PANIRADYA KAISTIMEWAN
DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
2022
i
DAFTAR ISI
ii
DAFTAR TABEL
iii
BAB I
PENDAHULUAN
BAB I PENDAHULUAN
1.1 LATAR BELAKANG
4
Penjabaran kewenangan Istimewa oleh Pemerintahan Daerah DIY, dijabarkan
dengan Peraturan Daerah Istimewa DIY Nomor 1 Tahun 2013 tentang Kewenangan
Dalam Urusan Keistimewaan DIY (Lembaran Daerah DIY Tahun 2013 Nomor 9,
Tambahan Lembaran Daerah DIY Nomor 9) sebagaimana telah diubah dengan
Peraturan Daerah Istimewa DIY Nomor 1 Tahun 2015. Sehingga kelembagaan Pemda
DIY yang bersifat istimewa harus dapat menampung seluruh urusan konkuren yang
menjadi amanat peraturan perundang-undangan serta urusan keistimewaan dengan
melakukan revitalisasi dan penyesuaian bentuk pemerintahan asli
Kelembagaan Pemda DIY disusun dalam rangka mewujudkan asas dan tujuan
pengaturan keistimewaan sebagaimana diatur dalam Pasal 4 dan Pasal 5 UndangUndang
Nomor 13 Tahun 2012 tentang Keistimewaan DIY yang terdiri dari pengakuan hak asal
usul, kerakyatan, demokrasi, ke-bhineka tunggal ika-an, efektivitas pemerintahan,
kepentingan nasional dan pendayagunaan kearifan local agar tujuan keistimewaan dapat
terwujud dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat. Kewenangan kelembagaan Pemda
DIY diselenggarakan untuk mencapai efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan
pemerintahan dan pelayanan masyarakat berdasarkan prinsip responsibilitas,
akuntabilitas dan partisipasi dengan memperhatikan bentuk dan susunan pemerintahan
5
asli.
Salah satu Bidang yang ada dalam Paniradya Keistimewan adalah Bidang Urusan
Tata Cara Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan, Pertanahan
dan Tata Ruang. Keempat subbidang tersebut merupakan representasi dari lima
kewenangan urusan yang menjadi keistimewaan Daerah Istimewa Yogyakarta. Yang
dimaksud dengan keistimewaan bidang kelembagaan dalam Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2012 sebagaimana dimaksud dalam Pasal 30 disebutkan bahwa kewenangan
kelembagaan Pemda DIY diselenggarakan untuk mencapai efektifitas dan efisiensi
penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat berdasarakan prinsip
responsibilitas, akuntabilitas, dan partisipasi dengan memperhatikan bentuk dan
susunan pemerintahan asli. Perencanaan kelembagaan keistimewaan DIY harus sinkron
dengan program pemerintah dalam hal menggerakkan ekonomi ketika era kenormalan
baru. Perubahan budaya yang sangat drastis akan mengubah perilaku masyarakat.
Dalam menyusun arah, tujuan, strategi dan kebijakan yang selaras dengan visi
misi pembangunan nasional,visi misi gubernur dan wakil gubernur serta sinergis
dengan tujuan keistimewaan DIY, maka disusunlah Grand Design Keistimewaan DIY
Tahun 2022-2042. Tujuan yang ingin dicapai dengan ditetapkannya adalah untuk: 1.
mendukung koordinasi antar pelaku pembangunan dalam pencapaian tujuan
keistimewaan; 2. menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi dan sinergi baik antar
daerah, antar ruang, antar waktu, antar fungsi pemerintah maupun antara Pusat dan
Daerah; 3. menjamin keterkaitan dan konsistensi antara perencanaan, penganggaran,
6
pelaksanaan, dan pengawasan; 4. menjamin tercapainya penggunaan sumber daya
secara efisien, efektif, berkeadilan dan berkelanjutan; dan 5. mengoptimalkan
partisipasi Kasultanan/Kadipaten, masyarakat, masyarakat, pemerintah, organisasi
kemasyarakatan, Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM), organisasi politik, dan
perguruan tinggi, sehingga menjadi produk kolektif (budaya saling silang).
Grand Design Keistimewaan ini menjadi acuan dalam penyusunan program dan
kegiatan termasuk urusan kelembagaan DIY yaitu dengan membuat roadmap atau peta
jalan urusan kelembagaan keistimewaan DIY tahun 2022 – 2027. Seperti yang tertuang
dalam Grand Design Keistimewaan, Urusan Keistimewaan dalam hal Kelembagaan
Pemda DIY yang ditugaskan kepada Pemerintah Kabupaten/Kota meliputi: 1.
Kedudukan, susunan organisasi, tugas dan fungsi, tata kerja, tata laksana, pola
hubungan, beban kerja, nomenklatur untuk Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan),
Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha Titi Mandala sarta Tata Sasana), dan
Kecamatan (Kapanewon/Kemantren); 2. Menyusun regulasi untuk pelaksanaan tugas
urusan keistimewaan; 3. Pengelolaan sumber daya manusia; 4. Peningkatan budaya
pemerintahan. Oleh sebab itu, penyusunan peta jalan akan diformulasikan dengan
memperhatikan unit kerja seperti yang disebutkan diatas.
