PENDIDKAN TINGGI
UNIVERSITAS NEGERI PADANG
FAKULTAS BAHASA DAN SENI
PROGRAM MAGISTER
WEEKLY ASSIGNMENT
IDENTITAS
Nama
DONA SURIZAL
Sarana Berpikir Ilmiah
NIM
15178058
dan
Program
Pendidikan Bahasa
sarana ilmiah
Studi
Inggris (S2)
Mata
Filsafat Ilmu
Kuliah
Dosen
Prof.Dr. M. Zaim, M.
Hum
SARANA BERPIKIR ILMIAH
2.1 Sarana Berfikir Ilmiah
Untuk melakukan kegiatan ilmiah secara baik diperlukan sarana berpikir.
Tersedianya sarana tersebut memungkinkan dilakukannya penelahaan ilmiah secara
teratur dan ceramat. Penguasaan sarana berpikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang
bersifat imperatif bagi seorang ilmuwan. Tampa menguasain hal ini maka kegiatan
ilmiah yang baik tak dapat dilakukan.
Sarana ilmiah merupakan alat untuk membantu kegiatan ilmiah dalam berbagai
langkah yang harus di tempuh. Pada langkah tertentu biasanya diperlukan sarana yang
tertentu pula. Sebab sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai suatu
tujuan tertentu atau sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi yang khas dalam kaitan
kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah itu
merupakan kumpulan pengetahuan yang didapatkan dengan metode ilmiah. Secara lebih
tuntas sarana berpikir ilmiah mempunai metode tersendiri dalam mendapatkan
pengetahuan ayng berbeda dengan metode ilmiah.
Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik, sedangkan tujuan mempelajari ilmu dimaksudkan untuk
mendapatkan pengetahuan yang memungkinkan kita untuk bisa memecahkan masalah
kita sehari-hari dalam hal ini sarana berpikir ilmiah merupakan alat untuk cabang-cabang
pengetahuan untuk mengembangkan materi pengetahuannya berdasarkan metode ilmiah.
Secara sederhana, sarana berpikir ilmiah merupakan alat bagi metode ilmiah dalam
melakukan fungsinya secara baik.
Penguasaan sarana berfikir ilmiah ini merupakan suatu hal yang bersifat
imperatif bagi seorang ilmuwan. Tanpa menguasai hal ini maka kegiatan ilmiah yang
baik tak dapat dilakukan. Sarana merupakan alat yang membantu kita dalam mencapai
suatu tujuan tertentu atau dengan perkataan lain, sarana ilmiah mempunyai fungsi-fungsi
yang khas dalam kaitan dengan kegiatan ilmiah secara menyeluruh.
Sarana befikir ilmiah ini dalam proses pendidikan kita merupakan bidang studi
tersendiri, artinya kita mempelajari sarana berfikir ilmiah ini seperti mempelajari
berbagai cabang ilmu. Dalam hal ini, kita harus mempelajari dua hal, yaitu:
a. Sarana ilmiah bukan merupakan ilmu dalam pengertian bahwa sarana ilmiah bukan
merupakan ilmu pengetahuan yang didapatkan berdasarkan metode ilmiah. Secara
tuntas dapat dikatakan bahwa bahwa sarana berfikir ilmiah mempunyai metode
tersendiri dalam mendapatkan pengetahuannya yang berbeda dengan metode ilmiah.
b. Tujuan mempelajari sarana ilmiah adalah untuk memungkinkan kita melakukan
penelaahan ilmiah secara baik. Lebih sederhana lagi, sarana berfikir ilmiah
merupakan alat bagi metode ilmiah dalam melakukan fungsinya secara baik. Fungsi
sarana ilmiah adalah membantu proses metode ilmiah dan bukan merupakan ilmu itu
sendiri. Untuk dapat melakukan kegiatan berfikir ilmiah dengan baik maka diperlukan
sarana berupa bahasa, logika, matematika, statistika. Bahasa merupakan alat berfikir
dan alat komunikasi untuk menyampaikan jalan pikiran tersebut kepada orang lain.
