Anda di halaman 1dari 15

LAPORAN TETAP PRAKTIKUM

TEKNIK PENGOLAHAN LIMBAH

Disusun Oleh :

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.

Anggi Andini Putri


Dwi Indah Lestari
Tiara Nanda Bella Y.
Maulana
Aliyah Montesa
M. Ardiansyah D.S.
Tiara Pracetia
Fenny Ayu Lestari
Willys Eko I.

(061440420817)
(061440420821)
(061440420833)
(061440420827)
(061440421742)
(061440421749)
(061440421761)
(061440422037)
(061440421763)

Kelompok

Instruktur

Ir. A. Husaini M.T.

Judul Percobaan

Jurusan

Teknik Kimia

Kelas

5 KI.A KI.B

Pengolahan Air dengan


Membran Keramik

TEKNOLOGI KIMIA INDUSTRI 2014


POLITEKNIK NEGERI SRIWIJAYA
PALEMBANG
PENGOLAHAN AIR

DENGAN MEMBRAN KERAMIK

1. TUJUAN PERCOBAAN
- Menentukan effisiensi penyisihan air dengan proses filtrasi menggunakan
membrane keramik.
2. ALAT DAN BAHAN
2.1 Alat yang digunkan :
-

Unit pengolahan membrane keramik


Stop watch
Beaker glass
Konduktometer
Spatula
Pipet ukur 25 ml
Bola karet
Baskom penampung

2.2 Bahan yang digunakan :


-

Air rawa

3. DASAR TEORI
3.1.
MEMBRAN KERAMIK
Untuk memperoleh air bersih yang banyak digunakan diperlukan suatu cara
yang baik. Salah satu metode alternatif lain yang digunakan adalah filltrasi
(penyaringan) dengan memanfaatkan teknologi membran, khususnya membran
keramik dengan media filtrasi menggunakan zeolit. Hal ini dapat membantu
persediaan air bersih yang dapat dikonsumsi. Metode ini juga dapat digunakan
didaerah pedesaan yang berada ditepi sungai ataupun sumber air lainnya.
Membran didefinisikan sebagai suatu metode berpori yang berbentuk seperti
tabung atau film tipis, bersifat semipermiabel yang berfungsi untuk memisahkan
partikel dengan ukuran molekular ( spesi ) dalam suatu sistem larutan. Spesi yang
memiliki ukuran yang lebih besar dari pori membran akan tertahan sedangkan spesi
dengan ukuran yang lebih kecil dari pori membran akan lolos melalui pori membran.
Filtrasi membran dapat menyaring polutan / kontaminan yang tidak diinginkan
berdasarkan ukuran partikelnya. Sederhana jika ukuran pori pori membran halus
lebih kecil dari itu.

Membran terdiri dari 3 jenis yaitu : porous membran dan non porous
membran, dan carrier membrane. Porous membran yaitu pemisahan berdasarkan atas
ukuran partikel dari zat zat yang akan dipisahkan. Non porous membrane
digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran yang samaa baik gas maupun
cairan. Carrier membrane digunakan untuk pemisah terjadinya dengan bantuan carrier
molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan unntuk melewati
membran.
Proses pemisahan dengan membran dapat tercapai karena membran
mempunyai kemampuan untuk memindahkan atau memisahkan suatu komponen.
Dari suatu campuran umpan denganbaik dan lebih mudah dari komponen lain. Hal ini
disebabkan perbedaan sifat fisika dan kimia antara membran dengan kompenen yang
dapat dilewati.
Kinerja membran ditentukan oleh : fluks dan rejeksi ( penolakan ). Fluks
adalah zat yang dapat menembus membran tiap satuan luas membran/ satuan waktu.
Rejeksi adalah besarnya kandungan garam yang tertahan pada permukaan membran
yang tidak menembus membran. Keuntungan menggunakan teknologi membran
yaitu: pemisahan dapat dilakukan secara kontinyu, konsumsi energi umumnya relatif
rendah, mudah dalam scale up, tidak memerlukan bahan tambahan, pemakaiiannya
mudah.
Berdasarkan ukuran pori pada membran, membran dapat dibagi menjadi 4 :
a.

