Anda di halaman 1dari 41

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Keterampilan berbicara dalam ragam budaya masyarakat Indonesia kini bisa
terwujud dalam berbagai bentuk, di antara rutinitas kegiatan berbicara dalam kehidupan
manusia sehari-hari. Apabila dirunut dari aspek tujuan, tempat, waktu, pihak yang terlibat,
serta sarana yang dipergunakan, kegiatan berbicara menurut G. Sukadi (1997) dapat
dibedakan menjadi obrolan, musyawarah/rapat, diskusi dan debat.
Seiring berjalannya waktu dan seiring perubahan zaman, manusia telah sangat
berkembang mulai dari penggunaan fasilitas dan juga cara berbicaranya. Dengan berbicara
manusia bisa menjalin hubungan atau saling berkomunikasi baik melalui facebook,
tweeter, dll. Manusia juga bisa saling berbicara melalui alat komunikasi. Dengan berbicara
saja kita mampu mengubah pola pikir kita dan mengubah kehidupan kita. Dengan
berbicara manusia terkadang menyinggung sehingga menimbulkan dampak negatif.
Berbicara juga dapat di gunakan pada saat berpresentasi ataupun seminar, namun masih
banyak orang yang belum mampu berbicara dengan baik di depan umum sehingga
manusia masih perlu belajar berbicara di depan umum ataupun untuk keperluan
akademiknya.
Menurut bahasa akademik Berbicara untuk keperluan akademik berarti pendidikan
atau proses belajar mengajar. Pengertian akademik itu sendiri jika dilihat dari latar
belakang terminologis adalah sebuah keadaan dimana orang-orang bisa menyampaikan
dan menerima gagasan, pemikiran, dan atau ilmu pengetahuan sekaligus melakukan
pengujian terhadapnya secara jujur, terbuka, dan leluasa. Selanjutnya jika atmosfer
akademik tumbuh maka kemudian akan berkembang menjadi kultur akademik, hal ini
ditandai dengan tumbuhnya minat baca yang tinggi, tradisi berdiskusi dan berbeda
pendapat, kreativitas menulis, serta proses belajar mengajar yang kondusif. Berbicara
untuk keperluan akademik meliputi : Presentasi, Seminar, berpidato dalam situasi formal,
dan belajar mengajar
Menurut taksiran, rata-rata manusia dalam kehidupuan normal mengucapkan 18.000
kata sehari. Jumlah ini akan bertambah banyak apabila aktivitasmanusia tersebut sebagian
besar merupakan interaksi sosial. Maka tak heran bila jalan menuju sukses baik sosial
1 | Page

maupun profesional dilalui lewat berbicara. Bila kita tidak dapat meyakinkan sebagai
pembicara, maka kita bukan berada pada jalan kesuksesan. Berbicara merupakan bentuk
komunikasi manusia yang paling esensial. Dengan berbicara manusia berbeda dibanding
makhluk lain. Dengan berbicara pula manusia dapat dengan mudah meraih simpati,
mendapatkan teman, relasi dan pasangan hidup.
Materi ini dilatarbelakangi oleh suatu kenyataan bahwa berbicara sebagai suatu
keterampilan berbahasa diperlukan untuk berbagai keperluan. Kegiatan Belajar Mengajar
(KBM) yang akan dilakukan dalam perkuliahan ini berbentuk praktek berbicara yang
sesungguhnya, dan pemberian atau penerimaan umpan balik. Kegiatan tersebut dilakukan
secara perorangan dan berkelompok.
Kegiatan belajar mengajar diarahkan untuk meningkatkan keterampilan berbicara
secara terpadu, fungsional, dan kontekstual. Artinya, setiap materi yang diberikan selalu
dikaitkan dengan usaha peningkatan keterampilan berbahasa (menyimak, membaca, dan
menulis) dan pengetahuan bahasa (kosakata dan struktur). Selain itu, agar pengajaran ini
bersifat fungsional dan kontekstual maka materi yang diberikan berupa bahan pengajaran
yang betul-betul bermakna bagi kita sebagai mahasiswa maupun calon guru, seperti
bercerita, berdialog, berpidato/berceramah, dan berdiskusi.
Berbicara untuk meraih sukses bukanlah berbicara sekedar mengeluarkan kata-kata
dari mulut. Berbicara kunci sukses merupakan sebuahstrategi. Direncanakan, terstruktur,
jelas dan memiliki visi. Berbicara kunci sukses juga berlandaskan pada teknik persuasi.
Memahami audiensi pda teknik persuasi. Memahami audiensi bicara, mengetahui kondisi,
menentukan teknik pendekatan yang tepat, mengambil langkah awal, dan akhirnya
mempengaruhi audiensi sehingga tujuan pembicara tercapai.
Berbicara di hadapan orang banyak merupakan hal yang mudah dilakukan oleh
orang tertentu, tetapi cukup menegangkan bagi banyak orang. Satu hal yang
menjadi penghalang utama untuk tampil dengan tenang adalah ketakutan untuk dinilai
negatif. Bagaimana cara menyingkirkan ketakutan ?. Melakukan presentasi adalah hal
yang mudah dilakukan oleh sebagian orang, terutama oleh mereka yang professional
dalam bidang komunikasi atau public speaking.
Namun, tidak semua orang mampu melakukan presentasi secara baik,memuaskan
audiens.Mereka yang gagal melakukan presentasi bukan saja para pemula yang kurang

2 | Page

berpengalaman, melainkan juga orang-orang yang memiliki jam terbang tinggi sebagai
eksekutif maupun yang aktif dalam kepengurusan berbagai organisasi.
1.2 Tujuan Penulisan
-

Menjelaskan materi mengenai debat


Menjelaskan materi mengenai brainstorming
Menjelaskan materi mengenai presentasi
Menjelaskan materi mengenai pidato
Menjelaskan materi mengenai diskusi panel

1.3 Rumusan Masalah


-

Apa yang diketahui mengenai debat ?


Apa yang diketahui mengenai Brainstorming ?
Apa yang diketahui mengenai Presentasi ?
Apa yang diketahui mengenai Seminar ?
Apa yang diketahui mengenai Diskusi Panel ?

1.4 Manfaat Penulisan


-

Dapat mengetahui hakikat kepentingan berbicara mengenai keperluan akademik


Dapat mengetahui lebih banya mengenai debat, brainstorming, presentasi, seminar
dan diskusi panel.

3 | Page

BAB II
ISI
2.1. Debat
2.1.1 Pengertian debat
Debat adalah pertukaran pikiran/ ide secara teratur tentang suatu masalah atau
dengan kata lain debat adalah pembahasan dan pertukaran pendapat mengenai suatu hal
dengan saling memberi alasan untuk mempertahankan pendapat masing-masing.
Debat merupakan kegiatan adu argumentasi antara dua pihak atau lebih, baik
secara perorangan maupun kelompok, dalam mendiskusikan dan memutuskan masalah
dan perbedaan. Secara formal, debat banyak dilakukan dalam institusi legislatif seperti
parlemen, terutama di negara-negara yang menggunakan sistem oposisi. Dalam hal ini,
debat dilakukan menuruti aturan-aturan yang jelas dan hasil dari debat dapat dihasilkan
melalui voting atau keputusan juri. Contoh lain debat yang diselenggarakan secara
formal adalah debat antar kandidat legislatif dan debat antar calon presiden/wakil
presiden yang umum dilakukan menjelang pemilihan umum.
Debat kompetitif adalah debat dalam bentuk permainan yang biasa dilakukan
di tingkat sekolah dan universitas. Dalam hal ini, debat dilakukan sebagai pertandingan
dengan aturan ("format") yang jelas dan ketat antara dua pihak yang masing-masing
mendukung dan menentang sebuah pernyataan. Debat disaksikan oleh satu atau
beberapa orang juri yang ditunjuk untuk menentukan pemenang dari sebuah debat.
Pemenang dari debat kompetitif adalah tim yang berhasil menunjukkan pengetahuan
dan kemampuan debat yang lebih baik.
Debat kompetitif dalam pendidikan
Tidak seperti debat sebenarnya di parlemen, debat kompetitif tidak bertujuan
untuk menghasilkan keputusan namun lebih diarahkan untuk mengembangkan
kemampuan-kemampuan tertentu di kalangan pesertanya, seperti kemampuan untuk
mengutarakan pendapat secara logis, jelas dan terstruktur, mendengarkan pendapat
yang berbeda, dan kemampuan berbahasa asing (bila debat dilakukan dalam bahasa
asing).
Namun, beberapa format yang digunakan dalam debat kompetitif didasarkan
atas debat formal yang dilakukan di parlemen. Dari sinilah muncul istilah "debat
4 | Page

parlementer" sebagai salah satu gaya debat kompetitif yang populer. Ada berbagai
format debat parlementer yang masing-masing memiliki aturan dan organisasinya
sendiri.
Kejuaraan debat kompetitif parlementer tingkat dunia yang paling diakui adalah
World

Universities

Debating

Championship

(WUDC)

dengan

gaya

British

Parliamentary di tingkat universitas dan World Schools Debating Championship


(WSDC) untuk tingkat sekolah menengah atas.
Kompetisi debat bertaraf internasional umumnya menggunakan bahasa Inggris
sebagai pengantar. Tidak ada bantuan penerjemah bagi peserta manapun. Namun,
beberapa kompetisi memberikan penghargaan khusus kepada tim yang berasal dari
negara-negara yang hanya menggunakan bahasa Inggris sebagai bahasa kedua (English
as Second Language - ESL).
Negara-negara yang terkenal dengan tim debatnya antara lain Inggris, Australia,
Irlandia, dan Amerika Serikat. Di Asia, negara yang dianggap relatif kuat antara lain
Filipina dan Singapura.
Debat kompetitif di Indonesia
Di Indonesia, debat kompetitif sudah mulai berkembang, walaupun masih
didominasi oleh kompetisi debat berbahasa Inggris. Kejuaraan debat parlementar
pertama di tingkat universitas adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED)
yang diselenggarakan tahun 1997 di Universitas Katolik Parahyangan, Bandung, dan
diikuti oleh tim-tim dari berbagai wilayah di P. Jawa. Kejuaraan debat se-Indonesia
yang pertama adalah Indonesian Varsity English Debate (IVED) 1998 di Universitas
Indonesia. Hingga kini (2006), kedua kompetisi tersebut diselenggarakan setiap tahun
secara bergilir di universitas yang berbeda.
Sejak 2001, Indonesia telah mengirimkan delegasi ke WSDC. Delegasi tersebut
dipilih setiap tahunnya melalui Indonesian Schools Debating Championship (ISDC)
yang diselenggarakan oleh Departemen Pendidikan Nasional bekerjasama dengan
Association for Critical Thinking (ACT).
Berbagai gaya debat parlementer
5 | Page

Dalam debat kompetitif, sebuah format mengatur hal-hal antara lain:


-

jumlah tim dalam satu debat


jumlah pembicara dalam satu tim
giliran berbicara
lama waktu yang disediakan untuk masing-masing pembicara
tatacara interupsi
mosi dan batasan-batasan pendefinisian mosi
tugas yang diharapkan dari masing-masing pembicara
hal-hal yang tidak boleh dilakukan oleh pembicara
jumlah juri dalam satu debat
kisaran penilaian

Australian Parliamentary/Australasian Parliamentary ("Australs")


