Anda di halaman 1dari 19

PERAN MANAJEMEN DALAM PEMBELAJARAN SAINS

D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

SAIMA PUTRINI R. HARAHAP


4103321043

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2014

1. Manajemen
Secara umum aktivitas manajemen ada dalam organisasi yang diarahkan untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efisien. George R. Terry (1973:134)
menjelaskan manajemen adalah kemampuan mengarahkan dan mencapai hasil yang
diinginkan dengan tujuan dari usaha-usaha manusia dan sumber daya lainnya. Hersey dan
Blanchard (1988:156) mengemukakan bahwa manajemen sebagai proses bekerja sama antara
individu dan kelompok serta sumber daya lainnya dalam mencapai tujuan organisasi adalah
sebagai aktivitas manajemen. Dengan kata lain, aktivitas manajerial hanya ditemukan dalam
wadah sebuah organisasi, baik organisasi bisnis, pemerintahan, sekolah, industri, rumah sakit
dan lain-lain.
Proses di sini menghadirkan berbagai fungsi dan aktivitas yang dilaksanakan oleh
manajer dan anggota atau bawahannya dalam suatu organisasi. Dapat ditarik kesimpulan
bahwa manajemen merupakan proses memperoleh suatu tindakan dari orang lain untuk
mencapai tujuan yang diinginkan. Aktivitas manajerial itu dilakukan oleh para manajer
sehingga dapat mendorong sumber daya personil bekerja memanfaatkan sumber daya lainnya
sehingga tujuan organisai yang disepakati bersama dapat tercapai. Sejalan dengan pendapat di
atas Mondy & Premeaux (1995:234) mengemukakan bahwa proses manajemen dilakukan
para manajer di dalam suatu organisasi, dengan cara-cara atau aktivitas tertentu mereka
mempengaruhi para personil atau anggota organisasi, pegawai, karyawan atau buruh agar
mereka bekerja sesuai prosedur, pembagian kerja, dan tanggung jawab yang diawasi untuk
mencapai tujuan bersama.
Dalam perspektif lebih luas, manajemen adalah suatu proses pengaturan dan
pemanfaatan sumber daya yang dimiliki organisasi melalui kerjasama para anggota untuk
mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien. Berarti manajemen merupakan perilaku
anggota dalam suatu organisasi untuk mencapai tujuannya. Dengan kata lain, organisasi
adalah wadah bagi operasionalisasi manajemen. Karena itu di dalamnya ada sejumlah unsur
pokok yang membentuk kegiatan manajemen, yaitu : unsur manusia (men), barang-barang
(materials), mesin (machines), metode (methods), uang (money) dan pasar atau (market).
Keenam unsur ini memiliki fungsi masing-masing dan saling berinteraksi atau
mempengaruhi dalam mencapai tujuan organisasi terutama proses pencapaian tujuan secara
efektif dan efesien. Clayton Reeser (1973:173) berpendapat bahwa manajemen ialah
pemanfaatan sumber daya fisik dan manusia melalui usaha yang terkoordinasi dan

diselesaikan dengan mengerjakan fungsi perencanaan, pengorganisasian, penyusunan staf,


pengarahan dan pengawasan.
Manajemen yang dilaksanakan di sekolah adalah manajemen sekolah. Dalam hal ini,
manajemen sekolah ialah mengatur agar seluruh potensi sekolah berfungsi secara optimal
dalam mendukung tercapainya tujuan sekolah (Tim Depdiknas, 1999:25). Sebagai
penanggung jawab umum atau top leade rmaka kepala sekolah menjadi orang yang mengatur
agar

guru-guru

dan

staf

lain

bekerja

secara

optimal

dengan

mendayagunakan

sarana/prasarana yang dimiliki serta potensi masyarakat demi mendukung ketercapaian