Reverse asmosis
Merupakan proses filtrasi paling baik, yang dapat menyisihkan partikel
berukuran 1Ao sampai 10Ao. Keuntungan metode ini: untuk umpan dengan terlarut
dibawah 400 ppm, merupakan perlakuan yang murah.

b.

Nanofiltrasi
Proses nanofiltrasi merejeksi kesadahan, menghilangkan bakteri dan virus,
menghilangkan zat warna karena adanya bahan organik tanpa menghasilkan zat kimia
berbahaya seperti hidrokarbon terklorinasi.

c.

Ultrafiltrasi
Merupakan teknologi pemisah menggunakan membran untuk memisahkan
berbagai zat terlarut dengan berat molekul tinggi, bermacam koloid, mikroba sampai
padatan tersuspensi dalam suatu larutan. Metode ini menggunakan membran semi
permeabel untuk memisahkan makromolekul dari larutannya.

d.

Mikrofiltrasi

Merupakan pemisah partikel berukuran micron.

Jenis-jenis membran berdasarkan jenis pemisahan dan strukturnya, membrane


dapat dibagi menjadi 3 kategori : (Wahyu Hidayat, 2007)
Membran. Sweep (berupa cairan atau gas) digunakan untuk membawa
permeate hasil pemisahan.
Porous membrane. Pemisahan berdasarkan atas ukuran partikel dari zat-zat yang akan
dipisahkan. Hanay partikel dengan ukuran tertentu yang dapat melewati membran
sedangkan sisanya akan tertahan. Berdasarkan klasifikasi mesopores (2-50nm), dan
micropores (<2nm). Porous membrane digunakan padda microfiltration dan
ultrafiltration.
Non-porous membrane. Dapat digunakan untuk memisahkan molekul dengan ukuran
yang sama, baik gas maupun cairan. Pada non-porous membrane, tidak terdapat pori
seperti halnya porous membrane. Perpindahan molekul terjadi melalui mekanisme
difusi. Jadi molekul terlarut didalam membran, baru kemudian berdifusi melewati
membran tersebut.
Carrier membrane. Pada carriers membrane, perpindahan terjadi dengan bantuan
carrier molecule yang mentransportasikan komponen yang diinginkan untuk melewati
membran. Carrier molecule memiliki afinitas yang spesifik terhadap salah satu
komponen sehingga pemisahan dengan selektivitas yang tinggi dapat dicapai.
Proses pemisahan dengan membran dapat tercapai karena membran mempunyai
kemampuan untuk memindahkan atau memissahkan suatu komponen dari suatu
campuran umpan dengan lebih mudah dari komponen lain. Hal ini disebabkan
perbedaan sifat fisik dan kimia antara membran dengan komponen yang dapat
dilewatkan.
Upstream merupakan sisi umpan yang terdiri dari bermacam-macam molekul
(komponen) yang akan dipisahkan, sedangkan down stream adalah sisi permeat yang
merupakan hasil pemisahan. Pemisahan ini terjadi karena adanya gaya pendorong
(drivng force) yang berupa perbedaan gaya gerak listrik, perbedaan temperatur,
perbedaan konsentrasi dan perbedaan tekanan.
Kinerja membran atau efisiensi membran ditentukan oleh dua parameter yaitu fluks
dan rejeksi (penolakan). (Mulder, 1996).
Fluks volum (Jv)
Fluks didefinisikan sebagai zat yang dapat menembus membran tiap satuan luas
membrane per satuan waktu. Fluks demikian dapat dinyatakan sebagai fluks volum
(Jv) yang dinyatakan sebagai berikut :