A. Tujuan
7
2. Tersosialisasikannya roadmap kegiatan keistimewaan pada urusan
kelembagaan tahun 2022-2027 kepada mitra urusan kelembagaan dan TAPD
DIY dan TAPD Kabupaten/ Kota
B. MANFAAT
8
b. Manfaat Jangka Menengah
2. Efisiensi dan transparansi serta pemetaan kegiatan sehingga tidak ada tumpang
tindih usulan
9
Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Republik
Indonesia Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 4438);
10
k) Keputusan Menteri Dalam Negeri Nomor 050-3708 Tahun 2020 tentang Hasil
Verifikasi dan Validasi Pemutakhiran Klasffikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur
Perencanaal Pembangunan dan Keuangan Daerah telah dicabut dan tidak sesuai
dengan kondisi saat ini, sehingga diberlakukannya Keputusan Menteri Dalam
Negeri Nomor 050-5889 Tahun 2021 tentang Hasil Verifikasi dan Validasi
Pemutakhiran Klasffikasi, Kodefikasi dan Nomenklatur Perencanaal
Pembangunan dan Keuangan Daerah
11
Daerah Istimewa
12
BAB 2
CAPAIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KEISTIMEWAAN
DIY BIDANG KELEMBAGAAN TAHUN 2013-2020
BAB 2 CAPAIAN DAN EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM
KEISTIMEWAAN DIY BIDANG KELEMBAGAAN TAHUN 2013-2020
2.1 CAPAIAN PROGRAM KEISTIMEWAAN DIY BIDANG KELEMBAGAAN
TAHUN 2013-2020
13
Penataan kelembagaan asli daerah dimulai dengan diterbitkannya Peraturan
Gubernur DIY Nomor 25 tahun 2019 tentang Pedoman Kelembagaan Urusan
Keistimewaan pada Pemerintah Kabupaten/Kota dan Kalurahan. Kelembagaan Daerah
Istimewa Yogyakarta bersifat istimewa sampai tingkat kalurahan dengan memperhatikan
bentuk dan susunan pemerintahan asli serta berdasarkan asas pengakuan atas hak asal
usul dan pendayagunaan kearifan lokal.
Sebagai tindak lanjut Peraturan Gubernur DIY Nomor 25 tahun 2019, maka pada
Pemerintah Kabupaten/Kota melakukan penyelarasan nomenklatur perangkat daerah
dengan mencantumkan nomenklatur local pada Dinas Kebudayaan (Kundha Kabudayan)
dan Dinas Pertanahan dan Tata Ruang (Kundha Niti Mandala sarta Tata Sasana). Selain
itu juga mencantumkan nomenklatur local yang meliputi Kapanewon untuk kecamatan di
wilayah kabupaten dan kemantren untuk kecamatan di wilayah kota
Mewujudkan aparatur sipil negara yang berwatak dan berperilaku SATRIYA perlu
dilakukan dalam rangka pembaharuan dalam sikap dan tindakan demi terwujudnya
penyelenggaraan pemerintahan yang bersih, transparan, dan akuntabel serta berorientasi
pada pelayanan masyarakat. Diterbitkanlah regulasi Pergub DIY Nomor 53 Tahun 2014
14
tentang Pedoman Pelaksanaan Budaya Pemerintahan, yang aktualisasinya tercermin
pada: 1) pemahaman terhadap makna bekerja; 2) sikap terhadap pekerjaan; 3) sikap
terhadap lingkungan pekerjaan; 4) sikap terhadap waktu; 5) sikap terhadap alat untuk
bekerja; 6) etos kerja; dan 7) perilaku ketika bekerja atau mengambil keputusan. Itulah
watak sosok SATRIYA yang patut diteladani, baik sebagai abdi masyarakat, maupun
selaku pribadi yang dijiwai filosofi Hamemayu Hayuning Bawana, dengan ajaran moral
sawiji, greget, sengguh ora mingkuh serta dengan semangat golong gilig. Perilaku
SATRIYA diharapkan menjadi jawaban, GRAND DESIGN KEISTIMEWAAN DIY
2022-2042 58 dengan akronim dari: Selaras, Akal Budi Luhur, Teladan, Rela Melayani,
Inovatif, Yakin Percaya Diri, dan Ahli Profesional; untuk merubah mindset perilaku
aparatur birokrasi menjadi lebih responsif, efisien, profesional, dan demokratis.
Kesadaran tersebut harus senantiasa didasari oleh kearifan sawiji greget sengguh ora
mingkuh
15
2.2 EVALUASI PELAKSANAAN PROGRAM KEISTIMEWAAN DIY BIDANG
KELEMBAGAAN TAHUN 2013-2021
Perjalanan Keistimewaan Pemerintah Daerah Istimewa Yogyakarta dimulai dari
tahun 2013 saat UU Keistimewaan DIY No 13 tahun 2012 resmi disahkan. Dalam kurun
waktu 2013-2017 ditandai dengan proses perumusan regulasi sebagai landasan dalam
pelaksanaan program dan kegiatan keistimewaan di DIY. Dalam bidang kelembagaan
keistimewaan sejak diterbitkannya Pergub DIY Nomor 51 tahun 2018 tentang
Kedudukan, Susunan Organisasi, Tugas, Fungsi, Dan Tata Kerja Paniradya Kaistimewan
lalu direvisi dengan Pergub No 20 Tahun 2020, urusan keistimewaan diampu oleh
Paniradya Keistimewaan yang bertanggungjawab langsung ke Gubernur melalui Sekda.