tujuan sekolah.
Aktivitas manajemen mencakup spektrum yang sangat luas, sebab dimulai dari
bagaimana menentukan arah organisasi di masa depan, menciptakan kegiatan-kegiatan
organisasi, mendorong terbinannya kerjasama antara sesama anggota organisasi, serta
mengawasi kegiatan dalam mencapai tujuan.
2. Manajemen dalam Pembelajaran
Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan adalah salah satu fungsi awal dari aktivitas manajemen dalam mencapai tujuan
secara efektif dan efisien. Menurut Anderson (1989:47), perencanaan adalah pandangan masa
depan dan menciptakan kerangka kerja untuk mengarahkan tindakan seseorang dimasa
depan. Yang dimaksud dengan perencanaan pembelajaran menurut Davis (1996) adalah
pekerjaan yang dilakukan oleh seorang guru untuk merumuskan tujuan mengajar.
Dalam kedudukannya sebagai seorang manajer, guru melakukan perencanaan pembelajaran
yang mencakup usaha untuk :
1. Menganilisis tugas.
2. Mengidentifikasi kebutuhan pelatihan atau belajar.
3. Menulis tujuan belajar.

Model Perencanaan Pengajaran


Suatu model perencanaan pengajaran sistematik, mengandung beberapa langkah, yaitu :
-

Identifikasi Tugas-tugas.

Analisis Tugas.

Penetapan Kemampuan.

Spesifikasi Pengetahuan, Keterampilan dan Sikap.

Identifikasi Kebutuhan Pendidikan dan Latihan.

Perumusan Tujuan.

Kriteria Keberhasilan Program.

Organisasi Sumber-sumber Belajar.

Pemilihan Strategi Pengajaran.

Uji Lapangan Program.

Pengukuran Realibitas Program.

Perbaikan dan Penyesuaian.

Pelaksanaan Program.

Monitoring Program.

Sebagai suatu model perencanaan pengajaran, Prosedur Pengembangan Sistem Intruksional


Khusus (PSSI) memiliki langkah-langkah sebagai berikut, yaitu :

Perumusan Tujuan Pengajaran.

Pengembangan Alat Penilaian.

Penetapan Pedoman Proses Kegiatan Belajar Siswa.

Penetapan Pedoman Kegiatan Guru.

Pedoman Pelaksanaan Program.

Program Perbaikan (revisi).

Tujuan Pengajaran

Dick dan Reiser (1989) mengemukakan bahwa Tujuan Pengajaran adalah pernyataan umum
dari apa yang akan dapat dilakukan pelajar sebagai hasil pengajaran yang dilakukan. Adapun
model pengajaran secara umum menurut Glasser (1968) sebagai berikut :
-

Instrucsional Objectives

Entering Behaviour

Intrucsional Producs

Performance Assesment

Setiap lembaga pendidikan nasional bermuara kepada pencapaian tujuan dan fungsi
pendidikan yang dinyatakan dalam pasal 3 UU Nomor 20 Tahun 2003:
Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta
peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mecerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan
untuk mengembangkan potensi serta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa
kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan
menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.
Tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan atau prilaku (performance)
murid-murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang disajikan
oleh guru.
Menurut pendapat Bloom (1956) bahwa tujuan pengajaran harus mengaju kepada tiga
dominan (kawasan pembinaan) untuk pengembangan pribadi anak, yaitu :

Kognitif,

Afektif, dan

Psikomotorik.

Urlich menjelaskan (1981:42) bahwa elemen dari tujuan pengajaran, adalah sebagai berikut :
1. Pernyataan tentang perilaku yang dapat diamati, atau penampilan dari pelajar.
2. Suatu perpaduan kondisi perilaku yang diinginkan terjadi.
3. Pengungkapan penampilan minimal yang dapat diterima dari para pelajar.

Menurut Hamalik (1989:5), proses pendidikan sebagai proses untuk mengubah tingkah laku
dan sikap sesuai dengan tujuan kognitif, afektif dan psikomotor merupakan komponen yang
paling dalam sistem pendidikan. Dalam garis besarnya proses itu terdiri dari tiga aspek
penting yaitu :

Tujuan pendidikan yang telah digariskan secara eksplisit dan implisit.

Pengalaman-pengalaman belajar didesain untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan.

Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh tujuan telah dicapai.