Gaya debat ini digunakan di Australia, namun pengaruhnya menyebar hingga ke
kompetisi-kompetisi yang diselenggarakan di Asia, sehingga akhirnya disebut sebagai
format Australasian Parliamentary. Dalam format ini, dua tim beranggotakan masingmasing tiga orang berhadapan dalam satu debat, satu tim mewakili Pemerintah
(Government) dan satu tim mewakili Oposisi (Opposition), dengan urutan sebagai
berikut:
1. Pembicara pertama pihak Pemerintah - 7 menit
2. Pembicara pertama pihak Oposisi - 7 menit
3. Pembicara kedua pihak Pemerintah - 7 menit
4. Pembicara kedua pihak Oposisi - 7 menit
5. Pembicara ketiga pihak Pemerintah - 7 menit
6. Pembicara ketiga pihak Oposisi - 7 menit
7. Pidato penutup pihak Oposisi - 5 menit
8. Pidato penutup pihak Pemerintah - 5 menit
Pidato penutup (Reply speech) menjadi ciri dari format ini. Pidato penutup
dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua dari masing-masing tim (tidak boleh
pembicara ketiga). Pidato penutup dimulai oleh Oposisi terlebih dahulu, baru
Pemerintah.
6 | Page

Mosi dalam format ini diberikan dalam bentuk pernyataan yang harus didukung
oleh pihak Pemerintah dan ditentang oleh Pihak Oposisi, contoh:
(This House believes that) Globalization marginalizes the poor.
(Sidang Dewan percaya bahwa) Globalisasi meminggirkan masyarakat miskin.
Mosi tersebut dapat didefinisikan oleh pihak Pemerintah dalam batasan-batasan
tertentu dengan tujuan untuk memperjelas debat yang akan dilakukan. Ada aturanaturan yang cukup jelas dalam hal apa yang boleh dilakukan sebagai bagian dari
definisi dan apa yang tidak boleh dilakukan.
Tidak ada interupsi dalam format ini.
Juri (adjudicator) dalam format Australs terdiri atas satu orang atau satu panel
berjumlah ganjil. Dalam panel, setiap juri memberikan voting-nya tanpa melalui
musyawarah. Dengan demikian, keputusan panel dapat bersifat unanimous ataupun
split decision.
Di Indonesia, format ini termasuk yang pertama kali dikenal sehingga cukup populer
terutama di kalangan universitas. Kompetisi debat di Indonesia yang menggunakan
format ini adalah Java Overland Varsities English Debate (JOVED) dan Indonesian
Varsity English Debate (IVED).
Asian Parliamentary ("Asians")
Format ini merupakan pengembangan dari format Australs dan digunakan dalam
kejuaraan tingkat Asia. Perbedaannya dengan format Australs adalah adanya interupsi
(Points of Information) yang boleh diajukan antara menit ke-1 dan ke-6 (hanya untuk
pidato utama, tidak pada pidato penutup). Format ini juga mirip dengan World Schools
Style yang digunakan di WSDC.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam ALSA English Competition (e-Comp) yang
diselenggarakan (hampir) setiap tahun oleh ALSA LC Universitas Indonesia.

7 | Page

British Parliamentary ("BP")


Gaya debat parlementer ini banyak dipakai di Inggris namun juga populer di banyak
negara, sebab format inilah yang digunakan di kejuaraan dunia WUDC. Dalam format
ini, empat tim beranggotakan masing-masing dua orang bertarung dalam satu debat,
dua tim mewakili Pemerintah (Government) dan dua lainnya Oposisi (Opposition),
dengan susunan sebagai berikut:
Opening Government:
- Prime Minister

Opening Opposition:
- Leader of the Opposition

- Deputy Prime Minister

- Deputy Leader of the Opposition

Closing Government:

Closing Opposition:

- Member of the Government


- Government Whip

- Member of the Opposition


- Opposition Whip

Urutan berbicara adalah sebagai berikut:


1. Prime Minister - 7 menit
2. Leader of the Opposition - 7 menit
3. Deputy Prome Minister - 7 menit
4. Deputy Leader of the Opposition - 7 menit
5. Member of the Government - 7 menit
6. Member of the Opposition - 7 menit
7. Government Whip - 7 menit
8. Opposition Whip - 7 menit
Setiap pembicara diberi waktu 7 menit untuk menyampaikan pidatonya. Di antara menit
ke-1 dan ke-6, pembicara dari pihak lawan dapat mengajukan interupsi (Points of
Information). Bila diterima, pembicara yang mengajukan permintaan interupsi tadi
diberikan waktu maksimal 15 detik untuk menyampaikan sebuah pertanyaan yang
kemudian harus dijawab oleh pembicara tadi sebelum melanjutkan pidatonya.

8 | Page

Juri dalam debat BP bisa satu orang atau satu panel berjumlah ganjil. Di akhir debat,
juri menentukan urutan kemenangan dari peringkat 1 sampai 4 untuk debat tersebut.
Dalam panel, keputusan sebisanya diambil berdasarkan mufakat. Bila mufakat tidak
tercapai, Ketua Panel akan membuat keputusan terakhir.
Di Indonesia, format ini digunakan dalam kompetisi Founder's Trophy yang
diselenggarakan oleh Komunitas Debat Bahasa Inggris Universitas Indonesia setiap
tahun.
Format World Schools
Format yang digunakan dalam turnamen World Schools Debating Championship
(WSDC) dapat dianggap sebagai kombinasi BP dan Australs. Setiap debat terdiri atas
dua tim, Proposisi dan Oposisi, beranggotakan masing-masing tiga orang. Urutan
pidato adalah sebagai berikut:
1. Pembicara pertama Proposisi - 8 menit
2. Pembicara pertama Oposisi - 8 menit
3. Pembicara kedua Proposisi - 8 menit
4. Pembicara kedua Oposisi - 8 menit
5. Pembicara ketiga Proposisi - 8 menit
6. Pembicara ketiga Oposisi - 8 menit
7. Pidato penutup Oposisi - 4 menit
8. Pidato penutup Proposisi - 4 menit
Pidato penutup (reply speech) dibawakan oleh pembicara pertama atau kedua masingmasing tim (tidak boleh pembicara ketiga) dan didahului oleh pihak Oposisi dan ditutup
oleh pihak Proposisi.
Aturan untuk interupsi (Points of Information - POI) mirip dengan format BP. POI
hanya dapat diberikan antara menit ke-1 dan ke-7 pidato utama dan tidak ada POI
dalam pidato penutup.
9 | Page

Di Indonesia, format ini digunakan dalam kejuaraan Indonesian Schools Debating


Championship (ISDC). Beberapa SMU di Indonesia yang pernah mengadakan
kompetisi debat juga menggunakan format ini.
American Parliamentary
Debat parlementer di Amerika Serikat diikuti oleh dua tim untuk setiap debatnya
dengan susunan sebagai berikut:

Government
o

Prime Minister (PM)

Member of the Government (MG)

Opposition
o

Leader of the Opposition (LO)

Member of the Opposition (MO)

Debat parlementer diadakan oleh beberapa organisasi berbeda di Amerika Serikat di


tingkat pendidikan menengah dan tinggi. National Parliamentary Debate Association
(NPDA), American Parliamentary Debate Association (APDA), dan National
Parliamentary Tournament of Excellence (NPTE) menyelenggarakan debat parlementer
tingkat universitas dengan susunan pidato sebagai berikut:
-

Prime Minister - 7 menit


Leader of the Opposition - 8 menit
Member of the Government - 8 min
Member of the Opposition - 8 min
Leader of the Opposition Rebuttal - 4 min
Prime Minister Rebuttal - 5 min

California High School Speech Association (CHSSA) dan National Parliamentary


Debate League (NPDL) menyelenggarakan debat parlementer tingkat sekolah
menengah dengan susunan pidato sebagai berikut:
-

Prime Minister - 7 menit


Leader of the Opposition - 7 menit
Member of the Government - 7 menit
10 | P a g e

Member of the Opposition - 7 menit


Leader of the Opposition Rebuttal - 5 menit
Prime Minister Rebuttal - 5 menit

Dalam semua format tersebut kecuali CHSSA, interupsi berupa pertanyaan dapat
ditanyakan kepada pembicara keempat pidato pertama, kecuali pada menit pertama dan
terakhir pidato. Dalam format CHSSA, keenam pidato semuanya dapat diinterupsi.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.

Debat kompetitif selain debat parlementer


Debat Proposal
Dalam gaya Debat Proposal (Policy Debate), dua tim menjadi penganjur dan
penentang sebuah rencana yang berhubungan dengan topik debat yang diberikan. Topik
yang diberikan umumnya mengenai perubahan kebijakan yang diinginkan dari
pemerintah. Kedua tim biasanya memainkan peran Afirmatif (mendukung proposal)
dan Negatif (menentang proposal). Pada praktiknya, kebanyakan acara debat tipe ini
hanya memiliki satu topik yang sama yang berlaku selama setahun penuh atau selama
jangka waktu lainnya yang sudah ditetapkan.
Bila

dibandingkan

dengan

debat

parlementer,

debat

proposal

lebih

mengandalkan pada hasil riset atas fakta-fakta pendukung (evidence). Debat ini juga
memiliki persepsi yang lebih luas mengenai argumen. Misalnya, sebuah proposal
alternatif (counterplan) yang membuat proposal utama menjadi tidak diperlukan dapat
menjadi sebuah argumen dalam debat ini. Walaupun retorika juga penting dan ikut
memengaruhi nilai setiap pembicara, pemenang tiap babak umumnya didasari atas siapa
yang telah "memenangkan" argumen sesuai dengan fakta pendukung dan logika yang
diberikan. Sebagai konsekuensinya, juri kadang-kadang membutuhkan waktu yang
lama untuk mengambil keputusan karena semua fakta pendukung harus diperiksa
terlebih dahulu.

11 | P a g e

Di Amerika Serikat, Debat Proposal adalah tipe debat yang lebih populer dibandingkan
debat parlementer. Kegiatan ini juga telah dicoba dikembangkan di Eropa dan Jepang
dan gaya debat ini ikut memengaruhi bentuk-bentuk debat lain. Di AS, Debat Proposal
tingkat SMU diselenggarakan oleh NFL dan NCFL. Di tingkat universitas, debat ini
diselenggarakan oleh National Debate Tournament (NDT), Cross Examination Debate
Association (CEDA), National Educational Debate Association, dan Great Plains
Forensic Conference.
Debat Proposal terdiri atas dua tim beranggotakan masing-masing dua orang dalam tiap
debatnya. Setiap pembicara membawakan dua pidato, satu pidato konstruktif (8 atau 9
menit) yang berisi argumen-argumen baru dan satu pidato sanggahan (4, 5, atau 6
menit) yang tidak boleh berisi argumen baru namun dapat berisi fakta pendukung baru
untuk membantu sanggahan. Biasanya, sehabis setiap pidato konstruktif, pihak lawan
diberikan kesempatan untuk melakukan pemeriksaan silang (cross-examination) atas
pidato tersebut. Setiap isu yang tidak ditanggapi oleh pihak lawan dianggap sudah
diterima dalam debat. Dewan juri secara saksama mencatat semua pernyataan yang
dibuat dalam suatu babak (sering disebut flow).
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
Lincoln-Douglas Debate
Nama gaya debat ini diambil dari debat-debat terkenal yang pernah dilakukan di
Senat Amerika Serikat antara kedua kandidat Lincoln dan Douglas. Setiap debat gaya
ini diikuti oleh dua pedebat yang bertarung satu sama lain.
Argumen dalam debat ini terpusat pada filosofi dan nilai-nilai abstrak, sehingga sering
disebut sebagai debat nilai (value debate). Debat LD kurang menekankan pada fakta
pendukung (evidence) dan lebih mengutamakan logika dan penjelasan.
Di Indonesia, format debat ini belum populer dan belum ada kompetisi reguler yang
menggunakannya.
2.2. Brainstorming
12 | P a g e

