Anda di halaman 1dari 10

PENINGKATAN KUALITAS AIR RAWA

MENGGUNAKAN MEMBRAN KERAMIK BERBAHAN


TANAH LIAT ALAM DAN ABU TERBANG BATUBARA
Shinta Agmalini, Narke Nola Lingga, Subriyer Nasir*
Jurusan Teknik Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya
Jln. Raya Palembang Prabumulih Km. 32 Inderalaya Ogan Ilir (OI) 30662
Email: subriyer@yahoo.com

Abstrak
Air rawa merupakan air permukaan yang mengandung kandungan logam berat, kandungan zat organik,
mikroorganisme berbahaya serta bakteri yang terdapat di dalam air yang dapat menganggu kesehatan. Air
rawa tidak memenuhi syarat-syarat kesehatan untuk air minum karena derajat keasamannya. Oleh karena
itu, diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber daya air rawa secara seksama. Salah satu cara untuk
menetralkan kandungan logam berat dan kandungan zat organik yang bersifat merusak tubuh yaitu
dengan menggunakan teknologi membran. Penelitian dilakukan dengan menggunakan membran keramik
dengan perbandingan komposisi dari tanah liat, abu batubara dan serbuk besi yaitu 67,5%:25%:7,5%.
Hasil analisa yang didapat memperlihatkan adanya peningkatan kualitas air rawa yang memenuhi
persyaratan menjadi air minum. Penurunan TDS, kandungan ion logam besi (Fe) dan kandungan zat
organik (Angka KMNO4) cenderung cukup tinggi yaitu TDS menjadi sebesar 84 ppm, kandungan ion
logam besi (Fe) menjadi sebesar 0,042 mg/l dan kandungan zat organik (Angka KMNO4) menjadi sebesar
0,77 mg/l dan pH sekitar 6,7. Hasil analisa terdapat produk permeat sesuai dengan
492/MENKES/PER/IV/2010 tentang persyaratan kualitas air minum.
Kata kunci: membran keramik, air rawa, air minum

Abstract
Swamp water is kind of surface water that containing heavy metal content, organic substances, harmful
microorganisms and bacteria found in water that can disturb health. Swamp water does not meet health
requirements for drinking water because of the degree of acidity. Therefore, the management and
protection of swamp water resources required with carefully. The neutralized the content of heavy metals
and organic substances are harmful to the body by using membrane technology. The study was conducted
by using ceramic membranes with a ratio of the composition of clay, coal ash and iron powder is 67.5%:
25%: 7.5%. Analysis results obtained showed an increased of swamp water quality improvement
requirements into drinking water. Reduction in TDS, the metal ion content of iron (Fe) and organic
matter content (KMnO4 Number) tend to be high enough that the TDS of 84 ppm, the metal ion content of
iron (Fe) was decreased to 0.042 mg/ l and organic matter content (KMnO4 Number) to of 0.77 mg / l and
the pH around 6.7. Analysis results are permeating product of drinking water quality requirements in
accordance with 492/MENKES/PER/IV/2010.
Keywords: ceramic membranes, swamp water, drinking water

1.

PENDAHULUAN

Air adalah sumber daya alam yang dapat


diperbarui. Air merupakan kebutuhan yang
sangat penting bagi kehidupan manusia karena
jumlahnya yang sangat melimpah di muka bumi

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

ini, tetapi kualitasnya sering mengalami


penurunan dikarenakan aktivitas manusia yang
berdampak pada pencemaran lingkungan hidup.
Saat ini masalah utama yang dihadapi oleh
sumber daya air adalah kuantitas air yang sudah
tidak mampu memenuhi kebutuhan yang terus

Page 59

meningkat dan kualitas air untuk keperluan


domestik yang terus menurun. Kondisi ini dapat
menimbulkan gangguan, kerusakan dan bahaya
bagi semua makhluk hidup yang bergantung
pada sumber daya air. Oleh karena itu,
diperlukan pengelolaan dan perlindungan sumber
daya air secara seksama.
Adapun yang menjadi tujuan dalam
penelitian ini adalah :
1. Mempelajari proses pengolahan air rawa
dengan menggunakan proses filtrasi dengan
filter keramik.
2. Untuk mengetahui pengaruh variabel operasi
(tekanan dan waktu) pada kinerja filter
keramik yang digunakan.
Dalam penelitian ini permasalahan yang
akan diangkat adalah bagaimana meningkatkan
kualitas air rawa. Air rawa yang digunakan
selama ini ternyata tidak dapat digunakan
sebagai air minum karena kualitasnya yang tidak
begitu baik. Dalam pemanfaatannya air rawa
digunakan untuk mencuci, minum, mandi dan
keperluan lainya. Air rawa ternyata belum masuk
kategori aman untuk langsung diminum, Karena
air rawa ini bersifat asam ,memiliki kadar besi
yang cukup tinggi, berwarna kuning dan bau
tentu tidak sesuai dengan standarisasi air. Proses
perebusan air untuk menjadi air minum hanya
membunuh kuman dan bakteri, namun tidak
membuang kandungan logam yang terkandung di
dalam air. Karena itu diperlukan pengolahan
lanjutan
misalnya
dengan
menggunakan
membran.
Adapun manfaat yang didapat dalam
melakukan penelitian ini adalah
1. Mengetahui pengolahan air rawa yang masih
mengandung logam-logam berat dengan
penggunaan filter keramik.
2. Mendapatkan suatu teknologi yang murah
dan sederhana dalam pengolahan air
domestik.
Ruang lingkup penelitian meliputi analisa
sampel air rawa. Analisa yang dilakukan antara
lain kadar pH, TDS, kandungan ion logam besi
(Fe) dan Kandungan zat organik (angka
KMNO4)
dalam air rawa tersebut dengan
variabel proses yang akan diteliti adalah tekanan
dan waktu operasi.
Penelitian ini dilakukan dalam skala
laboratorium.
Membran dapat didefinisikan sebagai suatu
media ukuran dan bentuk molekul, menahan
komponen dari umpan yang memiliki ukuran
lebih besar dari pori-pori membran dan
melewatkan komponen yang mempunyai ukuran
yang lebih kecil. Membran selain sebagai
pemisah juga sebagai sarana pemekat dan