Menurut Kemp (1994) meskipun domain pembelajaran dibagi kepada tiga bagian, para guru
perlu menyadari bahwa ketiganya memiliki hubungan yang erat dalam konteks tujuan yang
akan dicapai.
Mengorganisir Sumber Daya Pembelajaran
Lebih jauh menurut Davis, proses pengorganisasian dalam pembelajaran meliputi empat
kegiatan, yaitu :
1. Memilih alat taktik yang tepat.
2. Memilih alat bantu belajar atau audio-visual yang tepat.
3. Memilih besarnya kelas (jumlah murid yang tepat).
4. Memilih strategi yang tepay untuk mengkomunikasikan peraturan-peraturan,
prosedur-prosedur serta pengajaran yang kompleks.
Ahmad Tafsir (1992:33) berpendapat bahwa metodologi pengajaran adalah pengetahuan yang
membicarakan berbagai metode mengajar yang dapat digunakan oleh guru dalam
menyelenggarakan kegiatan belajar-mengajar.
Dalam hal ini metode mengajar adalah :
1. Merupakan salah satu komponen dari proses pendidikan.
2. Merupakan alat mencapai tujuan yang didukung oleh alat-alat bantu mengajar.

3. Merupakan kebulatan dalam satu sistem pengajaran.


Dapat disimpulkan bahwa metode mengajar adalah taktik atau strategi yang digunakan oleh
guru dalam menyampaikan mata pelajaran kepada peserta didik.
Menurut Davis (1996) bahwa dalam memilih metode sangat tergantung pada sifat tugas,
tujuan pengajaran yang akan dicapai, kemampuan dan pengetahuan sebelumnya serta umur
murid.
Guru sebagai manajer dapat mengorganisasikan bahan pelajaran untuk disampaikan kepada
murid dengan beberapa metode, yaitu :
1. Metode Ceramah.
2. Metode Demontrasi.
3. Metode Diskusi.
4. Metode Tanya-Jawab.
5. Metode Driil atau Latihan Siap.
6. Metode Resitasi atau Pemberian Tugas Balajar.
Pengelolaan Kelas
Arikunto (1992) berpendapat bahwa pengelolaan kelas adalah suatu usaha yang dilakukan
oleh guru (penanggung-jawab) dalam membantu murid sehingga dicapai kondsi optimal
pelaksanaan kegiatan belajar mengajar seperti yang diharapkan.
Pengelolaan kelas berkaitan dengan dua kegiatan utama, yaitu :

Pengelolaan yang berkaitan dengan siswa.

Pengelolaan yang berkaitan dengan fisik (ruangan, perobot, alat pelajaran).

Adapun tujuan pengeloalaan kelas adalah agar setiap anak dikelas dapat bekerja dengan tertib
sehingga tercapai tujuan pengajaran secara efektif dan efisien. Pengelolaan kelas yang
berkaitan dengan siswa adalah mengenai besar atau kecilnya ukuran atau jumlah siswa dalam

satu kelas. Besarnya jumlah siswa dalam satu kelas diharapkan dapat memberikan dampak,
diantaranya :
1. Produktivitas kelompok maupun pengetahuan pribadi tentang hasil (tugas).
2. Perselisiihan kelompok, rasa harga diri individu (relasi antar anggota siswa).
Davis (1991) menyimpulkan bahwa efektivitas kelompok atau kelas dalam mencapai tujuan
belajar adalah produk dari orientasi tugas dan relasi.
Kepemimpinan dalam Pembelajaran
Kepemimpinan sebagi prilaku seorang pimpinan dalam mempengaruhi individu dan
kelompok orang dapat berlangsung dimana saja. Kepemimpinan dalam organisasi sekolah
adalah kepemimpinan pendidikan.
Menurut Sue dan Glover (2000) dalam konteks pembelajaran, peran guru adalah mendorong
murid untuk mengembangkan kapasitas pembelajaran, yang memungkinkan aktivitas
manajemen, struktur organisasi, sistem dan proses yang diperlukan untuk menangani kegiatan
mengajar dan peluang belajar para murid secara maksimal.
Dalam situasi pembelajaran diperlukan manajemen pembelajaran untuk semuayang terlibat
dalam memudahkan proses pembelajaran. Guru adalah motivator untuk mempengaruhi siswa
melakukan kegiatan belajar.
Oleh karena itu, guru sebagi pemimpin melakukan dua usaha utama, yaitu :
1. Memperkokoh Motivasi Siswa.
2. Memilih Strategi mengajar yang tepat.
Menurut Gordon (1997:23) hubungan antara guru dengan murid paling tidak ada beberapa
hal yang musti diperhatikan, yaitu :

Keterbukaan dan transparan.

