DISUSUN
OLEH :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
061440420817
061440420821
061440420827
061440420833
061440421742
061440421749
061440421761
061440421763
061440422036
Kelas : 5 KI
Dosen Pembimbing Dr.Ir.Leila Kalsum ,M.T.
I.
TUJUAN PERCOBAAN
Melakukan pembenihan dan pengembangbiakan mikroorganisme untuk mengolah
limbah cair
II.
2 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
2 buah
1 buah
1 buah
1 buah
1 buah
2 buah
0,2749 gram
1,35 gram
3,75 gram
1000 mL
15 mL
III.
IV.
DASAR TEORI
Salah satu langkah yang penting dalam pengolahan limbah cair adalah
penyiapan atau penyesuaian bakteri agar berkembang sesuai dengan kondisi yang
diinginkan. Bakteri yang berasal dari biakan murni atau lingkungan sekitar sumber
limbah yang akan diolah dikondisikan pada suatu temat dengan diberi umpan yang
konsentrasinya sedikit demi sedikit menyerupai konsentrasi limbah yang akan diolah.
Biasanya ada tahap awal sebagai umpan digunakan bahan-bahan kimia yang mudah
diperoleh dengan komposisi yang jelas.
Untuk bakteri aerob maka perlu ditamabahkan aliran udara yang berasal dari
kompresor, blower atau pompa yang disemburkan (spray aerator).
Sebagai sumber karbon biasa digunkan glukosa, sedang nitrogen dan posfor
dapat digunakan Kalium Nitrat dan Kalium Dihidrofosfat. Pengaturan pH dapat
digunakan kapur atau asam sulfat. Untuk bakteri aerob ditambahkan udara yang cukup
agar proses oksidasinya dapat berjalan dengan sempurna. Jika konsentrasi BOD atau
COD dalam tempat pengembangan telah relative konstan, dengan fluktuasi sekitar 5%,
maka konsentrasi umpan dan volume pembibitan ditambah. Proses ini terus dilakukan
hingga volume pembibitan mencapai sekitar 10% kolam yang pengolahan yang dibuat
dan VSS sekitar 3000 - 4000 mg/l.
Pemberian substrat:
Misalkan BOD limbah yang akan diolah = 400mg/L, volume awal pembenihan 10
liter.
BOD : N : P = 60 : 3 : 1
Sebagai sumber karbon adalah glukosa, nitrogen KNO3 dan fosfor KH2PO4 .
BM glukosa = 180
C6H12O6 + 6O2
6H2O + 6H2O
Aklimatisasi, bertujuan untuk mendapatkan kultur biomassa yang telah teradaptasi terhadap air
limbah yang akan diteliti. Setelah melalui proses pembenihan,maka dilakukan aklimatisasi. Aklimatisasi
adalah pengadaptasian mikroorganisme terhadap air limbah yang akan diolah. Pada proses ini
dilakukan dengan sistem bacthkarena diharapkan mikroorganisme dapat tumbuh dan berkembang biak
sertaberadaptasi dengan kondisi baru. Pengapdaptasian dilakukan dengan cara menggantipemberian
glukosa dengan air limbah pabrik . Akhir dari proses ini adalah konsentrasi COD menjadi stabil
Pembenihan (seeding) merupakan tahapan awal sebelum penelitian. Tujuan dariproses ini adalah untuk
mendapatkan suatu populasi mikroorganisme yang mencukupiuntuk memulai penelitian proses lumpur
aktif dan mampu mengoksidai zat zat organicyang terkandung didalam air limbah. Dalam penelitian
ini mikroorganisme yangdigunakan berasal dari bak aerasi. Pada tahap ini diharapkan mikroorganisme
tersebutdapat tumbuh dan berkembang biak dengan baik dengan pemberian nutrien danoksigen secara
teratur. Parameter yang diamati adalah VSS dan COD.
Pada haripertama pembenihan, COD adalah sebesar 610,22 mg/l dan konsentrasi VSS
adalahsebesar 3096 mg/l.Jika konsentrasi BOD atau COD dalam tempat pengembangan telah
relatifkonstan,dengan fluktuasi sekitar 5% maka konsentrasi umpan dan volume pembibitanditambah.
Prosesini terus dilakukan hingga volume pembibitan mencapai sekitar 10% kolam yang
pengolahanyang dibuat dan VSS sekitar 3000-4000 mg/l.Parameter yang dianalisis adalah VSS
(Volatile Suspended Solid ) dan kebutuhan oksigen kimiawi (COD). VSS adalah untuk
mengetahui banyaknya mikroorganismeyang hidup. Nilai VSS merupakan indicator adanya
mikroorganisme yang aktif danmemegang peranan penting dalam proses biologis. Pengukuran ini
digunakan dengan menggunakan metode gravimetri.Salah satu parameter yang sering digunakan
dalam pengolahan limbah cair sistem lumpur aktif adalah Mixed Liquor Suspended Solids (MLSS).
