya. Julukan ini didapat karena Utsman telah menikahi puteri kedua dan ketiga dari

Rasullah saw yaitu Ruqayah dan Ummu Kaltsum. Pernikahan Utsman dengan Ruqayah
terjadi ketika Ruqayah diceraikan oleh suaminya terdahulu yang bernama Utbah. Utbah
merupakan putra Abdul Uzza bin Abdul Muthallib atau yang lebih dikenal dengan Abu
Lahab. Perceraian ini dilakukan atas desakan Abu Lahab dan istrinya, Ummu Jamil, untuk
menghina dan merendahkan keluarga Rasulullah saw. Untuk meringankan beban Rasulullah
dan keluarganya Utsman kemudian melamar Ruqayah.
Dengan Ruqayah, Utsman menjadi suami-istri pertama dari kalangan kaum muslimin
yang berhijrah ke Habasyah. Lama tak terdengar kabar dari mereka berdua. Sampai seorang
Quraisy memberikan kabar kepada Rasulullah bahwa ia telah melihat Utsman bin Affan r.a
dengan Ruqayah. Bagaimana keadaan mereka berdua? tanya Nabi. Menantumu sedang
menuntun keledai yang ditunggangi oleh istrinya yang sedang hamil,jawab si Quraisy.
Setelah mendapatkan kabar bahwa keadaan di Mekah telah aman bagi kaum muslimin,
muhajirin yang berada di Habasyah pun kembali ke Mekah. Termasuk Utsman bin Affan dan
Ruqayah.
Pasangan ini tak lama menetap di Mekah karena kembali berhijrah ke Madinah. Saat
berada di Madinah Ruqayah menderita penyakit campak. Keadaannya diperparah dengan
kesedihan yang mendalam atas kepergian ibundanya, Khadijah r.a dan anaknya Abdullah
yang baru berusia 6 tahun. Selama Ruqayah terbaring sakit, Utsman selalu berada di sisi
istrinya dan mengurusnya dengan lemah lembut dan penuh kesabaran. Bersamaan dengan itu
kaum muslimin diseru untuk bergabung menghadapi perang Badar. Hati Utsman bimbang.
Tak tega rasanya ia meninggalkan istrinya yang tengah terbaring sakit. Akhirnya Rasulullah
mengizinkan Utsman tetap di rumah untuk mengurus istrinya. Utsman mendampingi istrinya
sampai Ruqayah wafat. Tak lama ia menikah lagi dengan Ummu Kaltsum.
Utsman bin Affan r.a menjabat sebagai khalifah menggantikan Umar bin Khatab r.a.
tepatnya pada tahun 23 H. Selama masa pemerintahan Utsman bin Affan kekhalifahan Islam
berhasil diperluas mulai dari wilayah Armenia, Kaukasia, Khurasan, Kirman, Sijistan, Cyprus
sampai Afrika Utara. Utsman juga telah berjasa memperbanyak salinan Al Quran dan
menyebarkannya ke berbagai wilayah kekuasaan Islam. Di bawah pemerintahan Utsman bin
Affan pulalah kaum muslimin memiliki gedung pengadilan tersendiri serta armada laut yang
digunakan dalam perang Dzatu Sawari. ahannya Utsman juga memerintahkan perluasan
Masjid Nabawi dan Masjidil Haram.
Pemerintah khalifah Ustman Ibn Affan mengalami masa kemakmuran dan berhasil
dalam beberapa tahun pertama pemerintahannya. Ia melanjutkan kebijakan-kebijakan
Khalifah Umar. Pada separuh terakhir masa pemerintahannya, muncul kekecewaaan dan

ketidakpuasaan dikalangan masyarakat karena ia mulai mengambil kebijakan yang berbeda