2.2.1 Pengertian Brainstorming


Teknik Brainstorming pertama kali dikemukakan oleh Alex Osborn pada
tahun 1953 dalam bukunya Applied Imagination. Brainstorming berarti
menyerbu suatu masalah dengan ide-ide
Metode Brainstorming adalah suatu teknik atau mengajar yang dilaksanakan
oleh guru di dalam kelas. Ialah dengan melontarkan suatu masalah ke kelas oleh guru,
kemudian siswa menjawab atau menyatakan pendapat, atau komentar sehingga
mungkin masalah tersebut berkembang menjadi masalah baru, atau dapat diartikan pula
sebagai satiu cara untuk mendapatkan banyak ide dari sekelompok manusia dalam
waktu yang singkat (Roestiyah 2001:73).
Metode sumbang saran (brainstorming) adalah suatu bentuk diskusi dalam
rangka menghimpun gagasan, pendapat, informasi, pengetahuan, pengalaman dari
semua peserta. Berbeda dengan diskusi, dimana gagasan dari seseorang ditanggapi
(didukung, dilengkapi, dikurangi, atau tidak disepakati) oleh peserta lain, pada
penggunaan metode curah pendapatorang lain tidak untuk ditanggapi.
Tujuan brainstorming adalah untuk membuat kompilasi (kumpulan) pendapat,
informasi, pengalaman semua peserta yang sama atau berbeda. Hasilnya kemudian
dijadikan peta informasi, peta pengalaman, atau peta gagasan (mindmap) untuk menjadi
pembelajaran bersama. Metode ini digunakan untuk menguras habis apa yang
dipikirkan para siswa dalam nmenanggapi masalah yang dilontarkan guru di kelas
tersebut. Sedangkan manfaat dari teknik ini ialah :
o Dapat Mengidentifikasi Masalah
o Menganalisis situasi
o Mengalirkan ide-ide baru
o Menganalisis ide-ide
o Menentukan alternatif pemecahan masalah
o Merencanakan langkah-langkah dan kegiatan yang akan dilakukan untuk
memperbaiki masalah.
13 | P a g e

2.2.2. Langkah langkah metode Brainstorming


Tugas guru dalam pelaksanaan metode ini adalah memberikan masalah yang
mampu merangsang pikiran siswa, sehingga mereka menanggapi, dan guru tidak boleh
mengomentari bahwa pendapat siswa itu benar/ salah, juga tidak perlu disimpulkan,
guru hanya menampung semua pernyataan pendapat siswa, sehingga semua siswa di
dalam kelas mendapat giliran, tidak perlu komentar atau evaluasi.
Siswa bertugas menanggapi masalah dengan mengemukakan pendapat,
komentar atau bertanya, atau mengemukakan masalah baru, mereka belajar dan melatih
merumuskan pendapatnya dengan bahasa dan kalimat yang baik. Siswa yang kurang
aktif perlu dipancing dengan pertanyaan dari guru agar turut berpartisipasi aktif, dan
berani mengemukakan pendapatnya.
Berikut ini adalah langkah-langkah pembelajaran yang menggunakan metode
brainstorming :
1. Pemberian informasi dan motivasi . Guru menjelaskan masalah yang dihadapi beserta
latar belakangnya dan mengajak peserta didik aktif untuk menyumbangkan
pemikirannya.
2. Identifikasi Pada tahap ini peserta didik diundang untuk memberikan sumbang saran
pemikiran sebanyak-banyaknya. Semua saran yang masuk ditampung, ditulis dan tidak
dikritik. Pimpinan kelompok dan peserta hanya boleh bertanya untuk meminta
penjelasan. Hal ini agar kreativitas peserta didik tidak terhambat.
3.
Klasifikasi Semua saran dan masukan peserta ditulis. Langkah selanjutnya
mengklasifikasikan berdasarkan kriteria yang dibuat dan disepakati oleh kelompok.
Klasifikasi bisa berdasarkan struktur/ faktor-faktor lain.
4. Verifikasi Kelompok secara bersama melihat kembali sumbang saran yang telah
diklasifikasikan. Setiap sumbang saran diuji relevansinya dengan permasalahannya.
Apabila terdapat sumbang saran yang sama diambil salah satunya dan sumbang saran
yang tidak relevan bisa dicoret. Kepada pemberi sumbang saran bisa diminta
argumentasinnya.
14 | P a g e

5. Konklusi (Penyepakatan). Guru/pimpinan kelompok beserta peserta lain mencoba


menyimpulkan butir-butir alternatif pemecahan masalah yang disetujui. Setelah semua
puas, maka diambil kesepakatan terakhir cara pemecahan masalah yang dianggap
paling tepat.
2.2.3 Keunggulan dan Kelemahan Metode Brainstorming
Brainstorming dalam bahasa Indonesia disebut sebagai curah gagas/ curah
pendapat/ sumbang saran. Dengan demikian keutamaan metode brainstorming ini
adalah penggunaan kapasitas otak dalam menjabarkan gagasan atau menyampaikan
suatu ide Dalam proses brainstorming, seseorang akan dituntut untuk mengeluarkan
semua gagasan sesuai dengan kapasitas wawasan dan psikologisnya. Metode
brainstorming adalah metode yang sangat tepat untuk menjabarkan proses tersebut
dengan mudah dan efisien.
Keunggulan metode brainstorming yaitu :
1. Anak-anak berfikir untuk menyatakan pendapat.
2. Melatih siswa berpikir dengan cepat dan tersusun logis.
3. Merangsang siswa untuk selalu siap berpendapat yang berhubungan dengan
masalah yang diberikan oleh guru. .
4. Meningkatkan partisipasi siswa dalam menerima pelajaran.
5. Siswa yang kurang aktif mendapat bantuan dari temannya yang sudah pandai atau
dari guru.
6. Terjadi persaingan yang sehat.
7. Anak merasa bebas dan gembira.
8. Suasana demokratis dan disiplin dapat ditumbuhkan.

Sedangkan hal-hal yang perlu diatasi dalam penggunaan metode brainstorming yaitu :
1. Guru kurang memberi waktu yang cukup kepada siswa untuk berpikir dengan baik.
2. Anak yang kurang pandai selalu ketinggalan.
3. Guru hanya menampung pendapat tidak pernah merumuskan kesimpulan.
15 | P a g e

4. Siswa tidak segera tahu apakah pendapatnya itu betul atau salah.
5. Tidak menjamin hasil pemecahan masalah.
6. Masalah bisa berkembang ke arah yang tidak diharapkan. (Roestiyah, 2001:74-75).
Berbagai kekurangan tersebut dapat diatasi apabila seorang guru atau pimpinan
dalam kelas bisa membaca situasi dan menguasai kelas dengan baik untuk mencari
solusi. Guru harus bisa menjadi penengah dan mengatur situasi dalam kelas sebaik
mungkin. Caranya yaitu dengan menguasai betul-betul materi yang akan disampaikan
dan membuat perencanaan proses belajar mengajar dengan matang.

2.3 Seminar
2.3.1 Pengertian Seminar
Kata seminar berasal dari kata Latin semin yang berarti benih. Jadi, seminar
berarti tempat benih-benih kebijaksanaan. Seminar merupakan pertemuan ilmiah
yang dengan sistematis mempelajari suatu topik khusus di bawah pimpinan seorang ahli
dan berwenang dalam bidang tersebut. Seminar merupakan suatu pertemuan atau
persidangan untuk membahas suatu masalah di bawah pimpinan ketua sidang (guru
besar atau seseorang ahli). Pertemuan atau persidangan dalam seminar biasanya
menampilkan satu atau beberapa pembicaraan dengan makalah atau kertas kerja
masing-masing.
Seminar biasanya diadakan untuk membahas suatu masalah secara ilmiah.
Masalah yang dibahas di dalam suatu seminar dapat mencakup berbagai bidang disiplin
ilmu atau berbagai kegiatan di dalam kehidupan masyarakat.Yang berpartisipasi pun
orang yang ahli dalam bidangnya. Seminar tentang pemasaran suatu produk, tentu
dihadiri oleh para pakar bidang pemasaran. Seminar pendidikan tentu saja dihadiri oleh
para ahli pendidikan.
Sementara itu, peserta berperan untuk menyampaikan pertanyaan, ulasan, dan
pembahasan sehingga menghasilkan pemahaman tentang suatu masalah. Pelaksanaan
persidangan dalam seminar biasanya dipimpin oleh seorang pemandu dan dibantu oleh
seorang atau beberapa orang sekretaris.Sebuah seminar biasanya memiliki fokus pada
suatu topik yang khusus, di mana mereka yang hadir dapat berpartisipasi secara aktif.
Seminar seringkali dilaksanakan melalui sebuah dialog dengan seorang moderator
16 | P a g e

seminar, atau melalui sebuah presentasi hasil penelitian dalam bentuk yang lebih
formal.
Biasanya, para peserta bukanlah seorang pemula dalam topik yang didiskusikan
(di universitas, kelas-kelas seminar biasanya disediakan untuk mahasiswa yang telah
mencapai tingkatan atas). Sistem seminar memiliki gagasan untuk lebih mendekatkan
mahasiswa kepada topik yang dibicarakan. Di beberapa seminar dilakukan juga
pertanyaan dan debat, seminar memiliki sifat lebih informal dibandingkan sistem kuliah
di kelas dalam sebuah pengajaran akademis.Biasanya sebuah seminar berbentuk
instruksi akademik, baik di lembaga akademis atau ditawarkan oleh organisasi
komersial atau profesional.
Sekarang, sistem seminar yaitu untuk membiasakan siswa / mahasiswa untuk
mengenali lebih luas metodologi subjek yang mereka pilih dan juga untuk
memungkinkan mereka untuk berinteraksi dengan contoh-contoh dari masalah-masalah
praktis yang selalu terjadi selama penelitian. Seminar ini merupakan sarana yang cocok
di mana pembahasan suatu topik / tugas dibahas di depan umum, pertanyaan dapat
diangkat dan debat dapat dilakukan. Hal ini relatif informal, setidaknya dibandingkan
dengan sistem kuliah instruksi akademik.
Adapun yang terlibat dalam seminar adalah :
1. Ruang Seminar
Ruang seminar yang memadai adalah sebuah ruang yang memungkinkan
interaksi aktif bagi selurah orang yng aktif mengikuti seminar. Sebuah meja bundar
besar meliputi kursi adalah sebuah contoh yang baik atau bentuk forum dilokal juga
baik. Ruangan tentu saja harus cukup tenang dan cukup terang untuk memberikan iklim
yang enak untuk mengadakan kegiatan seminar pendidikan. Adanya sebuah papan tulis
yang dapat membantu serta sarana dan prasarana lainnya yang dapat mendukung
kegiatan seminar berlangsung.
2. Pengarah
Dalam kegiatan seminar proposal pendidikan juga sangat dibutuhkan seorang
pengarah yang memiliki fungsi sebagai orang yang dapat menengahkan pendapat antara
peserta dan peyaji tentunya pengarah disini adalah orang yang benar-benar ahli dalam
pendidikan. Pengarah adalah ahli yang memiliki kompetensi pendidikan sehingga
dalam kegiatan seminar semua permasalahan yang ada dan tidak dapat di pecahkan
dapat diselesaikan oleh seorang pengarah, sehingga tujuan seminar dapat terlaksana
dengan baik tanpa melenceng dari isi karya ilmiah penyaji, berbeda dengan seminar
17 | P a g e

