Anda di halaman 1dari 18

1

BAB I
PENDAHULUAN

1.1

Latar Belakang Masalah.


Bangunan memainkan peranan penting dalam kehidupan masyarakat dan

sering kali mempengaruhi suasana hidup bagi setiap individu. Agar hal tersebut
tidak menjadi masalah dan tidak terjadi kesalahan, maka penulis melaksanakan
praktek ini guna mencari solusi atas kesalahan-kesalahan yang terjadi di lapangan.
1.2

Rumusan Masalah.
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan diatas, maka

yang akan diteliti ialah bagaimana cara menghindari terjadinya korusi pada besi
dan kesalahan-kesalahan apa yang terjadi sehingga terjadinya keretakan pada
beton, sehingga masalah-masalah tersebut berjalan sesuai dengan sebagaimana
mestinya.
1.3

Ruang lingkup masalah.


Berdasarkan latar belakang masalah dan rumusan masalah, maka tujuan

penulis melakukan praktek ialah :


1.

Agar

korusi

pada

besi

dapat

dihindari,

sehingga

tidak

mempengaruhi kekuatan dari beton.


2.

Untuk menghindari gelembung-gelembung udara pada beton yang


mempengaruhi kekuatan beton tersebut.

3.
1.4

Mencari penyebab terjadinya keretakan pada beton.

Kegunaan Praktek.
Kegunaan praktek ini sangatlah banyak. Diantaranya bagi para mahasiswa

yaitu memperoleh ilmu pengatahuan dan dapat menerapkannya dilapangan.


Sedangkan bagi masyarakat yaitu dapat mempergunakan bangunan dengan tanpa
rasa was-was akan terjadinya kerusakan yang fatal.

BAB II
DASAT TEORI

2.1 BETON
2.1.1

Pengertian Beton.

Betonadalah material yang kuat dalam kondisi tekan, tetapi lemah dalam
kondisi tarik, kuat tariknya bervariasi dari 8 sampai 14 persen dari kuat
tekannnya. Karena rendahnya kapasitas tarik tersebut, maka retak lentur terjadi
pada taraf pembebanan yang masih rendah. Untuk mengurangi atau mencegah
berkembangnya retak tersebut, maka dipasang tulangan.
Beton adalah bahan yang diperoleh dengan mencampurkan agregrat halus,
agregrat kasar, semen potrland, air, dan udara dengan komposisi sebagai berikut :

2.1.2

Semen Potrland

: 15 %

Agregrat kasar dan halus

: 74 %

Air

:8%

Udara

:3%

Klasifikasi Jenis Beton


1. Beton ringan (1200 2000 Kg/m3)
Beton biasa ditambah dengan agregrat tambahn sperti :
Perlit
Terak halus
Batu apung
Sabak
Vermikulit
Skali
2. Beton Kerikil (2300 2400 Kg/m3)
Beton biasa dengan bahan tambahan seperti :

Pasir
Kerikil
Pecahan batu
3. Beton Berat (2500 Kg/m3)
Beton berat dengan bahan tambahan seperti:
Batuan berat.
Bijih besi.
Buangan logam.
4. Beton bertulang yaitu beton yang mengandung batang tulangan dan
rencana berdasarkan anggapan bahwa kedua bahan tersebut bekerja
sama memikul gaya-gaya.
5. Beton tak bertulang yaitu beton yang tidak mengandung batang
tulangan.
6. Beton prategang yaitu beton bertulang dimana didalamnya telah
ditimbulkan tegangan-tegangan intern dengan nilai dan pembagian
yang sedemikian rupa sehingga tegangan-tegangan akibat beban luar
dapat dinetralakan sampai suatu taraf yang diinginkan.
7. Betok pracetak yaitu bagian-bagian beton bertulang atau tak bertulang
yang dicetak dalam kedudukan akhirnya didalam kontruksi.