Penuh perhatian.

Saling ketergantungan dari pihak yang satu dengan pihak yang lain.

Keterpisahan,

untuk

memungkikan

guru

dan

murid

menumbuhkan

dan

mengembangkan keunikan, kreativitas, dan individualis masing-masing.

Pemenuhan kebutuhan bersama.

Silberman (1997) berpendapat bahwa boleh dikatakan pembelajaran akan memikat hati siswa
manakala kepada mereka diperintahkan hal-hal sebagai berikut, antara lain :
1. Sampaikan informasi dalam bahasa mereka.
2. Berikan contoh tentang hal tersebut.
3. Memperkenalkannya dalam berbagai arahan dan keadaan.
4. Melihat hubungan antara lain informasi dan fakta atau gagasan lainnya.
5. Membuat kegunaannya dalam berbagai cara.
6. Memperhatikan bebrapa konsekuensi informasi tersebut.
7. Menyatakan perbedaan informasi itu dengan yang lainnya.
Pembelajaran efektif ialah mengajar sesuai prinsip, prosedur dan desain, sedangkan belajar
aktif yang dilakukan siswa dengan melibatkan seluruh seluruh unsur fisik dan psikis untuk
mengoptimalkan pengembangan potensi anak. Dijelaskan oleh Gordon (1997) ada beberapa
persyaratan mendengar aktif dalam kegiatan mengajar, yaitu :
- Guru harus mempunyai perasaan percaya yang dalam terhadap kemampuan murid untuk
memecahkan masalahnya sendiri.
- Guru harus dapat menerima dengan tulus perasaan-perasaan yang diungkapkan murid.
- Guru harus mengerti bahwa perasaan-perasaan seringkali berubah.
- Guru harus mempunyai keinginan membantu menyelesaikan masalah murid dan
menyediakan waktu untuk itu.
-

Guru harus dekat dengan setiap murid yang mengalami masalah tetapi juga harus dapat
menjaga identitasnya.

Guru harus mengerti bahwamurid jarang dapat memulai berbagai masalah yang
sebenarnya.

Guru harus menghormati kerahasiaannya apa yang dialami oleh murid dalam
kehidupannya.

Menurut Sriyono, dkk (1992) dilihat dari segi hubungan guru dengan murid dalam konteks
kepemimpinannya, ada beberapa gaya kepemimpinan guru, yaitu :

Guru yang Otoriter.

Guru yang memberikan Kebebasan.

Guru yang Demokratis.

Memperkuat Motivasi Siswa


Persoalan motivasi bukan hanya kajian dalam psikologi, tetapi juga berkaitan dengan
manajemen dan pembelajaran. Motivasi adalah keinginan untuk melakukan sesuatu tindakan.
Menurut Davis (1996) kegiatan motivasi ialah Kekuatan yang tersembunyi didalam diri dan
mendorong seseorang berkelakuan dan bertindak dengan cara yang khusus. Menurut
Mitchell (Sue dan Glover, 2000) berpendapat bahwa motivasi adalah sebagai suatu tingkatan
kejiwaan berkaitan dengan keinginan individu dan pilihan untuk melakukan prilaku tertentu.
Robins (1984) mengemukakan tingkatan kebutuhan sebagai dasar motivasi sesuai dengan
pendapat Maslow, yaitu :

Kebutuhan Psikologis,
Mencakup : Lapar, Haus, dan Dorongan Seksual.

Kebutuhan Rasa Aman,


Mencakup : Keamanan dan Perlindungan Fisik dan Emosi.

Kebutuhan Sosial,

Mencakup : Kepemilikan, Penerimaan, dan Persahabatan.

Kebutuhan Harga Diri,


Mencakup : (Faktor Internal) Harga Diri, Otonomi, dan Prestasi.
(Faktor Eksternal) Status, Pengakuan, dan Perhatian.