Mixed liquor suspended solids adalah jumlah dari bahan organik dan mineral berupa padatanterlarut,
termasuk mikroorganisme di dalam mixed liquor.Selama periode aklimatisasi ini dilakukan
pemeriksaan parameterorganik (mg/l KmnO4), VSS, pH, dan temperatur. Konsentrasi oksigenterlarut
selalu dijaga diatas 4 mg/l untuk memastikan proses aerob dapatberlangsung baik. Temperatur dalam
proses juga dijaga pada temperaturkamar dan dalam rentang pH normal. Proses aklimatisasi dianggap
selesai jika pH, VSS, temperatur dan efisiensi penyisihan senyawa organik telahkonstan
dengan fluktuasi yang tidak lebih dari 10%
Urutan proses pengolahan limbah di PT. Unitek secara garis besar dibagi dalam 5
unit proses yang meliputi proses primer, sekunder, dan tersier, yaitu :
1.
sedimentasi.
2.
Unit 2 : adalah proses penguraian bahan organik yang terkandung di
dalam air limbah dengan sistem lumpur aktif.
3.
Unit 3 : adalah proses pemisahan air yang telah bersih dengan lumpur
aktif dari kolam aerasi.
4.
Unit 4 : adalah proses penghilangan padatan tersuspensi setelah
pengendapan.
5.
Unit 5 : adalah proses pemanfaatan lumpur padat setelah pengepresan di
belt press.
Untuk jelasnya lihat Gambar 19. Sistem Pengolah Limbah Lumpur Aktif PT. UNITEX.
Proses Pengolahan Limbah
Proses pengolahan air limbah PT. Unitek terbagi menjadi tiga tahap pemrosesan, yaitu :
1. Proses primer, Proses primer merupakan perlakuan pendahuluan yang meliputi :
a). Penyaringan kasar,
b). Penghilangan warna,
c). Ekualisasi,
d). Penyaringan halus, dan
e). Pendinginan.
2. Proses sekunder, Proses biologi dan sedimentasi.
3. Proses tersier, merupakan tahap lanjutan setelah proses biologi dan sedimentasi.
Tabel 4. Efisiesi removal proses koagulasi dan flokulasi air limbah warna
Tahun 1994 (Rapto, 1996)
Parameter
TSS
BOD5
COD
DO
Parameter
Parameter yang umum digunakan dalam lumpur aktif (Davis dan Cornwell,
1985; Verstraete dan van Vaerenbergh, 1986) adalah sebagai berikut:
1.
Mixed-liqour suspended solids (MLSS). Isi tangki aerasi dalam sistem lumpur
aktif disebut sebagai mixed liqour yang diterjemahkan sebagai lumpur campuran. MLSS
adalah jumlah total dari padatan tersuspensi yang berupa material organik dan mineral,
termasuk didalamnya adalah mikroorganisma. MLSS ditentukan dengan cara menyaring
lumpur campuran dengan kertas saring (filter), kemudian filter dikeringkan pada
temperatur 1050C, dan berat padatan dalam contoh ditimbang.
2.
MLSS diwakili oleh MLVSS, yang berisi material organik bukan mikroba, mikroba
hidup dan mati, dan hancuran sel (Nelson dan Lawrence, 1980). MLVSS diukur dengan
memanaskan terus sampel filter yang telah kering pada 600 - 650 0C, dan nilainya
mendekati 65-75% dari MLSS.
3.
beban organik yang masuk kedalam sistem lumpur aktif dan diwakili nilainya dalam
kilogram BOD per kilogram MLSS per hari (Curds dan Hawkes, 1983; Nathanson,
1986). Adapun formulasinya sebagai berikut :
F /M =
Q BOD5
MLSS V
Keterangan:
Q
lumpur aktif lebih tinggi pula rasio F/M-nya. Untuk tangki aerasi konvensional rasio
F/M adalah 0,2 - 0,5 lb BOD5/hari/lb MLSS, tetapi dapat lebih tinggi hingga 1,5 jika
digunakan oksigen murni (Hammer, 1986). Rasio F/M yang rendah mencerminkan
bahwa mikroorganisme dalam tangki aerasi dalam kondisi lapar, semakin rendah rasio
F/M pengolah limbah semakin efisien.
5.
Hidraulic retention time (HRT). Waktu tinggal hidraulik (HRT) adalah waktu rata-
rata yang dibutuhkan oleh larutan influent masuk dalam tangki aerasi untuk proses
lumpur aktif; nilainya berbanding terbalik dengan laju pengenceran
HRT = 1/D = V/ Q
Keterangan :
V = Volume tangki aerasi
Q = Laju influent air limbah ke dalam tangki aerasi
D = Laju pengenceran.
6.
Umur lumpur (Sludge age). Umur lumpur adalah waktu tinggal rata-rata
mikroorganisme dalam sistem. Jika HRT memerlukan waktu dalam jam, maka
waktu tinggal sel mikroba dalam tangki aerasi dapat dalam hari lamanya.
Parameter ini berbanding terbalik dengan laju pertumbuhan mikroba. Umur
lumpur dihitung dengan formula sebagai berikut (Hammer, 1986; Curds dan
Hawkes, 1983) :
Umur Lumpur ( Hari )=
MLSS V
SS e . Qe + SS w . Qw
Keterangan :
V = Volume tangki aerasi (L)
SSe = Padatan tersuspensi dalam effluent (mg/l)
SSw = Padatan tersuspensi dalam lumpur limbah (mg/l)
Qe = Laju effluent limbah (m3/hari)
Qw = Laju influent limbah (m3/hari).
7.
Umur lumpur dapat bervariasi antara 5 - 15 hari dalam konvensional lumpur aktif.
Pada musim dingin lebih lama dibandingkan musim panas (U.S. EPA, 1987a).
Parameter penting yang mengendalikan operasi lumpur aktif adalah laju pemuatan
organik, suplay oksigen, dan pengendalian dan operasi tangki pengendapan akhir.
Tangki ini mempunyai dua fungsi: penjernih dan penggemukan mikroba. Untuk operasi
rutin, orang harus mengukur laju pengendapan lumpur dengan menentukan indeks
volume lumpur (SVI), Voster dan Johnston, 1987.
PERUSAHAAN YANG MEMAKAI LUMPUR AKTIF DALAM IPAL
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
PT UNITEX
PT Aneka Bumi Pratama, ( industry karet )
PT Muara Kelingi II ( industry karet )
PT Prasidha ( industry karet )
PT Panca Samudera dan ( industry karet )
PT Gajah Ruko( industry karet )
PT. Tanjung Enim Lestari PULP dan Paper adalah perusahaan Industri bubur kertas
menggunakan bahan baku kayu acasia mangium 100 %. Perusahaan ini mempunyai
kapasitas produksi pulp sebesar 1.430 ADT/hari atau 450.000 ADT / tahun ,yang
merupakan, Hardword Bleached Kraft Pulp (HBKP). Untuk memproduksi pulp dengan
kapasitas tersebut dibutuhkan bahan baku kayu sebesar 1935000 m 3/tahun atau 4,3 m3
untuk setiap ton pulp yang dihasilkan. Bahan baku tersebut di peroleh dari Hutan
Tanaman Industri PT. Musi Hutan Persada (PT. MHP) yang terletak di Benakat Suban
Jeriji sebesar 20- 30 km dari lokasi pabrik.
Parameter limbah
a. Chemical Oxygen Demand (COD)
b. Total Suspended Solid (TSS)
c. pH (Derajat Keasaman)
Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi pada Proses Lumpur aktif
a. Nutrisi
b. Temperatur
c. pH
d. Udara
Aklimatisasi
Proses aklimatisasi dilakukan untuk mendapatkan suatu kultur mikroorganisme
yang stabil dan dapat beradaptasi dengan air buangan pabrik kelapa sawit yang telah
disiapkan. Selama masa aklimatisasi kondisi dalam reaktor dibuat tetap aerob dengan
menjaga konsentrasi, temperatur, dan pH. Proses ini dilakukan secara batch.
Proses aklimatisasi dapat dianggap selesai jika pH, VSS, temperatur, dan
efisiensi penyisihan senyawa organik telah konstan dengan fluktuasi yang tidak lebih
dari 10%.
Tahap Pembibitan (Seeding) dan Aklimatisasi
Kebutuhan nitrogen dan fosfor secara umum didasarkan pada rasio air buangan
dengan rasio COD:N:P sebesar 100:5:1 (Benefild dan Randall,1980). Pada proses
seeding dan aklimatisasi diperlukan suatu kondisi lingkungan yang mendukung untuk
tumbuh dan berkembangnya mikroorganisme secara optimal. Jika pH cenderung asam,
dilakukan penambahan basa (NaOH), sebaliknya jika pH cenderung basa dilakukan
penambahan asam (H2SO4). Jika terjadi kekurangan biomassa pada reaktor (ditentukan
dengan pengukuran VSS), maka ditambahkan biomassa dari reaktor cadangan. Pada
masa aklimatisasi parameter yang diukur adalah persentase penyisihan zat organik
(COD), VSS, pH, DO dan temperatur. Pemeriksaan kandungan organik air buangan
dilakukan pada influen dan efluen hasil pengolahan, sehingga diperoleh persentase
penyisihan.
Proses aklimatisasi dilakukan dengan rasio waktu yang sama dengan waktu
running. Proses ini dilakukan sampai didapatkan kandungan organik, pH, dan
temperatur di dalam reaktor cenderung konstan dengan fluktuasi yang tidak lebih dari
10%. Selama masa aklimatisasi, penyisihan zat organik terus meningkat dan akhirnya
relatif stabil. pH berada dalam rentang yang masih dapat ditolerir oleh bakteri yaitu 7,58,5.
V.
PROSEDURE KERJA
1. Membuat substrat makanan dari glukosa 3,75 gram, KH2PO4 1,35 gram dan
KNO3 0,2749 gram membuat dalam 2 buah labu ukur 1000 ml
2. Membuat suspense bibit mikroorganisme dengan memasukan segenggam tanah
pada air 1 liter
3. Meletakkan suspense dalam bak aerasi dan member aerasi sebagai sumber
oksigen.
4. Memberi nutrisi mikroorganisme dengan substrat 1000 ml, sebelum member
nutrisi diperiksa parameter TDS, salinity, konduktivitas dan suhu
5. Memberi nutrisi pada hari pertama, keempat, dan keenam sesuai dengan
takarannya yaitu 300 ml, 400 ml dan 300 ml, sebelum diberi nutrisi memeriksa
TDS, salinity suhu dan konduktivitas
6. Membuat grafik hubungan TDS dan waktu
Penetapan konsentrasi biomassa (TSS)
1. Menyiapkan cawan pijar dan kertas saring, cawan pijar yang telah bersih dipanaskan
dalam oven 100 C, kemudian dimasukkan ke dalam desikator. Setelah itu ditimbang
sampai konstan ( a Gram). Kertas saring bebas abu ditimbang ( b gram)
2. 40 ml contoh air disaring dengan kertas saring bebas abu yang telah ditimbang.
Kertas saring yang berisi endapan dimasukkan ke dalam cawan pijar dan dipanskan
dalam oven suhu 105 C selama 1 jam. Dinginkan dalam desikator, kemudian
ditimbang( c gram)
VI.
NO
DATA PENGAMATAN
HARI
PENGAMATAN
I
27/09/2016
II
28/09/2016
III
29/09/2016
IV
04/10/2016
V
06/10/2016
KETERANGAN
Cawan Kosong (a gram)
Kertas Saring (b gram)
a + b + endapan (c gram)
Cawan Kosong(a gram)
Kertas Saring (b gram)
a + b + endapan (c gram)
Cawan Kosong (a gram)
Kertas Saring (b gram)
a + b + endapan (c gram)
Cawan Kosong (a gram)
Kertas Saring (b gram)
a + b + endapan (c gram)
Cawan Kosong (a gram)
Kertas Saring (b gram)
a + b + endapan (c gram)
VII. PERHITUNGAN
7.1 PERHITUNGAN NILAI TSS
Hari pertama
SAMPEL
A
56,0298
0,8772
57,7964
56,0298
0,5173
57,7814
56,0298
0,8754
58,4854
56,0298
0,4142
57,3388
56,0298
0,7130
57,5322
B
50,4051
0,8616
52,1276
50,4051
0,5186
58,2184
50,4051
0,8213
57,7613
50,4051
0,6145
58,3878
50,4051
0,8205
58,0025
TSS=
( ca )
mg
x 106
ml sample
l
( )
Sample A
SampleB
( ca )
6
TSS=
x 10
ml sample
( 57,79640,877256,0298 )
6
x 10
2 ml
0,4449 x 106
TSS=
mg
l
( ca )
x 106
ml sample
( 52,12760,861650,4051 )
x 106
2 ml
0,4305 x 106
mg
l
Harikedua
TSS=
Sample A
TSS=
( ca )
mg
x 106
ml sample
l
( )
TSS=
( ca )
x 106
ml sample
( ca )
6
x 10
ml sample
( 58,21840,518650,4051 )
6
mg
x 10
( 57,78140,517356,0298 )
6
6
2 ml
x 10 =0,4602 x 10
2 ml
l
6 mg
3,6474 x 10
Sample B
l
Hariketiga
TSS=
Sample A
( ca )
mg
x 106
ml sample
l
( )
TSS=
mg
l
6
3,2675 x 10
TSS=
( 58,48540,875456,0298 )
6
x 10
2 ml
0,7901 x 10
Sample B
( ca )
6
x 10
ml sample
( ca )
x 106
ml sample
( 57,76130,821350,4051 )
x 106
2ml
mg
l
Harikeempat
TSS=
( ca )
mg
x 106
ml sample
l
( )
Sample A
TSS=
( ca )
6
x 10
ml sample
Sampel B
TSS=
( 57,33880,414256,0298 )
6
x 10
2ml
0,4474 x 106
( ca )
6
x 10
ml sample
mg
l
( 58,38780,614550,4051 )
mg
x 106=3,6841 x 106
2ml
l
Harikelima
Sample A
TSS=
( ca )
mg
x 106
ml sample
l
( )
TSS=
( ca )
x 106
ml sample
( 57,53220,713056,0298 )
x 106
2ml
6
0,3947 x 10
mg
l
Sampel B
TSS=
( ca )
6
x 10
ml sample
( 58,00250,820550,4051 )
x 106
2ml
3,3885 x 106
mg
l
TSS (Total Suspended Solid) dimana nilai ini bertujuan untuk menunjukkan tingkat
pertumbuhan biomassa dalam waktu pengamatan 5 hari. Berdasarkan hasil analisis nilai
TSS dapat dilihat dari grafik yang telah dilampirkan bahwa nilai TSS pada sample B
lebih tinggi dibandingkan nilai TSS pada sample A. Hal ini dikarenakan bahwa pada
sample B lebih banyak digunakan EM-4 sehingga pembibitan dan perkembangbiakan
lebih cepat. Pada grafik tersebut juga terlihat bahwa nilai TSS pada sampe A dan
sample B sama-sama mengalami naik-turun atau tidak konstan yaitu pada sampel A nilai
TSS mengalami peningkatan dari hari pertama hingga hari ketiga yaitu dari
0,4449 x 106
hingga
mg
l
0,3947 x 106
hingga
0,7901 x 106
mg
l
mg
l . Sedangkan pada sampel B menunjukkan grafik yang fluktuatif
akan tetapi nilai TSS-nya lebih besar bila dibandingkan dengan sampel A dimana nilai TSS
3,3885 x 106
mg
l . Naik turunnya kurva ini
dikarenakan adanya faktor-faktor yang mempengaruhi seperti aerasi yaitu adanya aerator
yang pernah berhenti menyuplai oksigen dikarenakan padamnya arus listrik sehingga dapat
mengakibatkan
banyak
mikroorganisme
mati.
Adapun
faktor
lain
yang
dapat
mempengaruhi nilai TSS mengalami naik-turun atau tidak konstan yaitu terlalu sedikit atau
terlalu banyak pemberian substrat yang dapat juga menyebabkan mikroogranisme mati.
VIII. KESIMPULAN
Dari percobaan yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Proses seeding dilakukan untuk mengembangbiakkan mikroorganisme sehingga
didapatkan jumlah biomassa yang cukup untuk digunakan dalam mengolah air limbah.
2. Jumlah biomassa yang didapatkan fluktuatif selama 5 hari, namun untuk sample A
kondisi TSS yang paling tinggi yaitu sebesar 0,7901 x 106 mg/l pada hari ke-3. Dan
pada sample B sebesar 3,6841 x 106.
3. Faktor-faktor yang menyebabkan nilai TSS naik-turun pada praktikum ini yaitu
aerasi dan jumlah pemberian substrat.
IX.
DAFTAR PUSTAKA
Jobsheet. 2016.Penuntun Praktikum Teknik pengolahan limbah .Palembang : Politeknik
Negeri Sriwijaya
http://www.Scribd.com/
LAMPIRAN I
4000000
3500000
3000000
2500000
Total Suspended Solid (mg/L)
2000000
Sample A
1500000
Sample B
1000000
500000
0
1
Waktu (Hari)
Keterangan:
Sampel A : Pembiakan mikroorganisme dari 5 mL bibit mikroorganisme Em-4
Sampel B : Pembiakan mikroorganisme dari 10 mL bibit mikroorganisme Em-4
Gelas Kimia
Spatula
Cawan Uap
Neraca Analitik
Desikator
Oven
Pipet Ukur
Tabung Reaksi
Corong Kaca
Erlenmeyer
Kaca Arloji
Aerator
Bola Karet