yang secara umum tentunya tidak ada pengarah hanya penyaji saja yang dapat
menjawab dari beberapa kritikan dari peserta. Pengarah dapat berbicara dan
memberikan pendapat setelah selesai karya ilmiah disajikan dan kritikan dari peserta,
boleh juga berbicara di tengah berjalannya kegiatan namun dengan alasan sesuatu hal
yang memang sangat penting disampaikan ketika ada permasalahan tentang isi karya
ilmiah.
3. Peserta
Untuk berjalannya sebuah seminar dengan baik, semua peserta adalah bukan
kertas kosong yang menunggu diisi, seperti halnya kuliah. Mereka harus sudah
membaca tentang tema yang akan diseminarkan. Mereka bisa membuat sebuah esei
pendek tentang tema yang diseminarkan. Bila yang diseminarkan adalah sebuah teks,
teks tersebut telah dibaca secara analitis, ditandai, disertai tanggapan dan kritik. Dengan
terlebih dahulu membaca tentang tema yang akan diseminarkan, mereka telah
mengolahnya di dalam kepala mereka. Mereka telah memiliki bayangan akan apa yang
diseminarkan. Kertas di tangan yang berisi ringkasan tema yang diseminarkan menurut
masing-masing peserta, akan memandu mereka nantinya di dalam seminar.
4. Moderator
Seorang moderator di dalam seminar berbeda dengan seorang lektor di dalam
kuliah. Ia bukanlah seorang yang memberikan pelajaran, melainkan orang yang
mengarahkan jalannya seminar.Semestinyalah seorang moderator adalah orang yang
paling senior dalam tema yang akan diseminarkan. Ini bukan berarti pendapatnyalah
yang paling benar. Senioritas dalam penguasaan materi semata-mata untuk
mengarahkan seminar, karena ia mestinya yang paling tahu tentang seluk beluk tema
yang diseminarkan. Peran seorang moderator ada dua: mengarahkan (directing) dan
memoderasi (moderating). Dalam mengarahkan, ia menjaga agar seminar tidak
melenceng dari tema. Dengan memoderasi, ia menjaga agar tidak ada satu orang atau
satu ide tertentu yang terlalu mendominasi seminar sehingga seluruh tema seminar
tidak tereksplorasi dengan baik. Sebelum seminar, seorang moderator harus telah
membaca tema yang akan diseminarkan, menyiapkan catatan tentang tema tersebut,
menentukan kata-kata kunci, dan menyusun pertanyaan-pertanyaan kunci yang nantinya
akan ditanyakan di dalam seminar. Di awal seminar ia dapat menuliskan terlebih dahulu
poin-poin yang akan didiskusikan atau menggambarkan sebuah diagram yang
mencerminkan ide yang akan didiskusikan.Seorang moderator yang baik haruslah
seorang pendengar dan pembicara yang baik. Ia mampu menangkap maksud sebuah
pembicaraan dan membuatnya lebih jelas. Ia mampu memparafrasekan sebuah
18 | P a g e

pertanyaan menjadi pertanyaan lain yang lebih jelas. Mengingat beratnya tugas seorang
moderator, sebaiknya seorang moderator tidak memimpin sebuah seminar lebih dari
satu kali dalam sehari.
5. Notulen
Notulen adalah orang yang diberi tugas dalam seminar untuk membuat catatan
singkat tentang jalannya persidangan/ rapat/ seminar juga merangkum isi secara tertulis
dari persidangan/ rapat atau seminar. Seorang notulen juga sangat berfungsi dalam
kegiatan ilmiah sebab moderator sebagai pengelola kegiatan butuh catatan penting
tentang jalannya kegiatan. Pada kebiasaannya tempat notulen berdekatan dengan
moderator sehingga ketika berjalan kegiatan tidak terjadi miss communication ( kurang
komunikasi ) antara notulen dengan moderator, dalam hal ini notulen tidak saja menulis
dari awal kegiatan namun sampai dengan berakhirnya kegiatan notulen juga
berkewajiban menulis jalannya kegiatan.
6. Jalannya Seminar
Seminar dimulai dengan pengantar singkat dari moderator, dan langsung
dilanjutkan dengan pertanyaan kunci yang dibahas oleh semua peserta secara bergiliran.
Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan supaya seminar berjalan baik :
a) Seminar adalah sebuah diskusi dua arah. Tidak ada seorang yang lebih
mendominasi pembicaraan.Adalah tugas moderator untuk memperhatikan ini.
b) Seminar bisa dimulai dengan pertanyaan-pertanyaan yang sudah jelas ada
jawabannya, lalu mengarah ke pertanyaan-pertanyaan lain yang lebih dalam dan
tidak jelas jawabannya. Pertanyaan jenis kedualah yang memberikan manfaat
terbesar. Tidaklah banyak pertanyaan yang seperti demikian.
c) Semua pertanyaan dan pernyataan dinyatakan dengan jelas tanpa ambiguitas. Jika
sebuah pertanyaan atau pernyataan belum jelas, moderator harus bisa menunjukkan
itu dan meminta sang pengujar untuk memperjelasnya.
2.4 Pidato
2.4.1 Pengertian Pidato
Berpidato merupakan salah satu wujud kegiatan berbahasa lisan. Sebagai wujud
berbahasa lisan, berpidato mementingkan ekspresi gagasan dan penalaran dengan
menggunakan bahasa lisan yang didukung oleh aspek-aspek nonkebahasaan (ekspresi
wajah, gesture, kontak pandang,dll.). Dengan demikian berpidato adalah kegiatan
menyampaikan gagasan secara lisan dengan menggunakan penalaran yang tepat serta
19 | P a g e

memanfaatkan aspek-aspek nonkebahasaan yang dapat mendukung keefisienan dan


keefektifan pengungkapan gagasan kepada orang banyak dalam suatu acara tertentu.
Pidato ialah kegiatan berbahasa lisan. (Cermat Berbahasa Indonesia, hal 228:
2009). Pidato adalah berucap didepan umum untuk tujuan tertentu. (Kamus Lengkap
Bahasa Indonesia, hal 455 : 2005). Jadi, Pidato adalah sebuah kegiatan berbicara atau
berorasi untuk menyatakan pendapatnya, atau memberikan gambaran tentang suatu hal
yang ditujukan untuk orang banyak. Pidato biasanya dibawakan oleh seorang yang
memberikan orasi-orasi, dan pernyataan tentang suatu hal/peristiwa yang penting dan
patut diperbincangkan. Pidato adalah salah satu teori dari pelajaran bahasa indonesia.
Pidato banyak jenisnya, di antaranya, pidato sambutan yang disampaikan pada awal
sebuah acara atau pidato kenegaraan yang disampaikan oleh presiden. Pidato yang baik
dapat memberikan suatu kesan positif bagi orang-orang yang mendengar pidato
tersebut. Kemampuan berpidato atau berbicara yang baik di depan umum dapat
membantu untuk mencapai jenjang karier yang baik. Contoh pidato yaitu seperti pidato
kenegaraan, pidato menyambut hari besar, pidato pembangkit semangat, pidato
sambutan acara atau event, dan lain sebagainya. Dalam berpidato, penampilan, gaya
bahasa, dan ekspresi kita hendaknya diperhatikan serta kita harus percaya diri
menyampaikan isi dari pidato kita, agar orang yang melihat pidato kita pun tertarik dan
terpengaruh oleh pidato yang kita sampaikan. Pidato adalah semacam cara
penyampaian gagasan, ide-ide, tujuan, pikiran serta informasi dari pihak pembicara
kepada banyak orang (audience) dengan cara lisan. Pidato juga bisa diartikan sebagai
the art of persuasion, yaitu sebagai seni membujuk/mempengaruhi orang lain. Berpidato
sangat erat hubungannya dengan retorika (rhetorica), yaitu seni menggunakan bahasa
2.4.2

dengan efektif.
Tujuan Pidato
Adapun tujuan pidato secara umum adalah :
1. Informatif, yaitu bertujuan untuk memberikan laporan, informasi, pengetahuan atau
sesuatu yang menarik untuk orang lain / pendengar.
2. Persuasif dan instruktif, bertujuan untuk mempengaruhi, mendorong, meyakinkan
dan mengajak pendengar untuk melakukan sesuatu hal dengan suka rela.
3. Edukatif, yaitu berupaya untuk menekankan pada aspek-aspek pendidikan.
4. Entertain, bertujuan memberikan penyegaran kepada pendengar dan membuat
pendengar itu senang dan puas dengan pidato yang disampaikan.

2.4.3 Kriteria Berpidato yang Baik


Pidato yang baik ditandai oleh kriteria (a) isinya sesuai dengan kegiatan yang
sedang berlangsung, (b) isinya menggugah dan bermanfaat bagi pendengar, (c) isinya
20 | P a g e

tidak menimbulkan pertentangan sara, (d) isinya jelas, (e) isinya benar dan objektif, (f)
bahasa yang digunakan mudah dipahami pendengarnya, dan (g) disampaikan secara
santun, rendah hati, dan bersahabat.
Seseorang harus menguasai unsur kebahasaan secara baik dan juga unsur
nonkebahasaan, misalnya keberanian, ketenangan, kesanggupan melakukan reaksi yang
cepat dan tepat, kesanggupan menyampaikan gagasan atau ide secara lancar dan teratur,
dan kesanggupan memperlihatkan sikap dan gerak-gerik yang tidak canggung.
Menurut Gorys Keraf, ada tujuh langkah yang perlu diperhatikan dalam
mempersiapkan pidato yang baik.
1.
Menentukan topik dan tujuan
2.
Menganalisis pendengar dan situasi
3.
Memilih dan menyimpitkan topik
4.
Mengumpulkan bahan
5.
Membuat kerangka uraian
6.
Menguraikan secara mendetail
7. Melatih dengan suara nyaring
Ketujuh langkah tersebut diperingkas menjadi tiga langkah, yaitu menelitih
masalah (1, 2, dan 3), menyusun uraian (4, 5, dan 6), dan mengadakan latihan (7).