Kebutuhan Aktulisasi Diri,


Mencakup : Pertumbuhan, Pencapaian Potensi Individu.

Evaluasi Pembelajaran
Dalam konteks manajemen pembelajaran, kontrol (pengawasan) adalah suatu pekerjaan yang
dilakukan seorang guru untuk menentukan apakah fungsi organisasi serta pimpinananya telah
dilaksanakan dengan baik mencapai tujuan-tjuan yang ditentukan.
Johnson, dkk (1978) mengutip pendapat Henri Fayol (1949), Mokler (1970), dan Wiener
(1950), yang memberikan dasar teori kontrol lebih awal mengenai konsep ilmu tentang
kontrol diatas sistem yang kompleks, informasi dan komunikasi.
Jonhson (1978:74) menyimpulkan kontrol sebagai fungsi dari sistem yang memberikan
penyesuaian dalam mengarahkan kepada rencana, pemeliharaan dari variasi-variasi dari
sasaran sistem didalam batasan-batasan yang diperbolehkan.
Ditegaskan oleh Kemp (1993:157) bahwa, tidak ada perbaikan dalam proses pembelajaran
tanpa lebih dahulu melakukan evaluasi yang baik terhadap proses pembelajaran itu sendiri.
Hamalik (1990), karena tugas seorang perancang sistem dalam konteks pembelajaran adalah
mengorganisir orang-orang, material dan prosedur-prosedur agar siswa belajar secara efisien.
Menurut Dimyati dan Mudjono (1999:190) evaluasi mencakup evaluasi belajar dan evaluasi
pembelajaran.
Reigeluth (1993:9) bahwa evaluasi pengajaran adalah berkaitan dengan pemahaman,
peningkatan dan pelaksanaan metode sebagai penilaian terhadap efektifitas dan efisiensi dari
semua aktifitas.
Pendapat Hamalik (1990:259) evaluasi adalah suatu proses berkelanjutan tentang
pengumpulan dan penafsiran informasi untuk menilai (assess) keputusan-keputusan yang
dibuat dalam merancang suatu sistem pengajaran.
Oleh karena itu, Hamalik memberikan tiga implikasi, yaitu :
1. Evaluasi adalah proses yang terus-menerus bukan hanya pada akhir pengajaran, akan
tetapi dimulai sebelum dilaksanakannya pengajaran sampai dengan berakhirnya
pengajaran.

2. Proses evaluasi senantiasa diarahkan kepada tujuan tertentu, yaitu untuk mendapatkan
jawaban-jawaban tentang bagaimana memperbaiki pengajaran.
3. Evaluasi menuntut pengguanaan alat-alat ukur yang akurat dan bermakna untuk
mengumpulkan informasi yang dibutuhkan guna membuat keputusan.
Tujuan dan Fungsi Evaluasi Pengajaran
Tujuan utama evaluasi adalah untuk mengetahui tingkat keberhasilan yang dicapai oleh siswa
setelah mengikuti suatu kegiatan pembelajaran dimana tingkat keberhasilan tersebut
kemudian ditandai dengan skala nilai berupa huruf atau kata atau simbol.
Hasil evaluasi belajar dapat difungsikan dan ditujukan untuk keperluan berikut :

Untuk Diagnostik dan Pengembangan,

Untuk Seleksi,

Untuk Kenaikan Kelas, dan

Untuk Penempatan.

Menurut Kemp dkk, bahwa tujuan utama evaluasi adalah untuk menentukan kemajuan siswa
dalam belajar.
Davis (1991:294) mengemukakan beberapa manfaat dari evaluasi belajar, yaitu :
1. Mengukur kopetensi atau kapabilitas siswa apakah mereka telah merealisasikan
tujuan yang telah yang ditentukan.
2. Mentukan tujuan mana yang belum direalisasikan sehingga tindakan perbaikan yang
cocok dapat diadakan.
3. Merumuskan ranking siswa dalam hal kesuksesan mereka mencapai tujuan yang telah
disepakati.
4. Memeberikan informasi kepada guru tentang cocok tidaknya strategi mengajar yang
ia gunakan, supaya kelebihan dan kekurangan strategi mengajar tersebut dapat
ditentukan.

