Anda di halaman 1dari 11

KEMENTERIAN RISET, TEKNOLOGI DAN

PENDIDKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PROGRAM MAGISTER
WEEKLY ASSIGNMENT
IDENTITAS
Nama
DONA SURIZAL
Sarana Berpikir Ilmiah
NIM
15178058
dan
Program
Pendidikan Bahasa
Logika dalam bahasa
Studi
Inggris (S2)
Mata
Filsafat Ilmu
Kuliah
Dosen
Prof.Dr. M. Zaim, M.
Hum

SARANA BERPIKIR ILMIAH


2.1 Sarana Berfikir Ilmiah
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara
teratur dan ceramat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tampa menguasain hal ini maka kegiatan
ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus di tempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang
tertentu pula. Sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah
itu merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan dengan metode ilmiah. Secara
lebih tuntas sarana berpikir ilmiah mempunai metode tersendiri dalam mendapatkan
pengetahuan ayng berbeda dengan metode ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita
melakukan penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu
dimaksudkan untuk mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa
memecahkan masalah kita sehari-hari dalam hal ini sarana berpikir ilmiah merupakan
alat untuk cabang-cabang pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya

berdasarkan metode ilmiah. Secara sederhana, sarana berpikir ilmiah merupakan alat
bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.
Penguasaan sarana berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang
baik tak dapat dilakukan. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai
suatu tujuan tertentu atau dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsifungsi yang khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana befikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi
tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berfikir ilmiah ini seperti mempelajari
berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus mempelajari dua hal, yaitu:
a. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah
bukan merupakan ilmu pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode
ilmiah. Secara tuntas dapat dikatakan bahwa bahwa sarana berfikir ilmiah
mempunyai metode tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang
berbeda dengan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. Lebih sederhana lagi, sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik.
Fungsi sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan
merupakan ilmu itu sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah
dengan baik maka diperlukan sarana berupa bahasa, logika, matematika,
statistika. Bahasa merupakan alat berfikir dan alat komunikasi untuk
menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain. Ditinjau dari pola
berfikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berfikir deduktif dan
induktif. Matematika mempunyai pernanan yang penting dalam berfikir
deduktif, sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir
induktif
2.2 Bahasa
Pertama-tama bahasa dapat kita cirikan serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita
mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya bukan hanya
bunyi melainkan alat-alat yang umpamanya dengan memakai berbagai isyarat.

Kedua bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk


suatu arti tertentu. Bahasa terus berkembang karena disebabkan pengalaman dan
pemikiran manusia yang juga berkembang. Bahkan bahasa diperkaya oleh seluruh
lapisan masyarakat yang mengunakan bahasa tersebut. Seperti para ilmuwan, pendidik,
ahli politik dan anak-anak remaja. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan
manusia dapat berfikir dan belajar dengan lebih baik.
Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berfikir secara teratur, namun juga
dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Tidak hanya
itu saja, dengan bahasa kita dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Dengan
adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman yang nyata
dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan binatang, maka
manusia mengatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi kepada manusia
simbolik. Bila binatang hidup degan naluri mereka dan hidup dari waktu ke waktu
berdasarkan fluktuasi biologis dan psikologis mereka maka manusia mencoba
menguasai semua ini untuk mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka
seseorang harus menguasai tata bahasa yang baik. Hal ini berlaku baik bagi kegiatan
ilmiah maupun non ilmiah. Tata bahasa menurut Charlton Laird merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan
emosi dengan menggunakan aturan-atuaran tertentu. Penguasaan tata bahasa dengan
baik merupakan syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar.
2.3 Beberapa Kekurangan Bahasa
Kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang
bersifat multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, efektif, dan simbolik.
Dalam komunikasi ilmiah kita ingin mempergunakan aspek simbolik saja dari ketiga
fungsi tersebut tadi, dimana kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa kaitan
emotif dan efektif. Dalam kenyataan hal ini tidak mungkin, bahasa verbal mau tidak
mau tetap mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif, efektif dan simbolik. Inilah
salah satu kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah. Kekurangan yang
kedua terletak pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung kata-kata yang
membangun bahasa. Kekurangan yang ketiga konotasi yang bersifat emosional seperti
telah kita bicarakan pada bagian terdahulu.
Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para
ahli filsafat modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgensten disebabkan

kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka
untuk menguasai logika bahasa. Maka bahasa bukan saja merupakan alat berfilsafat dan
berfikir namun juga merupakan bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil
akhir dari filsafat.
2.4 Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Yang paling sukar
untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika.
Matem`tika adalah bahasa yang telah berusaha untuk menghilangkan sifat
kubur, majemuk, dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika
dibuat secara artificial dan individual yang merupakan perjanjian kita.
2.5 Sifat Kuantitatif dari Matematika
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini
meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang
lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan
cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap
kualitatif ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin
keilmuan untuk meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu tersebut.
2.6 Matematika Sarana Berfikir Edukatif
Deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh, untuk menghitung jumlah
sudut dalam segitiga, kita mendasarkan kepada premis bahwa kalau terdapat dua garis
sejajar maka sudut yang dibentuk kedua garis tersebut dengan garis ketiga adalah sama.
Premis yang kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus
adalah 180o.
Kedua premis ini kemudian diterapkan dalam berfikir deduktif untuk
menghitung jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga. Dalam hal ini kita melihat
bahwa dalam segitiga (misalnya Segitiga ABC) kalau kita tarik garis P melalui titik A
yang sejajar dengan BC maka pada titik A didapatkan 3 sudut yakni 1, 2, 3. Yang

ketiga-tiganya membentuk garis lurus, sedangkan berdasarkan premis kedua yang


mengatakan bahwa jumlah sudut dalam sebuah garis lurus adalah 180o. dengan
demikian maka secara deduktif dapat dibuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam
sebuah segitiga adalah 180o. Jadi dengan contoh diatas secara deduktif matematika
menemukan pengetahuan yang ditentukan pengetahuan yang baru berdasarkan premispremis yang tertentu, pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini sungguh sangat
berguna dan memberikan kejutan yang sangat menyenangkan.
2.7 Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya, maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni
tahap sistematika, komparatif, dan kuantitatif. Pada tahap sistematika, ilmu mulai
menggolong-golongkan objek empiris dalam kategori-kategori tertentu. Tahap yang
kedua kita mulai melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang
lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain dan seterusnya. Kita mulai mencari
hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai objek yang kita kaji.
Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif dimana kita mencari hubungan sebab akibat
tidak lagi berdasarkan perbandingan malainkan berdasarkan pengukuran yang eksak
dari objek yang kita selidiki. Berdasarkan perkembangannya maka masalah yang
dihadapi logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih
sempurna. Dalam perspektif inilah maka logika berkembang menjadi matematika.
Matematika pada garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten
berdasarkan logika deduktif.
Giffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan menjadi:
1. Dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan
sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia. Waktu itu matematika
digunakan dalam perdagangan, pertanian, pembangunan dan usaha mengontrol
alam seperti banjir.
2. Perkembangan matematika terjadi di timur dimana pada sekitar tahun 1000
bangsa Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar.
2.8 Matematika dan Peradaban
Matematika dapat dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri.
Sekitar 3500 tahun S.M. bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang
melambangkan angka-angka. Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang

pertama yang melakukan pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan
timbulnya banjir seperti apa yang sekarang kita lakukan di abad ke-20 di kota
Metropolitan Jakarta.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.
Penduduk kota yang pertama adalah makhluk yang berbicara kata lancelot hogben dan
penduduk kota kurun teknologi ini adalah makhluk yang berhitung yang hidup dalam
jaringan angka-angka.
2.9 Statistika
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah
dalam suatu populasi tertentu.Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan
penarikan kesimpulan induktif secara lebih seksama. Penarikan kesimpulan secara
induktif menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus
yang harus kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Suatu contoh, jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata umur 10 tahun di
Indonesia? Untuk mengetahi persoalan ini statistika memberikan sebuah jalan keluar
yaitu dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan hanya mengamati
sebagian dari populasi yang bersangkutan. Jadi untuk mengatahuinya dapat dilakukan
hanya dengan melakukan pengukuran terhadap sebagain anak saja, tentu saja penarikan
kesimpulan ini ditarik berdasarkan contoh (sample) dari populasi yang bersangkutan.
Yang perlu kita garis bawahi bahwa asas statistika itu adalah makin banyak atau besar
contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian dari penarikan
kesimpulan itu. Dengan demikian ststistika mampu memberikan tingkat ketelitian yang
lebih kuantitatif dan akurat.

LOGIKA DALAM BAHASA


A. LOGIKA
Filsafat bahasa mengandung upaya untuk menganalisis unsur-unsur umum dalam
bahasa seperti makna, referensi, kebenaran, verifikasi, tindak tutur, dan ketidaknalaran.
Filsafat adalah ilmu yang berintikan logika, estetika, metafisika, dan epistemologi.
Logika adalah pengetahuan tentang kaidah berpikir namun apakah sebenarnya kaidah
berpikir itu. Sebagian filusuf peraya dunia harus dipandang tidak sebagaimana adanya
namun kita pahami layaknya pikiran. Ini menjadi kajian ilmu logika yaitu ilmu berpikir
dan penggolongan atas argument-argumen ke dalam benar dan salah. Penalaran itu ada
dua macam yaitu deduktif dan induktif.
Penalaran ialah proses pemikiran untuk memperoleh simpulan yang logis
berdasarkan bukti yang relevan. Untuk dapat bernalar dengan tepat kita harus memiliki
pengetahuan tentang fakta yang behubungan. Misalnya, tentang kebenaran ujaran atau
kalimat berdasarkan logika. Dikatakan bahwa

kalimat benar jika ada acuan atau

referensi atau kenyataannya (fakta). Filsafat bahasa menunjukan kepada kita bagaimana
berbahasa yang benar atau tidaknya sebuah ujaran berdasarkan logika. Bahasa yang
tertinggi ialah bahasa yang digunakan dalam dunia ilmu dan digunakan para ilmuwan.
Jadi, sebagai seorang pelajar harus menggunakan bahasa yang bermutu tinggi dan logis.
B. KETIDAKNALARAN MASYARAKAT AWAM
Sesuatu yang sudah menjadi kesepakatan memang bisa meninggalkan nalar.
Contohnya matahari terbit dan matahari tenggelam. Jika berpijak pada logika ilmu,
pernyataan ini salah, tidak logis dan todak nalar karena faktanya matahari tetap
ditempatnya. Namun, jika dicermati lagi ungkapan itu terjadi karnan karya logika juga
berkitan dengan asosiasi dan batasan makna kata yang bersangkutan. Apa yang tidak
diketahui masyarakat adalah bukti dan fakta ilmiah.
Ungkapan betul-betul tidak nalar ialah semacam iklan berbunyi tanah ini mau
dijual. Menurut batasan maknanya, kata mau dekat dengan ingin, hendak, dan akan.
Kata mau hanya bisa disejajarkan dengan sesuatu yang bernyawa bukan benda tak
bernyawa.