2.4.4 Tata Cara dan Etika Berpidato


Tata cara berpidato merujuk kepada langkah-langkah dan uraian untuk memula,
mengembangkan, dan mengakhiri pidato. Etika berpidato merujuk kepada nilai-nilai
kepatutan yang perlu diperhtikan dan dijunjung ketika berpidato.
Langkah-langkah dan uruttan berpidato secara umum diawali dengan pembukaa,
sajian isi, dan penutup.
1. Pembukaan biasanya berisi sapaan kepada pihak-pihak yang diundang atau yang
hadir dalam suatu acara. Beberapa cara yang dapat digunakan seorang pembicara
untuk membuka pidatonya: (a) Dengan memperkenalkan diri. (b) Membuka pidato
dengan humor. (c) Membuka pidato dengan pendahuluan secara umum.
2. Sajian isi merupakan hasil penjabaran gagasan pokok, sajian isi perlu di rinci sesuai
dengan waktu yang disediakan. Pada bagian ini pokok pembahasan ditampilkan
dengan terlebih dahulu mengemukakan latar belakang permasalahannya.Pokok
pembicaraan dikemukakan sedemikian rupa sehingga tampak jelas kaitannya
dengan kepentingan para audience.
3. Pembahasan. Bagian ini merupakan kesatuan, yang berisi alasan-alasan yang
mendukung hal-hal yang dikemukakan pada bagian isi. Pada bagian ini biasanya
berisi berbagai hal tentang penjelasan, alasan-alasan, bukti-bukti yang mendukung,
21 | P a g e

ilustrasi, angka-angka dan perbandingan, kontras-kontras, bagan- bagan, model, dan


humor yang relevan.
4. Penutup pidato berisi penegasan kembali gagasan pokok yang telah dipaparkan
dalam sajian isi, harapan, dan ucapan terima kasih atas partisipasi semua pihak
dalam acara sedang berlangsung. Penutup pidato ini terdiri atas bagian simpulan
dan harapan- harapan. a) Simpulan. Sebuah teks pidato yang baik harus memuat
sebuah kesimpulan. Kesimpulan tersebut dapat disampaikan langsung oleh orang
yang berpidato (tersurat), dapat juga pendengar menafsirkannya sendiri (tersirat).
Jika berpidato di hadapan anak-anak, umumnya simpulan disampaikan secara
langsung sebagai penekanan isi pidato. b) Harapan-harapan. Dalam sebuah teks
pidato, harapan-harapan dari orang yang berpidato pun sangat penting. Harapanharapan ini berisi dampak positif yang diharapkan terjadi pada pendengar pidato
setelah mendengarkan pidato yang disampaikan. e. Salam penutup. Biasanya salam
penutup ini dibarengi dengan ucapan terima kasih, permohonan maaf, dan ditutup
dengan salam penutup.
Menurut ada tidaknya persiapan sesuai dengan cara yang dilakukan waktu
persiapan ada empat macam metode pidato:
a) Impromtu (serta merta) yaitu membawakan pidato tanpa persiapan dan hanya
mengandalkan pengalaman dan wawasan. Biasanya dalam keadaan darurat tak
terduga dan banyak menggunakan teknik serta merta. Keuntungan dari metode ini
komunikasi pembicara dengan pendengar lebih baik dan tidak memerlukan banyak
waktu untuk menghafal.
b) Ekstemporan yaitu teknik berpidato dengan menjabarkan materi pidato yang
terpola secara lengkap. Maksud dari terpola yaitu materi yang akan disampaikan
harus disiapkan garis-graris besar isinya dengan menuliskan hal-hal yang dianggap
paling penting untuk disampaikan. Keuntungannya: komunikasi pendengar akan
berkurang karena pembicara beralih kepada usaha untuk mengingat kata-kata yang
akan disampaikan dan gerak serta isyarat dapat diintegrasikan dengan uraian.
Kerugiannya: kata-kata yang akan digunakan dapat dipilih dengan sebaik-baiknya
dan pembuatan naskah membutuhkan waktu lebih lama.
c) Memoriter merupakan metode pidato dengan menulis pesan atau gagasan yang akan
disampaikan dan kemudian menghafalkannya kata demi kata. Kerugiannya:
a.
Pembicara tidak dapat melihat pendengar dengan baik, karena harus
fokus juga kepada naskah pidatonya.
22 | P a g e

b.

Komunikasi pendengar akan berkurang karena pembicara tidak berbicara

langsung kepada mereka.


c.
Kefasihan terhambat karena kesukaran memilih kata-kata.
Sedangkan keuntunganya:
a.
Tidak ngawur atau asal-asalan.
b.
Kefasihan dalam berbicara dapat dicapai.
c.
Pernyataan yang disampaikan dapat dihemat.
d.
Kata-kata yang digunakan dapat dipilih dengan sebaik-baiknya.
e.
Manuskrip dapat diperbanyak.
Nilai-nilai yang perlu diperhatikan dalam berpidato yaitu janganlah
menyinggung perasaan orang lain tetapi sebaliknya berupa menghargai dan
membangun optimisme bagi pendengarnya, keterbukaan, kejujuran, empati, dan
persahabatn perlu diusahakan dalam berpidato.
Adapun tata krama dalam berpidato diantarnya:
1. Jika berpidato di hadapan umum, hendaknya memperhatikan tiga hal berikut ini:
2. berpakaian dengan rapi dan bersih, tetapi, tidak bergayapamer dengan memakai
perhiasan atau pakaian yang berlebihan.
3. menggunakan kata-kata sopan dan

jangan

memperlihatkan

keangkuhan,

kesombongan, atau, kepongahan, tetapi dengan rendah hati.


4. jika pidato panjang, agar tidak membosankan pendengar hendaknya diselingi
humor, namun humor itu harus sopan.
5. Jika berpidato di hadapan wanita atau sebagian besar wanita dan yang berpidato
pria, perhatikanlah kata-kata yang digunakan, hendaknya jangan sampai
menyinggung perasaan.
6. Bila berpidato di hadapan orang-orang terkemuka, hendaknya mempersiapkan diri
dengan sempurna; dengan demikian keyakinan kita akan tumbuh; selain itu kita
tidak perlu merasa rendah diri.
7. Jika berpidato di hadapan sesama golongan, kita harus terbuka dan terus terang dan
dapat agak santai, namun jangan melupakan tata krama.
8. Jika yang mendengarkan pidato kita itu pelajar atau mahasiswa, kita harus mampu
menyakinkan mereka argumentasi yang logis.
9. Jika berpidato di hadapan pemeluk suatu agama, kita harus menjaga jangan sampai
ada satu ucapan pun yang menyinggung martabat suatu agama.
10. Jika yang mendengarkan pidato kita itu masyarakat desa, gunakanlah kata-kata atau
kalimat yang sederhana sehingga pidato kita itu mudah dimengerti.
2.4.5 Menulis Naskah Berpidato
Menulis naskah pidato perlu dilakukan apabila kegiatan pidato yang akan
dilakukan memang dipersiapkan sebelumnya. Akan tetapi, apabila kegiatan berpidato
itu dilakukan secara spontan tentu tidak perlu menulis naskah pidato sebelum kegiatan
23 | P a g e

pidato dilakukan. Menulis naskah pidato hakikatnya dalah menuangkan gagasan ke


dalam bentuk bahasa tertulis yang siap dilisankan melalui kegiatan berpidato. Pilihan
kosa kata dan kalimat-kalimat serta paragraf dalam menulis naskah pidato
sesungguhnya tidak jauh berbeda apabila dibandingkan dengan kegiatan menulis untuk
menghasilkan naskah lain. Situasi resmi atau kurang resmi akan menentukan pilihan
kosa kata dalam menulis naskah pidato. Dengan demikian, sekalipun naskah pidato itu
merupakan bahan tulis yang akan dilisankan, sehingga konteks kelisanan perlu
2.4.6

diperhatikan.
Menyunting naskah pidato
Isi, bahasa, dan penalaran dalam naskah pidato menjadi sasaran penyuntingan.
Isinya dicermati kembali apakah telah sesuai dengan tujuan pidato, calon pendengar,
dan kegiatan yang digelar. Selain itu, isinya juga dipastikan apakah benar, representatif,
dan mengandung informasi yang relevan dengan konteks pidato. Penyuntingan terhadap
bahasa diarahkan pada pilihan kosa kata, kalimat, dan penyusunan paragraf. Ketepatan
pilihan kosa kata, kalimat, dan satuan-satuan gagasan dalam paragraf menjadi perhatian
utama dalam kegiatan penyuntingan ini. Sedangkan penalaran dalam naskah pidato juga
disunting untuk memastikan apakah isi dalam naskah pidato telah dikembangkan
dengan menggunakan penalaran yang tepat, misalnya dengan pola induktif, deduktif,

2.4.7

dan campuran.
Menyempurnakan naskah pidato berdasarkan suntingan
Menyempurnakan naskah pidato setelah disunting, baik oleh penulis sendiri
maupun orang lain, perlu dilakukan. Penyempurnaan itu diarahkan kepada aspek isi,
bahasa, dan penalaran. Penyempurnaan aspek bahasa dilakukan dengan mengamati
kosa kata yang lebih tepat dan menyempurnakan kalimat dengan memperbaiki struktur
dan

gagasannya.

Sementara

itu

memperbaiki koherensi dan kohesi


2.4.8

penyempurnaan

paragraf

dilakukan

dengan

peragraf. Untuk itu, penambahan kalimat,

penyempurnaan kalimatatau penghilangan kalimat perlu dilakuka.


Sistematika berpidato
Secara garis besar sistematika berpidato adalah seperti berikut ini.
1. Mengucapkan salam pembuka dan menyapa hadirin;
2. Menyampaikan pendahuluan yang biasanya dilahirkan dalam ucapan terima
kasih, atas
3. Menyampaikan isi pidato yang diucapkan dengan jelas dengan menggunakan
bahasa indonesia yang baik dan benar dan dengan gaya bahasa yang menarik;
4. Menyampaikan kesimpulan dari isi pidato supaya mudah diingat oleh pendengar;
5. Menyampaikan harapan yang berisi anjuran atau ajakan kepada pendengar untuk
melaksanakan isi pidato; dan
24 | P a g e

6. Menyampaikan salam penutup.


I. Teknik Berpidato Yang Efektif
Pidato dapat disampaikan dalam dua cara, yakni pidato tanpa teks dan pidato
dengan membacakan teks. Pidato tanpa teks disebut juga dengan pidato ekstemporan.
Pidato ini dilakukan dengan cara menuliskan pokok-pokok pikirannya. Kemudian ia
menyampaikannya dengan kata-katanya sendiri. Ia menggunakan catatan itu untuk
mengingatkannya tentang urutan dan ide-ide penting yang hendak disampaikan, metode
ekstemporan dianggap paling baik, karena itu pidato Inilah yang sering digunakan oleh
banyak pembicara. Pidato dengan membacakan teks disebut juga pidato naskah. Dalam
hal ini juru pidato membacakan pidato yang telah dipersiapkannya terlebih dahulu.
Pidato dengan membacakan teks, akan terkesan kaku apabila kita tidak pandai-pandai
dalam menyampaikannya. Apalagi bila kegiatan tersebut tanpa disertai dengan ekspresi,
intonasi suara,dan kesiapan mental yang memadai, pidato yang kita sampaikan betulbetul tidak menarik. Efektivitas pidato dipengaruhi oleh beberapa hal, di antaranya
pelafalan, intonasi, nada, dan sikap berpidato.
1. Lafal adalah ucapan bunyi-bunyi bahasa. Setiap bahasa cenderung mempunyai
karakteristik bunyi tertentu, oleh karena itu ketika berpidato dalam bahasa Indonesia
pembicara harus menggunakan lafal baku yang dimiliki oleh bahasa Indonesia.
2. Intonasi mempunyai dua fungsi pokok: Pertama, intonasi menentukan makna
kalimat yang kita ucapkan, dengan intonasi yang berbeda, klausa sama dapat
menjadi kalimat berita, tanya, atau perintah hanya karena perbedaan intonasi
kalimat. Berdiri dengan rileks, jangan tegang atau kaku. Kedua, intonasi dapat
mempengaruhi daya persuasi pidato. Dengan penggunaan intonasi yang tepat
pembawa pidato dapat membujuk, mempengaruhi atau meyakinkan pendengarnya.
Oleh karena itu daya tarik pidato juga sangat ditentukan ketetapan penggunaan
intonasinya.
3. Nada adalah tinggi atau rendahnya suara ketika berpidato. Kualitas nada biasanya
ditentukan oleh cepat atau lambatnya pita suara bergetar, jika pita suara bergetar
cepat maka nada yang dihasilkan akan tinggi, tetapi jika pita suara bergetar lambat,
nada yang dihasilkan adalah rendah. Dalam proses berpidato nada mempunyai
fungsi yang cukup penting, walaupun dalam bahasa Indonesia nada tidak bersifat
distingtif, tatapi penggunaannya dapat mempengaruhi daya tarik dan efektifitas
pidato. Untuk itu penggunaan nada tertentu dalam pidato tidak bisa sewenangwenang, penggunaannya didasari oleh kesadaran akan fungsinya di dalam
mengefektifkan proses penyampaian dan pemahaman pidato. Pidato yang efektif
25 | P a g e