Jv =

V
At

Dimana :
Jv
= fluks volum
A
= luas permukaan
V
= volum permeat
T
= Waktu

Fluks volume dihitung berdsarkan grafik volume permeat vs waktu dari tiap-tiao
tumpuhan.
Rejeksi
Rejksi menunjukkan besarnya kandungan garam yang tertahan pada permukaan
membrane yang tidak menembus membrane dinyatakan sebgai berikut :
R=( 1-

CP
CF ) X 100%

Dimana :
R
= Rejeksi (%)
Cp = konsentrasi solute dalam permeat ( ppm)
Cf
= konsentrasi solute dalam umpan (ppm)
Jika konsentrasi rejeksi yang diperoleh cukup besar (100%) air bersih yang diperoleh
cukup murni (hampir tidak mengandung kadar garam).
Membran keranik, material berpori sebagai komposit dengan komponen pertama
adalah bagian padat dan komponen kedua adlaah fassa udara didalam pori. Keramik
yang digunakan sebagai membran memiliki pori dengan rentang ukuran antara 1 m
hingga mendekati 1 mm. Rentang ukuran tersebut termasuk dalam kategori liquid
phase pore atau spatial pore (atau disebut juga macropore).
3.2.

AIR RAWA

Rawa adalah bagian permukaan bumi yang tergenang air dan ditumbuhi oleh
tumbuh-tumbuhan serta letaknya lebih rendah dari daerah sekitarnya. Air yang
menggenangi daerah rawa pada umumnya dangkal sehingga mudah ditumbuhi oleh
tumbuh-tumbuhan, seperti kayu ulin, rumput-rumputan, enceng gondok, dan
sebagainya.
Pohon-pohon besar di Kalimantan banyak tumbuh di daerah rawa dan
dijadikan sebagai wilayah Hak Pengusahaan Hutan (HPH) oleh pengusaha-pengusaha
yang bergerak di bidang perkayuan. Ciri-ciri daerah rawa adalah selalu tergenang air,
ditumbuhi oleh rumput-rumputan air sampai pohon-pohon besar, airnya mengandung
bahan organis, dan terdapat lahan gambut.
A. Jenis-jenis rawa
Jenis-jenis rawa dapat dibedakan berdasarkan penggolongan sebagai berikut:
1. Berdasarkan lokasi terjadinya
Jenis rawa berdasarkan lokasi terjadinya adalah sebagai berikut:

Rawa pantai, yakni rawa yang terdapat di pinggir pantai. Rawa ini selalu
dipengaruhi oleh pasang surut air laut. Proses terjadinya karena bagian-bagian
rendah di pinggir laut selalu digenangi air laut. Tanaman yang dapat tumbuh

antara lain pohon bakau. Contoh: rawa-rawa pantai di teluk Bone Sulawesi
Selatan.

Rawa payau, yakni rawa yang terdapat di muara sungai dan dipengaruhi oleh
pasang surutnya air laut. Rawa payau terjadi karena bagian rendah di sekitar
muara sungai selalu tergenang akibat peluapan air sungai dan pasang surutnya air
laut. Rawa seperti ini banyak ditumbuhi rumput-rumputan dan pohon-pohon yang
tahan air seperti kayu ulin, bakau, dan sebagainya. Di Kalimantan Selatan dan
Kalimantan Tengah, rawa seperti ini banyak dijadikan oleh penduduk dan
pemerintah sebagai wilayah persawahan pasang surut.

Rawa sungai, yakni rawa yang terjadi karena di bagian sisi kiri-kanan sungai
terdapat daerah-daerah yang rendah di mana air sungai selalu menggenanginya.
Rawa seperti ini banyak terdapat pada wilayah-wilayah pedalaman sungai di
Kalimantan dan bagian timur pulau Sumatera. Contoh: rawa-rawa di sungai Musi
antara Kota Palembang sampai Kota Sebayu (Sumatera Selatan), rawa-rawa
sungai Mahakam antara Muara Kaman sampai Muara Amuntai dan Kahala di
Kalimantan Timur.