Page 60

pemurnian dari suatu larutan yang dilewatkan


pada membran tersebut.
Teknologi membran memiliki beberapa
keunggulan dibandingkan dengan proses lain,
antara lain pemisahan dilakukan secara terus
menerus, konsumsi energi umumnya relatif lebih
rendah, proses membran dapat mudah
digabungkan dengan proses pemisahan lainnya
(hybrid processing), dan material membran
bervariasi sehingga mudah diadaptasikan
pemakaiannya.
Kekurangan teknologi membran antara lain
fluks dan selektifitas karena pada proses
membran pada umumnya terjadi fenomena fluks
berbanding terbalik dengan selektifitas
Klasifikasi Membran
Berdasarkan
ukuran
partikel
yang
dipisahkan, membran dapat diklasifikasikan
menjadi beberapa jenis, yaitu sebagai berikut :
1. Membran mikrofiltrasi
2. Membran ultrafiltrasi
3. Membran osmosa balik (OR)
4. Nanofiltrasi
5. Membran dialisa
6. Membran elektrodialisa
Berdasarkan bentuknya membran dibagi
menjadi:
1. Membran datar
Membran datar yang memiliki satu lembar
saja.
Membran datar yang tersusun bertingkattingkat.
Membran spiral bergulung.
2. Membran tubular
Membran
serat
berongga(diameter
<0,5mm)
Membran kapiler (diameter 0,5-5,0 mm)
Membran tubular (diameter > 5 mm)
Prinsip Proses Pemisahan Membran
Pada prinsipnya proses pemisahan dengan
menggunakan membran adalah proses pemisahan
antara pelarut dengan zat terlarut.
Pelarut
dipisahkan dengan zat terlarut yang akan tertahan
pada membran atau yang disebut dengan
konsentrat, sedangkan pelarut akan lolos melalui
membran yang dinamakan permeate. Dengan
menggunakan membran,yaitu filtrasi laminar
(dead end) dan filtrasi tangensial (cross
flow),dalam filtrasi laminar,aliran umpan tegak
lurus kepermukaan membran sehingga sebagian
saja yang terakumulasi. Pada konfigurasi deadend tidak terdapat retentat sedangkan jika
terdapat retentat disebut cross flow. Jadi pada
konfigurasi cross flow terdapat sebagian feed
(pelarut) yang tidak menjadi permeat. Untuk
kasus dead-end, resistan meningkat menurut

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

ketebalan lapisan fouling yang terbentuk pada


permukaan membran.

1.

Kinerja Membran
Kinerja atau efisiensi perpindahan didalam
membran ditentukan oleh dua parameter yaitu :
a. Permeabilitas
Permeabilitas sering disebut juga sebagai
kecepatan permeat atau fluks adalah jumlah
volume permeat yang melewati satu satuan
permukaan luas membran dengan waktu tertentu
dengan adannya gaya dorong dalam hal ini
berupa tekanan. Pada proses filtrasi, nilai fluks
yang umum dipakai adalah fluks volume yang
dinyatakan sebagai volume larutan umpan yang
dapat melewati membran per satuan waktu per
satuan
luas
membran.
Faktor
yang
mempengaruhi permeabilitas adalah jumlah dan
ukuran pori, interaksi antara membran dan
larutan umpan, viskositas larutan serta tekanan
dari luar
b. Selektifitas
Selektifitas suatu membran merupakan
ukuran kemampuan suatu alat membran keramik
menahan suatu suspensi atau melewati suatu
suspensi tertentu lainnya. Faktor
yang
mempengaruhi selektifitas adalah besarnya
ukuran partikel yang akan melewatinya, interaksi
antara membran, larutan umpan dan ukuran pori.
Parameter
yang
digunakan
untuk
menggambarkan selektivitas membran adalah
koefisien rejeksi (R), yaitu fraksi konsentrasi zat
terlarut yang tidak menembus membran.
Beberapa faktor yang mempengaruhi dalam
penggunaan membran diantaranya :
1. Ukuran Molekul
Ukuran
molekul
membran
sangat
mempengaruhi kinerja membran.
2. Bentuk Membran
Membran dapat dibuat dalam berbagai
macam bentuk, seperti bentuk datar, bentuk
tabung, dan bentuk serat berongga.
3. Bahan Membran
Perbedaan
bahan
membran
akan
berpengaruh pada hasil rejeksi dan distribusi
ukuran pori.
4. Karakteristik Larutan
Karakteristik larutan ini mempunyai akan
memberi pengaruh terhadap permeabilitas
membran.
5. Parameter operasional
Jenis parameter yang digunakan pada
operasional umumnya terdiri dari tekanan
membran, permukaan membran, temperatur
dan konsentrasi.