biasanya menggunakan nada yang bervariasi.Variasi nada ini sejalan dengan


beragam kalimat yang digunakan dalam pidato itu, ketika isi pidato mengajak
seseorang untuk bangkit dari keterpurukan, maka nada tinggi lebih tepat untuk
digunakan. Namun manakala beralih kepada duka cita, maka nada tinggi bukanlah
pilihan yang tepat. Dengan kata lain penggunaan nada yang tinggi atau rendah
sangat ditentukan oleh isi kalimat yang dituturkan serta harus sesuai dengan
keadaan.
4. Sikap merupakan unsur non bahasa, tetapi sangat mempengaruhi efektifitas pidato,
sikap merupakan suatu bentuk evaluasi atau reaksi seseorang terhadap diri dan
lingkungannya. Berikut ini beberapa bentuk sikap yang baik dilakukan pada saat
berpidato :
a.
Sopan.
b.
Menghargai pendengar dan menciptakan rasa bersahabat.
c.
Pandangan harus tertuju kepada seluruh pendengar.
d.
Hindarkan gerakan yang dapat mengganggu konsentrasi pendengar.
e.
Ciptakan rasa humor yang sehat.
f.
Gunakan mimik dan gerakan tubuh secara wajar.

2.5. Diskusi Panel


2.5.1 Pengertian Diskusi
Secara etimologis kata diskusi berasal dari bahasa Latin discussio, discussi, atau
discussum yang berarti memeriksa, memperbincangkan, dan membahas. Dalam bahasa
Inggris, discussion berarti perundingan atau pembicaraan, sedangkan dalam bahasa
Indonesia, sebagai istilah, diskusi berarti proses bertukar pikiran antara dua orang atau
lebih tentang suatu masalah untuk mencapai tujuan tertentu.
Kegiatan diskusi dapat dilakukan oleh dua orang ataupun lebih, puluhan, bahkan
ratusan atau ribuan, dalam situasi resmi ataupun tak resmi dengan persiapan yang
matang dan terencana disertai dengan aturan yang jelas, atau kegiatan berbicara di
tempat tak resmi dengan tujuan tertentu, berbicara boleh berbeda tetapi tetap
merupakan satu kesatuan, menghasilkan ide-ide meskipun berbeda, tetapi tetap satu
tujuan, bukan kehendak pribadi, melainkan tujuan kelompok, diwarnai dialog, tanya
jawab, atau saling tukar pendapat, beradu argumentasi dengan bukti dan alasan, boleh
ada penolakan pendapat atau gagasan, memberi tanggapan, saran, kritik, dan usul, di
sisi lain dapat dikemukakan informasi lengkap dan terperinci membawa hasil baik
26 | P a g e

berupa kesimpulan, kesepakatan, pemikiran alternatif, dan lain-lain sebagai hasil


pemikiran bersama.
Dari pernyataan diatas penulis dapat menyimpulkan pengertian dari diskusi
menurut penulis, diskusi merupakan suatu bentuk tukar pikiran yang teratur dan terarah,
baik dalam kelompok kecil maupun besar. Diskusi bertujuan untuk mendapatkan suatu
pengertian, kesepakatan, dan keputusan bersama mengenai suatu masalah. Salah satu
ciri yang paling menonjol dalam diskusi adalah adanya forum tanya jawab.
2.5.1.1 Diskusi Panel
Pertemuan ilmiah, banyak di temukan baik di kampus, instansi pemerintah,
maupun di televisi. Seminar, Simposium, Workshop, Kongres dan Diskusi Panel adalah
pertemuan ilmiah. Banyak manfaat yang dapat diperoleh dari pertemuan-pertemuan itu,
utamanya bagi yang terlibat di dunia ilmu pengetahuan. Peserta dapat memperoleh
pengetahuan tertentu dalam waktu singkat, dapat saling sharing informasi untuk
mencari titik temu.
Diskusi Panel adalah salah satu diantaranya. Para pembicara (panelis) sengaja
diundang oleh panitia untuk menyampaikan subyek tertentu. Para panelis yang dipilih
datang dari mereka yang mempunyai disiplin dan pengalaman yang berbeda.
Setelah moderator memperkenalkan dan memberitahukan batasan waktu bicara,
Para panelis dipersilakan berpidato. Pidato biasanya dilakukan tanpa teks.
Para panelis menyampaikan gagasannya secara bergiliran. Mereka mendiskusikan
masalah yang diajukan hingga menghasilkan kesimpulan. Ketua diskusi yang memandu
jalannya diskusi merangkum hasil diskusi, kemudian mempersilahkan peserta dan
pendengar untuk memberikan komentar.
Para peserta panel tidak hanya para ahli, tetapi juga bisa saja para mahasiswa
atau bahkan orang awam. Orang-orang tersebut tentunya harus yang peduli ataupun
berkepentingan dengan topik yang dibahas. Hal lain yang paling penting, dalam diskusi
panel adalah adanya interaksi antar para peserta panel.
Dalam diskusi panel bisa saja timbul pro-kontra, semakin sengit pro dan kontra, maka
diskusi akan semakin menarik untuk diikuti. Untuk itulah peran moderator menjadi
sangat penting. Oleh karenanya, kecermatan moderator dalam membatasi waktu dan
mengingatkan peserta agar berhati-hati dalam mengemukakan pandangannya.
Disitulah nikmatnya diskusi panel, justru kalau suatu pertemuan ilmiah diberi label
awal Diskusi Panel, tetapi didalamnya para hadirin ragu-ragu untuk menyampaikan
pandangan secara terbuka dan semua peserta merasa sungkan untuk berbeda pendapat.
Padahal, kalau topik yang jadi pembicaraannya sudah menjadi pemahaman masyarakat
27 | P a g e

umum tidak perlu dilabeli dengan Diskusi Panel. Topik yang disajikan biasnya
sesuatu yang menjadi perdebatan dan perhatian masyarakat umum,
Dari sinilah, para hadirin termasuk panelis, dapat menangkap berbagai pandangan
yang ada. Tentunya semuanya harus berjalan dalam koridor ilmiah, karena diskusi panel
bukan debat kusir, bukan untuk adu gengsi, atau menang-menangan bicara. Justru, dari
diskusi panel diharapkan dapat diperoleh informasi yang memperkaya pengetahuan
hadirin tentang suatu masalah atau topik dari beberapa titik pandang yang berbeda.
Agar kita dapat menilai berhasil atau tidaknya diskusi panel , berikut ini
dikemukakan beberapa petunjuk atau penuntun dalam bentuk pertanyaan, yang
sekaligus menyarankan norma norma yang harus diperhatikan dalam persiapan
1.
2.

diskusi diskusi dan partisipasi kita terhadapnya.


Apakah para anggota panel memiliki persiapan yang baik ?
Apakah para pembicara mengemukakan informasi informasi atau ide ide baru

3.

mengenai pokok pembicaraan?


Apakah para pembicara memberikan sumber sumber informasi yang mereka
pergunakan ? apakah mereka menunjang pendapat pendapat mereka dengan fakta
fakta , alasan alasan , contoh contoh , atau pendapat yang terpercaya dari para

4.

ahli ?
Apakah setiap pembicara bertahan pada setiap pembicara yang telah ditetapkan

5.
6.
7.

baginya ?
Apakah panel itu tersusun rapi untuk menghindari pengulangan dalam diskusi ?
Apakah panel itu berhasil menarik perhatian para pemirsa ?
Apakah diskusi itu memberikan pemirsa suatu pengertian yang lebih luas dan
mendalam tentang pokok permasalahan itu ?

2.5.1.2. Macam-macam Diskusi Panel


Pada dasarnya diskusi panel terdiri dari 3 jenis yaitu :
1. Diskusi panel Sanusi merupakan forum pertukaran pikiran yang dilakukan oleh
sekelompok orang dihadapan sekelompok hadirin mengenai suatu masalah tertentu
yang telah dipersiapkannya.
2. Diskusi panel Tarigan adalah suatu kelompok yang terdiri dari tiga sampai enam
orang ahli yang ditunjuk untuk mengemukakan pandangannya dari berbagai segi
mengenai suaru masalah.
3. Diskusi panel maskurun adalah diskusi yang bersifat tidak begitu formal, biasanya
digunakan untuk memperluas wawasan mengenai suatu masalah yang sedang
hangat.
Jadi, diskusi panel adalah diskusi yang melibatkan beberapa orang untuk
memecahkan suatu masalah, dan biasanya mereka memecahkan masalah ini adalah
masalah yang masih hangat dibicarakan didalam masyarakat.
28 | P a g e

Diskusi panel dapat dikatakan diskusi yang formal dan tdak begitu formal, karena
kalau formal yang terlibat dalam diskusi panel adalah orang orang yang penting
atau para pakar, dan untuk yang tidak formal yaitu dalam diskusi panel tidak
terdapat panitia.
Terdapat dua perbedaan penting antara panel discussion ( diskusi panel ) dan
(informal discussion) ( diskusi informal) yaitu :
1. Tujuan utama diskusi panel adalah untuk menyampaikan informasi atau pendapat
pendapat, tidak perlu menentukan cara berjalan suatu tindakan.
2. Para anggota suatu panel membuat persiapan persiapan terlebih dahulu. Mereka
telah menelaah pokok pembicaraan sepenuhnya dan memang telah menjadi ahli.
Adapun persiapan yang lazim dilakukan bagi suatu diskusi panel adalah kira
kira seminggu sebelum diskusi itu berlangsung, ketua panel mengudang para anggota
untuk menyusun organisasi itu. Dan dalam pertemuan ini para anggota haruslah
melakukan hal hal berikut ini :
1. Membatasi pokok pembicaraan dengan jelas. Karena semakin sedikit yang
dibicarakan tetapi padat akan medah dimengerti oleh para peserta.
2. Mengutarakan perbedaan perbedaan pendapat sehingga para anggota panel
mengetahui dimana masing masing berpijak. Mengutaraka pendapat pendapat
pembicara , maka akan diketahui letak perbedaannya, dan jika sudah diketahui
perbedaanya maka akan mempermudah dalam mengambil kesimpulan.
3. Menetapkan tahap tahap setiap pembicara atas pokok masalah tersebut.Pembicara
haruslah menjelaskan mengenai pembicaraanya dari tahap yang paling dasar sehingga
akan mudah dimengerti oleh peserta.
4. Menetukan urutan atau susunan para pembicara. Menentukan siapa yang akan
berbicara terlebih dahulu agar tidak terjadi kekacauan saat berdiskusi nanti.
5. Menetapkan batas waktu bagi setiap pembicaraan. jika, pembicara berbicara didepan
para peserta hendaknya waktunya dibatasi karena kalau tidak dibatasi akan banyak
menyita waktu . sedangkan para pembicara yang lain yang belum berbicara tidak
kebagian waktu dan juga kalau waktu dibatasi akan terjadi penghematan waktu.
1.5.1.3
Bagian-bagian dalam Diskusi Panel
Diskusi panel terdiri atas bagian bagian berikut :
1. Pendahuluan.
Ketua mengumumkan pokok pembicaraan dan membatasi setiap istilah yang
membutuhkan penjelasan. Kemudian ketua memperkenalkan setiap anggota panel
dan mengemukakan tahap khusus pokok pembicaraan yang akan diutarakan oleh
setiap anggota.
2. Pembicaran oleh para anggota panel.
29 | P a g e