Rawa cekungan, yakni rawa yang terdapat pada daerah-daerah cekungan tertentu
yang selalu terisi air. Terjadinya cekungan karena penurunan atau pengangkatan
oleh kekuatan endogen di sekeliling cekungan. Contoh, rawa Pening di Jawa
Tengah.

Rawa danau, yakni rawa yang terjadi akibat pasang surut-nya air danau. Pada
musim hujan, danau menggenangi daerah sekitarnya dan pada musim kemarau air
danau surut. Di daerah sekeliling danau yang mengalami pasang surut itulah
terbentuk rawa danau. Contoh, rawa di sekitar danau Tempe.

2. Berdasarkan rasa airnya


Berdasarkan rasa airnya, jenis rawa dapat dibedakan sebagai berikut:

Rawa air asin, yakni rawa yang kandungan airnya terdiri atas air asin atau air laut.
Rawa ini banyak terdapat di daerah pantai di In-donesia, antara lain rawa-rawa di
pantai barat dan pantai timur Aceh, di sekitar pantai teluk Bone Sulawesi Selatan,
dan sebagainya.

Rawa air payau, yakni rawa yang terbentuk karena adanya percampuran antara air
asin (air laut) dan air tawar. Rawa ini rasa airnya payau. Rawa air payau banyak
terdapat di muara sungai-sungai di Kalimantan dan muara sungai di pantai timur
pulau Sumatera.

Rawa air tawar, yakni rawa yang airnya dipengaruhi oleh air sungai, air hujan, dan
air tanah. Rawa ini rasa airnya tawar. Rawa seperti ini banyak terdapat di daerahdaerah pedalaman sungai-sungai di Kalimantan dan pedalaman sungai-sungai di
pantai timur pulau Sumatera serta rawa-rawa di daerah cekungan dan rawa danau.

B. Pemanfaatan rawa
Rawa dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, yaitu sebagai berikut:

Persawahan pasang surut

Baik di Kalimantan maupun di pantai timur pulau Sumatera, rawa-rawa banyak dijadikan
sebagai wilayah persawahan pasang surut.

Menghasilkan kayu

Di daerah pedalaman Kalimantan dan pantai timur Sumatera, rawa banyak menghasilkan
kayu, seperti bakau, ulin, meranti, dan sebagainya.

Menghasilican nipah dan rumbia

Nipah dan rumbia banyak terdapat di rawa-rawa pantai. Daunnya digunakan sebagai atap
rumah oleh penduduk setempat. Rawa yang menghasilkan nipah dan rumbia banyak
terdapat di wilayah pantai Sulawesi Selatan, Maluku, dan Papua.

Wilayah permukiman

Di daerah Kalimantan dan pantai timur pulau Sumatera, daerah rawa banyak dijadikan
sebagai wilayah permukiman. Wilayah ini dihuni oleh penduduk setempat dan
transmigran dari Jawa, Bali, dan Lombok.

Perikanan

Di daerah-daerah rawa air tawar banyak terdapat ikan air tawar yang dimanfaatkan
penduduk sebagai lauk pauk. Daerah rawa air payau dimanfaatkan penduduk untuk
memelihara ikan bandeng, udang, dan kepiting bakau. Adapun di daerah rawa air asin,
pohon bakau menjadi tempat bersarangnya kepiting dan udang.

Peternakan
Daerah-daerah rawa di Kalimantan Selatan digunakan penduduk sebagai tempat
pemeliharaan kerbau rawa dan itik alabio.

C. PENGOLAHAN AIR RAWA

3.3 BAKU MUTU


Baku mutu air bersih menurut permankes no 416 tahun 1990 :
Parameter

Satuan

Bau
TDS
Kekeruhan
pH
Klorida

mg/L
NTU
Mg/L

Batas Maksimum yang Diperbolehkan


Air Bersih
Air Minum
Tidak berbau
Tidak Berbau
1500
1000
25
5
6,5-9,0
6,5-8,5
600
250

4. PROSEDUR KERJA
4.1.
Variasi waktu
- Memasang membrane pada modul membrane, sebelumnya membrane dicuci terlebih
dahulu dengan air bersih.
- Mempersiapkan umpan berupa air kolam dan memasukkan umpan ke dalam bak
aerator serta dilakukan aerasi pada umpan dengan waktu 40, 50, dan 60 menit.
- Mengatur tekanan sebesar 6psi.