5. Merencanakan prosedur untuk memperbaiki rencana pelajaran, dan menentukan


apakah sumber belajar tambahan perlu diberikan.
Menurut Seels dan Rechey (1994) penilaian formatif berkaitan dengan pengumpulan
informasi tentang kecukupan dan penggunaan informasi ini sebagai dasar pengembangannya
sebelumnya.
Jenis-jenis Evaluasi adalah sebagai berikut :

Evaluasi formatif adalah yang berfungsi untuk memperbaiki proses belajar mengajar.

Evaluasi sumatif adalah evaluasi untuk menentukan angka kemajuan hasil belajar
siswa.

Insrumen evaluasi hasil belajar disebut juga teknik tes atau teknik non tes. Evaluasi
menempati posisi yang sangat strategis dalam proses belajar mengajar (PBM). Kedudukan
evaluasi hampir sama dengan tujuan dan memiliki hubungan yang erat dalam sistem
pengjaran.
Menurut Hamalik (1989:5), bahwa proses pendidikan sebagai proses untuk merubah tingkah
laku dan sikap sesuai dengan tujuan kognitif, afektif, dan psikomotor, dalam garis besarnya ,
proses itu terdiri dari tiga aspek penting, yaitu :
-

Tujuan pendidikan yang telah digariskan secara eksplisit dan implisit,

Pengalaman-pengalaman belajar didesain untuk mencapai tujuan-tujuan pendidikan,

Evaluasi yang dilakukan untuk menentukan seberapa jauh tujuan telah dicapai.

Peningkatan Mutu dalam Pembelajaran


Spanbauer dalam Hubbard, ed ((1993:394) menjelaskan sekolah-sekolah yang berhasil, telah
menerapkan dua strategi utama, yaitu :
1. Mengunakan pendekatan sistem yang melakukan peninjauan ulang secara lebih cepat
terhadap proses yang berhubungan langsung dengan pelajar.
2. Hal yang paling penting dan langsung berdampak positif adalah terlibatnya guru-guru
secara aktif dalam pembuatan keputusan dan manajemen sekolah.
Spanbauer (1993) mengemukakan komponen-komponen dari model implementasi Total
Quality Management (TQM) dalam pendidikan sebagai berikut :

Kepemimpinan.

Pendekatan Fokus Terhadap Pelanggan.

Iklim Organisasi.

Tim Pemecah Masalah.

Tersedia Data yang Bermakna.

Metode Ilmiah dan Alat-alat.

Pendidikan dan Pelatiahan.

Untuk mencapai keberhasilan pembelajaran unggul, maka harus diperhatikan faktor-faktor


sebagai berikut :
1. Guru,
2. Siswa,
3. Metode Mengajar,
4. Manajemen Pembelajaran,
5. Psikologi Pembelajaran,
6. Lingkungan Belajar,
7. Sarana, Prasarana, Media, Laboratorium, dan
8. Dana.
3. Fungsi Manajemen Dalam Pembelajaran
a.Perencanaan
Dalam rangka mencapai tujuan organisasi secara efektif dan efesien, aktivitas
Manajemen pertama yang harus difungsikan sepenuhnya pada setiap organisasi adalah
kegiatan perencanaan. Perencanaan merupakan tindakan awal dalam aktivitas manajerial
pada setiap organisasi. Karena itu, perencanaan akan menentukan adanya perbedaan kinerja
(perforemance) satu organisasi dengan organisasi lain dalam pelaksanaan rencana untuk