2.

Keunggulan yang dimiliki teknologi membran


antara lain :

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

3.
4.
5.

Pemisahannya
berdasarkan
molekul
sehingga pemisahan dapat beroperasi pada
temperatur rendah (temperature ambient).
Pemakaianan energi yang relatif rendah
karena biasanya pemisahan menggunakan
membran tidak melibatkan perubahan fasa.
Tidak menggunakan zat bantu kimia dan
tidak ada tambahan produk buangan.
Bersifat modular, artinya di scale-up dengan
memperbanyak unitnya.
Dapat digabungkan dengan jenis operasi
lainnya.

Membran keramik
Membran keramik terbentuk dari kombinasi
logam (aluminium, titanium, zirkonium) dengan
non logam dalam bentuk oksida, nitrida atau
karbida. Contohnya adalah membran alumina
atau zirkonia. Adanya oksida logam pada
membran keramik menghasilkan muatan listrik
sehingga performance permukaan material
keramik lebih kuat. Secara fisik, membran
keramik dapat berbentuk tube atau disk, bersifat
porous.
Tanah Liat (Lempung)
Tanah liat memiliki sifat paling stabil dan
paling tahan tererosi. Agar tanah liat dapat
digunakan untuk membentuk benda keramik
maka harus memenuhi persyaratan sebagai
berikut :
1. Sifat plastis
Sifat plastis berfungsi sebagai pengikat
dalam proses pembentukan sehingga benda yang
dibentuk tidak akan mengalami keretakan, pecah
atau berubah bentuk.
2. Memiliki kemampuan bentuk
Tanah liat juga harus mempunyai
kemampuan bentuk yaitu kualitas penopang
bentuk selama proses pembentukan berlangsung
yang berfungsi sebagai penyangga.
3. Susut kering dan susut bakar
Tanah liat yang terlalu plastis biasanya
memiliki persentase penyusutan lebih dari 15 %,
sehingga apabila tanah liat tersebut dibentuk
akan memiliki resiko retak atau pecah yang
tinggi.
4. Suhu kematangan (vitrifikasi)
Suhu bakar keramik berkaitan langsung
dengan suhu kematangan, yaitu keadaan benda
keramik yang telah mencapai kematangan secara
tepat tanpa mengalami perubahan bentuk.
5. Porousitas
Fluks membran keramik secara langsung
berhubungan dengan porositas, dimana membran
keramik yang bagus adalah membran dengan
porositas tinggi, tetapi tidak menurunkan
kekuatan mekanik membran tersebut.

Page 61

Abu Terbang Batubara (Fly Ash)


Abu terbang batubara terdiri dari butiran
halus yang umumnya berbentuk bola padat atau
berongga. Secara kimia abu batubara merupakan
mineral
alumino
silikat
yang
banyak
mengandung unsur-unsur Ca, K, dan Na di
samping juga mengandung sejumlah kecil unsur
C dan N. Sifat kimia dari abu terbang batubara
dipengaruhi oleh jenis batubara yang dibakar dan
teknik penyimpanan serta penanganannya.
Kualitas Air Baku
Kualitas air minum sangat erat berkaitan
dengan kualitas air bakunya. Umumnya air baku
dari air tanah kualitasnya sudah cukup baik
sehingga tidak sulit menjadikannya air minum
yang memenuhi persyaratan kesehatan.
Beberapa persyaratan air minum yang layak
minum baik dari segi fisika, kimia, maupun
biologinya antara lain sebagai berikut :
A. Persyaratan Fisika
Syarat fisik air yang layak minum sebagai
berikut :
1. Kekeruhan
Kualitas air yang baik adalah jernih (bening)
dan tidak keruh. Batas maksimal kekeruhan air
layak minum menurut PERMENKES RI Nomor
492 Tahun 2010 adalah 5 skala NTU.
2. Tidak Berbau dan Rasanya Tawar
3. Jumlah batas maksimal jumlah padatan
terapung yang diperbolehkan adalah 500
mg/l.
4. Suhu Normal yaitu 35oC.
5. Warna
Air yang layak dikonsumsi harus jernih dan
tidak berwarna. PERMENKES RI Nomor 492
Tahun 2010 menyatakan bahwa batas maksimal
warna air yang layak minum adalah 15 skala
TCU.
B. Persyaratan Kimia
Persyaratan kimia sebgai batasan air layak
minum sebagai berikut:
1. Derajat Keasaman (pH)
Menurut PERMENKES RI Nomor 492
Tahun 2010, batas pH minimum dan maksimum
air layak minum berkisar 6,5-8,5.
2. Kandungan Bahan Kimia Organik
Bahan kimia organik seperti NH4, H2S,
SO42,dan NO3 tidak boleh melebihi batas yang
ditetapkan.
3. Kandungan Bahan Kimia Anorganik
Kandungan bahan kimia anorganik seperti
garam dan ion-ion logam (Fe, Al, Cr, Mg, Ca,
Cl, K, Pb, Hg, Zn) pada air layak minum tidak
melebihi jumlah yang telah ditentukan.
4. Tingkat Kesadahan

Page 62

Berdasarkan PERMENKES RI Nomor 492


Tahun 2010, derajat kesadahan (CaCO3)
maksimum air yang layak minum adalah 500 mg
per liter.
Kandungan Logam dalam Air
Indikator yang digunakan untuk mendeteksi
pencemaran air adalah cemaran logam berat
didalamnya. Di antara semua unsur logam berat,
Hg menduduki urutan pertama dalam hal sifat
racunnya, kemudian diikuti oleh logam berat
antara lain Cd, Ag, Ni, Pb, As, Cr, Sn, Fe dan
Zn.
Logam berat merupakan komponen alami
tanah. Elemen ini tidak dapat didegradasi
maupun dihancurkan. Logam berat dapat masuk
ke dalam tubuh manusia melalui makanan, air
minum, atau udara. Logam berat seperti
tembaga, selenium, atau seng dibutuhkan tubuh
manusia untuk membantu kinerja metabolisme
tubuh. Akan tetapi, dapat berpotensi menjadi
racun jika konsentrasi dalam tubuh berlebih.
Logam berat menjadi berbahaya disebabkan
sistem
bioakumulasi,
yaitu
peningkatan
konsentrasi unsur kimia didalam tubuh mahluk
hidup.
Kelebihan Total Dissolved Solid (TDS)
Semakin tinggi TDS maka dalam jangka
panjang akan memberikan dampak negatif pada
tubuh manusia karena tidak sanggup diuraikan
dan akan mengendap sebagai sumber berbagai
penyakit degenerative.
Kelebihan Zat organik (Angka KMnO4)
Zat
organik
merupakan
makanan
mikroorganisme yang menyebabkan pesatnya
pertumbuhan mikroorganisme air, sehingga
membahayakan
masyarakat
yang
menggunakannya untuk memenuhi kebutuhan
sehari-hari. Dapat menyebabkan kerusakan pada
organ ginjal, hati, kulit, sistem saraf pusat.
Dampak Kelebihan Zat Besi (Fe)
Kandungan besi dalam air yang
diperbolehkan < 0,3 ppm apabila melebihi 0,3
ppm, mengakibatkan Warna air menjadi kemerah
merahan, memberi rasa tidak enak pada
minuman dan pembentukan endapan pada pipa
logam. Kelebihan zat besi (Fe) pada tubuh
manusia bisa menyebabkan keracunan, dimana
terjadi muntah, diare dan kerusakan usus serta
gangguan pada ginjal. Selain itu, kelebihan zat
besi ini, bisa meningkatkan risiko penyakit
jantung. Zat ini dapat mendorong pembentukan
plaque (semacam kerak) di dinding pembuluh
arteri, sehingga terjadi aterosklerosis, yaitu
dinding pembuluh arteri jadi tebal dan mengeras.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Air Rawa
Air rawa merupakan limbah, sebab air
rawa memiliki kandungan logam Fe, Mn dan
mikroorganisme berbahaya. pH air rawa
cenderung
bersifat
asam.Turbidity
atau
kekeruhan dari air disebabkan oleh adanya
partikel-partikel dalam air atau suspended yang
larut tetapi berwarna atau juga dapat
dikelompokkan kedalam zat organik dan
nonorganik, plankton serta mikroorganisme
lainnya. Jadi turbidity adalah tingkat atau ukuran
kekeruhan suatu fluida atau cairan yang
digunakan untuk standar dibolehkannya atau
ukuran kekeruhan suatu produk untuk kebutuhan
manusia dan lingkungan. Kekeruhan itu tidak
bisa dikorelasikan dengan persentase berat dari
suspended-suspended dalam air itu karena ia
mempunyai hubungan erat dengan cahaya (sifatsifat optiknya), ukuran dan bentuk partikel itu
sendiri. Rawa, berdasarkan Peraturan pemerintah
Republik Indonesia Nomor 27 tahun 1991,
adalah lahan genangan air secara alamiah yang
terjadi terus-menerus atau musiman akibat
drainase alamiah yang terhambat serta
mempunyai ciri-ciri khusus terutama keadaan
tanahnya cekung; ciri kimiawi, terutama derajat
keasaman airnya rendah; dan ciri biologis,
terutama terdapat ikan-ikan rawa, tumbuhan
rawa dan hutan rawa. Kualitas air menyatakan
tingkat kesesuaian air untuk dipergunakan bagi
pemenuhan kehidupan manusia seperti untuk
kebutuhan langsung, air minum, mandi dan
sebagainya. Untuk keperluan air bersih faktor
yang harus diperhatikan adalah kandungan besi,
kesadahan CaCO3, klorida, mangan, nitrat, nitrit,
pH dan kandungan sulfat. Air rawa tidak
memenuhi syarat-syarat kesehatan untuk air
minum karena derajat keasamannya rendah.

2.

METODOLOGI

Waktu dan Tempat Penelitian


Penelitian ini dilakukan di dua tempat.
Persiapan bahan baku membran keramik berupa
serbuk besi dan fly ash di Laboratorium
Kesetimbangan Kimia Jurusan Teknik Kimia
Universitas Sriwijaya. Pengolahan air rawa di
Laboratorium Teknik Pemisahan Jurusan Teknik
Kimia Fakultas Teknik Universitas Sriwijaya.
Waktu penelitian adalah bulan agustus-november
2011.
Alat Dan Bahan
Alat yang digunakan antara lain :
1. Filter Membran keramik
2. Selang plastik

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
11.
12.

Pressure gauge
Pipa PVC
Pompa air
Flowmeter
pHmeter
TDS meter
Oven
Erlenmeyer
Gelas ukur
Ember plastik

Bahan yang digunakan, yaitu :


1. Tanah liat
2. Abu batubara
3. Serbuk besi
4. Air rawa

Prosedur Penelitian
1. Pembuatan Filter Keramik
Pencampuran tanah liat, abu
batubara dan serbukbesi
Dicetak bentuk silinder
Pengeringan
Disusun dalam Tungku
pembakaran,
o

Filter keramik
Gambar 3.1. Diagram Alir Proses Pembuatan Filter
Keramik

Proses Pembuatan Filter Keramik


Berikut ini adalah langkah-langkah dalam
pembuatan filter keramik :
1. Pencampuran tanah liat, abu batubara dan
serbuk besi : dengan perbandingan tanah liat
:abu batubara : serbuk besi yaitu 67,5% : 25%
: 7,5%. Ukuran Serbuk besi dan abu batubara
500m. Kemudian ditambah air 30%
kemudian diaduk rata.
2. Bahan dicetak dengan cetakan gips.
3. Dikeluarkan
dari
cetakan
kemudian
ditempatkan diatas lembaran pohon pisang.
4. Dikeringkan pada suhu kamar selama 7 hari.
5. Dibakar pada suhu 900 1000oC.
6. Lama pembakaran 12 jam, yaitu 4 jam
dilakukan pengasapan dan pembakaran 8
jam.

2.

3. Skema rancangan filter keramik


Membran keramik dibuat dari tanah liat dan
abu batubara yang mempunyai:

Page 63

Diameter dalam
Diameter luar
Ketebalan
Panjang

=
=
=
=

1.
2.

4 cm
5 cm
1 cm
25 cm

Gambar 1. Skema
rancangan membran
keramik

3.

Bau
Total zat terlarut
(TDS)
Kekeruhan

4.
5.

Rasa
Warna

1.

Arsen

2.
3.
4.
5.

11.
12.
13.

Besi
Fluorida
Kadmium
Kesadahan
(CaCO3)
Klorida
Total Kromium
Mangan
Nitrit,
(sebagai
NO2-)
Nitrat
(sebagai
(NO3-)
pH
Seng
Sianida

14.
15.
17.

Sulfat
Timbal
Zat Organik

6.
7.
8.
9
10.

4. Rangkaian Alat Penelitian

mg/l

Tidak Berbau
1500

Skala
25
NTU
Tidak Berasa
Skala
50
PtCo
B. Parameter Kimia
mg/l
0,05

Tidak Berbau
219
15,200
Tidak Berasa
25,000

Mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

1,0
1,5
0,005
500

Negative/
0,01
1,117
<1,000
<0,002
11,880

mg/l
mg/l
mg/l
mg/l

600
0,05
0,5
1

3,643
<0,050
<0,030
0,006

mg/l

10

3,057

mg/l
mg/l
mg/l

6,5 8,5
15
0,1

mg/l
mg/l
mg/l

400
0,05
10

6,86
<0,03
Negative
0,07
1.477
<0,02
14,364

<

/<

Dari tabel 4.1 terlihat bahwa TDS, Kekeruhan,


kadar ion Besi dan Angka KMnO4 melebihi
batas maksimum yang diperbolehkan.
Hubungan Antara Fluks Terhadap Waktu
Operasi

Gambar 2. Skema Rangkaian Alat Penelitian

Air
rawa
dialirkan
dari
tangki
penampungan melalui pipa PVC dengan bantuan
pompa berturut-turut melewati housing yang
berisi pasir silika, zeolit, dan karbon aktif
sebelum menuju filter keramik. Air yang
mengalir ke dalam filter keramik tersebut akan
merembes melewati pori-pori dinding. Kondisi
operasi untuk masing-masing filter divariasikan
antara tekanan 20 lb/in2 dan 25 lb/in2 dengan
waktu operasi berturut-turut selama 15, 30, 45
dan 60 menit.

3.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Sampel air awal yang diteliti adalah air


rawa dengan kandungan air awal seperti pada
tabel dibawah ini.
Tabel 1. Kandungan Sampel Air Awal
No

Jenis Parameter

Page 64

Satuan

Kadar
maksimum
yang
diperbolehk
an
A. Parameter Fisik

Hasil
Pemeriksaan

Gambar 3. Hubungan fluks terhadap waktu

Dari Gambar 3 terlihat bahwa untuk


membran dengan dengan tekanan 20 lb/in2, fluks
permeat ketika proses pengolahan berlangsung
pada waktu 15 menit sebesar 12,43 L/m2 jam, 30
menit sebesar 12,33 L/m2 jam; dan semakin kecil
ketika operasi berlangsung 45 menit dan 60
menit yaitu sebesar 12,19 L/m2 jam, dan 12,03
L/m2 jam. Hal yang sama untuk membran
dengan tekanan 25 lb/in2, Fluks ketika proses
pengolahan berlangsung pada waktu 15 menit
sebesar 13,45 L/m2 jam, 30 menit sebesar 13,25
L/m2 jam; dan semakin kecil ketika operasi
berjalan, 45 menit dan 60 menit yaitu sebesar
13,15 L/m2 jam, dan 12,99 L/m2 jam.
Penurunan nilai fluks ini disebabkan karena
zat terlarut yang tertahan oleh filter lama

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

kelamaan akan terakumulasi atau menumpuk


pada permukaan membran dan mengakibatkan
terbentuknya gel atau lapisan fouling pada
permukaan membran, sehingga terjadinya
pemampatan
dan
meningkatnya
resistan
(hambatan) pada permukaan membran.
Selain itu adanya serbuk besi di dalam
komposisi filter mengakibatkan meningkatnya
kekuatan mekanis filter, namun hal ini juga dapat
mengakibatkan kekompakan filter yang berakibat
pada makin sukarnya cairan melakukan difusi
pada pori-pori filter.

Hubungan Antara TDS terhadap Waktu


Setelah Melewati Filter Pasir Silika

Persentase rejeksi TDS dan PH


Berikut ini adalah tabel persentase rejeksi
TDS dan pH
Gambar 4. Hubungan TDS terhadap waktu setelah
melewati filter pasir silika

Tabel 2 a. Persentase Rejeksi TDS dan pH

Tekanan
(Lb/in2)

Waktu
(menit)
15

20

Karbon Aktif
TDS
pH
(ppm)
107
6,86

30

110

6,86

104

6,82

45

107

6,85

97

6,86

60

105

6,83

97

6,85

108,5

6,85

101,25

6,848

50,457

0,146

53,767

0,182

Ratarata
%
Rejeksi

25

Pasir
TDS
pH
(ppm)
112
6,86

15

124

6,85

122

6,84

30

119

6,84

117

6,83

45

118

6,83

113

6,81

60

115

6,82

111

6,82

119

6,835

115,75

6,825

45,662

0,364

47,146

0,510

Ratarata
%
Rejeksi

Tabel 2 b. Persentase Rejeksi TDS dan pH


Tekanan
(Lb/in2)

20

Waktu
(menit)

Ratarata
%
Rejeksi

Membran
Keramik
TDS
pH
(ppm)
91
6,69

15

TDS
(ppm)
97

6,82

30

96

6,86

88

6,70

45

91

6,85

85

6,72

60

89

6,83

84

6,68

93,25

6,84

87

6,6975

57,420

0,292

60,274

2,369

15

121

6,83

120

6,74

30

114

6,83

111

6,73

45

110

6,84

107

6,71

60

107

6,82

104

6,70

113

6,83

110,5

6,72

48,402

0,437

49,543

2,041

Ratarata
%
Rejeksi

25

Zeolit
pH

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Hubungan Antara TDS terhadap Waktu


Setelah Melewati Filter Zeolit

Gambar 5. Hubungan TDS terhadap waktu setelah


melewati filter zeolit

Hubungan Antara TDS terhadap Waktu


Setelah Melewati Filter Karbon Aktif

Gambar 6. Hubungan TDS terhadap waktu setelah


melewati filter karbon aktif

Page 65

Hubungan Antara TDS terhadap Waktu


Setelah Melewati Filter Keramik

fluktuasi penurunan jumlah TDS tidak jauh


berbeda.
Data Analisa Ion Kandungan Logam Fe dan
Kandungan zat organik (KMnO4)
Tabel 3. Data Analisa ion logam Fe & Zat Organik
(angka KMnO4)

Komposisi

Ion-ion logam

Membran
(Sampel)
Sampel Awal

Fe
(mg/l)

KMnO4
(mg/l)

0,497

4,9573

0,045

1,3140

0,042

1,2512

0,045

0,9336

0,049

0,7765

0,048

1,6272

0,047

1,4230

0,043

1,2450

0,043

1,0561

Gambar 7. Hubungan TDS terhadap waktu


setelah melewati filter keramik

Persentase Penurunan TDS pada Setiap


Elemen Filter

P1, T1 (20 lb/in ,


15 menit)
P1, T2 (20 lb/in2,
30 menit)
P1, T3 (20 lb/in2,
45 menit)
P1, T4 (20 lb/in2,
60 menit)
P2, T1 (25 lb/in2,
15 menit)
P2, T2 (25 lb/in2,
30 menit)
P2, T3 (25 lb/in2,
45 menit)
P2, T4 (25 lb/in2,
60 menit)