dari sebelumnya. Ustman Ibn Affan mengangkat keluarganya (Bani Ummayyah) pada
kedudukan yang tinggi. Ia mengadakan penyempurnaan pembagian kekuasaan pemerintahan,
Ustman Ibn Affan menekankan sistem kekuasaan pusat yang mengusaai seluruh pendapatan
propinsi dan menetapkan seorang juru hitung dari keluarganya sendiri.
Ketika masa pemerintahan Utsman berjalan 6 tahun terjadilah pemberontakan untuk
menjatuhkan Utsman dari kursi kekhalifahan. Namun Utsman tak pernah memberantas para
pemberontak tersebut. Kelemahlembutan hatinya menyebabkan ia mencoba menyelesaikan
semuanya dengan komunikasi yang baik. Utsman wafat sebagai syahid pada hari Jumat
tanggal 17 Dzulhijah 35 H ketika para pemberontak berhasil memasuki rumahnya dan
membunuh Utsman.
5. Ali Bin Abi Thalib
Ali bin Abi Thalib (599M-661M) lahir sekitar 13 Rajab 23 pra Hijriah dan wafat pada
21 Ramadhan 40 Hijriah. Sedangkan nama Lengkap beliau adalah Ali Ibnu Abi Thalib Ibnu
Abdul Muthalib Ibnu Hasyim Ibnu Abdi Manaf. Sedari kecil Ali bin Abi Thalib diasuh oleh
Nabi SAW, beliau banyak diajarkan berbagai macam hal oleh Nabi SAW. Ada banyak sekali
pelajaran yang diberikan oleh Nabi SAW pada Ali bin Abi Thalib ini. Hal ini yang membuat
Ali lebih mengerti Nabi SAW dan juga mampu megerjakan dengan baik apa yang
diperintahkan. Pada tahun 23 Juni 656 beliau resmi diangkat menjadi seorang khalifah.
Namun sebenarnya beliau sama sekali tidak ingin menjadi seorang pemimpin.
Ada beberapa sifat yang terdapat dalam diri Ali bin Abi Thalib ini, kesemuanya ini
diperloleh dari dirinya sendiri dan juga contoh dari ayah angkatnya Nabi SAW.
1. Cerdas, hal ini terbukti ketika beliau dapat mengerjakan apa saja dengan baik.
2. Jujur, beliau sangat menghargai kejujuran. Pada usia 15 tahun beliau tidak malu dan
meyatakan dukungannya bahwa atas ajaran Nabi Muhammad SAW dan sekaligus memeluk
agama Islam.
3. Kuat, Beliau selalu berlatih bela diri dan juga pedang, itu yang membuat tubuhnya menjadi
kekar dan juga kuat.
4. Berani, Hal ini beliau perlihatkan di banyak perang. Beliau selalu berada di garis depan
bersama Nabi SAW,dan beliau juga pernah bersedia tidur di tempat tidur Nabi SAW yang
kala itu sedang dikepung oleh para kaum musryik.
5. Pekerja keras, Hal ini beliau perlihatkan ketika dipilih oleh Nabi SAW untuk mengerjakan
pekerjaan sehari-hari sekaligus untuk penghidupan sehari-hari. Ali Bin Abi Thalib merasa
bangga dengan upah yang dihasilkan dari mengangkat air yang kemudian ditukar dengan

kurma. Selain itu masih banyak pekerjaan yang dilakukan oleh beliau yang dikerjakan
dengan baik, tanpa mengenal lelah.
6. Prajurit handal, Beliau juga dikenal sebagai prajurit yang handal, berbekal kemampuannya
dalam bidang bertarung dan juga menggunakan pedang.
Beliau selalu berada di garis depan bersama Nabi SAW ketika melawan musuh.
Beliau selalu dapat mengepung semua musuhnya dengan baik, dan mampu melumpukan
musuhnya dengan baik. Semua ciri-ciri dan sifat yang ada dalam diri Ali Bin Abi Thalib itu
yang mebuat beliau menjadi seorang pemimpin yang hebat di kemudian hari.
Khalifah Ali bin Abi Thalib terkenal berani dan tegas dalam menjalankan tugas-tugas
kepemimpinannya menegakkan keadilan, menjalankan undang-undang Allah SWT, dan
menindak segala macam kezaliman dan kejahatan. Sehingga sesudah ia dibaiah menjadi
khalifah, dikeluarkannya dua ketetapan:
a. Memecat kepala-kepala daerah yang diangkat Khalifah Utsman dan mengangkat pengganti
pilihannya sendiri
b. Mengambil kembali tanah-tanah yang dibagi-bagikan khalifah Utsman kepada familifamili dan kaum kerabatnya tanpa jalan yang sah. Demikian juga hibah atau pemberian
Utsman kepada siapapun yang tiada beralasan diambil Ali kembali.
Khalifah Ali bin Abi Thalib juga seorang yang memiliki kecakapan dalam ilmu pengetahuan,
bidang militer dan strategi perang.
Kesimpulan
Format peradaban Islam pada masa khulafaurrasyidin tampaknya lebih banyak
dilakukan oleh dua khalifah berikutnya yakni Umar bin Khattab serta Usman bin Affan
karena keduanya memerintah relatif cukup lama dibandingkan Abu Bakar dan Ali bin Abi
Thalib. Sehingga fakta sejarah menunjukkan bahwa zaman Khulafaurrasyidin tersebut
termasuk kedalam zaman perkembangan Islam yang cemerlang yang ditandai dengan
ekspansi, integrasi, pertumbuhan dan kemajuan yang menunjukkan peradaban tersendiri
dengan segala karakteristiknya.

Saran
Kami bangga sekaligus kagum atas perjuangan-perjuangan yang dilakukan oleh
Khulafaurrasyidin. Mereka melakukan ekspansi, pemberantasan kaum murtad, dan
kebijakan-kebijakan lainnya yang membuahkan hasil cemerlang bagi Agama Islam. Tapi
yang di sayangkan pada masa pemerintahan salah satu dari Khulafaurrasyidin ialah: Para
aparatur Negara di ambil dari kalangan keluarga Khalifah, dan ketidak tegasan dalam
memutuskan/menyelesaikan masalah, hal tersebut yang menyebabkan perpecahan dan
pemberontakan di kalangan umat Islam, sehingga berdampak negatif di era globalisasi ini.
Daftar Pustaka
http://fadhilah-ms3.blogspot.co.id/2014/05/islam-periode-khalifah-umar-bin-khattab.html
https://lusiagitarahmawati.wordpress.com/2012/11/23/islam-di-bawah-kepemimpinankhulafaurrasyidin/
http://biografi-orang-sukses-dunia.blogspot.co.id/2013/11/biografi-abu-bakar-as-sidiqsahabat.html

Anda mungkin juga menyukai