Mengalirkan air umpan yang telah diaerasi ke bak penampung.


Menghidupkan pompa untuk mengalirkan air ke modul membrane.
Menampung permeat yang dihasilkan dengan wadah produk.
4.2.
Variasi tekanan
Memasang membrane pada modul membrane, sebelumnya membrane dicuci terlebih
dahulu dengan air bersih.
Mempersiapkan umpan berupa air kolam dan memasukkan umpan ke dalam bak
aerator serta dilakukan aerasi pada umpan dengan waktu 60 menit
Mengatur tekanan sebesar 7 psi, 8psi dan 9psi.
Mengalirkan air umpan yang telah diaerasi ke bak penampung.
Menghidupkan pompa untuk mengalirkan air ke modul membrane.
Menampung permeat yang dihasilkan dengan wadah produk.

5. DATA PENGAMATAN
5.1 Data Pengamatan Awal Air Limbah
No
1
2
3
4
5
6
7

Parameter
Nacl (ppm)
Resisten (K)
% DO
DO
pH
Conduktivitas (s)
TDS (ppm)

Nilai
288,5
1,710
63,2
4,94
3,05
309,8
293,9

5.2 Percobaan 1 ( Varisi waktu aerasi pada tekanan konstan)


Hasil Proses

AERASI
5 menit
15 menit
25 menit
35 menit
45 menit
KARBON
AKTIF
5 menit
15 menit
25 menit
35 menit
45 menit
MEMBRAN
KERAMIK
5 menit
15 menit
25 menit
35 menit
45 menit

Nacl

Resisten

% DO

DO

(ppm)

(K)

288,4
283,3
270,4
275,6
273,3

1,718
1,740
1,796
1,744
1,780

60,4
72,9
60,8
61,7
66

4,71
5,74
4,72
4,64
5

289,7
276,0
281,3
279,1
271,2

1,703
1,791
1,755
1,780
1,791

72,4
63,9
61
73,5
70,5

219,7
271,3
279,1
277,2
280,0

2,229
1,822
1,768
1,767
1,762

47,3
55,3
59
64,1
68

pH

Conduktivitas
(s)

TDS
(ppm)

3,03
3,10
3,14
3,36
3,19

308,7
303,3
293,6
297,6
295,9

292,1
287,1
278,4
281,8
280,1

5,68
5,06
4,84
5,69
5,28

3,07
3,12
3,16
2,75
3,21

309,2
295,4
300,8
296,8
293

293,8
297,8
285,0
281,1
278,1

3,64
4,34
4,44
4,79
4,95

2,95
3,13
3,82
3,31
3,25

236,6
290,6
196,6
302,4
300,3

224,3
275,0
280,7
284,1
284,3

pH

Conduktivitas
(s)

TDS

5.3 Percobaan 2 ( Variasi tekanan pada waktu aerasi konstan)


Hasil Proses

Nacl

Resisten

(ppm)

(K)

% DO

DO

(ppm)

KARBON
AKTIF
2 Psi
4 Psi
6 Psi
8 Psi
10 Psi

243,7
237,1
240,1
226,5
232,1

2,019
2,077
2,043
2,162
2,11

67
64,6
76,2
74,8
76,3

5,28
5,47
5,46
5,76
5,74

6,26
4,31
4,05
3,85
3,82

260,6
261,5
258,2
225,6
246,3

247,1
241,4
244,6
230,8
236,6

240,5
236
237
199,6
288,8

2,138
2,038
2,047
2,409
2,146

69,2
73,3
73,2
74,4
77,2

5,45
5,73
5,64
5,58
5,75

6,28
4,11
4,05
3,91
3,81

256
260,5
258,5
264,4
264,7

243,8
242,7
245,6
203,1
232,2

MEMBRAN
KERAMIK
2 Psi
4 Psi
6 Psi
8 Psi
10 Psi

6. DATA PERHITUNGAN
6.1 Menentukan nilai rejeksi Percobaan 1 (variasi waktu pada tekanan konstan)
- t = 5 menit,

Cp = 219,7

Cp = 288,5

ppm
x 100 =2,85
( 219,7
288,5 ppm )

