Oleh
Novri Pahrizal
Sukarta Wijaya
Dosen Pembimibing:
Prof. Dr. Jamaris Jamna
A. Pengantar
Selain itu, filsafat adalah syarat dari legalitas suatu ilmu pengetahuan.
suatu ilmu pengetahuan tidak dapat dinyatakan sebagai disiplin ilmu
bila didalamnya tidak ditemukan landasan ontologi, epistimologi, dan
aksiologinya.
Dalam makalah ini kami menyajikan sedikit ulasan tentang filsafat ilmu
sosial, yang dibahas satu per satu tentang sifat dasar dari realiatas
yang terdalam (ontologi), hakikat (epistimologi), dan nilai yang
mendasari asumsi-asumsi (aksiologi) ilmu sosial.
B. Ontologi Ilmu Sosial
Ontolgi secara etimlogis berasal dari bahasa yunani onto yang berarti
sesuatu yang sungguh-sungguh ada, kenyataan yang sesungguhnya,
dan logos yang berarti studi tentang, teori yang dibicarakan
(Angeles,1981 dalam Santoso, 2003). Secara terminologis, ontologi
diartikan dengan meta fisika umum. yaitu cabang filsafat yang
mempelajari tentang sifat dasar dari kenyataan yang terdalam
membahas asas-asas rasional dari kenyataan (Kattsoff,1986 dalam
Santoso, 2003). Degan kata lain, permasalahan ontologi adalah
menggali sesuatu dari yang nampak.
Dalam struktur realitas, ilmu sosial berada dalam level ke empat. yakni
merupakan ilmu yang membahas dalam ranah relasi atas manusia.
Dari situ dapat diketahui bahwa ilmu sosial merupakan ilmu yang
ersifat banyak (plural). Sebab, ilmu sosial berjalan dalam pembahasan
relasi atas manusia, dan pada dasarnya, manusia bersifat kompleks,
berbeda satu sama lain. Setiap pribadi memiliki modelnya masing-
masing, oleh karena itu, ilmu sosial pun bersifat banyak atau plural.
Setelah mengetahui objek dari ilmu sosial, dapat ditarik kesimpulan
bahwa ilmu s0sial merupakan ilmu yang berada dalam struktur-
struktur, dan mengambil bagian yang menentukan proses alam
(imanen). Ilmu sosia bukan lah sessuatu yang berada jauh di atas hal-
hal yang terdapat dalam pengalaman (transenden), seperti halnya
Tuhan.
Dalam buku filsafat komunikasi tulisan Dr. phil. Astrid S. Susanto, 1976.
disebutkan, bahwa ilmu sosial bergerak dalam bidang mencari
kebenaran ataupun pembentukan pikiran-pikiran yang dianggap benar
dalam masyarakat. Sehingga dapat dilihat bahwa ilmu sosial berada
dalam ruang lingkup rohani atau tidak nampak.
Tapi pada dasarnya, Dalam kajian epistimologi, terdapat tiga hal yang
menjadi acuan, yakni tentang asal muasal sebuah pengetahuan
tersebut atau sumber pengetahuan, metode yang digunakan dalam
menemukan pengetahuan, dan menguji validitas atau menguji
pengetahuan tersebut.
Aksiologi secara etimologis berasal dari kata axios yang berarti nilai
dan logos yang berarti ilmu atau teori. Jadi aksiologi dapat diartikan
sebagai ilmu atau teori yang mempelajari hakikat nilai. Landasan
aksiologis yang dimaksud adalah pandangan tentang nilai yang
mendasari asumsi asumsi ilmu sosial.
Polemic yang berkepanjangan yang menandai perkembangan ilmu-
ilmu sosial adalah berkaitan dengan klaim bebas dan tidak bebas nilai
dalam ilmu- ilmu sosial. Bebas nilai artinya ilmu sosial harus mengacu
pada ilmu-ilmu alam yang berusaha menangkap hukum- hukum alam
yang objektif yang tidak tercemari oleh kepentingan kepentingan
manusiawi. Ilmu sosial hendaknya mencari hokum-hukum
sebagaimana dalam ilmu alam yang dapat diterapkan oleh siapa saja,
dimana saja,dan kapan saja secara objektif. Kemudian pandangan
bahwa ilmu sosial tidak bebas nilai atau tidak dapat dilepaskan dari
nilai karena ilmu sosial tumbuh dan berkembang dalam masyarakat,
yang mau tidak mau terkait dengan nilai.
Jadi, pada dasarnya etos ilmu sosial adalah mencari kebenaran objektif
atau mencari realism, yaitu suatu istilah yang salah satu artinya
menunjuk pada suatu pandangan objektif tentang realitas.
E. Kesimpulan
Dalam tataran nilai, pada dasarnya ilmu sosial sama dengan ilmu yang
lain. Yakni pengabdian kepada masyarakat. Perbedaannya hanya pada
bidang geraknya, ilmu sosial bergerak dalam bidang mencari
kebenaran a priori ataupun pembentukan pikiran-pikiran yang
dianggap benar di masyarakat.
Daftar pustaka