Ditinjau dari pola berfikirnya maka ilmu merupakan gabungan antara berfikir deduktif
dan induktif. Matematika mempunyai pernanan yang penting dalam berfikir deduktif,
sedangkan statistika mempunyai peranan penting dalam berfikir induktif
2.2 Bahasa
Pertama-tama bahasa dapat kita cirikan serangkaian bunyi. Dalam hal ini kita
mempergunakan bunyi sebagai alat untuk berkomunikasi. Sebenarnya bukan hanya
bunyi melainkan alat-alat yang umpamanya dengan memakai berbagai isyarat.
Kedua bahasa merupakan lambang dimana rangkaian bunyi ini membentuk suatu
arti tertentu. Bahasa terus berkembang karena disebabkan pengalaman dan pemikiran
manusia yang juga berkembang. Bahkan bahasa diperkaya oleh seluruh lapisan
masyarakat yang mengunakan bahasa tersebut. Seperti para ilmuwan, pendidik, ahli
politik dan anak-anak remaja. Adanya lambang-lambang ini memungkinkan manusia
dapat berfikir dan belajar dengan lebih baik.
Dengan bahasa bukan saja manusia dapat berfikir secara teratur, namun juga
dapat mengkomunikasikan apa yang sedang dia pikirkan kepada orang lain. Tidak hanya
itu saja, dengan bahasa kita dapat mengekspresikan sikap dan perasaan kita. Dengan
adanya bahasa maka manusia hidup dalam dunia, yakni dunia pengalaman yang nyata
dan dunia simbolik yang dinyatakan dengan bahasa. Berbeda dengan binatang, maka
manusia mengatur pengalaman yang nyata ini dengan berorientasi kepada manusia
simbolik. Bila binatang hidup degan naluri mereka dan hidup dari waktu ke waktu
berdasarkan fluktuasi biologis dan psikologis mereka maka manusia mencoba menguasai
semua ini untuk mengkomunikasikan suatu pernyataan dengan jelas maka seseorang
harus menguasai tata bahasa yang baik. Hal ini berlaku baik bagi kegiatan ilmiah
maupun non ilmiah. Tata bahasa menurut Charlton Laird merupakan alat dalam
mempergunakan aspek logis dan kreatif dari pikiran untuk mengungkapkan arti dan
emosi dengan menggunakan aturan-atuaran tertentu. Penguasaan tata bahasa dengan baik
merupakan syarat mutlak bagi suatu komunikasi ilmiah yang benar.
2.3 Beberapa Kekurangan Bahasa
Kekurangan ini pada hakikatnya terletak pada peranan bahasa itu sendiri yang
bersifat multifungsi, yakni sebagai sarana komunikasi emotif, efektif, dan simbolik.
Dalam komunikasi ilmiah kita ingin mempergunakan aspek simbolik saja dari ketiga
fungsi tersebut tadi, dimana kita ingin mengkomunikasikan informasi tanpa kaitan emotif
dan efektif. Dalam kenyataan hal ini tidak mungkin, bahasa verbal mau tidak mau tetap
mengandung ketiga unsur yang bersifat emotif, efektif dan simbolik. Inilah salah satu
kekurangan bahasa sebagai sarana komunikasi ilmiah. Kekurangan yang kedua terletak
pada arti yang tidak jelas dan eksak yang dikandung kata-kata yang membangun bahasa.
Kekurangan yang ketiga konotasi yang bersifat emosional seperti telah kita bicarakan
pada bagian terdahulu.
Masalah bahasa ini menjadi bahan pemikiran yang sungguh-sungguh dari para
ahli filsafat modern. Kekacauan dalam filsafat menurut Wittgensten disebabkan
kebanyakan dari pernyataan dan pertanyaan ahli filsafat timbul dari kegagalan mereka
untuk menguasai logika bahasa. Maka bahasa bukan saja merupakan alat berfilsafat dan
berfikir namun juga merupakan bahan dasar dan dalam hal tertentu merupakan hasil
akhir dari filsafat.
2.4 Matematika Sebagai Bahasa
Matematika adalah bahasa yang melambangkan serangkaian makna dari
pernyataan yang ingin kita sampaikan. Lambang-lambang matematika bersifat artificial
yang baru mempunyai arti setelah sebuah makna diberikan kepadanya. Tanpa itu maka
matematika hanya merupakan kumpulan rumus-rumus yang mati. Yang paling sukar
untuk menjelaskan kepada seseorang yang baru belajar matematika.