mencapai tujuan. Mondy & Premeaux (1995:138) menjelaskan bahwa perencanaan


merupakan proses menentukan apa yang seharusnya dicapai dan bagaimana mewujudkannya
dalam kenyataan. Berarti di dalam perencanaan akan ditentukan apa yang akan dicapai
dengan membuat rencana dan cara-cara melakukan rencana untuk mencapai tujuan yang
ditetapkan para manajer di setiap level manajemen. Selanjutnya Terry (1973:192)
mengemukakan bahwa terdapat tiga unsur pokok dalam kegiatan perencanaan yaitu : (1)
pengumpulan data, (2) analisis fakta dan, (3) penyusunan rencana yang konkrit. Dalam
perencanaan ada tujuan khusus.
Tujuan tersebut secara khusus sunguh-sungguh dituliskan dan dan dapat diperoleh semua
anggota organisasi. Dan perencanaan mencakup periode tahun tertentu. Jelasnya, ada
tindakan program khusus untuk mencapai tujuan ini, karena manajemen memiliki kejelasan
pengertian sebagai bagian yang mereka inginkan.
Elemen perencanaan menurut Johnson, dkk (1973:50) yang mesti dipenuhi para manajer
dalam pekerjaannya, yaitu:
(1). Sasaran,
(2) Tindakan-Tindakan,
(3) Sumberdaya,
(4) Implementasi
(5) Misi, dan
(6) Sasaran.
Sasaran menurut Siagian (1985:34) seharusnya memiliki empat karakteristik dasar,
yaitu : (1) sasaran harus diyatakan dalam tulisan, (2) sasaran harus terukur, (3) sasaran harus
spesifik sebagai suatu yang memerlukan alokasi waktu, dan (4) sasaran harus menantang
tetapi dapat dicapai. Akhirnya sasaran yang terlalu mudah mencapainya memberikan
kepuasan yang sedikit bila dicapai. Sementara di lain pihak, sasaran yang tidak tercapai
adalah lebih membuat pekerjaan frustasi dari pada mendorong mereka. Karena itu, sasaran
harus menantang tetapi dapat dicapai. Sasaran dikembangkan pada setiap level manajemen.
b.Pengorganisasian
Pengorganisasian merupakan fungsi manajemen yang kedua dan merupakan langkah
strategis

untuk

mewujudkan

suatu

rencana

organisasi.

Menurut

Winadi

(1990)

pengorganisasian ialah suatu proses di mana pekerjaan yang ada dibagi dalam komponen-

komponen yang dapat ditangani dan aktivitas-aktivitas mengkoordinasikan hasil yang dicapai
untuk mencapai tujuan tertentu.
Sejalan dengan pendapat di atas ,Terry (1973) menjelaskan bahwa pengorganisasian
merupakan usaha penciptaan hubungan tugas yang jelas antara personalia, sehingga dengan
demikian setiap orang dapat bekerja bersama-sama dalam kondisi yang baik untuk mencapai
tujuan-tujuan organisasi. Pengorganisasian yang dilaksanakan para manajer secara efektif,
akan dapat:
(1) menjelaskan siapa yang akan melakukan apa
(2) menjelaskan siapa memimpin siapa
(3) menjelaskan saluran-saluran komunikasi
(4) memusatkan sumber-sumber data terhadap sasaran-sasaran (Winardi, 1990).
c. Pengawasan
Sebagai salah satu fungsi manajemen, pengawasan merupakan tindakan terakhir yang
dilakukan para manajer pada suatu organisasi. Siagian (1985) berpendapat bahwa
pengawasan (controlling) merupakan proses pengamatan atau pemantauan terhadap
pelaksanaan kegiatan organisasi untuk menjamin agar supaya semua pekerjaan yang sedang
dilakukan berjalan sesuai dengan rencana yang telah ditentukan sebelumnya.
Dengan pengawasan diharapkan penyimpangan dalam berbagai hal dapat dihindari
sehingga tujuan dapat tercapai. Apa yang direncanakan dijalankan dengan benar sesuai hasil
musyawarah dan pendayagunaan sumber daya material akan mendukung terwujudnya tujuan
organisasi. Robins (1984) menjelaskan bahwa pengawasan dimaknai sebagai segala aktivitas
untuk menjamin pencapaian tujuan sebagaimana direncakan dan pemeriksaan terhadap
adanya penyimpangan menjadi hakekat pengawasan. Pengawasan ini dapat dilakukan secara
langsung (direct control) maupun pengawasan tidak langsung (indirect control).
Proses pengawasan yang akan menjamin standar bagi pencapaian tujuan.
Sebagaimana dijelaskan oleh Terry (1973) bahwa pengawasan merupakan usaha yang
sistematis dalam menentukan apa yang telah dicapai yang mengarah kepada penilaian kinerja
dan pentingnya mengkoreksi atau mengukur kinerja yang didasarkan pada rencana-rencana
yang ditetapkan sebelumnya.
Siagian (1985) berpendapat bahwa sasaran pengawasan adalah untuk mencajim hal-hal
berikut:

(1) kebijakan dan strategi yang telah ditetapkan terselanggara sesuai dengan jiwa dan
semangat kebijaksanaan dan strategi dimaksud,
(2) anggaran yang tersedia dipergunakan untuk melakukan kegiatan tersebut secara efisien
dan efektif,
(3) para anggota organisasi berorientasi kepada berlangsungnya hidup dan kemajuan
organisasi sebagai keseluruhan dan bukan kepada kepentingan individu yang
sesungguhnya ditempatkan di bawah kepentingan organisasi,
(4) penyediaan dan pemanfaatan sarana dan prasarana kerja sehingga memperoleh manfaat,
(5) standar mutu hasil pekerjaan terpenuhi semaksimal mungkin, dan
6) Prosedur kerja ditaati oleh semua pihak.
d. Penilaian
Menurut Sutisna (1985), penilaian adalah unsur yang sangat penting dari keseluruhan
proses manajemen, karena penilaian berkaitan dengan usaha meningkatkan efektifitas dan
efisiensi organisasi dalam mencapai tujuannya. Selanjutnya Wiles &Bondi (1986),
mengemukakan bahwa tujuan umum penilaian adalah untuk :
(1) mengetahui secara eksplisit dan rasional suatu program pengajaran sebagai dasar
penetapan efektivitas suatu penilaian dan jenis data yang dibutuhkan,
(2) mengumpulkan data berdasarkan kebutuhan,
(3) menganalisis data dan membuat kesimpulan sementara,
(4) membuat keputusan berdasarkan hasil analisis data, dan
(5) mengimplementasikan keputusan untuk perbaikan program organisasi.
Hal terpenting yang hendaknya menjadi perhatian dalam proses penilaian yang akan
dilakukan oleh kepala sekolah hendaknya memperhatikan objek yang akan dinilai, kriteria
yang dipakai, data-data yang dibutuhkan, serta interpretasi yang digunakan sebagai acuan.
Disamping itu seorang pimpinan juga sebagai penanggung jawab keberhasilan organisasi,
hendaknya melakukan fungsi ini secara terprogram dan berkelanjutan, sehingga melalui
kegiatan penilaian ini akan diperoleh fakta-fakta rintangan dan kendala yang dihadapi
organisasi dalam mencapai tujuan.

Daftar Pustaka

Bagong. 2013. http://amebagong.blogspot.com/2013/10/manajemen-sistem-pembelajaran.


Diakses pada tanggal 23 Mei 2014.
Falkhi. 2013. http://www.falkhi.com/2013/08/peran-pengawas-dalam-penerapan. Diakses
pada tanggal 26 Mei 2014.
Hamdani. 2011. Strategi Belajar Mengajar. Bandung : Pustaka Setia.
Hendrawati, Sri. 2012. http://srihendrawati.blogspot.com/2012/02/fungsi-manajemensekolah. Diakses pada tanggal 23 Mei 2014.
Prayitno, Edi. 2012. http://edyeducationalist.blogspot.com/2012/03/perencanaan-pengajaran.
Diakses pada tanggal 23 Mei 2014.
Rudi, Muhammad. 2012. http://muhammadrudi.wordpress.com/peran-manajer-di-lembagapendidikan/. Diakses pada tanggal 26 Mei 2014.
Safinatunnajah. 2010. http://imbang88.wordpress.com/2010/04/01/fungsi-fungsi-manajemenpembelajaran-dalam-penerapan-pembelajaran-pendidikan-luar-sekolah. Diakses pada
tanggal 23 Mei 2014.
Sanjaya, Wina. 2011. Strategi Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan.
Jakarta: Kencana Prenada Media.
Syafaruddin. 2002. Manajemen Mutu Terpadu Dalam Pendidikan. Jakarta : Grasindo.
Syahrum. 2010. http://digilib.unimed.ac.id/public/UNIMED-Article-23729-Indawati.pdf.
Diakses pada tanggal 26 Mei 2014.

Anda mungkin juga menyukai