2.1.3

Bahan-bahan Beton
1. Semen Portland atau PC, sebagai bahan pengikat.
Semen mempersatukan pasir, koral, air menjadi satu kesatuan. Yang
kita kenal dengan nama semen sebenarnya adalah Porland Cemen
(PC).
2. Agregrat halus memenuhi syarat-syarat sebagai berikut :
Agregrat halus terdiri dari butir-butir yang tajam dan kasar, disamping
itu juga harus bersifat kekal artinya tidak pecah atau hancur oleh
pengaruh-pengaruh cuaca seperti terik matahari.
Agregrat halus tidak boleh mengandung Lumpur lebih dari 5 %.

3. Agregrat kasar harus memenuhi criteria sebagai berikut.


Agregrat kasar untuk beton dapat berupa kerikil atau berupa batu
pecah yang diperoleh dari pemecahan batu pada umumnya agregrat
kasar berdiameter butiran lebih dari 5 mm.
Agregrat kasar harus terdiri dari butir-butir yang keras dan tidak
berpori. Butir agregrat kasar harus bersifat kekal artinya tidak pecah
atau hancur oleh pengaruh-pengaruh cuaca sperti terik matahari dan
hujan.
Agregrat kasar tidaik boleh mengandung zat-zat reaktif alkali.
Besar butir5an agregrat maksimum tidak boleh lebih dari 1/5 jarak
terkecil antara bidang-bidang samping dari cetakan, 1/3 dari tebal pelat
atau dari jarak bersih minimum diantara batang-batang atau berkasberkas tulangan.
4. Air harus memenuhi syarat-syarat yang harus digunakan dlam
pembuatan beton sebagai berikut :
Air untuk membuat dn perawata tidak boleh mengandung minyak,
asam alkali, garam-garam bahan-bahan lain yang merusak beton atau
baja tulangan dalam hal ini sebaiknya digunakan air bersihh yang
dapat diminum.
Jumlah air dapat dipakai untuk membuat adukan beton dapat
ditentukan dengan ukuran isi atau ukuran berat dan harus dilakukan
setepat-tepatnya.
5. Baja batang tulang
Mutu batang tulangan.

U-22

Baja lunak

Teg. Leleh karakteristik yang memberikan


Reg. tetap 0,2 % ( Kg/cm2)
2200

U-24

Baja lunak

2400

U-32

Baja sedang

3200

U-39

Baja keras

3900

U-48

Baja keras

4800

Mutu

Sebutan

Kawat pengikat harus terbuat dari baja lunak dengan diameter


minimum 1 mm yang telah diijrkan terlebih dahulu dan itdak bersepuh
seng.
6. Bahan Pembantu.
Contoh bahan pembantu antara lain :
Water

redukcer

digunakan

untuk

memperbaikai

workability,

mempertinggi kuat tekan dan menstabilkan keawetan.


Accelator digunakan mempercepat proses hidrasi semen.
Retarder digunakan memperlambat proses hidrasi semen, perlambatan
berlangsung 1-3 jam.
Air entraining agent digunakan mengontrol kadar udara dalam beton,
menambah keawetan beton mencegah terjadinya segresi dan bleeding
serta menambah kerapatan air.

2.1.4

Beton yang baik dan Parameter kualitas beton

Karakteristik beton yang baik


a. Kepadatan
Sepadat mungkin terisi oleh agregat dan pasta semen.
b. Kekuatan
Beton harus mempunyai kekuatan dan daya tahan internal terhadap
berbagai jenis kegagalan.
c. Faktor Air Semen
Faktor air harus terkontrol sehingga memenuhi persyaratan kekuatan beton
yang direncanakan.
d. Tekstur
Permukaan beton ekspos harus mempunyai kerapatan dan kekerasan
tekstur yang tahan segala cuaca.

Parameter-parameter yang mempengaruhi kualitas beton


1. Kualitas semen
2. Proporsi semen terhadap air dalam campurannya
3. Kekuatan dan kebersihan agregat

4.
5.
6.
7.