Matem`tika adalah bahasa yang telah berusaha untuk menghilangkan sifat kubur,
majemuk, dan emosional dari bahasa verbal. Lambang-lambang dari matematika dibuat
secara artificial dan individual yang merupakan perjanjian kita.
2.5 Sifat Kuantitatif dari Matematika
Matematika mempunyai kelebihan lain dibandingkan dengan bahasa verbal.
Matematika mengembangkan bahasa numerik yang memungkinkan kita untuk
melakukan pengukuran secara kuantitatif. Sifat kuantitatif dari matematika ini
meningkatkan daya prediktif dan kontrol dari ilmu. Ilmu memberikan jawaban yang
lebih bersifat eksak yang memungkinkan pemecahan masalah secara lebih tepat dan
cermat. Matematika memungkinkan ilmu mengalami perkembangan dari tahap kualitatif
ke kuantitatif. Pada dasarnya matematika diperlukan oleh semua disiplin keilmuan untuk
meningkatkan daya prediksi dan kontrol dari ilmu tersebut.
2.6 Matematika Sarana Berfikir Edukatif
Deduktif adalah proses pengambilan kesimpulan yang didasarkan kepada
premis-premis yang kebenarannya telah ditentukan. Contoh, untuk menghitung jumlah
sudut dalam segitiga, kita mendasarkan kepada premis bahwa kalau terdapat dua garis
sejajar maka sudut yang dibentuk kedua garis tersebut dengan garis ketiga adalah sama.
Premis yang kedua adalah bahwa jumlah sudut yang dibentuk oleh sebuah garis lurus
adalah 180o.
Kedua premis ini kemudian diterapkan dalam berfikir deduktif untuk
menghitung jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga. Dalam hal ini kita melihat bahwa
dalam segitiga (misalnya Segitiga ABC) kalau kita tarik garis P melalui titik A yang
sejajar dengan BC maka pada titik A didapatkan 3 sudut yakni 1, 2, 3. Yang ketigatiganya membentuk garis lurus, sedangkan berdasarkan premis kedua yang mengatakan
bahwa jumlah sudut dalam sebuah garis lurus adalah 180o. dengan demikian maka secara
deduktif dapat dibuktikan bahwa jumlah sudut-sudut dalam sebuah segitiga adalah 180 o.
Jadi dengan contoh diatas secara deduktif matematika menemukan pengetahuan yang
ditentukan pengetahuan yang baru berdasarkan premis-premis
yang tertentu,
pengetahuan yang didapatkan secara deduktif ini sungguh sangat berguna dan
memberikan kejutan yang sangat menyenangkan.
2.7 Perkembangan Matematika
Ditinjau dari perkembangannya, maka ilmu dapat dibagi dalam tiga tahap yakni
tahap sistematika, komparatif, dan kuantitatif. Pada tahap sistematika, ilmu mulai
menggolong-golongkan objek empiris dalam kategori-kategori tertentu. Tahap yang
kedua kita mulai melakukan perbandingan antara objek yang satu dengan objek yang
lain, kategori yang satu dengan kategori yang lain dan seterusnya. Kita mulai mencari
hubungan yang didasarkan kepada perbandingan antara berbagai objek yang kita kaji.
Tahap selanjutnya adalah tahap kuantitatif dimana kita mencari hubungan sebab akibat
tidak lagi berdasarkan perbandingan malainkan berdasarkan pengukuran yang eksak dari
objek yang kita selidiki. Berdasarkan perkembangannya maka masalah yang dihadapi
logika makin lama makin rumit dan membutuhkan struktur analisis yang lebih sempurna.
Dalam perspektif inilah maka logika berkembang menjadi matematika. Matematika pada
garis besarnya merupakan pengetahuan yang disusun secara konsisten berdasarkan
logika deduktif.
Giffits dan Howson (1974) membagi sejarah perkembangan menjadi:
1. Dimulai dengan matematika yang berkembang pada peradaban Mesir Kuno dan
sekitarnya seperti Babylonia dan Mesopotamia. Waktu itu matematika digunakan
dalam perdagangan, pertanian, pembangunan dan usaha mengontrol alam seperti
banjir.
2. Perkembangan matematika terjadi di timur dimana pada sekitar tahun 1000 bangsa
Arab, India, dan Cina mengembangkan ilmu hitung dan aljabar.
2.8 Matematika dan Peradaban
Matematika dapat dikatakan sama tuanya dengan peradaban manusia itu sendiri.