Berdasarkan pergub tersebut, Paniradya Keistimewaan Bidang Urusan Tata Cara
Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan memiliki fungsi untuk
perencanaan dan pengendalian program dan kegiatan kelembagaan keistimewaan dengan
berkoordinasi dengan OPD yang merupakan Pengguna Anggaran (PA) Dana
Keistimewaan. Bab ini akan menguraikan evaluasi mengenai pelaksanaan program
kelembagaan keistimewaan dengan membagi dua pembahasan yakni program dan
kegiatan OPD PA Danais serta Paniradya Keistimewaan Bidang Urusan Tata Cara
Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil Gubernur, Kelembagaan dalam rentang waktu
2017-2021 sesuai periode RPJMD DIY 2017-2022.
Untuk bidang kelembagaan yang ada di OPD PA Danais, beberapa variabel akan
diukur yakni jumlah OPD PA Danais bidang kelembagaan, Keterkaitan Visi Misi
Gubernur dan Wakil Gubernur serta RPJMD DIY 2017-2022 dengan tujuan, sasaran dan
strategi OPD PA Danais serta menganalisa bagaimana hal tersebut dioperasionalisasikan
ke dalam program yang sesuai, tepat sasaran dan terukur.
16
Tabel 1 Jumlah OPD sebagai PA Dais per tahun (2013-2021)
Jumlah
Tahun OPD
2013 1
2014 1
2015 1
2016 1
2017 2
2018 9
2019 9
2020 16
2021 26
Sumber : dokumen evaluasi Paniradya Keistimewaan
Berdasarkan uraian dan pembahasan pada bab sebelumnya yakni, sinkronisasi visi
misi Gubernur, RPJMD 2017-2022 dengan visi, misi, tujuan, sasaran, strategi dan
kebijakan Organisasi Pelaksana Daerah yang menjadi Pengguna Anggaran (PA) Dana
Keistimewaan serta Paniradya Keistimewaan bidang Kelembagaan dan Tata Cara Urusan
Pengangkatan Gubernur dan Wakil Gubernur telah dijabarkan bahwa visi Gubernur DIY
dan RPJMD DIY 2017-22 adalah “Menyongsong Abad Samudera Hindia untuk
Kemuliaan Martabat Manusia Jogja”. Kemuliaan martabat manusia Jogja dalam visi
Gubernur DIY digambarkan dalam Lima Kemuliaan atau Panca Mulia yakni:
17
5. terwujudnya perilaku bermartabat dari para aparatur sipil penyelenggara
pemerintahan atas dasar tegaknya nilai-nilai integritas yang menjunjung tinggi
kejujuran, nurani rasa malu, nurani rasa bersalah dan berdosa apabila melakukan
penyimpangan-penyimpangan yang berupa korupsi, kolusi, dan nepotisme.
Untuk mewujudkan visi yang tertuang dalam panca mulia di atas, maka disusun
penjabaran misi no 2 adalah pembangunan tata kelola pemerintahan yang demokratis.
Misi ini menjadi acuan bagi OPD selaku PA dana keistimewaan dan Paniradya
Keistimewaan Bidang Urusan Tata Cara Pengisian Jabatan Gubernur dan Wakil
Gubernur, Kelembagaan dalam merumuskan tujuan, sasaran, strategi, kebijakan, program
dan kegiatan selama periode lima tahun. Untuk mengetahui hal tersebut, pembahasan
akan dilakukan per OPD Kabupaten/ Kota seperti uraian dibawah.
18
dalam pelayanan publik secara
secara profesional profesional
Dari data di atas dapat diketahui bahwa OPD PA Danais pada tahun 2020 telah
menerjemahkan visi dan misi pembangunan DIY menjadi tujuan, sasaran dan strategi
yang mencerminkan pembangunan tata kelola pemerintahan yang baik. Dalam
19
perumusan tujuan, dari 12 OPD ada tujuh (7) OPD yang secara eksplisit menyebutkan
tata kelola pemerintahan yang baik sedangkan sisanya menurunkan konsep tata kelola
pemerintahan yang demokratis menjadi reformasi birokrasi, akuntabilitas, responsivitas,
pembentukan aparatur yang bekerja secara efektif dan efisien. Hal ini menandakan bahwa
perumusan tujuan sudah menjadikan visi dan misi pembangunan yang tertuang dalam
dokumen RPJMD DIY 2017-2022 sebagai acuan.
Sementara itu, dalam memformulasikan sasaran dan strategi untuk mencapai tujuan
pembangunan, terlihat bahwa OPD PA Danais mempunyai fokus yang berbeda-beda.
Sesuai dengan tujuan dan sasaran pembangunan, OPD DA Danais bidang kelembagaan
menyusun strategi pencapaian berdasarkan isu utama dalam tujuan dan sasaran yakni
pembangunan kapasitas kelembagaan dan reformasi birokrasi, pembangunan kompetensi
SDM dan sinergitas antar stakeholder. Tidak seragamnya tujuan, sasaran dan strategi ini
menggambarkan perbedaan fungsi dan peran masing-masing OPD bidang kelembagaan
dan prioritas pembangunan di tiap Kabupaten/ Kota.