Interaksi atau adesi antara pasta semen dan agrerat


Pencampuran yang cukup dari bahan-bahan pembentuk beton
Penempatan yang benar, penyelesaian dan kompaksi beton segar
Perawatan pada temperature yang tidak lebih rendah dari 50 F pada saat,
beton hendak mencapai kekuataannya

2.1.5

Kinerja Beton
Tiga kinerja yang dibutuhkan dalam pembuatan beton adalah (STP
169C,Concrete and concrete- making materials):

1. Memenuhi

kriteria

konstruksi

yaitu

dapat

dengan

mudah

dikerjakan dan dibentuk serta mempunyai nilai ekonomis.


2. Kekuatan tekan dan
3. Durabilitas atau keawetan.
Kekuatan tekan merupakan salah satu kinerja utama beton. Kekuatan
tekan adalah kemampuan beton untuk menerima gaya gaya tekanan persatuan
luas. Kuat tekan beton mengidentifikasikan mutu dari sebuah struktur. Semakin
tinggi

tingkat

kekuatan

struktur yang

dikehendaki,

semakin

tinggi pula

mutu beton yang dihasilkan. Walaupun dalam beton terdapat tegangan tarik yang
kecil, diasumsikan bahwa semua tegangan tekan didukung oleh beton tersebut.
Penentuan kekuatan tekan dapat dilakukan dengan menggunakan alat uji tekan
dan benda uji berbentuk silinder dengan prosedur uji ASTM C-30 atau kubus
dengan prosedur BS-1881 pada umur 28 hari.
Pengerjaan

beton

merupakan

salah

satu kinerja utama

yang

dibutuhkan.Walaupun suatu struktur beton dirancang agar mempunyai kuat tekan


yang tinggi, tetapi jika rancangan tersebut tidak tidak dapat diimplementasikan di
lapangan

karena

sulit

untuk

dikerjakan

tersebut menjadi percuma. Kemajuan teknologi


untuk

mengatasi

hal ini,

memperbaiki kinerja.

maka

rancangan

membawa dampak yang

yaitu dengan penggunaan

bahan

tambah

nyata
untuk

2.1.6

Perancangan campuran beton


Campuran beton merupakan perpaduan dari komposit material penyusunn

ya. Karekteristik dan sifat bahan akan mempegaruhi hasil rancangan. Perancangan
campuran beton dimaksudkan untuk menetahui komposisi atau proporsi bahanbahan penyusun beton. Proporsi campuran dari bahan bahan penyusun beton ini
ditentukan melalui sebuah perancangan beton (mix design).
Hal ini dilakukan agar proporsi campuran dapat memenuhi syarat teknis
serta ekonomis. Kriteria dasar perancangan beton, antara lain:
1. Kekuatan tekan dan hubungannya dengan faktor air semen yang
digunakan.
2. Kemudahan pengerjaan.
3. Pemilihan agregat yang akan digunakan.
Langkah Perancangan
1. Hitung kuat tekan rata-rata beton.
2. Tetapkan nilai slump, dan butir maksimum agregat.
3. Tetapkan jumlah air yang dibutuhkan berdasarkan ukuran

maksimum

agregat dan nilai slump.


4. Tetapkan nilai Faktor Air Semen.
5. Hitung semen yang diperlukan.
6. Tetapkan volume agregat kasar berdasarkan agregat maksimum dan
Modulus Halus Butir .
7. Estimasi berat beton segar .
8. Hitung proporsi bahan, semen,

air

agregat

kasar

dan

agregat

halus, kemudian koreksi berdasarkan nilai daya serap air pada agregat.
9. Koreksi proporsi campurannya.
A. Pengerjaan Beton
Pencampuran bahan-bahan penyusun beton dilakukan agar diperoleh suatu
komposisi yang solid dari bahan-bahan penyusun berdasarkan rancangan
campuran beton. Agar tetap terjaga konsistensi rancangannya, tahapan lebih lanjut
dalam pengelolaan beton perlu diperhatikan. Komposisi yang baik akan
menghasilkan kuat tekan yang tinggi, tetapi jika pelaksanaannya tidak dikontrol
dengan baik, kemungkinan dihasilkannya beton yang tidak sesuai dengan rencana
akan semakin besar. Cara pengelolaan ini akan menentukan kualitas dari beton
yang akan dibuat. Adapun tahapan dalam pelaksanaan di lapangan meliputi:

a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)