Kemudian ketua mempersilahkan para anggota panel bergiliran menyampaikan


pembicaraan mereka.
3. Diskusi bebas.
Setelah pembicaraan pembicaraan pribadi itu, para anggota panel memberi
komentar kepada setiap ide lainnya. Lalu, menerangkan setiapbutir yang
memerlukan penjelasan yang lebih terperinci. Dan mempertahankan setiap
pernyataan yang ditantang.
4. Partisipasi para pemirsa dan penyimak. Ketua mempersilahkan para pemirsa untuk
mengemukakan pendapat mereka sendiri atau bertanya kepada para pembicara.
5. Rangkuman.
6. Ketua merangkumkannya dengan jalan menyatakan butir butir yang sama sama
disepakati oleh para anggota panel dan juga butir-butir yang merupakan perbedaan
pendapat pendapat atau yang tidak disepakati.
1.5.1.4 Pelaksanaan Diskusi Panel
Setelah persiapan setiap anggota panel dilakukan dengan baik dan matang
,diskusipun dapat dilangsungkan. Untuk diskusi tersebut, para anggota panel
mengambil tempat duduk yang berbentuk setengah lingkaran menghadap para pemirsa
atau sepanjang satu sisi meja panjang, dan ketuanya duduk ditengah.
Diskusi Panel
X
Pb Pb
Pb Pb
pn
pn
pn
pn
pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

pn
pn

Keterangan :
X = Pemimpin / moderator / pemandu
Pb = Pembicara / pemrasaran / panelis
Pn = Pendengar / peserta
Tugas-tugas Para Pelaku dalam Diskusi Panel
1. Tugas-tugas Peserta:
Mengikuti jalannya diskusi dari awal sampai dengan akhir dan terbagi menjadi tim
affirmatif dan oposisi yang termasuk panelis.
Mengajukan usul, pendapat, maupun komentar
Meminta panelis untuk memberikan pembuktian, contoh, maupun perbandingan.
2. Tugas-tugas Notula/penulis:
Menulis jumlah peserta dan segala kegiatan dalam diskusi
Diperbolehkan untuk menyanggah
Diperbolehkan untuk menyetujui ataupun tidak menyetujui.
Membuat makalah tentang permasalahan yang didiskusikan.
30 | P a g e

3. Tugas-tugas Penyaji/panelis:
Menyajikan materi diskusi
Berperan sebagai pembicara dalam diskusi
Mengutarakan makalah yang disampaikan
Menjawab pertanyaan dari peserta dan penyanggah.
4. Tugas-tugas Moderator:
Membuka diskusi
Membacakan riwayat kehidupan panelis
Mempersilakan panelis untuk berbicara
Mengatur dan memimpin jalannya diskusi
Membacakan kesimpulan diskusi.
1.5.1.5 Kelebihan dan Kekurangan Diskusi Panel
Kelebihan-kelebihan dari Diskusi Panel
1. Memberikan kesempatan kepada pendengar untuk mengikuti berbagai pandangan
sekaligus. Biasanya dalam diskusi panel timbul pro dan kontra
2. Pandangan, semakin sengit pro dan kontra, maka diskusi akan semakin menarik untuk
diikuti.
3. Dalam diskusi panel, kelompok yang melakukan diskusi akan berhati-hati dalam
mengajukan pandangan atau mengemukakan pendapat, karena menyadari akan dapat
langsung digugat atau dibantah.
4. Peserta yang mempunyai pengetahuan dan kemampuan yang lebih dalam hal yang
didiskusikan dapat menyampaikan pandangan.
Kekurangan-kekurangan dari Diskusi Panel
1. Diskusi panel menjadi tidak menarik apabila semua peserta waswas untuk
menyampaikan pandangan secara terus terang dan semua peserta merasa sungkan untuk
berbeda pandangan. Agar tidak terjadi rasa was was saat akn berpendapat , sebaiknya
mengetahui apa yang dibicrakan oleh pembicara lain secara terperinci. Sehingga kalau
kita mempunyai perbedaan pendapat dengan sipembicarakita tidak akan mersa takut
terhadap pendapat kita.
2. Suasana dalam diskusi panel akan menjadi pincang atau tidak seimbang apabila ada
peserta yang jauh lebih tangkas dalam menyampaikan daripada yang lainnya. Diskusi
panel tidak menjadi seimbang kalau yang berpendapat hanya orang itu itu saja. Dan
sebaiknya para peserta ikut andil dalam berpendapat.
3. Ada kalanya moderator terpaksa harus berusaha membuat kesimpulannya sendiri dan
menyampaikannya dalam diskusi itu. Jika terjadi perbedaan pendapat diantara para
peserta maka moderator harus mengambil kesimpulan.
4. Harus memilih moderator yang berani dan mampu turun tangan untuk menyelamatkan
diskusi agar jangan sampai pincang atau berat sebelah. Jika terjadi perdebatan antara
31 | P a g e

para peserta. Maka, moderator harus turun tangan untuk mengambil kesimpulan
tersebut.
5. Ada kemungkinan terjadinya pencemaran nama baik dalam diskusi panel.
2.6 Presentasi
2.6.1 Pengertian Presentasi
Presentasi adalah penyampaian suatu materi atau masalah kepada pendengar dan
khalayak yang mengikuti presentasi. Presentasi dapat pula diartikan sebagai kegiatan
seseorang yang berbicara di hadapan public, baik dalam kegiatan seminar, kuliah,
mengajar di kelas, ataupun kegiatan sejenis. Orang yang menyampaikan presentasi
disebut presentator atau presenter, sedangkan orang yang menghadiri presentasi disebut
audience.
Presentasi merupakan salah satu cara dalam upaya menjelaskan sesuatu topik
atau bahasan tertentu dengan menggunakan (multi) media dalam waktu yang relatif
singkat. Media yang dimaksud dapat berupa media tulisan, visual, verbal atau gabungan
dari berbagai media (multi-media). Dengan kata lain, presentasi mestilah bertujuan
untuk menyampaikan atau menjelaskan sesuatu bahasan dengan menggunakan alat
peraga yang menyebabkan pembahasan tersebut menjadi sistematis, menarik dan mudah
dimengerti.
Selain makalah, juga menyiapkan media/alat bantu yang diperlukan dalam
presentasi. Kemudian latihan sebelum melakukan presentasi agar benar-benar siap dan
menyesuaikan penyampaian materi dengan waktu yang disediakan.
Tujuan dari presentasi bermacam-macam, misalnya untuk membujuk (biasanya
dibawakan oleh wiraniaga), untuk memberi informasi (biasanya oleh seorang pakar), atau
untuk meyakinkan (biasanya dibawakan oleh seseorang yang ingin membantah pendapat
tertentu).
Dalam dunia pendidikan orang dewasa presentasi merupakan cara yang paling
banyak digemari oleh para instruktur (pengajar) karena pendekatan tersebut dapat
dengan mudah dan efektif menjelaskan bahasan-bahasan yang kompleks dan rumit
sedemikian rupa sehingga kegiatan belajar-mengajar menjadi tidak membosankan dan
melelahkan.
Ada beberapa tipe presentasi, yaitu:

32 | P a g e

1. Informasi, menyampaikan suatu informasi baru kepada audience dengan harapan


audience akan mengetahui dan memahami topik yang dipresentasikan, mis: workshop,
seminar, kuliah, dsb.
2. Persuasi, bertujuan untuk mengubah perilaku atau kebiasaan dari audience, misalnya:
kampanye, penyuluhan narkoba, dsb.
3. Entertaining, bertujuan untuk menghibur peserta, berusaha agar peserta tetap
memperhatikan kita
2.6.2

Media Presentasi
Sebenarnya, hampir semua jenis media pada dasarnya dibuat untuk disajikan
atau dipresentasikan kepada sasaran. Yang membedakan antara media presentasi dengan
media pada umumnya adalah bahwa pada media presentasi, pesan atau materi yang akan
disampaikan dikemas dalam sebuah program komputer dan disajikan melalui perangkat
alat saji (projector). Pesan atau materi yang dikemas bisa berupa teks, gambar, animasi,
audio dan video yang dikombinasi dalam satu kesatuan yang utuh.
Pada dasarnya media presentasi yang menggunakan program komputer ini
merupakan pengembangan lebih lanjut dari media transparansi yang disajikan melalui
Over Head Projector (OHP). Berbeda dengan transparansi OHP yang tidak bisa
menampilkan unsur audio visual, media presentasi dengan program komputer bisa
menampilkan unsur audio-visual dalam pembelajaran. Adapun program aplikasi yang
biasa digunakan untuk membuat presentasi antara lain: Program Impress yang ada pada
Open Office, Macromedia Flash, Director, Authorware, dan aplikasi PowerPoint yang
banyak digunakan di kalangan pendidik (khususnya guru).

3.2.1 Tingkatan Presentasi


1. Slide Presentation
a.
Merupakan presentasi linear (berurutan)
b.
Dikembangkan menggunakan teks, gambar/clipart, photo
c.
Tidak ada interaksi dengan pemakai
d.
Tidak ada percabangan (tidak ada link atau hyperlink).
2. Multimedia Presentation
a.
Dikembangkan dengan menggunakan teks, gambar/clipart, audio, digitized
b.
c.
d.

video, animasi
Tidak ada interaksi antara pemakai dan komputer
Interaksi terjadi antara presenter dan audience
Ada percabangan (link atau hyperlink).
33 | P a g e

3. Interactive Multimedia Presentation


a.
Dikembangkan dengan menggunakan teks, gambar/clipart, audio, digitized

1.1

b.
c.
d.

video, animasi
Terjadi interaksi antara pemakai dan komputer, berupa form data entry
Format: kiosk, training program, education program
Ada percabangan (link atau hyperlink).

4
a.

Multimedia Web Pages


Aplikasi dibangun menggunakan authoring software, dapat dijalankan

b.
c.

menggunakan browser
Keunggulan: memanfaatkan hypertext, dan akses ke external database
Ada percabangan (link atau hyperlink).

Tata Cara Presentasi yang Baik


Apa yang dimaksud dengan keterampilan melakukan presentasi? Keterampilan
melakukan presentasi yang baik merupakan perpanjangan dari keterampilan
komunikasi yang baik. Komunikasi merupakan proses dua arah dimana pesan harus
disampaikan dengan jelas namun prosesnya hanya akan menjadi lengkap bila Anda
merasa yakin bahwa pesan Anda telah diterima dengan baik dan dipahami.
Apa perbedaan antara presentasi yang baik dan yang buruk? Memberikan
presentasi yang baik adalah mudah bila anda mengetahui karakteristik yang
memisahkan antara presentasi yang baik dan presentasi yang buruk. Bandingkan
karakteristik di bawah ini :

34 | P a g e

3.4 Persiapan presentasi


a.

Hal yang paling awal untuk dipersiapkan untuk melakukan presentasi adalah
meyakinkan diri dengan pertanyaan berikut.

Bahasan atau tema apa yang akan saya sampaikan ?