Persentase Rejeksi Kandungan Ion Logam Fe


dan Kandungan Zat Organik (KMnO4)
Tabel 4. Persentase Rejeksi Kandungan Ion Logam Fe
dan Kandungan zat organik (angka KMnO4)
Gambar 8. Persentase Penurunan TDS pada Setiap
Elemen Filter

Komposisi
Membran
(Sampel)

Persentase Rejeksi (%)


Fe

KMnO4

90,945674

73,493636

91,549296

74,760454

90,945674

81,167168

90,140845

84,336231

90,342052

67,17568

90,543260

71,294858

91,348089

74,885522

91,348089

78,696064

Dari Gambar 8 dapat terlihat bahwa


Gambar penurunan TDS sangat fluktuatif pada
tekanan 20 lb/in2 tekanan 25 lb/in2. Terjadi
penurunan TDS dari tiap outlet titik pasir,karbon
aktif,zeolit dan membran keramik. Seperti pada
tekanan 20 ln/in2 pada waktu operasi 15 menit,
persentase rejeksi TDS setelah melewati filter
pasir silica, dimana persentase rejeksi TDS nya
50,46% menjadi 53,77% setelah melewati filter
zeolit. TDS juga menurun pada outlet housing
karbon aktif, sehingga persentase rejeksi TDS
nya menurun menjadi 57,42%. Hal ini
dikarenakan kandungan zat terlarut yang terbawa
oleh air sudah tertahan pada pasir dan filter zeolit
yang mengakibatkan sedikit kandungan zat
terlarut yang terbawa untuk filter selanjutnya.
Jumlah TDS kembali turun setelah melewati
filter keramik dengan persentase rejeksi TDS
sebesar 60,27%. Begitu pula pada laju alir 12,5 ,

P1, T1 (20
lb/in2, 15 menit)
P1, T2 (20
lb/in2, 30 menit)
P1, T3 (20
lb/in2, 45 menit)
P1, T4 (20
lb/in2, 60 menit)
P2, T1 (25
lb/in2, 15 menit)
P2, T2 (25
lb/in2, 30 menit)
P2, T3 (25
lb/in2, 45 menit)
P2, T4 (25
lb/in2, 60 menit)

Page 66

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Berikut adalah Gambar hasil analisa logam.

Gambar 9. Penurunan Kandungan Ion Logam Fe dan


KmnO4

Dari tabel 3 di atas terlihat bahwa ion


logam dan kandungan zat organik (angka
KMnO4) untuk membran dengan komposisi tanah
liat, abu batubara dan serbuk besi 67,5% : 22% :
7,5% ukuran 500 m mengalami penurunan
yang sangat signifikan bila dibandingkan dengan
kandungan ion logam dan kandungan zat organik
(angka KMNO4) pada sampel awal. Pada
kandungan besi (Fe) yang mengalami penurunan,
dimana kandungan besi pada sampel awal yaitu
1,117 mg/l yang melebihi kadar maksimum yang
diperbolehkan terkandung di dalam air yaitu 1,1
mg/l pada tekanan 20 lb/in2 menjadi 0,045 mg/l
pada 15 menit, 0,042 mg/l pada 30 menit, 0,045
mg/l pada 45 menit dan 0,049 mg/l pada 60
menit. Sedangkan pada tekanan 25 lb/in2
menjadi 0,048 mg/l pada 15 menit, 0,047 mg/l
pada 30 menit, 0,043 mg/l pada 45 menit dan
0,043 mg/l pada 60 menit.
Sama halnya dengan kandungan zat
organik (angka KMnO4) yang juga mengalami
penurunan yang signifikan dari kandungan zat
organik (angka KMnO4) pada sampel awal.
Dimana kandungan zat organik (angka KMnO4)
pada sampel awal yaitu 14,364 mg/l yang
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
terkandung di dalam air yaitu 10 mg/l pada
tekanan 20 lb/in2 menjadi 1,3140 mg/l pada 15
menit, 1,2512 mg/l pada 30 menit, 0,9336 mg/l
pada 45 menit dan 0,7765 mg/l pada 60 menit.
Sedangkan pada tekanan 25 lb/in2 menjadi
1,6272 mg/l pada 15 menit, 1,4230 mg/l pada 30
menit, 1,2450 mg/l pada 45 menit dan 1,0461
mg/l pada 60 menit.
Filter membran keramik dengan
komposisi tanah liat, fly ash dan serbuk besi
67,5% : 25% : 7,5% ukuran 500 m mampu
menurunkan konsentrasi parameter yang
melebihi kadar maksimum yang diperbolehkan
dari air rawal. Hal ini terlihat dari turunnya

