Anda di halaman 1dari 4

Penyakit tuberculosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis

ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk dan percikan ludah yang
mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat bernapas. Bila penderita batuk, bersin,
atau berbicara saat berhadapan dengan orang lain,basil tuberculosis tersembur dan terhisap ke
dalam paru orang sehat. Masa inkubasinya selama 3-6 bulan.
Risiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan sumber infeksi
dan tidak berhubungan dengna faktor genetic dan faktor pejamu lainnya. Risiko tertinggi
berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusaia di bawah 3 tahun , risiko rendah pada masa
kanak-kanak, dan meningkat lagi pada masa remaja,dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk
ke dalam tubuh manusia melalui saluran pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain
melalui peredaran darah,pembuluh limfe atau langsung ke orang terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya, sehingga
kemungkinan setiap kontak untuk tertular TBC adalah 17%. Hasil studi lainnya melaporkan
bahwa kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua kali lebih berisiko dibandingkan
kontak biasa (tidak serumah). Seorang penderita dengan BTA+ yang derajat positifnya tinggi
berpotensi menularkan penyakit ini. Sebaliknya penderita dengan BTA(-) dianggap tidak
menularkan. Angka risiko penularan infeksi TBC di Amerika Serikat adalah sekitar 10/10.000
populasi. Di Indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti di antara 100 penduduk terdapat 1-3
warga yang akan terinfeksi TBC. Setengah dari mereka BTAnya akan positif(0,5%).
Apabila kita menemukan seorang anak dengan TB, maka harus dicari sumber penularan
yang menyebabkan anak tersebut tertular Tb. Sumber penularan adalah orang dewasa yang
menderita TB aktif dan kontak erat dengan anak tersebut. Pelacakan sumber infeksi dilakukan
dengan cara pemeriksaan radiologis dan BTA sputum. Sebaliknya jika ditemukan pasien TB
dewasa aktif, maka anak disekitarnya atua yang kontak erat harus ditelusur ada atau tidaknya
infeksi TB (pelacakan sentrifugal). Pelacakan tersebut dilakuakn dengan cara anamnesis,
pemeriksaan fisikm dan pemeriksaan penunjang yaitu uji tuberkulin. 1,3

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik terdiri dari beberapa hal yaitu secara umum terlebih dahulu yang terdiri
dari keadaam umum pasien, kesadaran, status gizi, dan tanda-tanda vital. Tanda-tanda vital
terdiri dari tekanan darah, frekuensi nadi, frekuensi pernafasan serta suhu.
Lalu pemeriksaan spesifik terdiri dari inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. Pada
inspeksi bisa kita periksa kulit (warna kulit, keadaan kulit, lesi-lesi kulit, dll), thorax (bentuk
thorax, pernafasan, simetris/tidak, keadaan thorax, ada benjolan/tidak, dll), abdomen (bentuk
abdomen, adakah lesi, ada benjolan/tidak, dll), mulut (warna bibir, luka/tidak, bercak-bercak,
apakah ada pembesaran KGB,dll). Lalu palpasi dapat dilakukan untuk melihat apakah ada massa
atau rasa nyeri, lihat gerakan pernafasannya bagimana, simetris atau tidak pada sisi kanan dan
kirinya. Selanjutnya, perkusi dan auskultasi untuk mendengar suara nafas pokok (vesicular,
bronkovesikular, bronchial, dan trakeal).

Pemeriksaan dahak makroskopis


Pemeriksaaan dahak berfungsi untuk menegakkan diagnosis, menilai keberhasilan pengobatan
dan menentukan potensi penularan. Pemeriksaan dahak untuk penegakan diagnosis dilakukan
dengan mengumpulkan 3 spesimen dahak yang dikumpulkan dalam dua hari kunjungan yang
berurutan berupa Sewaktu-Pagi-Sewaktu (SPS):

S (sewaktu): dahak dikumpulkan pada saat suspek TB datang berkunjung pertama kali.
Pada saat pulang, suspek membawa suabuah pot dahak untuk mengumpulkan dahak pagi

pada hari kedua.


P (pagi): dahak dikumpulkan di rumah pada pagi hari kedua, segera setelah bangun tidur.

Pot dibawa dan diserahkan sendiri kepada petugas UPK.


S (sewaktu): dahak dikumpulkan di UPK pada hari kedua, saat menyerahkan dahak pagi.

Pemeriksaan biakan

Peran biakan dan identifikasi M.tuberculosis pada penanggulangan TB khususnya untuk


mengetahui apakah pasien bersangkutan masih peka terhadap OAT yang digunakan. Selama
fasilitas memungkinkan, biakkan dan identifikasi kuman serta bila dibutuhkan tes resistensi
dapat dimanfaatkan dalam beberapa situasi:
1. Pasien TB yang masuk dalam tipe pasien kronis
2. Pasien TB ekstraparu dan passion TB anak
3. Petugas kesehatan yang menangani pasien dengan kekebalan ganda.
Pemeriksaan tes resistensi
Tes resistensi tersebut hanya bisa dilakukan dilaboratorium yang mampu melaksanakan biakan,
identifikasi kuman serta tes resistensi sesuai standar internasional, dan telah mendapatkan
pemantapan mutu oleh laboratorium supranasional TB. Hal ini bertujuan agar hasil pemeriksaan
tersebut memberikan simpulan yang benar sehingga kemungkina kesalahn dalam pengobatan
MDR dapat dicegah.
Uji tuberculin
Pada anak, sulit untuk mendapatkan BTA, sehingga diagnosis TB pada anak didapat dari
gambaran klinik, radiologi dan uji tuberculin.6

1. Aditama Tjandra et all. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi ke-2.


Cetakan ke-2. Jakarta: Departemen Kesehatan Republik Indonesia; 2008.
2. Achmadi, Umar Fahmi. Manajemen penyakit berbasis wilayah. Jakarta: Penerbit Buku
Kompas. 2005.
3. Timmreck TC. Epidemiologi. Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005
4. Depkes RI. Pedoman Nasional Penanggulangan Tuberkulosis. Edisi II. Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, 2008.
5. Budiman Chandra. Ilmu kedokteran pencegahan & komunitas / penulis, Budiman
Chandra ; editor penyelaras, Husny Muttaqin, Windriya Kerta Nirmala. Jakarta : EGC,
2009.
6.

Anda mungkin juga menyukai