Sekitar 3500 tahun S.M. bangsa Mesir Kuno telah mempunyai simbol yang
melambangkan angka-angka. Para pendeta mereka merupakan ahli matematika yang
pertama yang melakukan pengukuran pasang surutnya sungai Nil dan meramalkan
timbulnya banjir seperti apa yang sekarang kita lakukan di abad ke-20 di kota
Metropolitan Jakarta.
Matematika tidak dapat dilepaskan dari perkembangan peradaban manusia.
Penduduk kota yang pertama adalah makhluk yang berbicara kata lancelot hogben dan
penduduk kota kurun teknologi ini adalah makhluk yang berhitung yang hidup dalam
jaringan angka-angka.
2.9 Statistika
Konsep statistika sering dikaitkan dengan distribusi variable yang ditelaah dalam
suatu populasi tertentu.Statistik merupakan pengetahuan untuk melakukan penarikan
kesimpulan induktif secara lebih seksama. Penarikan kesimpulan secara induktif
menghadapkan kita kepada sebuah permasalahan mengenai banyaknya kasus yang harus
kita amati sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum.
Suatu contoh, jika kita ingin mengetahui berapa tinggi rata-rata umur 10 tahun di
Indonesia? Untuk mengetahi persoalan ini statistika memberikan sebuah jalan keluar
yaitu dapat menarik kesimpulan yang bersifat umum dengan jalan hanya mengamati
sebagian dari populasi yang bersangkutan. Jadi untuk mengatahuinya dapat dilakukan
hanya dengan melakukan pengukuran terhadap sebagain anak saja, tentu saja penarikan
kesimpulan ini ditarik berdasarkan contoh (sample) dari populasi yang bersangkutan.
Yang perlu kita garis bawahi bahwa asas statistika itu adalah makin banyak atau besar
contoh yang diambil maka makin tinggi pula tingkat ketelitian dari penarikan kesimpulan
itu. Dengan demikian ststistika mampu memberikan tingkat ketelitian yang lebih
kuantitatif dan akurat.
SARANA ILMIAH
BAHASA
Keunikan manusia buakan terletak ada kemampun berpikirnya
namun
padakemampuan
berbahasanya.
Ernest
menyebut
manusia
MATEMATIKA
Seluruh
kehidupan
manusia
sudah
menggunakan
matematika.
dalam
bidang
didasarkan
ilmiah
kepada
yang
proses
premis-premis
pnegambilan
yang
kesimpulan
kebenarnnya
telah
ditentukan.
3. Matematika untuk ilmu alam dan sosial
Fungsi matematika menjadi sangat penting dalam perkembangan
berbagai
ilmu
pengetahuan.
Dalam
perkembangan
ilmu
yang
ditandai
dengan
penggunaan
lambang-lambang
baik
angka
atau
arti
penting.Statsitik
adalah
ilmu
metode
dan
prosedur
yang
perlu
ditempuh
guan
data
angka,
penarikan
kesimpulan,
membuat
maupun
pengambilan
keputusan
telah
memberikan
perbedaannya
dapat
dilihat
dalam
bidang
statistika.
pengetahuan
metode
secara
ilmiah,
ilmiah.
statistika
Sebagai
membantu
bagian
kita
dari
untuk
dapat
dipahami
mengembangkan hipotesis.
dan
memudahkan
kita
dalam
c. Ramalan,
ramalan
merupakan
fakta
baru,
bukan
dalam
dasarnya
sama,
namun
konsep
dasar
itu
harus
Mencintai kebenaran
Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang dikerjakan
Ketahuilah (dengan sadar) apa yang sedang diaktakan
Buatlah distingsi (pembedaan) dan klasifikasi (pembagian) yang
semestinya
e. Cintailah definisi yang tepat
f. Ketahuilah (dengan sadar) mengaoa penimpulan begini atau
begitu dilakukan
g. Hindarilah kesalahan-kesalahan
dengan
segala
usaha
dan
2. Klasifikasi
Klasifikasi adalah penempatan objek tertentu dalam kategori
masing-masing. Kita tidak boleh mengecilkan kegunaan konsep
klasifikasi terutama pada bidang-bidang di mana metode keilmuan
dan
metode
kuantitatif
belum
berkembang.
Pada
bidang
sekali
adanya
kriteria
empiris
yang
dapat