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

kandungan ion logam besi (Fe), kandungan


KMNO4, TDS dan juga menetralkan pH.
Penurunan kandungan ion logam besi
(Fe), KMNO4, TDS dan juga pH dikarenakan
adanya proses filtrasi yang terjadi pada filter
keramik. Proses filtrasi yang dimaksud adalah
partikel-partikel dengan diameter yang lebih
besar dari ukuran pori membran akan tertahan
pada permukaaan membran. Selain proses filtrasi
terjadi juga proses adsorpsi yang disebabkan
karena adanya tumbukan partikel-partikel dengan
fly-ash. Semakin banyak pori-pori yang ada pada
filter keramik maka semakin luas permukaan,
sehingga semakin efektif untuk digunakan
menyerap zat pencemar, karena adsorpsi
merupakan fenomena struktur berpori yang
memiliki permukaan cukup luas.
Dari tabel 2 yang menunjukkan
persentase rejeksi TDS dan pH, dapat diambil
kesimpulan bahwa pada tekanan 20 lb/in2 dan
tekanan 25 lb/in2 membran keramik memiliki
perentase rejeksi pH dengan rata-rata sebesar
2,369% dan 2,041%. Hal ini berbeda pada
housing yang berisi pasir silica, zeolit dan karbon
aktif, yang memiliki persentase rejeksi pH
berkisar antara 0,14 0,51%. Persentase rejeksi
pH membran keramik yang diperoleh memenuhi
syarat baku mutu air minum yang ditetapkan
pada Peraturan Menteri Kesehatan Republik
Indonesia Nomor 492/Menkes/Per/IV/2010
tertanggal 19 April 2010 yang berisi tentang
persyaratan kualitas air minum.
Nilai TDS yang dihasilkan juga mengalami
penurunan yang sangat signifikan baik pada
Tekanan 20 lb/in2 dan tekanan 25 lb/in2. Permeat
dari membran keramik yang dihasilkan pada
tekanan 20 lb/in2
dan tekanan 25 lb/in2
mengalami persentase rejeksi rata-rata sebesar
60,27% dan 49,54%, sedangkan persentase
rejeksi pada housing yang berisi pasir silika,
zeolit dan karbon aktif dapat menurunkan TDS
berkisar antara 45,66 - 57,42%.
Berdasarkan
hasil
penelitian
dapat
disimpulkan bahwa filter keramik dapat
digunakan untuk mengolah air rawa menjadi air
yang memenuhi persyaratan kualitas air minum.
Hal ini dikarenakan hasil yang diperoleh dari
penelitian menunjukkan persentase rejeksi
kandungan ion logam berat Besi (Fe), kandungan
zat organik (angka KMnO4), pH dan TDS yang
cukup tinggi dan sesuai standar air minum.

4.

KESIMPULAN

Dari hasil penelitian yang telah dilakukan dapat


disimpulkan bahwa :

Page 67

1) Kinerja filter keramik yang dibuat dari


campuran tanah liat, abu terbang batu bara
dan serbuk besi cukup efektif dalam
menghasilkan permeat dengan kualitas yang
baik. Hal ini tercermin dalam penurunan
kandungan ion logam berat besi (Fe) dalam
air rawa mencapai 91,54% serta kandungan
zat organik (angka KMnO4) mencapai
84,33% diikuti penurunan TDS sekitar
60,2%.
2) Volume permeat, laju alir dan waktu operasi
mempengaruhi dalam penentuan nilai pH,
TDS, kandungan logam besi (Fe), logam
Seng (Zn) dan fluks.
3) Filter keramik dapat digunakan sebagai solusi
alternatif dalam pengolahan air menjadi air
yang memenuhi persyaratan air minum.

DAFTAR PUSTAKA
Amsyari, 1996. Membangun Lingkungan
Sehat, Air Langga Press, Surabaya.
Ambarrini, Septa dan Reni, A. (2010), Kinerja
Filter Keramik Dalam Pengolahan
Limbah Cair Industri Pupuk Urea,
Laporan Penelitian. Jurusan Teknik Kimia,
Fakultas Teknik, Universitas Sriwijaya.
Bhave, R.R. (1991), Inorganic Membrane:
Synthesis.
Characteristic
and
Applications,
Van-Nostrand-Reinhold.
France.
Dickenson, Christopher. (1992), Filters and
Filtration Handbook, Elsevier Science
Publishers LTD. United States of America.

Page 68

Effendi, Hefni. (2003), Telaah Kualitas Air,


Penerbit Kanisius. Yogyakarta.
Edy B., 2007. Fly Ash - Bottom Ash dan
Pemanfaatannya.
George, Austin dan E. Jasjfi (1996), Industri
Proses Kimia, Edisi Kelima. Erlangga.
Jakarta.
Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
(2010),
Persyaratan
Kualitas
Air
Minum.
Noble, R. D and S. A. Stern. (1995),
Membrane Separations
Technology,
Principles and Applications, Elsevier
Science B. V.
Pontius, Frederick W. (1990), Water Quality
and Treatment, McGraw-Hill, Inc. United
States of America.
Sinugroho, G., Hartono, J.M.V. 1979. Teknologi
Bahan Bangunan Bata dan Genteng, Balai
Penelitian Keramik, Bandung.
Soemirati,
Slamet.
(1994)
Kesehatan
Lingkungan, Jurusan Teknik LingkunganITB-Bandung.
Wulandari,
Rizka
dan
Intan,
Jelita
(2011),Peningkatan Kualitas Air Baku
Menggunakan
Membran
Keramik
Berbahan Tanah Liat dan Abu Terbang
Batubara, Laporan Penelitian Jurusan
Teknik Kimia, Fakultas Teknik,Universitas
Sriwijaya.

Jurnal Teknik Kimia No. 2, Vol. 19, April 2013

Anda mungkin juga menyukai