20
Tabel 3 Kegiatan Danais per Tahun 2017-2021
Tahun Total
No Nama Program 2017 2018 2019 2020
Program pengembangan
1 regulasi urusan keistimewaan 1 1 2
Program peningkatan kualitas
2 kelembagaan perangkat daerah 1 1
Program peningkatan kualitas
ketatalaksanaan perangkat
3 daerah 1 1
Program peningkatan
kebijakan penataan SDM
4 aparatur 1 1
Program peningkatan
5 pelayanan public 1 1
Program peningkatan
6 kapasitas kelembagaan daerah 1 1
Program penyusunan
kebijakan urusan
7 keistimewaan 1 1
Program peningkatan
kapasitas kelembagaan
8 keistimewaan 1 1
Program perencanaan dan
pengendalian pelaksanaan
9 kegiatan keistimewaan 1 1
Program penataan
kelembagaan pemerintah
10 daerah 5 5
Program penataan
kelembagaan dan
11 ketatalaksanaan 6 11 17
Program sarana dan prasarana
lembaga pelaksana urusan
keistimewaan bidang
12 kelembagaan 1 1
Program peningkatan budaya
13 pemerintahan 7 7 14
Program pengawasan produk
14 hukum 1 1
Program peningkatan
kapasitas kelembagaan dan
ketatalaksanaan pemerintah
15 daerah 1 1
Program kelembagaan dan
16 ketatalaksanaan 1 1
Program penyelenggaraan
keistimewaan urusan
kelembagaan dan
17 ketatalaksanaan 0
Program sarana dan prasarana
18 keistimewaan 0
21
Program kelembagaan dan
19 ketatalaksanaan keistimewaan 0
Program penyelenggaraan
keistimewaan urusan
kelembagaan dan
20 keistimewaan 0
total 5 10 15 20 50
Sumber : dokumen Paniradya Keistimewaan
Dari tabel diatas dapat diketahui bahwa secara kuantitatif, program OPD
kelembagaan keistimewaan mengalami peningkatan per tahun secara cukup signifikan.
Pada tahun 2017 hanya ada 5 program yang didanai oleh danais, lalu pada tahun 2018-
2020 program bertambah setiap kelipatan nya yakni 10, 15 dan 20 per tahun secara
berurutan. Pada akhir tahun 2020 pandemi global yang diakibatkan oleh krisis kesehatan
karena virus covid-19 telah membuat sejumlah perubahan dan memberikan kendala pada
kinerja pemerintah daerah termasuk DIY. Pada tahun 2021 format perencanaan program
mengalami perubahan dengan memadatkan program menjadi program induk yakni
Program penyelenggaraan keistimewaan urusan kelembagaan dan ketatalaksanaan yang
diturunkan menjadi kegiatan dan sub=kegiatan. Meski demikian, program menjadi lebih
terstruktur dan tidak tumpang tindih.
Meskipun terjadi peningkatan jumlah program yang didanai oleh danais, jika
menilik jenis dan deskripsi program terlihat bahwa dari total 87 program selama kurun
waktu 2017-2022, tidak terlihat variasi kegiatan secara signifikan. Program yang paling
banyak dilaksanakan atau tercatat ada 27 buah adalah Program penataan kelembagaan
dan ketatalaksanaan, lalu yang terbanyak kedua adalah Program peningkatan budaya
pemerintahan yakni sebanyak 23 program. Pada dua tahun awal, program didominasi oleh
perumusan kebijakan kelembagaan keistimewaan baik itu penyusunan regulasi urusan
keistimewaan, penyusunan kebijakan urusan keistimewaan dan peningkatan aparatur
urusan kelembagaan. Pada tahun berikutnya, program banyak didominasi oleh penataan
kelembagaan dan ketatalaksanaan dan program peningkatan budaya pemerintahan.
Jika menilik dari tujuan, sasaran, dan strategi kebijakan yang mempunyai fokus
beragam, maka operasionalisasi program OPD kelembagaan keistimewaan seharusnya
22
tidak didominasi oleh isu yang seragam. Hal ini menandakan jika perumusan program
belum menggunakan logical framework yang tepat untuk bisa menghasilkan program
yang sesuai, tepat sasaran dan terukur. Selain itu, perencanaan program dan kegiatan
belum berbasis dampak (outcome) secara terperinci. Pengukuran dampak (outcome) baru
dilakukan pada tahap awal (initial outcome) dan belum mencantumkan dampak jangka
menengah dan jangka panjang secara terperinci. Hal ini seperti konsep pengukuran
dampak dari suatu kebijakan, program dan kegiatan seperti dalam uraian berikut.
Menurut Purwanto dan Sulistyani (2015: 107) dalam Nurul (2017:5), penilaian pada
hasil (ooutcome) meliputi tahap initial outcome (hasil langsung dari kebijakan), tahap
intermediate outcome (hasil jangka menengah dari kebijakan), dan tahap long-term (hasil
jangka panjang dari kebijakan/dampak). Tahap initial outcome (hasil langsung dari
kebijakan) adalah pembelajaran (learning) meliputi: awareness (kesadaran), knowledge
(pengetahuan), attitudes (sikap), skill (keterampilan), dan sebagainya; Tahap
intermediate outcome (hasil jangka menengah dari kebijakan) adalah action (aksi) yang
meliputi behaviour (perilaku), practice (profesi/praktik), decision making (pengambilan
kebijakan), dan sebagainya; dan tahap long-term (hasil jangka panjang dari
kebijakan/dampak) adalah kondisi yang diharapkan meliputi: kondisi ekonomi, kondisi
sosial, kondisi sipil, kondisi kesehatan, dan lain sebagainya (University of Wincosin,
2015).
23
Dalam pembangunan dan penataan kelembagaan, pendekatan-pendekatan yang
digunakan untuk mengambil kebijakan strategis adalah sebagai berikut:
Berpijak dari hasil refleksi keistimewaan urusan kelembagaan serta rencana arah
kebijakan maka strategi-strategi yang dapat dilakukan pada urusan kelembagaan adalah:
24
d. Menerapkan prinsip rightsizing;
e. Menerapkan prinsip-prinsip Good Governance;
f. Mendesain lembaga yang memiliki keunikan sebagai penciri keistimewaan;
g. Internalisasi keistimewaan dalam setiap lembaga;
h. Memiliki blue print yang berorientasi pada kesejahteraan masyarakat.
Berdasarkan hasil kajian melalui review dokumen dan diskusi terarah (FGD) yang
terkait dengan urusan kelembagaan, dapat dirumuskan beberapa isu strategis sebagai
berikut:
25
c. Pembentukan forum pentahelix sebagai bagian dari partisipasi pembangunan
masyarakat. Good governance akan bermakna apabila keberadaannya ditopang oleh
lembaga yang melibatkan kepentingan publik yang terdiri dari pemerintah, sektor
swasta dan masyarakat.
d. Pembentukan desain kelembagaan pemerintahan DIY yang pro kesejahteraan rakyat
26
BAB 3
27
d) ASN yang kompetitif
3. Target reformasi birokrasi dan pembangunan kelembagaan nasional 2036 – 2045
(Kelembagaan birokrasi yang andal dan modern)
a) Pemerintah sebagai regulator danfasilitator pembangunan (enabler)
b) Struktur yang fleksibel, adaptif, dan bersifat lintas sektor
c) People-driven
d) Internetworked government dan locally empowered
e) Tatakelola pemerintahan yang inklusifdan kolaboratif
f) ASN berkelas dunia
g) Pelayanan publik yang terjangkau, tepat,cepat, dan berorientasi pada kebutuhan
personal
28
b. Penetapan SPBE terintegrasi
3. Reformasi sistem akuntabilitas kinerja
a. Perluasan implementasi sistem integritas
b. Penguatan pengelolaan RB dan akuntabilitas kinerja organisasi
c. Reformasi sistem perencanaan dan penganggara
4. Transformasi pelayanan public
a. Pelayanan publik berbasis elektronik (eservice)
b. Penguatan pengawasan masyarakat atas kinerja pelayanan publik
c. Penguatan ekosistem inovasi
d. Penguatan pelayanan terpadu
3.2 Arah Pembangunan DIY berdasarkan visi misi Gubernur dan Wakil Gubernur,
RPJMN, RPJMD dan RDP 2023-2027
29
dengan memperhatikan faktor-faktor lingkungan strategis, baik eksternal dan internal
yang mempengaruhi serta kekuatan, kelemahan, peluang dan tantangan yang ada dalam
pembangunan daerah di DIY. Panca Mulia kemudian dirumuskan ke dalam Misi
pembangunan DIY dengan mengakomodir dua substansi yakni Panca Mulia 1, 2, dan 3
dengan tujuan meningkatkan kualitas hidup, kehidupan dan penghidupan masyarakat
yang berkeadilan dan berkeadaban; dan substansi Panca Mulia 4 dan 5 yakni mewujudkan
tata pemerintahan yang demokratis.
Tujuan Target indikator kinerja utama Pemerintah Daerah pada RPD DIY 2023-2027
30
1. Angka Inclusive Growth Indeks (IGI) dengan baseline 6,15 (2021) menjadi sebesar
6,20 (2022) hingga 6,64 (2026
2. Indikator Reformasi Birokrasi dengan baseline 81,38 (2021) dapat tercapai menjadi
84,38 (2026)
1. Kelembagaan Pemda DIY yang adaptif sesuai dinamika kemajuan multi aspek dengan
menerapkan prinsip- prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam mengembangkan
kelembagaan yang efektif
2. Budaya birokrasi yang inovatif yang berorientasi iptek dan berkarakter luhur yang
merupakan bagian dari Budaya SATRIYA yang terus tumbuh dan kembang dalam
praktik pelayanan publik dan pemajuan keistimewaan Yogyakarta.
3. Peranan pemda tingkat DIY hingga kalurahan yang efektif dan optimal diwujudkan
sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator pembangunan di berbagai
tingkat guna efisiensi dan efektivitas pelayanan public
Tujuan yang hendak dicapai Grand Design Keistimewaan DIY Tahun 2022- 2042
adalah:
31
Untuk mewujudkan tujuan tersebut diatas, maka perlu menselaraskan berdasar pada
asas yang dianut dalam Grand Design Keistimewaan DIY Tahun 2022- 2042
1. Asas pengakuan asal-usul Pengakuan “asas pengakuan atas hak asal-usul” adalah
bentuk penghargaan dan penghormatan negara atas pernyataan berintegrasinya
Kasultanan dan Kadipaten ke dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia untuk
menjadi bagian wilayah setingkat provinsi dengan status istimewa.
2. Asas kerakyatan Asas kerakyatan adalah asas yang mengutamakan kepentingan
rakyat dalam semua pengambilan keputusan di DIY.
3. Asas demokrasi Asas demokrasi adalah adanya pelaksanaan amanat masyarakat
DIY oleh Pemerintah Daerah DIY.
4. Asas ke-bhinneka-tunggal-ika-an Ke-bhinneka-tunggal-ika-an adalah asas yang
menjamin ruang bagi Pemerintah Daerah DIY untuk menata daerahnya sesuai
dengan karakteristik dan kebutuhan lokal dengan tetap memperhatikan kepentingan
nasional. e. Asas efektivitas pemerintahan Asas efektivitas pemerintahan adalah
asas pemerintahan yang berorientasi pada rakyat, transparan, akuntabel, responsif,
partisipatif, dan menjamin kepastian hukum. f. Asas kepentingan nasional Asas
kepentingan nasional adalah pengaturan mengenai Tata Cara Pengisian Jabatan,
Kedudukan, Tugas, dan Wewenang Gubernur dan Wakil Gubernur harus sekaligus
melayani kepentingan Indonesia, dan sebaliknya.
5. Asas pendayagunaan kearifan lokal Asas pendayagunaan kearifan lokal adalah
menjaga integritas Indonesia sebagai suatu kesatuan sosial, politik, ekonomi,
budaya, pertahanan dan keamanan, serta pengakuan dan peneguhan peran
Kasultanan dan Kadipaten tidak dilihat sebagai upaya pengembalian nilai-nilai dan
praktik feodalisme, melainkan sebagai upaya menghormati, menjaga, dan
mendayagunakan kearifan lokal yang telah mengakar dalam kehidupan sosial dan
politik di Yogyakarta dalam konteks kekinian dan masa depan
3.3 Arah Kebijakan Keistimewaan Yogyakarta bidang Kelembagaan
a. Dengan ditetapkannya UU Nomor 13 Tahun 2012, Pemerintah Daerah DIY
mempunyai peluang sekaligus tantangan untuk menjalankan fungsi pemerintahan
secara ideal dalam sistem baru kelembagaan keistimewaan DIY. Sistem
32
kelembagaan baru dalam kerangka keistimewaan DIY mencakup sinergi antara:
kelembagaan pemerintah daerah, kelembagaan kasultanan, kelembagaan kadipaten,
kelembagaan masyarakat, dan kelembagaan swasta.
33
e. Dari hasil telaah sistem dan substansi kelembagaan di DIY serta nilai-nilai dasar
keistimewaan DIY secara mendalam (Manunggaling Kawula Gusti), maka didapati
bahwa sistem kelembagaan baru yang akan dibangun dan dikembangkan nantinya
(sinergi lembaga pemerintah daerah, kasultanan, kadipaten, masyarakat, dan
swasta) tidak akan mendapati dirinya bertentangan atau konflik dengan prinsip-
prinsip kelembagaan dan prinsip-prinsip organisasi modern. Dalam kerangka
kelembagaan baru seperti itu, kelembagaan pemerintah daerah akan menjadi hub
atau backbone bagi keteranyaman keseluruhan lembaga di DIY. Secara teoritis,
pemerintah daerah sebagai hub atau backbone dalam system kelembagaan baru
nantinya akan memiliki kesesuaian dengan prinsip-prinsip kelembagaan dan
organisasi yang mewakili tiga pilar keistimewaan, yakni Kasultanan/Kadipaten,
birokrasi, dan masyarakat DIY
f. Secara lebih singkat, kelembagaan pemda pada masa mendatang adalah
kelembagaan pemda yang berkarakter:
1. Kelembagaan Pemda DIY yang adaptif sesuai dinamika kemajuan multi aspek
dengan menerapkan prinsip-prinsip tata kelola pemerintah yang baik di dalam
mengembangkan kelembagaan yang efektif.
2. Budaya birokrasi yang inovatif yang berorientasi iptek dan berkarakter luhur
yang merupakan bagian dari Budaya SATRIYA yang terus tumbuh dan
kembang dalam praktik pelayanan publik dan pemajuan keistimewaan
Yogyakarta. Pengembangan budaya birokrasi yang berkemajuan tersebut
dilakukan dengan meningkatkan kapasitas sumberdaya manusia dan berbagai
upaya meningkatkan profesionalisme, serta melakukan transformasi sarana
prasarana layanan publik yang berbasis teknologi informasi yang mendukung
perwujudan smart government.
3. Peranan pemda tingkat DIY hingga kalurahan yang efektif dan optimal
diwujudkan sebagai fasilitator, regulator, sekaligus sebagai katalisator
pembangunan di berbagai tingkat guna efisiensi dan efektivitas pelayanan
publik.
34
BAB 4
RENCANA AKSI
35
Pembinaan Jumlah - Penataan - Penataan - Penataan - Penataan - Penataan Penataan dan Paniradya
Kelembagaan Dokumen Hasil Kelembagaan Kelembagaan Kelembagaan Kelembagaan Kelembagaa monitoring Kaistimewaan,
Pemerintah Pembinaan Kabupaten/Kota Kabupaten/Kota (5 Kabupaten/Kot Kabupaten/Ko n evaluasi Biro
Kabupaten/K Kelembagaan (5 rekomendasi) rekomendasi) a (5 ta (5 Kabupaten/ Kelembagaan 5 Organisasi,
ota - Monitoring '- Monitoring rekomendasi) rekomendasi) Kota (5 Kabupaten/Kota Bappeda
Evaluasi Evaluasi - Monitoring - Monitoring rekomendas
Kelembagaan Kelembagaan Evaluasi Evaluasi i)
Kabupaten Kota Kabupaten Kota Kelembagaan Kelembagaan - Monitoring
pelaksana urusan pelaksana urusan Kabupaten Kota Kabupaten Evaluasi
keistimewaan (5 keistimewaan (5 pelaksana Kota Kelembagaa
Laporan) Laporan) urusan pelaksana n Kabupaten
keistimewaan urusan Kota
(5 Laporan) keistimewaan pelaksana
(5 Laporan) urusan
keistimewaa
n (5
Laporan)
Perencanaan Jumlah - Monitoring dan 1. Bahan Berita 1. Bahan Berita 1. Bahan 1. Bahan Jumlah Dokumen Paniradya
dan Dokumen evaluasi Acara Penilaian Acara Penilaian Berita Acara Berita Acara Perencanaan dan Kaistimewaan,
Pengendalian Perencanaan pelaksanaan Perubahan Pertama Perubahan Penilaian Penilaian Pengendalian Biro
Urusan dan program/kegiatan dan Kedua Tahun Pertama dan Perubahan Perubahan Urusan Organisasi,
Kelembagaan Pengendalian urusan 2023 (2 dokumen) Kedua Tahun Pertama dan Pertama dan Kelembagaan (4 Bappeda
Urusan kelembagaan 2. Bahan Berita 2024 (2 Kedua Tahun Kedua dokumen)
Kelembagaan tahun 2022 (1 Acara Penilaian dokumen) 2025 (2 Tahun 2026
dokumen) Kelayakan Usulan 2. Bahan Berita dokumen) (2 dokumen)
- Rencana Tahun 2024 (1 Acara Penilaian 2. Bahan 2. Bahan
Program dan dokumen) Kelayakan Berita Acara Berita Acara
Kegiatan 3. Bahan Berita Usulan Tahun Penilaian Penilaian
Keistimewaan Acara Penilaian 2025 (1 Kelayakan Kelayakan
Urusan Kelayakan Usulan dokumen) Usulan Tahun Usulan
Kelembagaan Tahun 2025 (1 3. Bahan Berita 2026 (1 Tahun 2027
Tahun 2023 (1 dokumen) Acara Penilaian dokumen) (1 dokumen)
dokumen) Kelayakan 3. Bahan 3. Bahan
- Rencana Usulan Tahun Berita Acara Berita Acara
Program dan 2026 (1 Penilaian Penilaian
Kegiatan dokumen) Kelayakan Kelayakan
Keistimewaan Usulan Tahun Usulan
Urusan 2027 (1 Tahun 2028
Kelembagaan dokumen) (1 dokumen)
36
Tahun 2024 (1
dokumen)
37
Pembinaan Jumlah 1 dokumen 2 dokumen 1 dokumen 1 dokumen Paniradya
Pelaksanaan Dokumen Hasil Kaistimewaan,
Reformasi Pelaksanaan Biro
Birokrasi Reformasi Organisasi,
Birokrasi Biro Tata
Pemerintahan
38
Kelemba PROGRA Persentase 66,67 73,33 80 Paniradya
gaan yang M perangkat 86,67 93,33 93,33 Kaistimewaan,
efektif PENYEL daerah dengan Biro
dan ENGGA tingkat Organisasi,
dinamis RAAN kematangan Bappeda
di KEISTIM tinggi
Pemerint EWAAN
ah DIY URUSAN
KELEMB
AGAAN
DAN
KETATA
LAKSAN
AAN
Penataan Terlaksananya 100 100 100 100 100 100 Paniradya
Kelembagaan penataan Kaistimewaan,
dan kelembagaan Biro
Ketatalaksana dan Organisasi,
an ketatalaksanaan Bappeda
Urusan urusan
Keistimewaan keistimewaan
Perumusan Jumlah 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen Paniradya
Kebijakan Kebijakan Kaistimewaan,
Kelembagaan Kelembagaan Biro
Perangkat Perangkat Organisasi,
Daerah Daerah yang Bappeda
Dirumuskan
Pembinaan Jumlah 2 dokumen 2 dokumen 2 dokumen 2 dokumen 2 dokumen 2 dokumen Paniradya
Kelembagaan Dokumen Hasil Kaistimewaan,
Pemerintah Pembinaan Biro
Kabupaten/K Kelembagaan Organisasi,
ota Pemerintah Bappeda
Kabupaten/Kota
39
Perencanaan Jumlah 4 dokumen 4 dokumen 4 dokumen 4 dokumen 4 dokumen 4 dokumen Paniradya
dan Dokumen Kaistimewaan,
Pengendalian Perencanaan Biro
Urusan dan Organisasi,
Kelembagaan Pengendalian Bappeda
Urusan
Kelembagaan
Budaya Peningkatan Tercapainya 100% 100% 100% 100% 100% 100% Paniradya
Kerja Budaya peningkatan Kaistimewaan,
berbasis Pemerintahan implementasi Biro
gotong budaya Organisasi,
royong pemerintahan Badan Diklat
dan
inovatif
Implementasi Jumlah 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen Paniradya
Budaya Dokumen Hasil Kaistimewaan,
Pemerintahan Implementasi Biro
DIY Budaya Organisasi,
Pemerintahan Badan Diklat
DIY
Evaluasi Jumlah 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen 3 dokumen Paniradya
Kinerja Laporan Kaistimewaan,
Perangkat Evaluasi Biro
Daerah Kinerja Organisasi,
Perangkat Badan Diklat
Daerah
Meningk Penyelenggar Aparat Diklat Diklat keistimewaan Diklat Diklat Diklat Diklat Paniradya
atnya aan Diklat pemerintahan di keistimewaan untuk 20 kelurahan keistimewaan keistimewaan keistimewaa keistimewaan Kaistimewaan,
kapasitas Keistimewaan 100 kalurahan untuk 20 untuk 20 untuk 20 n untuk 20 untuk 20 Biro
SDM yang meningkat kelurahan kelurahan kelurahan kelurahan kelurahan Organisasi,
Pemerint kapasitasnya Badan Diklat
ah DIY
40
BAB 5
1. Melibatkan peran aktif stakeholder baik dari Pemerintah DIY, Kabupaten/ Kota,
Akademisi maupun Publik atau masyarakat secara umum
2. Melakukan proses perumusan isu strategis melalu identifikasi
isu/hambatan/permasalahan dalam pelaksanaan kebijakan, program dan kegiatan
Keistimewaan Urusan Kelembagaan pada tahun 2013- 2021 yang berkaitan dengan
prinsip – prinsip dalam tata kelola pemerintahan yang baik, yakni akuntabilitas
kinerja, tata kelola kelembagaan, pelayanan publik. Akuntabilitas kinerja
berhubungan dengan sejauhmana perencanaan, pelaksanaan, monitoring, evaluasi
dan pelaporan kinerja telah efektif, efisien dan akuntabel. Sementara itu tata kelola
kelembagaan berkaitan dengan sistem, proses, dan prosedur kerja, apakah telah
efektif, efisien dan responsif terhadap publik yang dilayani. Termasuk didalamnya
41
adalah bagaimana budaya organisasi menjadi pengungkit dalam meningkatkan
kinerja pegawai yang berintegritas. Sementara itu, sspek pelayanan publik fokus
pada sejauhmana upaya pembinaan pelayanan publik telah menghasilkan budaya
pelayanan prima dan berorientasi pada pemenuhan kebutuhan masyarakat.
42
Susunan Tim Aksi Perubahan Penyusunan Roadmap Kegiatan Keistimewaan
Urusan Kelembagaan Tahun 2022 – 2027 di Paniradya Keistimewaan
1. Mentor
2. Team Leader/ Pemimpin Aksi Perubahan
3. Tim Administrasi :
a. Membantu persuratan (pembuatan undangan rapat koordinasi)
b. Memfasilitasi pelaksanaan rapat koordinasi
c. Membantu dokumentasi pelaksanaan kegiatan
4. Tim Pengumpul dan Penyaji Data
a. Membantu mengumpulkan kajian terdahulu dan kebijakan terkait
b. Membantu mengumpulkan data program/ kegiatan keistimewaan urusan
kelembagaan tahun 2013/ 2022
c. Mengumpulkan informasi tambahan dari stakeholder baik yang ada di Pemda
DIY, Pemerintah Kabupaten/ Kota maupun Pemerintah Kalurahan
5. Tim Pengolah dan Perumus
a. Mengolah data dari Tim Pengumpul dan Penyaji Data
b. Merumuskan usulan peta kegiatan dengan pemimpin aksi perubahan
43
implementasi program dan kebijakan, mengidentifikasi hambatan dalam pelaksanaan,
dan menemukan pihak yang bertanggung jawab pada setiap kebijakan.1
Dalam evaluasi, temuan pengetahuan tidak berkutat pada efek dari kebijakan
sebelumnya, tetapi tentang ketidaksesuaian antara kinerja kebijakan yang diharapkan
dengan yang benar-benar dihasilkan di lapangan. Proses ini membantu pengambilan
kebijakan pada tahap penilaian kebijakan terhadap proses pembuatan kebijakan. Evaluasi
tidak hanya membuahkan kesimpulan mengenai seberapa jauh masalah terselesaikan
tetapi juga memberi informasi yang valid mengenai kinerja kebijakan, tentang seberapa
banyak kebutuhan, nilai dan kesempatan dapat tercapai melalui tindakan publik.
Evaluasi juga memberikan sumbangsih pada penjernihan dan kritik terhadap nilai-
nilai yang mendasari kebijakan, serta membantu dalam klarifikasi dan agenda setting .2
Muhadjir (dalam Widodo, 2007: 85) menjelaskan bahwa evaluasi kebijakan publik
merupakan proses untuk menilai seberapa jauh suatu kebijakan dapat “menghasilkan”,
yaitu dengan membandingkan antara hasil yang didapat dengan tujuan dan/atau target
dari kebijakan publik yang telah ditentukan pada bagian awal perumusan. Kebijakan
publik tidak hanya melihat hasil (outcomes) atau dampak (impacts) tapi juga untuk
melihat bagaimana proses pelaksanaan suatu kebijakan.
a. Penilaian pada hasil (ooutcome) meliputi tahap initial outcome (hasil langsung dari
kebijakan), tahap intermediate outcome (hasil jangka menengah dari kebijakan),
dan tahap long-term (hasil jangka panjang dari kebijakan/dampak). Tahap initial
outcome (hasil langsung dari kebijakan) adalah pembelajaran (learning) meliputi:
1 Darwin, Muhadjir (ed). 2003. William N. Dunn “Pengantar Analisis Kebijakan Publik” Edisi Kedua. Yogyakarta:
Gadjah Mada University Press . hal. 28
2 Darwin, Muhadjir (ed). 2003. William N. Dunn “Pengantar Analisis Kebijakan Publik” Edisi Kedua. Yogyakarta:
44
awareness (kesadaran), knowledge (pengetahuan), attitudes (sikap), skill
(keterampilan), dan sebagainya;
b. Tahap intermediate outcome (hasil jangka menengah dari kebijakan) adalah action
(aksi) yang meliputi behaviour (perilaku), practice (profesi/praktik), decision
making (pengambilan kebijakan), dan sebagainya;
c. Tahap long-term (hasil jangka panjang dari kebijakan/dampak) adalah kondisi yang
diharapkan meliputi: kondisi ekonomi, kondisi sosial, kondisi sipil, kondisi
kesehatan, dan lain sebagainya
45