Seberapa luas cakupan bahasan yang harus saya sampaikan dan berapa waktu yang
tersedia?

Dapatkan saya membuat daftar poin-poin utama dari seluruh bahasan yang akan saya
sampaikan?

Sudahkan saya mendapatkan cukup bahan (informasi) untuk mendukung bahasan yang
akan saya sampaikan, seperti data, argumentasi, contoh, dalil, kasus dan sebagainya?

b.

Mengetahui medan presentasi seperti siapa dan bagaimana karakteristik audience,


berapa jumlah mereka, bagaimana struktur kelas dan tata ruang yang tersedia, fasilitas
presentasi yang ada, serta waktu presentasi. Dengan mengetahui medan ini, paling tidak
ada kesiapan antisipatif baik psikologis maupun teknis.

c.

Menyiapkan alur dan struktur bahasan dengan mempertimbangkan waktu yang tersedia.
Sebaiknya dilakukan persiapan rancangan alur pembahasan dalam draft yang ditulis
dalam satu lembar kertas. Rancangan ini membantu menjaga sistematika dan efisiensi

35 | P a g e

presentasi, sehingga tidak terjebak membahas sesuatu yang jauh melenceng dari topik
bahasan.
d.

Menentukan cara dan media yang akan digunakan. Pada intinya, gunakanlah cara dan
media yang paling komunikatif dan mudah difahami. Bila topik bahasan seputar
konsep-konsep dan pengertian, maka pendekatan verbal menjadi pilihan yang memadai.
Membuat makalah yang sistematis, jelas urut-urutan dan poin-poin bahasan menjadi
tuntutan pokok. Apalagi bila disertai dengan ringkasan makalah yang disajikan di awal
atau di akhir bahasan. Bila pokok bahasan menyangkut suatu kajian sebab-akibat, atau
suatu proses (kejadian) pendekatan visual dengan gambar-gambar grafis yang relevan
akan sangat membantu mempercepat pemahaman peserta didik.

3.5 Petunjuk dalam Presentasi


Beberapa halyang perlu diperhatikan agar dapat melakukan presentasi dengan baik
adalah sebagai berikut:
a.

Jangan membiasakan diri bergantung pada teks. Hal itu akan membatasi
kebebasan berbicara karena Anda akan selalu terfokus pada teks. Lebih baik
hanya menggunakan catatan kecil (pointers) untuk membantu mengingatkan
materi yang dibahas.

b.

Pelajari terlebih dahulu siapa audience yang ada di depan Anda. Bagaimana
latar belakang, jalan fikiran, dan tingkat pendidikan mereka, karena hal ini
menentukan ragam bahaa apa yang akan anda gunakan. Dan jangan sampai
audience tidak mengerti.

c.

Sajikan hal-hal yang orisinil, yaityu hal-hal yang baru dan menarik untuk
disampaikan. Sehingga mampu menarik minat audience untuk mengikuti
presentasi yang disiapkan.

d.

Jaga volume suara. Jangan sampai terlalu lemah atau terlalu keras. Aturlah nada
suara sesuai dengan tekanan pembicaraan agar tidak membosankan.

e.

Periksa ruangan dan fasilitas presentasi, termasuk sound sistem. Ada baiknya
sebelum presentasi dilakukan gladi resik hingga tidak merusak konsentrasi saat
presentasi.

f.

Jangan asyik bicara sendiri. Berikan kesempatan pada audience untuk


menyampaikan pertanyaan,atau menanggapi pembicaraan yang Anda lakukan
agar komunikasi terjalan.
36 | P a g e

g.

Jangan melakukan gerakan yang merusak penampilan pada saat presentasi.

h.

Berpakaianlah yang rapi dan sopan agar enak dipandang. Karena penampilan
adalah faktor penentu keberhasilan seseorang terutama dalam presentasi.

i.

Gunakan bahasa resmi dan bahasa percakapan yang layak dan sederhana, tidak
berbelit-belit agar mudah dipahami.

j.

Gunakan media atau alat bantu yang Anda kuasai. Hal itu angat mendukung
agar materi yang disajikan akan semakin menarik audience.

k.

Perhitungkan waktu secara cermat untuk menyampaikan pembukaan, isi dan


penutup sesuai waktu yang tersedia yang berrtujuan agar presentator siap
dengan segala sesuatu baik mental maupun bahan presentasi dan supaya
presentator lebih matang dalam persiapan dan melakukan yang dilakukan
berjalan dengan sempurna.

3.6

Kiat-kiat Presentasi yang menarik


Agar presentasi menarik, hendaknya dilakukan hal-hal berikut:
a.

Structure. Hendaknya bahan yang akan disampaikan tersusun secara sistematis


dengan alur yang jelas dan mudah difahami. Bila bahan yang akan disampaikan
sangat padat dengan masalah konsepsional dan teoritis, susunlah dengan bentuk
sebagai berikut:

Pengantar, membangkitkan perhatian dan minat peserta memaparkan ikhtisar


materi bahasan

Bagian utama : sejumlah judul utama (main points) dan beberapa sub judul

Kesimpulan : butir-butir atau catatan penting dan diskusi dan pertanyaan.

b.

Simple. Sampaikan penyajian dengan mudah dan tidak berbelit-belit. Hindari


istilah-istilah yang sulit difahami, Gunakan kalimat-kalimat yang pendek, jelas
dan bervariasi. Penyajian jadi sangat membosankan apabila penyaji sering
menggunakan istilah-istilah yag berulang-ulang.

c.

Surprise. Kesuksesan penyajian seringkali tergantung di titik awal penyampaian.


Apabila kesan pertama penyajian menggoda, maka selanjutnya menjadi terserah
anda. Oleh karena itu mulailah penyajian bahasan dengan sesuatu yang
mengejutkan, memancing perhatian atau mengundang minat dan keseriusan.
Gunakan kasus, data, gambar, games ataupun cerita mengenai sesuatu yang
relevan dengan topik bahasan.
37 | P a g e

d.

Support. Penyajian akan sangat menarik dan meyakinkan serta mudah difahami
apabila disertai dengan ilustrasi dan hal-hal yang menunjang. Lengkapilah
setiap sub bahasan dengan ilustrasi yang memadai dan relevan dalam bentuk
kasus, contoh aplikatif, data dan fakta, dalil.

e.

Shape. Penyajian akan menjadi enak dilihat apabila disampaikan dengan model
tampilan hand out, skema, matriks atau grafis yang yang jelas, mudah dan
menarik. Bentuk ini akan mempermudah pemahaman pada topik-topik bahasan
yang padat dan kompleks.

f.

Style. Gaya menyampaikan sungguh akan mempengaruhi keberhasilan


penyampaian. Bila penyaji hanya duduk dan berbicara dengan nada yang datar
atau monoton tentu akan sangat membosankan. Sebaiknya gaya penyampaian
dilakukan dengan berbagai variasi gaya kadang duduk, berdiri, jalan, menyapa
dengan nada bicara yang ekspresif serta penuh semangat.

g.

Smart-smile. Penampilan yang menarik hendaknya juga dipertimbangkan dalam


menyampaikan sesuatu kepada sejumlah pendengar. Seringkali kesan pertama
penyajian justru muncul dari penampilan fisik si penyaji seperti pakaian,
kerapihan dan kebersihan serta wewangian. Penampilan yang menarik akan
menjadi optimal manakala dalam proses penyampaian, tercipta hubungan dan
suasana yang interaktif antara penyaji dan pendengar. Munculkanlah suasana
akrab dan hangat melalui teguran, sapaan, senyuman, pertanyaan, meminta
tanggapan ataupun komentar mereka.

h.

Show. Usahakanlah menggunakan media dan atau alat peraga yang memadai.
Apakah dalam bentuk makalah, hand-out, flipp chart, papan tulis, transparancysheet, slide. Artinya, jangan hanya menggunakan lembar text-book yang
merupakan bagian dari referensi yang digunakan.

i.

Stop. Berhenti sejenak dengan joke atau selingan-selingan segar untuk


memelihara konsentrasi dan perhatian pendengar, terutama apabila bobot topik
bahasan berat dan sulit.

j.

Summarize. Menentukan akhir presentasi yang mengesankan. Kiat menutup


presentasi menjadi sangat menentukan keberhasilan menyampaikan bahasan.
Presentasi hendaknya diakhiri dengan merangkum kembali secara utuh pokok
bahasan yang telah disampaikan, sambil terus memberi kesempatan kepada
audience untuk memperjelas hal-hal yang terlewat.
38 | P a g e

BAB III
PENUTUP
3.1.Kesimpulan
Yang termasuk dalam berbicara untuk keperluan akademik meliputi : presentasi, seminar,
berpidato dalam situasi formal, dan belajar mengajar.
1. Cara membuat presentasi yang baik yaitu kita harus mencari sumber-sumber atau bahan
yang akan dipresentasikan. Kemudian bahan-bahan tersebut harus kita edit lagi menjadi
39 | P a g e

lebih khusus, karena dalam hal presentasi, materi yang dimuat tidak harus banyak tapi
diambil kata kunci atau hal-hal pokok yang akan dibicarakan dan presentasi dibuat
dalam power point.
2. Ada 9 hal yang harus diperhatikan dalam membuat seminar yang baik.
3. Kegiatan berbicara formal adalah kegiatan berbicara yang dilakukan dalam situasi atau
acara-acara formal.
4. Berbicara formal dikelompokkan menjadi dua yaitu monolog dan dialog. Berbicara
monolog adalah berbicara satu arah, artinya dalam kegiatan berbicara tersebut tidak
terjadi interaksi antara pembicara dengan pendengar.Kegiatan berbicara yang bersifat
monolog; pidato/sambutan dan memandu. Memandu dapat berupa memandu acara atau
mewara dan memandu wisatawan.
5. Kegiatan berbicara yang bersifat dialog; wawancara dan diskusi. Diskusi memiliki
ragam antara lain seminar dan symposium (pertemuan dengan beberapa pembicara
yang mengemukakan pidato singkat tentang topik tertentu atau tentang beberapa aspek
dari topik yang sama).
3.2.Saran
Berdasarkan penyusunan makalah ini, penulis mengajukan beberapa saran sebagai
berikut:
1. Bagi mahasiswa, berbicara di depan publik atau berbicara dalam kegiatan akademik
merupakan salah satu metode dalam kegiatan belajar di bangku perkuliahan. Oleh
karena itu, makalah ini dapat di jadikan bahan panduan.
2. Bagi dosen, makalah ini dapat digunakan dalam proses pembelajaran dengan sumber
rujukan buku yang dapat dipercaya

40 | P a g e

DAFTAR PUSTAKA

Depiana, Astri (astri_depiana@yahoo.co.id) (09 Oktober 2016). Makalah Seminar. E-mail


kepada Dwi Indah Lestari (dwiindahlest@gmail.com)
Pracetia, Tiara (tiarapracetia.tp@gmail.com) (11 Oktober 2016). Debat. E-mail kepada Dwi
Indah Lestari (dwiindahlest@gmail.com)
Sekarini, Nadya Ayu. 2012. Makalah Presentasi, (online),
(https://www.scribd.com/doc/82856614/121227-Makalah-Presentasi-Nadya-AyuSekarrini, diakses 12 Oktober 2016)
Wahyu
Binti
Arif.2013
Berbicara
Untuk
Keperluan
http://wahyubintiarifin96.blogspot.co.id/2015/04/berbicara-untuk
akademik.html

Akademik,
keperluan-

41 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai