Anda di halaman 1dari 83

buku panduan debat bahasa inggris

zdsxccccccc

BAB I
PENDAHULUAN

Pada masa sekarang ini dunia kerja di Indonesia jangkauanya semakin


mendunia, selaras dengan iklim invenstasi perusahaan asing di Indonesia.
Tuntutan akan tersedianya sumber daya manusia Indonesia yang terampil
dalam berbahasa internasional semakin tidak terelakkan.di setiap iklan
lowongan kerja kemampuan berbahasa Inggris sudah menjadi sebuah syarat
utama. Bahkan kebanyakan iklan kerja di harian nasional di penuhi oleh iklan
lowongan kerja berbahasa Inggris. Surat lamaran kerja harus di tulis dalam
bahasa Inggris dan wawancaranya juga semuanya dalam bahasa Inggris.
Bagi tenaga kerja Indonesa yang berkerja di luar negeri seperti malaysia,
singapura, hong kong, arab saudi dan di negara lain, kemapuan berbahasa
Inggris TKI kita yang rendah di anggap sebagai faktor penghambat yang
merendahkan nilai jual mereka.kebanyakan tenaga kerja kita salah bersaing
dengan tenaga kerja yang berasal dari negara lain seperti filipina misalnya
karena faktor kemanpuan bahasa Inggris yang lemah.Rendahnya kemapuan
berbahasa Inggris menyebabkan mereka selalu kalah dalam bernegosiasi
memperjuangkan nasib mereka sendiri.
Dalam rangka mengantisipasi perkembangan jaman yang semakin terbuka
dan

kompeitif

itu

maka

direktorat

pendidikan

menengah

kejuruan

memandang perlu untuk 1) membekali siswa-siswa lulusan SMK di Indonesia


dengan wawasan pengetahuan dan kemapuan berkomunikasi dalam bahasa
Inggris yang baik 2) untuklebih meningkatkanmutu pembinaan kesiswaan di
sekolah menengah kejuruan di Indonesia.
Salah

satu

bentuk

kegiatan

ekstrakulikuler

di

sekolah

yang

di

rekomendasikan oleh Dikmenjur adalah kegiatan debat berbahasa Inggris

(English Debate Club).


mengembangkan

Di samping itu juga, SMK diminta secara proaktif

bentuk-bentuk

kegiatan

ekstrakulikuler

lain

seperti

Conversation Culb, English speech Competition, Poetry Reading Competition,


Singing English Songs Contest, Presentation Skill Competition, News Reading
Competition dan lain sebagainya.
Ada beberapa manfaat yang bisa dipetik melalui kegiatan debat siswa SMK
ini antara lain:
1. Dengan debat diharapkan kemampuan berkomunikasi siswa-siswa SMK
dalam bahasa Inggris semakin meningkat.
2. Dengan debat diharapkan kemampuan siswa-siswa SMK dalam
menyampaikan pendapat, pandangan dan persepsi mereka terhadap
berbagai hal semakin baik.
3. Dengan debat diharapkan siswa-siswa SMK menjadi lebih kritis, berpikir
analitis dan konstruktif.
4. Dengan debat diharapkan siswa-siswa SMK mampu bertindak sportif.
Kegiatan debat sangat mungkin untuk diterapkan di SMK karena sebenarnya
dari segi administrasi dan hukum, sudah terwadahi melalui kebijakankebijakan Pemerintah Pusat. Kebijakan pemerintah pusat tersebut antara lain
dituangkan melalui Surat Keputusan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan RI
No: 0461/U/1984 tentang Pembinaan Kesiswaan yang didukung
implementasinya melalui Surat Keputusan Direktur Jenderal Pendidikan
Dasar dan Menengah No: 226/C/Kep/O/1992 tentang Pedoman Pembinaan
Kesiswaan yang salah satunya tentang adanya Forum Diskusi Ilmiah di
sekolah.
Oleh sebab itu, penciptaan dan pemasyarakatan format debat berbahasa
Inggris yang baku bagi SMK merupakan tantangan tersendiri. PPPG Kejuruan
sebagai lembaga yang bertugas membina SMK-SMK di Indonesia mencapai
visi dan misinya memberikan, mensosialisasikan dan memperkenalkan satu

format debat baku yang digunakan secara nasional dan diberi nama
Format Debat Parlemen Australasia.
Selanjutnya Instalasi Bahasa PPPG Kejuruan Jakarta melalui buku ini
memberikan, memperkenalkan dan memasyarakatkan format debat ini ke
seluruh SMK-SMK di Indonesia. Buku panduan ini diharapkan bisa membantu
sekolah dalam membina klub debat bahasa Inggris sehingga setiap waktu
akan tumbuh klub-klub debat bahasa Inggris baru di setiap SMK di Indonesia.
Selama kurun waktu tahun 2000-2003, PPPG Kejuruan bidang Bisnis dan
Pariwisata Sawangan-Jakarta, mendapat tugas dari Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Jakarta sebagai panitia pelaksana lomba debat bahasa
Inggris tingkat nasional dalam Promosi Kompetensi Siswa (PKS). Pada tahun
2000 kami menjadi panitia PKS di Malang. Tahun 2001 kami bertugas sebagai
panitia pada PKS di Bandung. Dan terakhir kali tahun 2003 yang baru lalu
kami bertugas sebagai panitia lomba debat PKS di Yogyakarta
Dari ketiga kegiatan tersebut kami rangkum inti sarinya dalam tulisan ini
agar dapat memberikan pengetahuan yang memadai bagi para guru bahasa
Inggris SMK di Indonesia. Buku panduan ini pada intinya membahas tentang
1) Apa itu debat berbahasa Inggris dan 2) Bagaimana menyelenggarakan
lomba debat bahasa Inggris. Disamping untuk memberikan penguatan dan
pemahaman yang lebih luas kepada mereka bahwa menyelenggarakan
lomba debat bahasa Inggris ternyata tidak sulit dan bahkan menyenangkan
serta mengesankan di sisi lain. Karena kita bisa mengenal banyak rekanrekan seprofesi melalui kegiatan seperti ini.
Bagi kebanyakan para guru bahasa Inggris SMK yang sudah pernah mewakili
propinsinya baik sebagai pelatih, pemantau ataupun penggembira, kiranya
masih

perlu

untuk

membaca

ulang

buku

panduan

ini

agar

bisa

membandingkannya dengan buku panduan debat PKS sebelumnya. Hal ini

dikarenakan bahwa pada setiap tahun, kami selalu melakukan revisi dan
penambahan materi pembahasannya. Mengapa ini perlu dilakukan? 1)
sebagai penyempurnaan atas buku panduan sebelumnya, 2) sebagai
penguatan atas pemahaman tentang debat sebelumnya dan 3) untuk
memberikan dasar-dasar kajian teoritis yang lebih luas atas fenomena
kemampuan berdebat sebagai wujud perkembangan kemampuan berbahasa
Inggris yang lebih utuh. Secara khusus penambahan itu didasarkan atas
kajian hasil penelitian kami tentang debat yang dilakukan pada tahun 2003.
Kajian teoritis ini disajikan khusus untuk membekali para guru bahasa Inggris
dan sekaligus pelatih debat di sekolah bahwa debat adalah aktifitas yang
sangat erat kaitanya dengan peningkatan keakuratan dan kefasihan
berbahasa,

kecerdasan

berfikir,

daya

kritis,

kedewasaan

berbahasa,

penguasaan olah tubuh dan pengendalian emosi seseorang. Oleh karena itu
untuk selanjutnya, silahkan dicermati pada kajian tentang hal itu pada Bab II
buku panduan debat ini.