R=1

t = 15 menit, Cp = 271,3

Cp = 288,5

ppm
x 100 =5,96
( 271,3
288,5 ppm )

R=1

t = 25 menit, Cp = 279,1
Cp = 288,5
279,1 ppm
R=1
x 100 =3,26
288,5 ppm

t = 35 menit, Cp = 277,2
Cp = 288,5
277,2 ppm
R=1
x 100 =3,92
288,5 ppm

)
)

t = 45 menit, Cp = 280,0
Cp = 288,5
280,0 ppm
R=1
x 100 =3,95
288,5 ppm

6.2 Percobaan 2 ( variasi tekanan tehadap waktu aerasi konstan)


-

P = 2 Psi,

Cp = 240,5
Cf = 288,5
240,5 ppm
R=1
x 100 =16,64
288,5 ppm

P = 4 Psi,

Cp = 236,0
Cf = 288,5
236,0 ppm
R=1
x 100 =18,20
288,5 ppm

Cp = 277,9
Cf = 288,5
277,9 ppm
R=1
x 100 =17,54
288,5 ppm

P = 8 Psi,

Cp = 199,6
Cf =288,5
199,6 ppm
R=1
x 100 =30,81
288,5 ppm

P = 6 Psi,

P = 10 Psi,
Cp = 228,8
Cf = 288,5
228,8 ppm
R=1
x 100 =20,69
288,5 ppm

7. Analisa Data
Berdasarkan data pengamatan yang diperoleh diketahui bahwa seluruh
permeat yang diperoleh masuk dalam kategori tidak layak minum dan tidak bersih.
Hal ini didasarkan atas perbandingan dari baku mutu terhadap hasil yang diperoleh.
Jika melihat parameter lain selain pH, maka permeat dapat dikatakan bersih dan layak
minum. Hanya nilai pH permeat saja yang tidak memenuhi nilai baku mutu air bersih
dan air minum.
Pada percobaan pertama terlihat bahwa penggunaan membrane efektif
mengurangi kandungan padatan terlarut, dengan fakta bahwa semakin lama waktu
aerasi umpan maka akan semakin efektif membrane keramik dalam memisahkan
padatan dari air. Namun, pada percobaan kedua proses penyaringan atau filtrasi
membrane tidak mempengaruhi kualitas air rawa yang diolah, bahkan memperburuk
kualitas air umpan. Hal ini dapat dikarenakan membrane yang telah lewat jenuh,
sehingga bukannya mengurangi padatan terlarut tetapi membrane malah menambah
kosentrasi padatan terlarut. Padatan yang ada pada membrane terlalu banyak sehingga
terbawa oleh air umpan.
6. Kesimpulan
Dari percobaan yang dilakukan diperoleh kesimpulan bahwa :
- Filtrasi membrane tidak cukup efektif untuk mengolah air rawa.
- Semakin lama waktu aerasi maka semakin baik kualitas air dan semakin tinggi persen
rejeksi.

Perubahan tekanan tidak mempengaruhi kualitas permeat.

Daftar Pustaka
Jobsheet Penuntun Praktikum Teknik Pengolahan Limbah. 2014. Palembang :

Politeknik Negeri Sriwijaya.


www.documents.com//Pengolahan-air-dengan-membran-keramik
www.scribd.com//Pengolahan-membran-keramik

GAMBAR ALAT

Anda mungkin juga menyukai