Hal serupa ditemukan pada Membangun tanpa izin akan dibongkar. Dalam
gramatika, kata membongkar atau dibongkar tergolong verba dan benda itu nomina.
C. FAKTA DAN LOGIKA
Seringkali fakta yang benar-benar ada tapi dari segi ilmu logika tidak logis.
Misalnya:
Perempuan itu tidak pernah menstruasi
Bayi itu mengandung
Kedua pernyataan itu tidak bisa dipercaya tapi faktanya bahwa ada perempuan
yang tidak pernah menstruasi dan bayi perempuan yang mengandung bayi lain
ditubuhnya adalah fakta-fakta yang kebenarannya diakui dunia kedokteran. Dalam
berbahasa kadang-kadang menciptakan bentukanbentukan baru. Betukan itu didasarkan
kepada nalar berpikir logs tapi sebagian masayarakat tidak atau belum sepakat akan
bentukan baru itu. Contohnya, bahasa Indonesia mendamar dalam arti mencari
damar dan pendatang orang yang datang. Begitulah bahasa yang ternyata tidak
selalu tundukk kepada kebenaran fakta dan penalaran secara logika.
D. LOGIKA DAN ANTONIMI
Pikiran manusia mempunyai kemampuan untuk melakukan asosiasi-asosiasi
makna. Salah satu ialah antonimi yaitu dua tau lebih kata yang bermakna berlawanan.
Pikiran manusia memiliki kaidah untuk lengkapi atau memasangkan. Seperti:
(Ngomong) ke sana ke mari
(Badannya) panas dingin
hidup mati (ditangan tuhan)
laki perempuan (sama saja)
Antonimi ini jika dicermati tidak menggunakna nalar yang taat azas. Jika
pasangan laki dan perempuan digambarkan sebagai dua ujung dalam sebuah rentang
garis. Jadi, pernyataan yang benar dan logis kalau tidak lelaki, dia tentu perempuan.
Alur pikir seperti ini tidak bisa diterapkan pada pasangan panas dingin, kecil-besar,
panjang-pendek, dan sebagainya. Karena pada ektrem panas dan dingin ada titik untuk
hangat dan sejuk dan ditenga-tengh tidak ada kata pendukungnya . Kebenaran yang
logis:
Airnya tidak panas, cuma hangat saja
Airnya tidak dingin, Cuma sejuk saja
Air ini panas tidak, dingin tidak
E. SIMPULAN: INDUKSI DAN DEDUKSI

Induksi dan deduksi adalah metode berpikir jika berpikir mulai dari fakta-fakat
khusus menuju prinsip atau simpulan umum adalah metode induksi. Jika sebuah prinsip,
rumus, hukum, teori, kepercayan atau keyakinan kemudian diikuti hal-hal khusus maka
itu adalah metode deduksi. Jadi deduksi dan induksi bukan nama paragraph tapi bisa
hadir dalam sejumlah paragraf. Paragraph yang tidak memerlukan simpulan atau prinsip
umum disebut kalimat pokok atau kalimat utama.
F. SIMPULAN: KALIMAT
Sebuah kalimat mengandung makna bukan hanya didukung oleh deretan kata
yang membentuk kalimat melainkan makna-makna lain diluar itu. Makna-makna yang
dimaksud dipandang sebagai simpulan atas kalimat tersebut. Contohnya:
ibunya diopname dirumah sakit sejak sebulan yang lalu
Simpulan-simpulan hasil penlaran:
a. Dia mempunyai ibu sebagaimana diungkapkan dalam ibunya
b. Sakitnya si ibu serius, kalau tidak tentu tidak akan diopname
c. Ibunya tidak dirumah dan tidak bisa bekerja
d. Dia mengeluarkan atau membutuhkan biaya untuk opname ibunya
e. Ibunya memerlukan perhatian
Simpulan a dirumuskan dan ditempatkan didepan kalimat sehingga kalimat menjadi
lengkap. dia mempunyai ibu. Ibunya diopname dirumah sakit sebulan yang lalu
simpulan ini disebut Praanggapan (presupposition). Contoh lainnya hampir saja dia
tidak lulus praanggapannnya adalah dia mengikuti ujian. Pada contoh pertama tadi,
simpulan-simpulan b-e bisa disebut entailmen atau pengartian.
Bentuk lain yang sama dengan entailmen ialah kompatibilitas yang berarti kesesuaian
atau keselarasan yang berhubungan dengan konsep hipernim dan hiponim. Contohnya,
ini anjing.ini binatang. Kata bianatang adalah hipernim bagi anjing. Walau tidak ada
keeselarasan, logika kita bisa mengerti pasangan kalimat berikut:
Ini anjing. Ini bukan kucing
Ini anjing. Ini menggonggong
Dari paparan diatas dapat diketahui bahwa makna mengarah kepada batasan atau
definisi sedangkan pengartian mengarah kepada penjelasan atau simpulan yang masih
relevan.
G. LOGIKA DALAM TES
Guru pernah membuat tes atau soal sebagai alat evaluasi siswa. Terkadang guru
tidak menyadari bahwa pernyataan tertulis yang dibuat bisa ditafsirkan sebagai alur
penalaran dan setelah mengkoreksi jawaban siswa guru menjdai tidak konsisten.
Contohnya:

1. Coba jelaskan mengapa Israel tidak pernah bisa damai dengan negara-negara
Arab!
Pada soal ini, siswa diminta untuk mencoba . logikanya jika sudah dijawab
siswa, apapun jawabannya, salah atau benar harus diberi nilai tertinggi. Guru
menjadi tidak konsisten ketika mengkoreksi.
2. Apakah yang kamu ketahui tentang ekonomi liberal?
Yang ditanyakan adalah apa yang diketahui siswa sehingga jawabannya bukan
benar atau salah sehingga jika siswa menjawab benar atau salah berdasarkan apa
yang mereka ketahui maka mereka berhak memperoleh nilai tertinggi.
3. Apakah ekonomi liberal itu?
Ini patut dipertanyakan, apakah yang ditanyakan itu batasan ekonomi liberal,
ciri-ciri atau yang lain.
4. Jelaskan secara singkat apa yang dimaksud dengan ekonomi liberal!
Maksudnya berapa singkat dan berapa kata.
5. Yang tergolong bersinonim dengan keluar ialah
a. Muncul
b. Terbit
c. Lahir
d. Semuanya benar
Keluar bersinonim dengn muncul, terbit dan lahir tapi menjadi tidak logis
dengan semuanya benar.
H. KALIMAT EFEKTIF
Kalimat efektif dirumuskan sebagai kalimat yang tiap-tiap kata yang membangun
kalimat mempunyai fungsi yang berarti. Adanya kalimat mubazir membuat kalimat itu
tidak benar dan tidak logis. Contohnya ksalimat yang diawali kata sambung seperti
bagi, dari, di, dengan, dan sebagainya.
Contohnya:
1. Dari pihak kami sudah memberikan bantuan
2. Bagi mahasiswa yang terlambat harus meminta izin
3. Di toko ini menyediakan pupuk
Untuk menguji logis temukan verba yang menjadi predikat lalu tempat kan apa
dan siapa didepan verba. Kesimpulannya, kata-kata dari, bagi, dan di adalah kata-kata
yang tidak befungsi. Kalimat majemuk berlawanan banyak tidak logis jika
menngunakan dua kata sambung seperti walaupun hujan tetapi dia pergi juga.
Kalimat majemuk yang kompleks dapat menyesatkan penalaran karena subjek dan
predikat bisa menjadi tidak jelas.
I. SALAH NALAR: BEBERAPA CORAK
Salah nalar itu antara lain:
a. Peristiwa yang terjadi sebelumnya dianggap sebagai sebab bagi peristiwa lain.

b. Persyaratan bagi sesuatu hal, dikenakan begitu saja pada hal yang belum tentu
memerlukan persyaratan tersebut.
c. Analogi yang salah karena adanya beberapa kesamaan antara dua hal dan
disimpulkan bahwa keduanya sama.
d. Menolak suatu gagasan bukan karna gagasan itu tapi orang yang menyampaikan
gagasan itu tidak disukai.

Anda mungkin juga menyukai