Persiapan
Penakaran
Pengadukan (Mixing)
Penuangan atau Pengecoran (Placing)
Pemadatan (Vibrating)
Penyelesaian akhir (Finishing)
Perawatan (Curing)

B. Metode Pengadukan
-Pengadukan Manual
Berikut ini tata cara pengadukan manual:
a) Pasir dengan semen dicampur dalam keadaan kering dengan komposisi
tertentu,diatas tempat yang datar dan kedap air.
b) Pencampuran dilakukan sampai didapatkan warna yang homogen.
c) Tambahkan kerikil, kemudian lakukan pencampuran lagi.
d) Alat bantu yang digunakan dapat berupa sekop, cangkul, ataupun alat gali
lainnya.
e) Buat lubang di tengah adukan, tambahkan kira-kira 75 % dari kebutuhan
air.
f) Aduk hingga rata dan tambahkan sedikit demi sedikit air yang tersisa.

-Pengadukan dengan Mesin


Jika ditinjau dari sisi ekonomi, penggunaan mesin aduk untuk pengerjaan
beton

yang besar

justru

akan

menurunkan

biaya

(cost).

Pengadukan dengan mesin ini dilakukan sesuai dengan manual alat aduknya.
Selama proses pengadukan, kekentalan campuran beton harus diawasi terus
dengan cara memeriksa nilai slump yang disesuaikan dengan jarak pengangkutan.
C. Pengangkutan Beton
Pengangkutan beton adalah mengantarkan adukan beton dari tempat
pengadukan ketempat pengecoran.
Syarat-syaratnya adalah sebagai berikut:

1. Pengangkutan harus berjalan lancar, sehingga tidak terjadi perbedaan waktu


penyekatan yang menyolok antara beton yang sudah dicor.
2. Pengangkutan yang memerlukan jangka waktu yang panjang dianjurkan
menggunaknan bahan pengahambat pengikat beton (retarder).
3. Kondisi adukan selama pengangkutan
a) Tidak terjadi segregasi.
b) Tidak terjadi bleeding.
c) Tidak terjadi kehilangan bahan.
d) Workability tidak berubah.
D. Pengecoran
Pengecoran adalah menuang adukan beton kedalam bekisting, hingga terisi
penuh. Karena pengecoaran merupakan salah satu faktor yang menentukan mutu
beton, maka pelaksanaan pengocoran tidak boleh sembarang saja, melainkan
harus memenuhi persyaratan dan langkah pengecoran yang baik agar didapat hasil
pengecoran yang baik pula.

- Persyaratan Pengecoran
Persyaratan pengecoran adalah sebagai berikut:
a) Adukan beton harus dicor sedekat-dekatnya ketempat tujuan akhir,
agar pemisahan bahan dapat dihindari.
b) Pengecoran hendaknya dilakukan secepat-cepatnya mungkin setelah
pengadukan.
c) Pengecoran hendaknya terus dilakukan hingga bekisting terisi penuh
oleh adukan beton, tetapi jika tidak mungkin, penghentian
pengecoran harus pada tempat yang telah ditentukan.
-Persiapan sebelum pengecoran beton

10

Persiapan sebelum pengecoran beton dimulai adalah sebagai berikut:


a) Bekisting harus kokoh dan benar.
b) Kedudukan dari jaringan tulangan telah dipasang benar.
c) Antara jaringan tulangan dan bekisting telah diberi jarak bebas
antara selimut beton dengan jarak 2,5 cm.
d) Jaringan tulangan dengan keadaan bebas dari minyak, kotoran dan
sebagainya.
e) Kotoran-kotoran paa bekisting telah dihilangkan, jadi bekisting
dalam keadaan bersih.
f) Bekisting telah disiram air hingga jenuh.
- Tujuanya adalah:
-

Agar kotoran bekisting dapat dihilangkan

Mempersempit celah-celah bekisting akibat pemuian bekisting.

E. Pemadatan
Pemadatan adalah bertujuan untuk memperkecil rongga-rongga udara
didalam beton dimana dengan cara ini masing-masing bahan akan saling
mengisi celah-celah yang ada.
Keuntungan dari pemadatan beton adalah meningkatkan sifat dari beton
seperti kekuatan teka, keawetan, kerapatan air dan sebagainya

Persyaratan Pemadatan Beton


Pada pembuatan mutu beton kelas III, pemadatan dapat dikerjakan dengan
menumbuk,

merojok

atau

mengetuk-

ngetuk,

tetapi

dianjurkan

menggunakan alat penggetar.


Pemadatan harus dilakukan secepat mungkin.
F.

Pembongkaran Acuan.
Pembongkaran dilakukan setelah beton berumur 28 hari, pada kontruksi

tertentu dibongkar lebih awal yaitu pada kontruksi yang tidak tergantung seperti
pondasi, kolom dan lain-lain.

11

G. Perawatan
Kondisi perawatan yang baik dapat dicapai dengan menggunakan salah sat
u metode antara lain beton dihasahi terus menerus dengan air,direndam di dalam
air. Beton dilindungi dengan karung basah , film plastic, atau kertas perawatan
tahan air.
2.1.7 Kelebihan dan Kekurangan Beton
1. Kelebihan
a. Dapat dengan mudah dibentuk sesuai dengan kebutuhan konstruksi
b. Mampu memikul beban yang berat
c. Tahan terhadap temperatur yang tinggi.
d. Biaya pemeliharaan yang kecil
2. Kekurangan
a. Bentuk yang telah dibuat sulit diubah .
b. Pelaksanaan pekerjaan membutuhkan ketelitian yang tinggi.
c. Berat.
d. Daya Pantul suara yang besar.

2.2 PEKERJAAN TULANGAN


2.2.1

Pemotongan

Berdasarkan daftar pembengkokan, panjang pasaran baja beton dibagi


seekonomis mungkin dalam panjang tertentu, pengayaman tulangan dilokasi
penyimpanan dengan membawa gunting pemotong, kawat pengikat dan sebundel
tulangan diputus, kemudian dicari diameter batang kecil-kecil yang dibutuhkan
dan diletakkan terpisah panjang yang dipotong adalah panjang total menurut
daftar pembengkokan dengan panjang kait, disini harus :
1. Persiapan untuk melakukan pemotongan sesuai dengan ukuran sebelum
dipotong batang tulangan ditandai dengan kapur.
2. Pemotongan dilakukan batang perbatang.
3. Panjang yang dipotong adalah panjang total menurut daftar pembengkokan
ditambah dengan panjang kait.
4.

Baja beton dibagi seekonomis mungkin dalam panjang tertentu panjang


pasaran tulangan 6 m, 9 m, 12 m.

12

2.2.2

Pembengkokan tulangan
Batang tulangan tidak boleh dibengkokan atau diluruskan kembali
dengan cara-cara yang merusak tulangan itu.
Batang tulangan yang diprofilkan, setelah dibengkokan dan diluruskan
kembali tidak boleh dibengkokan lagi dalam jarak 60 cm dari bengkokan
sebelumnya.
Batang tulangan yang tertanam sebagai didalam beton tidak
dibengkokan atau diluruskan dilapangan.
Membengkokan dan meluruskan batang tulangan harus dilakukan
dalam keadaan dingin.
Batang tulangan yang dibengkok dengan pemanasan tidak boleh
didinginkan dengan jalan disiram.
Penggunaan bending besi disesuaikan dengan diameter baja tulangan
yang akan dibengkokan.

Daftar isi.
Jenis mm
Polos
Deform
P6
D6

Berat nominal/satuan panjang


Kg/m
Kg/12 m
0.222
2.66

P8

D8

0.395

4.66

P9

D9

0.499

5.99

P10

D10

0.617

7.40

Toleransi pada pemotongan dan pembengkokan tulangan.


1.

Batang tulangan harus dipotong dan dibengkokan sesuai dengan yang


ditunjukan dalam gambar-gambar rencana dengan toleransi-toleransi yang
disyaratkan.

2.

Terhadap panjang total batang lurus yang dipotong menurut dan


terhadap panjang total dan ukuran intern dari batang yang dibengkokan
ditetapkan toleransi sebesar 25 mm terhadap panjang total batang yang

13

diserahkan menurut suatu ukuran ditetapkan toleransi sebesar > 50 mm


dan < 25 mm.
3.

Terhadap jarak turun total dari batang yang dibengkokan ditetapkan


toleransi sebesar 6 mm untuk jarak 60 cm atau kurang dan sebesar
12 mm untuk jarak lebih dari 60 cm.

4.

Terhadap ukuran luar dari sengkang, lilita danikatan-ikatan ditetapkan


sebesar 6 mm.

2.2.3

Kait
kait harus kait penuh, kait miring dan kait tegak/lurus, panjang
untuk kait penuh sebesar 4 d atau 4dp, kait miring 5d atau 5dp sedangkan
untuk kait tegak/lurus 5d atau 5dp, dimana d adalah diameter batang polos
dan dp adalah diameter batang polos dan dp adalah diameter batang yang
diprofilkan.
Kait-kait sengkang harus berupa kait miring yang melingkari
batang sudut mempunyai bagian yang lurus paling sedikit 6x diameter
batang dengan minimum 5 cm.
Bengkokan harus mempunyai diameter intern sebesar paling
sedikit 5 d atau 5 dp.

Jenis-jenis kait
Kait penuh
L=a+8d

Kait miring sengkang

L = a + 8d

14

Kait tegak/lurus
6 d/ 5 cm

2.2.4

Mengikat baja beton dan Pemasangan Tulangan

Berkaitan dengan pemasangan dan pengikatan tulangan harus dilakukan


seakurat mungkin sesuai rancangan agar sebelum dan sesudah pengecoran,
tulangan tidan berkarat, bahan yang umum dipakai agar sambungan batang-batang
persilangan tidak bergerak yakni kuat pengikatan dengan diameter kawat 1 mm
tergantung dari gaya-gaya yang diperkirakan akan bekerja pada sambungan.
Beberapa macam tipe pengikatan pada besi tulangan.
-

Pengikatan silang digunakan untuk menghubungkan batang-batang yang


bersilang.

Pengikatan sadel digunakan untuk menghubungkan sengkang-sengkang


dengan empat batang tulangan.

Pengikatan rangkap (double) membuat sambungan ekstra kuat.

Pemasangan Tulangan.
1.

Tulangan harus bebas dari kotoran, lemak, kulit giling dan karat
lepas serta bahan-bahan lain yang mengurangi daya lekat.

2.

Tulangan harus dipasang sedemikian rupa hingga sebelum dan


selama pengecoran tidak berubah tempatnya.

3.

Perhatikan khusus perlu diberikan terhadap ketepatan tebal


penutup beton. Untuk itu tulangan dipasang dengan penahan jarak terbuat
dari beton dengan mutu paling sedikti sama dengan mutu beton yang akan
dicor. Penahan-penahan jarak dapat berbentuk blok-blok yang tinggi.

15

Perhatikan khusus perlu diberikan terhadap ketepatan letak dari tulangan


pelat yang dibengkokan yang harus melintasi tulangan yang berbatasan.
Toleransi pada pemasangan tulangan.
1.

Terhadap kedudukan diarah ukuran kontruksi yang terkecil


ditetapkan toleransi sebesar 6 mm untuk ukuran lebih dari 60 cm.

2.

Terhadap kedudukan bengkokan diarah memanjang ditetapkan


toleransi sebesar 50 mm, kecuali pada bengkokan akhir.

3.

Terhadap kedudukan bengkokan akhri dari batang ditetapkan


toleransi sebesar 25 mm, dengan syarat tambahan bahwa tebal penutup
beton diujung batang memenuhi yang disyaratkan.

4.

Terhadap kedudukan batang-batang tulangan pelat dan dinding


ditetapkan toleransi dibidang sebesar 50 mm.

5.

Terhadap kedudukan dari sengkang-sengkang, lilitan-lilitan spiral


dan ikatan-ikatan lainnya ditetapkan toleransi sebesar 25 mm.

Sambungan Tulangan.
Macam-macam sambungan adalah sebagai berikut:
1.

Sambungan lewatan adalah : sepanjang 40d/40dp (dp = diameter


terbesar).
Sambungan tidak berlaku untuk 30 mm .
Sambungan lewatan tulangan tarik 40d/40dp.
Sambungan lewatan tulangan tekan, untuk beton kelas II = 50d/28dp.
Sambungan lewatan tulangan tekan, untuk beton kelas III = 40d/20dp.

2.

Sambungan las
Pengelasan tumpul.
Yang hanya boleh dilas adalah tulangan baja lunak dan baja
sedang.
Pengelasan tidak boleh diadakan dalam jarak 8 x pengenal
batang dari bengkokan.

3.

Sambungan tumpul

16

4.

Sambungan las sudut lewatan

Syarat-syarat sambungan.
1.

Sambungan tulangan harus dilaksanakan menurut gambar-gambar


rencana. Sambungan tulangan hanya dapat dilaksanakan sebagai
sambungan lewatan atau sebagai sambungan las.

2.

Sambungan lewat tidak boleh dipakai pada batang tulangan dengan


diameter lebih dari 30m.

3.

Batang-batang tulangan yang disambung dengan lewatan, dimana


batang-batang yang saling tidak bersatu tidak boleh mempunyai jarak
p.k.p (pusat kepusat), lebih dari 1/5 panjang lewat yang diperlukan atau 15
cm.

4.

Penyambungan batang tulangan sedapat mungkin harus berselangselang juga penempatan sambungan ditempat-tempat dengan tegangan
maksimum sedapat mungkin harus dihindarkan.

2.3 DAFTAR ALAT DAN BAHAN


2.3.1.Alat
Alat-alat pembantu kerja beton berfungsi mempermudah dan mempercepat
pekerjaan agar lebih efisin. Alat alat kerja beton terdiri dari :
a.

Penggaris / pinsil
Digunakan untuk menggores / memberi tanda

b.

Palu kayu
Digunakan untuk pemukul dalam kontruksi beton

c.

Siku

17

Digunakan sebagai alat pengukur kesikuan suatu kontruksi beton


d.

Meteran
Digunakan sebagai alat pengukur luas suatu kontruksi

e.

Tang
Digunakan sebagai alat penjepit / pemotong kawat dalam kontruksi beton

f.

Kakatua
Digunakan sebagai alat bantu penjepit / pemotong kawat dalam kontruksi
beton

g.

Sekop

h.

Cangkul

i.

Kayu pemadat

j.

Ruskam

k.

Gunting kawat

l.

Ember

m. Ayakan pasir
n.

Jolang

o.

Ember

p.

Bending

q.

Baja penjepit

r.

Penyangga tulangan
2.3.2. Bahan
Bahan bahan yang umum digunakan dalam kerja beton terdiri dari :

a.

Kayu
Sebagai bekisting sebagai pembuatan beton deking

b.

Kawat
Sebagai alat ikat/pengikat

c.

Besi
Sebagai tulangan dalam kontruksi beton

d.

Semen
Sebagai alat pengikat

e.

Pasir

18

f.

Kerikil

g.

Air

h.

Plastik

Anda mungkin juga menyukai