BAB II
KEMAMPUAN BERDEBAT DALAM BAHASA INGGRIS DAN
HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-FAKTOR PEMBELAJARAN BAHASA
1. Debat dalam kehidupan sehari-hari
Dalam dunia nyata, debat terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat seperti pada
isu apakah persyaratan pendidikan seorang presiden harus S1; debat juga
ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti pada isu baik atau buruk invasi
AS dan sekutunya ke Irak; debat juga ada di rapat-rapat di sekolah seperti
pada isu perlukah lima hari kerja diterapkan di sekolah; debat juga ada di
meja makan malam seperti berapakah sebenarnya ukuran gaji yang tepat
bagi guru dan sebagainya. Prosedur debatnya mungkin berbeda tapi bentuk
aktifitasnya pasti sama yaitu bertukar pikiran atau berdiskusi untuk mencari
pemecahan masalah dari sebuah isu yang akan menentukan apakah
perubahan itu menjadi baik atau menjadi lebih buruk.
Debat adalah proses bertukar pikiran atau diskusi untuk mencari pemecahan
masalah dari sebuah isu, topik, atau mosi tertentu. Pada saat berdebat orang
berusaha untuk memberikan argumentasi, alasan-alasan, contoh-contoh dari
suatu kasus dan membuat sanggahan-sanggahan terhadap lawan
bicaranya.1[1]
2. Kemampuan Berdebat dan sebuah Lomba Debat
Dalam sebuah kompetisi lomba debat, aktifitas debat sudah tertata
sedemikian rupa misalnya dengan menggunakan Format Debat Parlemen
Australasia. Sebagai gambaran umumnya, sebuah tim yang berposisikan
sebagai Tim Afirmatif akan berhadapan dengan tim lain yang posisinya
sebagai Tim Negatif. Keduanya secara bersama-sama berusaha meyakinkan
dewan juri dengan argumentasinya masing-masing. Penilaian debat meliputi
tiga dimensi yaitu materi, metode dan sikap peserta dalam menyampaikan
argumentasinya.
1

Birshan memberikan definisi dari sisi lomba debat itu sendiri sebagai berikut:
1) Ada dua pihak yang saling berhadapan untuk saling berpendapat
mengenai satu isu, 2) Setiap pembicara diberi hak dan waktu yang sama
untuk mengemukakan pendapatnya, 3) Argumentasi dalam debat harus
terstruktur, dan 4) Setiap pihak berdiri sebagai pribadi namun bagian dari
sebuah tim.2[2]
Menurut Robert Brandham seorang pedebat yang baik harus menguasai
empat prinsip yaitu: kompetitif, percaya diri, bersahabat dan meyakinkan.
Berdebat bukan semata-mata menjelaskan sesuatu dengan detil dan terinci,
akan tetapi, seorang pedebat yang sedang berbicara di depan juri; dia
mencoba untuk meyakinkan para juri tersebut dengan argumentasinya. Agar
mampu menjelaskan argumentasinya dengan meyakinkan maka seorang
pedebat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang segala hal.
Dengan pengetahuan yang luas tentang segala hal itu mereka akan mampu
menganalisis secara kritis sebuah masalah dengan baik. Untuk itu diperlukan
kemampuan menganalisis masalah dengan baik agar dapat beradu
argumentasi dengan tepat dan menyerang kelemahan pendapat lawan
bicara. Jadi seorang pedebat harus mampu berpikir secara kritis. 3[3]
Dari serangkaian pendapat di atas, kegiatan berdebat adalah kegiatan yang
menunjukkan kemampuan seseorang dalam bertukar pendapat,
menyampaikan buah pikiran atau ide dan menyanggah pendapat orang lain
dengan kritis yang ditinjau dari isinya (matter), penampilannya (manner),
dan metodenya (method).
3. Hubungan Faktor-Faktor Pembelajaran Bahasa dengan Debat
Penelitian eksperimental dilakukan oleh Uren dari University of London.
Dalam pelatihannya Uren memberikan sebuah bacaan kepada mahasiswa
2
3

untuk diperdebatkan secara klasikal. Siswa diminta untuk mencari sudut


pandang penulis, ide utamanya, menarik fakta, menarik asumsi dasar,
menarik pertanyaan kunci dilengkapi dengan pemberian pertanyaan yang
bermutu dan koreksi verbal atas jawaban peserta (asumsi atau pemahaman
yang salah diluruskan) dan sebagainya sehingga akhirnya peserta
memahami bacaan dengan seksama. Ternyata setelah beberapa kali
dilakukan (menjadi biasa) siswa menjadi lebih kritis dalam berdebat
walaupun tanpa bantuan sekalipun pada materi-materi yang lain. 4[4]
Eksperimen tentang kemampuan berpikir kritis yang fantastis dilakukan oleh
Barnett, hampir sama dengan eksperimen Uren, namun Barnett memberikan
bahan bacaan (diselingi dengan bahan bacaan yang kontroversial) untuk
diperdebatkan secara bebas. Barnett tidak melakukan intervensi sedikitpun
pada proses berdebat siswa dari awal sampai akhir. Barnett menyimpulkan
siswa secara bertahap semakin mantap pemahamannya dan mampu
mengkritisi pendapat siswa lain secara lebih efektif. Pada awalnya diskusi
berjalan melalui adu argumentasi yang rasional dalam pernyataan yang
serabutan tapi kemudian diikuti dengan perubahan tingkah laku karena
pengaruh tingkah laku siswa lain berupa naiknya intensitas berbicara
(semakin banyak bicara), namun agresifitas semakin menurun. 5[5]
Kesimpulan yang sama juga dibuktikan oleh Inhelder dan Piaget yang
berpendapat bahwa kemampuan berpikir kritis berkembang utamanya
sebagai hasil apresiasi dari berbagai pendapat berbeda yang muncul dalam
kegiatan berdebat dan selama saling-silang pendapat itu terjadi.6[6]

4
5
6

Survei oleh penulis menyimpulkan bahwa debat secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dan terhadap keekstroversian siswa (merupakan faktor psikologis yang diyakini berpengaruh
sangat kuat pada keberhasilan seseorang dalam menguasai sebuah bahasa
baru).7[7]
Dari serangkain penelitian di atas bisa kita ambil beberapa manfaat
debat antara lain:
1. Debat merupakan metode belajar bermanfaat bagi peningkatan kemampuan
berpikir kritis: logis, ilmiah, analitis, sintesis, dsb
2. Debat juga bermanfaat bagi perkembangan psikologis siswa seperti: minat,
ke-ekstroversian, motivasi, percaya diri, keberanian, dsb.
3. Debat melatih keterampilan berbahasa siswa (utamanya berbicara dan
menyimak)
4.

Debat (dari sisi kompetisinya) melatih perkembangan sosialitas siswa


(sportifitas, kompromis, demokratis, toleransi, dsb)

4. Implikasi kegiatan berdebat bagi pengembangan pembelajaran


bahasa Inggris di kelas
Bila

kemampuan

berdebat

seseorang

identik

dengan

kemampuan

menggunakan bahasa sebagai alat berbicara dan sebagai alat untuk


menyampaikan ide, gagasan serta pendapatnya maka pengajaran bahasa
seharusnya meletakkan jenis kepribadian seseorang sebagai faktor penting
karena

secara

dominan

menentukan

keberhasilan

seseorang

dalam

menguasai sebuah bahasa secara utuh.


Pelajaran

bahasa

Inggris

seharusnya

lebih

menekankan

pada

aspek

penggunaan bahasa (fungsi bahasa) dalam berbagai bentuk aktifitas


kehidupan seperti berbicara, menyimak, membaca dan menulis pesan dari
berbagai jenis bahasa (lisan maupun bahasa tulisan).
menekankan pemahaman siswa pada

Dan tidak lagi

struktur bahasa yang berakibat

bahasa hanya dilihat sebagai pengetahuan yang sifatnya hapalan.


7

Sudut pandang ini menyebabkan guru harus menyajikan materi pelajaran


menurut fungsinya seperti: bagaimana mengungkapkan ketidak-setujuan,
bagaimana

menolak

pembicaraan,

pendapat

bagaimana

orang

lain,

menyimpulkan

bagaimana

pembicaraan,

membuka
bagaimana

mengungkapkan pendapat secara panjang lebar, bagaimana menarik


perhatian orang lain saat berbicara dan sebagainya. Pada intinya guru harus
melatih menggunakan bahasa Inggris dalam berbagai bentuk aktifitas
belajar.
Paradigma pengajaran juga harus dirubah dari pengajaran yang terpusat
pada guru sebagai pusat sumber belajar ke paradigma baru yang
menempatkan siswa sebagai pusatnya. Sebagai seorang yang sedang
belajar

siswa

harus

secara

aktif

berpikir,

berbicara

dan

bergaul

menggunakan bahasa yang sedang dipelajarinya. Guru bisa menerapkan


metode

belajar

interaktif

seperti:

diskusi,

role-play,

drama,

debat,

permainan-permainan, pemberian tugas-tugas dan lain sebagainya.


Dalam rangka penguatan kemampuan berdebat siswa, maka berikut ini
disajikan beberapa hal penting yang perlu untuk dilakukan baik oleh guru,
pelatih maupun pembimbing siswa antara lain:
a. Ciptakan suasana pelatihan yang riang sehingga siswa merasa senang
berlatih secara bersama-sama. Contohnya: dengan menggunakan lagu-lagu
dan permainan-permainan sehingga suasana belajar menggembirakan. Ini
bisa menekan adanya perasaan negatif seperti bosan, tertekan dan malu
saat berlatih.
b. Gunakan pola pembelajaran interaktif (debat, diskusi, role-play, drama,
rapat, dialog, tanya jawab) untuk memancing siswa lebih banyak berbicara
mengungkapkan ide, pendapat dan pandangannya. Pola pembelajaran
seperti ini selain menyenangkan juga bisa mengarahkan siswa untuk saling

memahami, saling membandingkan, saling mengkritisi pendapat satu


dengan yang lain.
c. Gunakan pendekatan sosial yang efektif (akrab, humoris, penuh perhatian)
untuk membuat siswa merasa saling membutuhkan, saling menghormati,
saling memperhatikan dan saling menyayangi satu dengan lain termasuk
dengan guru atau pelatih. Siswa akan merasa bebas berbicara, mencurahkan
segala perasaan dan beban hidup mereka. Siswa menjadi mudah akrab,
senang menjadi bagian dari tim, suka berorganisasi dan akan mereduksi
sifat-sifat negatif seperti asal ngomong, spontan, emosional ataupun
perasaan superioritas bahwa orang lain tidak punya atau tidak berarti.
d. Ciptakan bahan ajar yang menggunakan pendekatan fungsi kebahasaan.
Pada intinya bahan ajar seperti ini bertujuan untuk membantu siswa agar
tahu menggunakan bahasa dalam berbagai situasi dan kondisi yang
berbeda.
e. Gunakan pendekatan keterampilan berbahasa untuk melatih keterampilan
siswa dalam mendengar, berbicara, membaca dan menulis. Keterampilan
mendengarkan diperlukan agar siswa terbiasa memahami dan menyerap isi
pembicaraan orang lain dengan lebih detil dan baik (tidak salah memaknai).
Keterampilan berbicara akan melatih siswa untuk bisa mengungkapkan ide,
pendapat, gagasan dan pandangannya secara panjang lebar namun tetap
berisi sehingga mudah dipahami oleh orang lain. Keterampilan membaca
akan melatih siswa untuk menyerap informasi baru yang berguna bagi
dirinya sendiri maupun orang lain. Keterampilan menulis akan melatih siswa
untuk berpikir sistematis, konstruktif dan ilmiah.
f. Berikan pelatihan penggunaan pola kalimat berbahasa yang baik sehingga
siswa terbiasa mengungkapkan ide dan pendapatnya secara jelas. Pola
kalimat yang sederhana, tidak banyak sisipan, tidak terputus-putus, tidak
komplikatif akan terkesan rapi dan mudah dipahami lawan bicara.
g. Berikan pelatihan penggunaan olah tubuh seperti penggunaan tangan, bahu,
mata, ekspresi wajah, postur, cara berdiri dan sebagainya. Bahasa tubuh ini
sangat penting untuk mendukung penampilan siswa saat berbicara. Selain

juga untuk membantu memperkuat bahasa yang digunakan. Pidato biasa


digunakan untuk melihat perkembangan siswa dalam menggunakan olah
tubuh. Orang yang mampu menggunakan bahasa tubuhnya secara efektif
saat berbicara akan menyenangkan bagi yang melihat, tidak membosankan
dan terkesan lebih menarik.
h. Berikan pelatihan penggunaan organ bicara yang benar seperti pelafalan,
pengucapan, intonasi, penekanan dan sebagainya. Pengucapan kata atau
kalimat yang benar akan membuat pendengar lebih mudah memahami isi.
Gaya bicara yang murung dan tidak jelas akan membuat pendengarnya
merasa enggan memperhatikan isi pembicaraan. Sebaliknya gaya bicara
yang terlalu meledak-ledak dan keras juga akan sangat mengganggu
pendengar dan terkesan sok tahu (overacting).
i. Berikan topik-topik yang bisa diperdebatkan. Topik yang bisa diperdebatkan
adalah topik yang mempunyai dua sisi pro dan kontra, mempunyai
kesenjangan (gap), dan tidak mempunyai kebenaran yang truistik (natural
truth). Topik bisa diambil dari topik klasik atau topik terkini. Topik klasik
contohnya: bahwa merokok itu harus dilarang; atau bahwa pengedar
narkotika harus dihukum mati dan sebagainya. Topik terkini contohnya:
bahwa globalisasi mematikan industri kecil, atau bahwa Indonesia harus
keluar dari IMF dan sebagainya.
j. Berikan topik-topik diskusi yang mengandung pemecahan masalah. Topik
seperti ini akan melatih siswa untuk berpikir induktif dari elemen-elemen
yang khusus ke elemen-elemen yang bersifat umum. Pola berpikir seperti ini
akan membuat siswa terbiasa berpikir konstruktif, sistematis dan ilmiah.
Contohnya: sekolah mengalami kesulitan dalam menangani kedisiplinan
siswa pada saat masuk sekolah dan ingin menegakkan disiplin siswa. Siswa
diminta untuk berdiskusi bagaimana cara terbaik untuk mengatasi masalah
tersebut.
k. Ciptakan pengajaran yang lebih menekankan keterampilan berbahasa
khususnya membaca dan mendengarkan. Contohnya: suruh siswa
melakukan pengamatan terhadap sebuah dialog di telivisi, kemudian siswa

melaporkan hasil pengamatannya di kelas. Aktifitas ini akan melatih siswa


untuk mendengarkan secara seksama, poin demi poin pembicaraan yang
terjadi dalam dialog sehingga pada akhirnya siswa bisa secara kritis
membandingkan mana pendapat yang lebih logis, relevan dan bisa diterima.
l. Ciptakan penugasan (project work) untuk memperhatikan persamaan dan
perbedaan contohnya: pendapat dua ahli yang bertentangan; atau dua
penulis yang sedang berpolemik di koran, dan lain sebagainya. Penugasan
seperti ini melatih siswa untuk melihat persamaan dan perbedaan. Dengan
melihat sisi-sisi persamaan dan perbedaan itu maka siswa terlatih untuk
menjadi kritis, sensitif dan responsif terhadap fakta-fakta baru yang
diamatinya.
m. Berikan materi yang mengandung sebuah masalah dengan dua atau lebih
jalan bagi pemecahannya, kemudian suruh siswa untuk berdiskusi jalan
pemecahan yang paling logis, relevan, dan valid. Materi seperti ini akan
melatih siswa untuk berpikir deduktif dari hal-hal yang bersifat umum ke halhal yang bersifat khusus. Berpikir deduktif termasuk di dalamnya berpikir
logis, relevan, koheren.
n. Berikan penugasan pada siswa untuk menganalisis dan menilai sebuah
permasalahan. Contohnya: dengan memberikan sebuah bacaan kepada
siswa. Siswa diminta untuk mencari sudut pandang penulis, ide utamanya,
menarik fakta, menarik asumsi dasar, menarik pertanyaan kunci dilengkapi
dengan pemberian pertanyaan yang bermutu dan koreksi verbal atas
jawaban siswa (asumsi atau pemahaman yang salah diluruskan) dan
sebagainya sehingga akhirnya siswa memahami bacaan dengan seksama
5. Kesimpulan
Dari pembahasan di atas bisa kita simpulkan bahwa kegiatan debat
bahasa Inggris sangat penting untuk segera disebarluaskan dan
dilaksanakan di sekolah karena berpengaruh sangat kuat terhadap: 1)
perkembangan kemampuan berpikir kritis, 2) perkembangan psikologis, 3)
penguasan keterampilan berbahasa dan 4) perkembangan sosialitas siswa.

Diharapkan beberapa tahun mendatang potensi, minat, persepsi, pola


pikir dan strategi belajar siswa berubah sehingga akan berpengaruh positif
terhadap kemampuan berbahasa Inggris mereka secara lebih efektif.

BAB III
FORMAT DEBAT PARLEMEN AUSTRALASIA

1. Gambaran Umum
Format debat ini diadopsi dari format debat yang ada di Parlemen Australia.
Untuk lebih jelasnya gambaran tentang debat yang dimaksud berikut ini
kami berikan sekilas abstraksinya:
a. Pihak Pemerintah (Tim Afirmatif) mengajukan sebuah usulan kepada
Parlemen.
b. Pihak Negatif (Tim Negatif) menyanggah usulan tersebut.
c. Masing-masing pihak berusaha meyakinkan Parlemen (Adjudicator)
bahwa usulannya yang patut diterima.
d. Masing-masing pihak mendapat alokasi waktu yang setara untuk
mengemukakan pandangannya secara bergantian.
e. Parlemen (Adjudicator) melakukan pengambilan suara (voting) untuk
memutuskan usulan mana yang diterima.

2. Pelaku
Para pelaku dalam format debat kompetitif Australasia adalah:
a. Debat dipimpin oleh seorang Ketua Sidang (Chairperson)
b. Tim Afirmatif beranggotakan 3 (tiga) orang
c. Tim Negatif beranggotakan 3 (tiga) orang
d. Ketua Sidang didampingi oleh seorang Pencatat Waktu (Time Keeper)

e. Tim Juri (Adjudicator) dengan jumlah minimal 3 (tiga) orang dan harus
ganjil.

3. Skema Setting Format Debat Australasia


Keterangan:
KS : Ketua Sidang
PW: Pencatat Waktu
Tim Afirmatif
A1: Pembicara Pertama
A2: Pembicara Kedua
A3: Pembicara Ketiga
Tim Negatif
N1: Pembicara Pertama
N2: Pembicara Kedua
N3: Pembicara Ketiga
J1, J2, J3, dst: Tim Juri
4.
Tugas Masing-Masing Pihak
Tim Afirmatif (dikenal sebagai pihak Pemerintah):
a. Mendefinisikan topik (motion) yang diajukan
b. Memberikan argumentasi yang mendukung
Tim Negatif (dikenal sebagai Pihak Negatif):
a. Menyanggah topik (motion) yang didefinisikan oleh Tim Afirmatif
b. Membangun kasus yang melawan argumentasi Tim Afirmatif

c. Bila Tim Negatif memandang bahwa definisi yang diajukan oleh Tim Afirmatif
tidak sah, Tim Negatif dapat mengajukan keberatan dan mengajukan definisi
baru. Namun dalam hal ini TIDAK dapat dilakukan semata-mata karena Tim
Negatif berpandangan bahwa definisinya sendiri yang lebih tepat.
Ketua Sidang
a. Membuka debat
b. Memperkenalkan masing-masing pembicara dari kedua Tim
c. Mengumpulkan dan memeriksa keabsahan penilaian Tim Juri (Adjudicator)
d. Mengitung suara anggota Tim Juri dan menyimpulkan pemenangnya
e. Mempersilakan Tim Juri mengadakan penjurian oral (oral adjudication)
f. Mengumumkan pemenang
g. Menutup.
Pencatat Waktu
a. Mengamati waktu yang diberikan untuk masing-masing pembicara
b. Memberikan isyarat ketukan satu kali menit sebelum waktu seorang
pembicara habis
c. Memberikan ketukan . setelah waktu tersebut habis bila pembicara masih
meneruskan pidatonya
d. Mencatat dan mengumumkan waktu yang dihabiskan pembicara kepada
pemirsa.
5. Urutan berbicara
Pidato Utama

Pembicara

Pertama

Tim

(Substantial

Afirmatif (A1)

5 menit

Speech)

Pembicara Pertama Tim Negatif

5 menit

(N1)

5 menit

Pembicara Kedua Tim Afirmatif

5 menit

(A2)

5 menit

Pembicara Kedua Tim Negatif


(N2)
Pembicara Ketiga Tim Afirmatif

5 menit

(A3)
Pembicara Ketiga Tim Negatif
(N3)
Pidato Balasan

Balasan Tim Negatif

3 menit

(Reply Speech)

Balasan Tim Afirmatif

3 menit

BAB IV
PERIHAL ISI DEBAT
1. Topik (Motion)
Topik adalah sebuah pernyataan usulan yang akan diperdebatkan. Tim
Afirmatif akan memberikan argumentasi untuk mempertahankan
usulan/topik tersebut. Tim Negatif harus memberikan argumentasi untuk
menolak usulan tersebut.
Beberapa contoh topik debat:

Bahwa Indonesia harus mengubah UUD 1945

Bahwa Nilai Ebtanas murni masih diperlukan

Bahwa budaya Barat merupakan ancaman bagi masyarakat

Bahwa pabrik rokok harus ditutup

2. Definisi
Tim Afirmatif harus mendefinisikan topik yang diajukan dengan:
a. Memberikan gambaran yang jelas dan lugas mengenai topik yang
dibicarakan
b. Membatasi lingkup pembicaraan dengan menetapkan batas yang jelas
Hal ini untuk mencegah perdebatan yang tidak jelas karena adanya
perbedaan

persepsi

pada

kedua

belah

pihak

mengenai

dibicarakan.
Beberapa contoh penyusunan definisi:
Topik : Bahwa sesuatu yang pernah naik harus pula turun.

topik

yang

Tim Afirmatif memiliki berbagai kemungkinan mendefinisikan topik tersebut,


karena topik yang diajukan tersebut bersifat abstrak.

Tim Afirmatif bisa saja mendefinisikan sesuatu sebagai presiden Republik


Indonesia.

Dengan demikian topik itu mengandung inti bahwa siapa saja yang naik
(menerima kekuasaan) sebagai presiden RI suatu waktu harus turun
(menyerahkan kembali kekuasaannya).

Oleh karena itu definisi yang diajukan adalah: Bahwa jabatan kepresidenan
RI harus dibatasi sebanyak 2 periode.

Tim

Afirmatif

kemudian

harus

mengajukan

argumentasi

mengenai

kerusakan yang terjadi bila masa kepresidenan tidak dibatasi serta


memberikan bukti-bukti pendukung, misalnya: kontrol pada semua bidang
selama pemerintahan rezim yang lalu, dll.
Contoh di atas menunjukkan bahwa pada umumnya permasalahan yang
diperdebatkan tidak diketahui hingga Tim Afirmatif menyajikan definisinya.
Panduan dalam menyusun definisi:
a. Harus dapat diperdebatkan (misalnya: memiliki dua sisi yang bertentangan)
b. Tidak boleh menyimpang dari topik yang diajukan
Definisi yang harus ditentang oleh Tim Negatif:
a. Definisi truistik
Terjadi bila tim mendefinisikan sebuah topik secara harfiah dan hakiki
sehingga tidak dapat diperdebatkan.
Contoh:
Topik yang diajukan: Bahwa kita harus makan, minum, dan bergembira.
Definisi yang truistik adalah: Bahwa kita harus makan supaya tidak mati
kelaparan. Kita harus minum supaya tidak mati kehausan. Dan kita harus
bergembira bahwa kita masih hidup.

Fakta bahwa manusia akan mati bila tidak makan dan minum, misalnya tidak
dapat diperdebatkan karena betul secara hakiki.
b. Definisi tautologis atau berputar
Terjadi bila definisi disusun sedemikian rupa sehingga tidak mungkin secara
logis dapat dinegasikan.
Contoh:
Topik yang diajukan: Bahwa teknologi mengakibatkan rusaknya etika kerja.
Teknologi didefinisikan sebagai: segala kemajuan ilmu pengetahuan yang
membuat hidup menjadi lebih mudah dan nyaman sehingga merusak etika
kerja.
Karenanya definisi keseluruhan (tauologisnya) akan berbunyi : Bahwa segala
kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan
nyaman sehingga merusak etika kerja mengakibatkan rusaknya etika kerja.
C. Squirelling
Terjadi bila definisi tidak sesuai dengan topik atau tidak memiliki kaitan yang
logis dengan topik.
Contoh:
Topik: Bahwa KUD membuka kerja sama dengan Bulog
Tim Afirmatif melakukan squirelling bila mendefinisikan KUD sebagai
Khusus Untuk Dikau dan Bulog sebagai Bukan Ulah Gay. Karena jelasjelas bahwa topik yang diajukan adalah hubungan antara Koperasi Unit Desa
dan Badan Urusan Logistik.
3. Pembatasan Ruang dan Waktu
Pokok permasalahan yang diperdebatkan tidak dapat dibatasi pada periode,
waktu dan tempat tertentu.
Contoh:

Membatasi

pembahasan

suatu

pokok

permasalahan

perkembangan ekonomi Indonesia selama era Orde Lama.

pada

4. Catatan mengenai tantangan terhadap suatu definisi


a. Menantang definisi yang diberikan Tim Afirmatif hanya dapat dilakukan bila
Anda merasa pasti bahwa definisi tersebut tidak fair.
b. Lebih baik Tim Negatif meninggalkan kasus yang sudah dipersiapkan dan
menghadapi Tim Afirmatif berdasarkan definisi yang mereka buat daripada
menantang definisi mereka tanpa dasar dan alasan yang kuat.
5. Benang Merah Argumentasi
Sebuah tim harus memiliki benang merah argumentasi yang merupakan alur
pikir logis mengenai topik yang diperdebatkan. Benang merah argumentasi
menunjukkan mengapa usulan/pandangan tim tersebut benar dan logis.
Benang

merah

argumentasi

adalah

pikiran

utama

yang

mengaitkan

pembicara pertama, kedua, dan ketiga sehingga terdapat konsistensi.


6. Argumentasi
Argumentasi adalah proses menjelaskan mengapa sudut pandang tim
tersebut harus diterima. Argumentasi BUKAN opini, karenanya harus
didukung oleh bukti-bukti (contoh, fakta, statistik, kutipan pakar, pandangan
masyarakat, dll) yang relevan.
Argumentasi yang baik:
a. Relevan
b. Tersusun dengan baik
c. Konsisten dan logis secara internal (argumen seorang pembicara tidak boleh
kontradiktif dengan argumen pembicara lainnya)
d. Jelas, karena sebuah tim pada dasarnya sedang berusaha untuk meyakinkan
orang lain bahwa argumentasinya benar.
e. Menggunakan bukti-bukti secara efektif.
Berikut ini panduan untuk menyusun argumentasi yang baik:
a. Sedapat mungkin berikan konfirmasi mengenai fakta yang disampaikan
b. Bahas permasalahan dari semua sudut pandang/perspektif
c. Argumentasi dari penguasa bobotnya tidak besar karena penguasa sering
membuat kesalahan.

d. Persiapkan lebih dari satu kasus. Dalam menyusun definisi, pikirkan berbagai
cara pendefinisian. Kemudian bangun argumentasi yang dapat digunakan
untuk menyanggah kasus tersebut satu persatu.
e. Jangan terpaku pada suatu kasus karena itu adalah hasil pemikiran Anda
pribadi.
f.

Kuantifikasi. Argumentasi menjadi lebih kuat bila dilengkapi dengan data


kuantitatif.
7. Sanggahan
Menyanggah adalah proses untuk membuktikan bahwa bobot argumentasi
tim lawan lebih rendah daripada yang mereka katakan. Termasuk di
dalamnya:

a. Menunjukkan bahwa argumen lawan didasarkan pada fakta yang salah, atau
interpretasi yang salah mengenai suatu fakta.
b.

Menunjukkan

bahwa

argumen

lawan

tidak

relevan

dengan

upaya

pembuktian topik.
c. Menunjukkan bahwa argumen lawan tidak logis.
d. Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun implikasinya
tidak dapat diterima.
e. Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun bobotnya tidak
terlalu besar.
Seperti argumen sanggahan juga BUKAN opini semata. Seperti keharusan
tim harus menjelaskan mengapa dan bagaimana keabsahan argumennya,
mereka juga harus menunjukkan bagaimana dan mengapa argumen lawan
dipandang tidak sah.
Berikut ini beberapa panduan menyusun sanggahan:
a. Sebuah argumen lawan dapat saja salah karena fakta dan logikanya. Carilah
penjelasannya, bagaimana itu terjadi dan mengapa terjadi.
b. Sebuah argumen dapat pula kontradiktif dengan argumen pembicara lain
dari tim tersebut, atau merupakan pengulangan dari pembicara lain. Maka

tunjukkan hal tersebut. Kemampuan Anda dalam mencermati pembicaraan


tim lawan, dan kemampuan Anda untuk mendengarkan sangat berperan.
c.

Sebuah

argumen

bisa

saja

benar

tetapi

tidak

relevan.

Cermatilah

pembicaraan tim lawan. Sekiranya hal itu tidak ada relevansinya menurut
pandangan Anda. Tunjukan apanya yang tidak relevan dengan apa dan
mengapa, serta bagaimana bisa tidak relevan.

BAB V
PEMBAGIAN KERJA TIM
Debat adalah kerja tim, oleh karena itu seharusnya ada pembagian kerja
yang jelas antara ketiga pembicara. Sehingga argumen-argumen yang
diajukan penyampaiannya dibagi kepada ketiga pembicara.
A. Pidato Utama
1. Pembicara Pertama
Pembicara pertama berperan menyajikan pemahaman tim tentang mosi dan
menyajikan argumen-argumen pokok untuk memenangkan debat.
A1. Pembicara Pertama Tim Afirmatif

Mendefinisikan topik

Menyampaikan benang merah argumentasi Tim Afirmatif

Memaparkan pembagian kerja tim

Menyampaikan argumen pertama

Menyampaikan ringkasan dari pidatonya


N1 Pembicara Pertama Tim negatif

Menanggapi definisi yang disampaikan Tim Afirmatif (menerima atau


menentang)

Menyanggah A1

Menyampaikan benang merah argumentasi Tim Negatif

Memaparkan pembagian kerja Tim Negatif

Menyampaikan argumen utama

Menyampaikan ringkasan dari pidatonya

2. Pembicara Kedua
Pembicara kedua berperan menyajikan argumen-argumen pokok untuk
memenangkan debat.
A2. Pembicara Kedua Tim Afirmatif

Menyanggah argumen utama N1

Mempertahankan definisi bila N1 menentang definisi tersebut

Secara selintas menegaskan kembali argumen utama tim Afirmatif.

Menyampaikan argumen. Sebagian besar waktu A2 digunakan untuk


mengemukakan argumen dan materi baru; tidak sekedar mengulang
argumen A1 (pembicara pertama). A2 bertugas untuk menyajikan pokokpokok argumen Tim Afirmatif .

Menyampaikan ringkasan dari pidatonya.


N2. Pembicara kedua Tim Negatif

Menyanggah argumen A1 dan A2

Secara selintas menegaskan kembali argumen utama Tim Negatif

Menyampaikan argumen. Sebagian besar waktu N2 digunakan untuk


mengemukakan
argumen

N1

argumen

(pembicara

dan

materi

pertama

Tim

baru/tidak
Negatif).

sekedar
N2

mengulang

bertugas

untuk

menyajikan pokok-pokok argumen Tim Negatif.

Menyampaikan ringkasan dari pidatonya.

3. Pembicara Ketiga
Tugas utama pembicara ketiga adalah menyanggah tim lawan.
A3. Pembicara Ketiga Tim Afirmatif

Menanggapi dan menyanggah argumen N1 dan N2 terutama mengenai halhal yang belum sempat ditanggapi oleh A1 dan A2

Mempertegas sanggahan yang telah disampaikan oleh A2

Menegaskan kembali argumentasi Tim Afirmatif yang telah disampaikan oleh


A1 dan A2 dengan mengulas secara selintas benang merah dan argumen
kedua pembicara terdahulu.

Meringkas pokok-pokok permasalahan yang diperdebatkan.


N3. Pembica Ketiga Tim Negatif

Menyanggah argumentasi ketiga pembicara Tim Afirmatif


Menegaskan kembali argumentasi Tim Negatif dengan mengulas secara
selintas benang merah dan argumen kedua pembicara terdahulu.

Mengindentifikasi titik-titik pertentangan dalam debat.

Meringkas pokok-pokok permasalahan yang diperdebatkan.

Tidak boleh menyajikan pokok permasalahan baru.


B. Pidato Balasan
Pidato balasan merupakan pidato penutupan masing-masing tim yang
memberikan ulasan mengenai keseluruhan debat.
Berikut ini panduan untuk menyusun pidato balasan:

a. Menegaskan pokok-pokok utama argumen tim.


b. Menunjukkan kaitan logis dari argumen tersebut menuju pembuktian benang
merah tim.
c. Menunjukkan secara lugas kekurangan dari argumentasi tim lawan. Hal ini
dapat dilakukan secara umum maupun secara rinci.
d.

Pembicara tidak boleh mengajukan materi baru, dan tidak boleh pula
melakukan penyanggahan terhadap pokok-pokok yang disampaikan dalam
pidato utama.

C. Pembagian Tugas Pedebat


Debat adalah sebuah aktifitas tim. Seseorang tidak dapat mempertahankan
kasusnya seorang diri. Karena itu diperlukan pembagian tugas. Secara
singkat pembagian tugas di sini adalah pendistribusian argumen kepada
masing-masing pembicara.
Walaupun setiap pembicara harus dapat membuktikan topik, pembagian
tugas tidak dapat didasarkan atas premis. Contohnya premis satu untuk
pembicara pertama, dan premis dua untuk pembicara kedua. Hal ini akan
mengakibatkan kasusnya tidak jelas (hung case). Hung case adalah suatu
keadaan di mana seorang pembicara tidak dapat membuktikan topiknya
sendiri tetapi membutuhkan pembicara lain untuk akhirnya membuktikan
topik tersebut. (baca dulu tentang bagaimana merumuskan sebuah kasus di
Bab VI).
Cara yang bisa diambil untuk membagi tugas adalah dengan membaginya ke
dalam beberapa aspek. Misalnya: ekonomi, sosial, politik, budaya, dan
sebagainya. Atau dapat juga digunakan pembagian menjadi masa lalu dan
masa sekarang, filosofi dan praktek, keuntungan dan kerugian dan
sebagainya. Karena pembicara pertama harus menjelaskan definisi, dasar
argumentasi dan pembagian tugas maka pembagian antara pembicara
pertama dan pembicara kedua tidak perlu seimbang, tetapi lebih baik untuk
lebih ditekankan pada saat pembicara kedua tampil.
Pembicara ketiga dari Tim Negatif tidak diperbolehkan untuk memberikan
argumen

baru.

Pembicara

ketiga

dalam

diperbolehkan membawa contoh-contoh baru.

posisi

seperti

ini

hanya

4. Hal penting untuk diperhatikan


Sebelum waktu perumusan kasus selesai, pastikan bahwa setiap anggota tim
benar-benar mengerti definisi, dasar argumen, dan pembagian tugas tim.
Dan siapkanlah pidato Anda dengan sebaik-baiknya.

BAB VI
TEKNIK MERUMUSKAN SEBUAH KASUS
Bab ini akan membahas dan menjelaskan aspek-aspek penting yang
diperlukan oleh para pedebat dalam membangun sebuah kasus yang akan
diangkat menjadi bahan perdebatan dalam kompetisi yang menggunakan
format debat Parlemen Australasia. Penyajian materi melalui kasus per kasus
dengan harapan agar lebih mudah untuk dianalogkan untuk memunculkan
kasus-kasus baru. Contoh-contoh yang digunakan hanyalah sekedar
gambaran untuk memahami lomba debat. Untuk menumbuhkan kasus baru
sangat ditentukan oleh kreatifitas seseorang untuk bersikap kritis,
mengidentifikasi, bertanya dan bertanya terus menerus serta berusaha
menggali fakta-fakta yang berserak di lautan luas khasanah kehidupan kita.
Setelah dilakukan pengundian untuk menentukan tim mana yang menjadi
tim Affirmatif (Tim Afirmatif) dan Tim Negatif (Tim Negatif), maka selanjutnya
kedua tim harus menentukan topik mana yang akan mereka perdebatkan.
Panitia akan menyediakan tiga buah topik untuk dipilih.
Topik merupakan pernyataan atau kalimat lengkap, bukan dalam bentuk
frase atau pertanyaan.
Contoh: A. Bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana
Sukardi.
B. Bahwa dunia itu berbentuk bulat.
Setelah memilih topik maka masing-masing tim akan diberikan waktu selama
30 menit untuk mendiskusikan dan merumuskan kasus mereka. Dalam
waktu

30

menit

itu,

masing-masing

tim

tidak

diperkenankan

untuk

mendiskusikan kasus tersebut dengan pihak lain selain anggota tim


termasuk manajer atau pelatihnya.

1. Teknik merumuskan kasus


Perumusan kasus adalah proses mempersiapkan sebuah kasus untuk
diperdebatkan. Kata kasus sendiri diangkat dari istilah hukum yang berarti
kumpulan argumentasi, logika, fakta-fakta, contoh-contoh, dan pernyataanpernyataan yang digunakan untuk membuktikan suatu hal.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam merumuskan sebuah kasus:
a. Mendefinisikan suatu topik. Hal ini menjadi sangat penting dan merupakan
dasar dalam setiap perdebatan. Jika salah dalam mendefinisikan atau kurang
teliti akan berakibat argumentasi menjadi lemah sehingga mudah untuk
disanggah oleh pihak lawan.
b. Mempersiapkan landasan argumen. Ini penting karena menjadi dasar untuk
mempertahankan

argumentasi.

Pembicara

kedua

dan

ketiga

perlu

memahami landasan argumentasi ini dengan sangat jernih agar bisa


melakukan sanggahan yang efektif bila diserang,
c.

Membagi tugas kepada tiap pembicara mengenai argumen yang akan


mereka bawakan dan sekaligus untuk membuktikan suatu topik dalam
debat.

d. Menemukan dan menganalisa argumen, fakta, contoh-contoh, dan lain-lain.


Baik untuk mendukung kasus timnya ataupun untuk menyanggah kasus
lawan.
e. Mempersiapkan pidato individu.
2. Teknik mendefinisikan sebuah topik
Pendefinisian sebuah topik adalah hal yang paling mendasar dalam
perumusan kasus. Mendefinisikan sebuah kasus berarti memberikan batasan
yang jelas tentang masalah yang akan diperdebatkan. Untuk bisa membuat
definisi yang baik, kita tidak bisa hanya dengan mengartikan sebuah topik,
kata per kata sesuai dengan kamus. Yang paling penting adalah bagaimana
mendefinisikan sebuah topik secara keseluruhan.

Contoh A. Kita harus memberi kesempatan kepada Laksamana Sukardi.


Untuk Tim Affirmatif
Anda mungkin akan mendefinisikan Laksamana Sukardi sebagai salah satu
menteri kabinet reformasi yang dicopot. Kemudian memberikan kesempatan
kepada Laksamana Sukardi dapat diartikan sebagai kesempatan untuk terus
bekerja sebagai menteri sampai akhir masa jabatannya (tahun 2004). Kita
dapat diartikan sebagai rakyat Indonesia.
Definisi

keseluruhan

akan

menjadi:

Rakyat

Indonesia

seharusnya

memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi untuk terus bekerja


sebagai menteri sampai akhir masa jabatannya.
Definisi hendaknya jelas, dibatasi ruang lingkupnya dan memiliki dasar yang
kuat sehingga diterima oleh tim negatif. Sebuah definisi dapat disanggah
oleh tim negatif apabila mengandung penjelasan yang tautologis, truistik,
squirelling, dan pembatasan ruang dan waktu (untuk lebih jelasnya lihat
petunjuk teknis bagi pedebat).
Definisi di atas tidak mengandung tautologis dan truistik dan dapat
diperdebatkan. Definisi itu juga dapat dihubungkan dengan topik. Jadi tidak
mengandung squirelling. Dalam definisi itu juga tidak terdapat pembatasan
ruang dan waktu. karena dalam topik itu sendiri telah menunjukkan
Indonesia sebagai tempat yang dibicarakan
batasan

waktu

sekarang).

yang

jelas

(memberikan

(Laksamana Sukardi) dan


kesempatan--dalam

hal

ini

Untuk Tim Negatif


Tim Negatif akan membangun sebuah kasus berdasarkan negasi dari topik.
Cara yang paling mudah adalah dengan menambahkan kata tidak benar
bahwa di depan sebuah topik. Jadi dalam kasus ini menjadi: tidak benar
bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi.
Walaupun selama waktu pembahasan kasus Tim Negatif tidak mengetahui
definisi yang akan diberikan Pihak Affirmatif, mereka masih dapat membuat
perkiraan tentang definisi tersebut. Tim Negatif lebih baik membuat definisi
mereka pandangan/persepsi mereka sendiri seakan-akan mereka Tim
Affirmatif karena kedua definisi tersebut kemungkinan besar memiliki
kesamaan.
Jika kita menggunakan definisi diatas negasinya adalah bahwa kita harus
menggantikan Laksamana Sukardi secepat mungkin. Definisi ini bisa
dipersempit menjadi kata sebaiknya Laksamana Sukardi mengundurkan diri
secepatnya. Tim Anda dapat merumuskan kasus berdasarkan definisi ini.
Perlu diingat bahwa Pihak Affirmatif dapat saja memberikan definisi yang
tidak disangka sebelumnya walaupun dalam topik yang sudah jelas.
Misalnya: Pihak Affirmatif mendefinisikan topik di atas sebagai memberikan
kesempatan bagi Laksamana Sukardi hanya sampai akhir tahun 2000.
Dalam hal ini Anda harus mengubah definisi secara langsung dalam debat
menjadi tidak memberikan kesempatan untuk digantikan mejadi diganti
secepatnya. Atau Anda mungkin merasa bahwa Tim Affirmatif mencoba
untuk mengambil bagian Anda dan Anda memutuskan untuk menolak
definisi

mereka

dan

menyatakan

bahwa

Pihak

Affirmatif

melakukan

squrelling. Walaupun demikian penolakan definisi yang diajukan Affirmatif


akan menghasilkan dua kasus yang sama yang dibawakan oleh dua tim yang
berbeda.

3. Teknik membuat dasar argumentasi


Dasar argumen adalah sebuah ide abstrak yang menghubungkan seluruh
presentasi pedebat, mulai dari pebicara yang pertama, pembicara kedua
hingga pembicara ketiga. Sebuah dasar argumen harus berbentuk singkat
dan jelas. Dapat berbentuk sebuah kalimat singkat atau sebuah silogisme.
Apapun bentuknya sebuah dasar argumen harus dapat membuktikan topik
dan semua argumen akan berdasarkan padanya.
Contoh A. Kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana Sukardi.

Untuk Tim Affirmatif


Premis pertama: Rakyat Indonesia harus memprioritaskan penanganan
masalah hukum terlebih dahulu.
Premis kedua: Krisis ekonomi hanya dapat ditangani oleh pemerintahan yang
kuat dan stabil, dengan kabinet yang kuat dan stabil pula. Persyaratan ini
hanya dapat dipenuhi apabila kita memberikan kesempatan

kepada para

menteri yang sekarang untuk menjalankan seluruh masa jabatannya.


Kesimpulan: Rakyat Indonesia harus memberikan kesempatan kepada
Laksamana Sukardi untuk memerintah sampai akhir masa jabatannya.
Premis satu dapat dengan mudah dibuktikan, sedangkan premis dua
membutuhkan banyak argumen untuk mendukungnya. Akan lebih mudah
apabila premis dua dibagi dalam beberapa pernyataan.

Untuk Tim Negatif


Premis pertama: Rakyat Indonesia memerlukan pemerintahan yang bebas
dari KKN.

Premis kedua: Agar pemerintahan bebas dari KKN pemimpinnya, menterimenterinya harus pula bersih dari KKN.
Kesimpulan awal: Rakyat Indonesia membutuhkan seorang menteri yang
bebas dari KKN.
Premis ketiga: Laksamana Sukardi tidak bebas dari KKN.
Kesimpulan: Rakyat Indonsia memerlukan menteri lain selain Laksamana
Sukardi.
Premis satu tidak memerlukan banyak argumentasi untuk membuktikannya.
Premis dua mungkin memerlukan beberapa teori politik atau data-data untuk
mendukungnya. Kedua premis itu membuktikan kesimpulan awal. Premis tiga
memerlukan bukti yang kuat. Kalau ketiga premis terbukti maka dengan
logika silogisme kesimpulannya akan terbukti.
Contoh B. Bahwa dunia berbentuk kotak
1. Teknik membuat definisi
Topik: Bahwa dunia berbentuk kotak.
Untuk Tim Affirmatif
Topik bahwa dunia berbentuk kotak tidak mungkin didefinisikan apa adanya.
Jenis topik metafora yang biasanya ditemukan di dalam babak humor, dapat
didefinisikan bermacam macam, selama mereka dapat diperdebatkan.
Kita mendefinisikan dunia sebagai kehidupan secara keseluruhan, dan
karena kehidupan memiliki berbagai macam segi, kita akan memiliki dua
aspek yang berhubungan di dalam hidup: agama dan perkawinan. Sebuah
kotak adalah suatu bentuk geometris yang memiliki empat garis lurus dan
empat sudut. Hal ini melambangkan sesuatu yang tidak bisa diubah. Agama
adalah seperangkat dogma yang berdasarkan atas kepercayaan akan
adanya Yang Maha Kuasa (agama monotheisme). Agama memiliki peraturan

yang tegas dan harus diikuti dan dijalankan oleh penganutnya tanpa
disanggah lagi.
Kita akan mendefinisikan sebagai bahwa seseorang seharusnya tidak
menikah dengan penganut agama

yang berbeda. Ini berhubungan

langsung dengan kekakuan agama seperti di atas.


Definisi

ini

dapat

diperdebatkan,

karena

mengandung

truisme,

atau

tautologi, dan tidak mengandung pembatasan tempat dan waktu. Apakah


definisi ini mengandung squirreling ? Tidak, apabila kita dapat menjelaskan
secara hatihati tentang definisi kita dan secara jelas definisi itu memiliki
hubungan yang logis antara topik asli dengan definisi kita.
Perhatikan juga katakata seharusnya tidak menikah dengan. Kita tidak
mengatakan bahwa perkawinan antar agama tidak diperbolehkan. Jadi, Tim
Affirmatif di sini tidak bertindak sebagai pemerintah yang mengajukan
usulan, tetapi hanya sekelompok orang yang mengeluarkan pendapatnya.

Untuk Tim Negatif


Walaupun definisi dari Tim Affirmatif akan lebih sulit untuk diterka, akan lebih
baik untuk Tim Negatif agar tetap merumuskan kasusnya daripada
merumuskan kasus di dalam debat. Karena, selalu ada kemungkinan bahwa
Affirmatif melanggar aturan tentang definisi. Jadi negatif harus
mempersiapkan definisinya sendiri. Atau, negatif dapat mencoba umtuk
menegaskan topik secara filosofis. Selain itu, negatif bisa mencoba untuk
mengirangira kemungkinan apa saja yang akan diberikan oleh pihak
Affirmatif.

2. Teknik membuat argumentasi


Untuk Tim Affirmatif
Premis satu : Agama adalah seperangkat dogma dan nilai nilai fundamental
serta aturan yang membimbing manusia di dalam kehidupannya; setiap
agama memiliki aturan yang berbeda.
Premis dua : Pernikahan adalah ikatan suci antara dua individu; pernikahan
adalah bentuk yang paling jelas untuk menunjukkan suatu hal yang kontras
antara dua orang. Dan semua perbedaan yang fundamental antara
mereka mungkin sekali akan mengganggu perkawinan.
Premis tiga : Apabila seseorang menikah dengan yang lain yang berbeda
agama, maka akan terjadi perbedaan yang fundamental antara dua individu
yang mungkin akan membahayakan keharmonisan rumah tangga.
Kesimpulan : Seseorang seharusnya tidak menikah dengan orang lain yang
berbeda agama.

BAB VII
PENILAIAN DALAM LOMBA DEBAT PARLEMEN AUSTRALASIA
Penilaian dalam lomba debat harus dilakukan sebagaimana pandangan
orang pada umumnya. Dasar penilaian adalah pengetahuan mengenai topik
yang diperdebatkan. Oleh karena itu bagi seorang ahli debat pengetahuan
yang luas dan holistik tentang segala hal adalah suatu keharusan. Pedebat,
seperti halnya seorang pegolf atau atlet bola sodok, harus terampil untuk
memandang sebuah kasus dari segala penjuru. Pedebat juga harus ahli
menghitung-hitung peluang yang memungkinkan untuk melahirkan argumen
yang paling tidak mungkin untuk disanggah tim lawan. Keterampilan ini
hanya bisa dikembangkan dengan banyak-banyak membaca tentang apa
saja.
Demikian juga halnya dengan juri lomba debat, untuk bisa menilai dengan
baik seorang juri debat juga harus berpengetahuan luas dan memahami
tentang segala hal. Juri harus tahu dan yakin bahwa argumen yang
disampaikan oleh pedebat itu benar-benar sesuai dengan fakta pengetahuan
yang dipunyai. Dalam kondisi seperti ini maka feeling of scoring juri satu
dengan yang lain akan sama.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dilakukan oleh juri:
1. Menentukan tim mana yang menang
2. Memberikan penjelasan mengapa ia memberikan keputusan tersebut
3. Memberikan kritik yang membangun dan saran bagi para pedebat.
Hal-hal yang harus diingat selama melakukan penjurian:

a. Keputusan mengenai pemenang ditentukan oleh juri, bukan oleh nilai yang
diberikan. Jadi nilai yang diberikan menunjukkan keputusan juri, bukan
menentukan keputusan juri tersebut.
b. Ketika menjelaskan keputusan Anda, tekankan pada perbedaan penting
antara kedua tim. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang juri adalah
kemampuan untuk membandingkan kualitas kedua tim.
c. Juri harus spesifik dalam menilai kualitas dari kasus tersebut dibandingkan
dengan kasus lawannya dan elemen-elemen penting dari kasus tersebut
yang menentukan keputusannya.
d. Penjelasan yang diberikan harus disesuaikan dengan dengan pengalaman
pedebat. Untuk menilai pedebat yang lebih berpengalaman, maka penjurian
akan lebih ditekankan pada hubungan antara argumen dan struktur dari
kasus yang ada. Para pemula akan berharap untuk menerima komentar
mengenai gaya berbicara yang digabung dengan kritik yang bersifat
membangun.
e. Kritik yang diberikan sebaiknya menggunakan istilah-istilah yang dapat
membangkitkan semangat. Para juri berkewajiban untuk memberikan kritik
yang bersifat membangun, mendukung, dan memberikan semangat.
Penjurian verbal sebaiknya tidak bersifat sarkastik, memojokkan, dan
menghina.
Ada 3 (tiga) hal yang dinilai dalam sebuah lomba debat yaitu:
1. Penilaian terhadap Materi (Matter)
2. Penilaian terhadap Metode (Method)
3. Penilaian terhadap Sikap (Manner)
Untuk gampang mengingatnya ketiga hal itu biasanya dihafalkan dengan 3
M.
1. Penilaian terhadap Materi

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam melakukan penilaian terhadap


materi antara lain dengan mengenali hal-hal sebagai berikut:
a. Materi yang diberikan oleh pembicara harus logis dan relevan dengan topik
debat
b. Logika adalah hubungan penalaran yang digunakan untuk membuktikan
argumen. Termasuk di dalamnya menyatakan, menjelaskan dan
menggambarkan argumen. Struktur dari logika suatu kasus adalah:

Menyatakan argumen yang mendukung topik

Menjelaskan argumen tesebut

Menunjukkan contoh atau bukti

Mengaitkan argumen tersebut dengan topik

c. Relevansi argumen dengan topik harus ada


d. Bedakan antara kasus yang kuat dengan kasus yang lemah
e. Kasus yang lemah tetap lemah meskipun tidak dilihat oleh pihak lawan
f. Contoh yang diberikan adalah hanya untuk mendukung argumen itu.
Pembicara tidak akan dapat menggantikan argumen itu.
g. Kasus yang tidak valid (hal ini terjadi apabila perdebatan melenceng dari
topik utama)
h. Kasus yang menggantung (hung case) yaitu bila kasus tersebut terjadi jika
pidato pembicara pertama tidak dapat menjelaskan topik dan setelah
pembicara kedua barulah topik tersebut menjadi jelas
i. Pembicara ketiga dari pihak negatif tidak boleh memberikan materi baru,
namun diizinkan untuk memberikan contoh-contoh baru.
j. Sanggahan: argumen yang digunakan untuk menyerang tim lawan,
contohnya bahwa argumen tersebut memiliki dasar fakta yang salah, tidak
relevan untuk membuktikan topik, tidak logis dan memiliki akibat yang tidak
dapat diterima.
k. Sanggahan sebaiknya tidak dinilai terlalu tinggi.

2. Penilaian terhadap metode


Untuk menilai metode yang digunakan pembicara dalam menyampaikan
argumentasinya, maka beberapa hal ini perlu untuk dikenali:
a. Struktur dan urutan dari pidato individual harus memiliki:
1. Sebuah

pembukaan

yang

menarik

sehingga

menarik

perhatian

penonton
2. Pernyataan yang jelas dan masuk akal mengenai arah pidato tersebut
3. Urutan ide yang logis yang menunjukkan argumen yang jelas dari
pembicara
4. Penggunaan waktu yang proporsional secara keseluruhan sehingga
dapat dihindari kemungkinan terjadinya penggunaan waktu yang
berlebihan (over-time) maupun yang kurang (undertime)
5. Kesimpulan atau ringkasan yang penting dari isi pidato.
b. Struktur dan urutan dari keseluruhan kasus: sebuah pendekatan keseluruhan
lebih baik daripada sekumpulan argumen yang berdiri sendiri.
c. Tanggapan terhadap dinamika debat
3. Penilaian terhadap Sikap
a. Penilaian terhadap Sikap mencakup :
1. Cara berbicara dihadapan publik (public speaking)
2. Cara presentasi dari kasus
b. Perlu diperhatikan adanya efektifitas setiap pembicara
c. Unsur dari sikap yang harus diperhatikan: vokal, penggunaan bahasa,
penggunaan catatan, kontak mata terhadap juri, dan penonton, gerak tubuh,
cara berdiri, pakaian, ketulusan dan humor.

d. Serangan terhadap seseorang (personal attack) mengurangi nilai.


e. Sikap dinilai secara keseluruhan.

4. HalHal Lain Yang Harus Diperhatikan

Tentang Definisi:
a. Definisi proposi harus masuk akal:
1. Definisi harus jelas dan memiliki hubungan yang logis dengan topik
2. Definisi harus bisa diperhatikan
b. Negatif hanya dapat menolak definisi berdasarkan:
3. Truistik/tautologis (tidak dapat diperdebatkan)
4. Squirreling (tidak memiliki hubungan logis dengan topik)
5. Pembatasan ruang dan waktu
c. Perhatikan sanggahan walaupun demikian (even if argument) dalam
sebuah debat dengan penolakan definisi.
5. Pidato Penutup
a. Pembicara penutup memberikan gambaran terhadap jalannya debat :
1. Pertentangan yang ada
2. Apa yang telah diberikan oleh timnya
3. Apa yang coba dibuktikan oleh tim lawan
4. Alasan mengapa timnya harus menang
b. Pidato penutup bukan sanggahan; argumen baru dilarang dalam pidato
penutup
6. Kesalahan yang biasa terjadi:

Salah dalam mengartikan:


1. Kesalahan dalam mengulangi argumen pihak lain.
2. Ketidaksesuaian dalam tim: Perbedaan pembawaan kasus diantara dua
pembicara dalam satu tim.
7. Aspek lain yang perlu diperhatikan dalam penilaian

a. Bedakan antara materi, sikap dan metode.


b. Dalam debat tidak boleh ada seri, harus selalu ada pemenang.
c. Pembicara terbaik dipilih dari pidato pokok (baik pembicara I, II atau III)
8. Skala Penilaian
Penilaian dalam lomba debat menggunakan skala sebagai berikut:
a. Materi 40%
b. Sikap 40%
c. Metode 20%
d. Pidato penutup dinilai setengah dari pidato pokok
9. Skala penilaian untuk pidato pokok
Materi dan Sikap
27
28 - 29
30
31 - 32
33

Metode
13
14
15
16
17

Arti Penilaian
Kurang sekali
Kurang
Rata - rata
Bagus
Bagus sekali

Selisih nilai (margin) antara kedua tim harus berada antara 1 sampai 12
Selisih Nilai
14

Debat

Arti Penilaian
yang cukup berimbang

dengan selisih yang sangat tipis


59

diantara kedua tim.


Debat yang relatif jelas terlihat

perbedaan diantara kedua tim,


dimana salah satu tim terlihat
lebih mampu menarik keuntungan
10 - 12

daripada debat yang dilakukan.


Debat
yang
sangat
jauh
perbedaannya, dimana tim yang
kalah

mungkin

mengalami

saja

kegagalan

telah
dalam

beberapa aspek penting dalam


mengemukakan argumen dalam
debat.

BAB VIII
PERIHAL PENYELENGGARAAN LOMBA DEBAT BAHASA INGGRIS
1. Menentukan sistim pertandingan
Pada dasarnya sistim pertandingan dalam debat bahasa Inggris sama
dengan sistim pertandingan pada penyelenggaraan kegiatan olahraga lain
seperti sepakbola, volley ball dan sebagainya. Jenis alternatif pemilihan
model lomba ada 3 (tiga) yaitu: sistim kompetisi penuh, setengah kompetisi
dan sistim gugur. Namun dari ketiga jenis sistim perlombaan tersebut yang
paling sesuai dengan karakteristik lomba debat bahasa Inggris yang
menuntut keterbukaan dan kesetaraan bagi setiap tim untuk bertemu dan
bertanding dalam jangka waktu lomba yang umumnya singkat adalah Sistim
Setengah Kompetisi.
Kelebihan sistim lomba debat setengah kompetisi antara lain:
1. Membuka peluang bagi setiap tim debat untuk saling bertemu
2. Memungkinkan hanya tim yang terkuat saja yang akan masuk ke babak
selanjutnya
3.

Membuka peluang bagi tim yang pernah kalah untuk menang pada
pertandingan selanjutnya

4. Menjamin kualitas penyelenggaraan lomba debat bahasa Inggris yang baik


5. Memungkinkan untuk dilakukan dalam waktu yang terbatas (singkat)
6. Lebih menghemat tenaga dan biaya sekaligus
Namun mengingat karakteristik lomba debat sangat khusus, sistim setengah
kompetisi itu masih harus disesuaikan lagi keberadaannya. Setengah
kompetisi dalam lomba debat biasanya terdiri dari babak penyisihan, babak
perdelapan besar, babak semi final dan babak final. Babak penyisihan
dilakukan dengan sistim ronde. Misalnya: Ronde I, Ronde II dan sebagainya.
Jumlah ronde dalam lomba debat ditentukan dengan rumus matematis n 2
dengan n=1,2,3 dst mengikuti jumlah tim yang ada. Contoh: untuk peserta

lomba sebanyak 10 tim maka jumlah ronde pada babak penyisihan adalah 3
(Ronde I, Ronde II, dan Ronde 3). Hal ini karena jumlah 10 tim paling
mendekati dengan perhitungan matematis32 = 9. Jadi berapa jumlah ronde
untuk jumlah peserta 28 Tim?
Pada

permulaan

ronde

pertama

dilakukan

dulu

pengundian

untuk

menentukan posisi awal (listing). Khusus untuk listing pertama dilakukan


dengan undian. Undian atau lot bisa dilakukan dengan kertas kecil-kecil
bertuliskan angka 1,2,3 dst sampai sejumlah peserta. Kertas kemudian
digulung dan ditaruh di kotak seperti halnya pada lot arisan ibu-ibu PKK.
Kemudian setiap tim debat (diwakili satu orang saja) mengambil kertas
gulungan tersebut satu persatu. Angka yang diambil oleh wakil tim menjadi
nomor urut dan menentukan posisi awal lomba debat. Nomor urut 1
melawan nomor urut 2; nomor urut 3 melawan nomor urut 4 dan
sebagainya. Seperti contoh berikut:
Ronde I:

1.

Jawa Barat

2. Jawa Timur

3.

DKI

4. NTT, dst
Setelah Ronde I berakhir maka dilakukan listing yang kedua. Listing adalah
proses menentukan lawan bertanding selanjutnya dengan mempertimbangkan tiga hal berikut yaitu: angka kemenangan (victory point), margin dan

skor yang diberikan juri. Untuk listing kedua, ketiga dan seterusnya dilakukan
sebagai berikut:
1. Tim yang menang atau yang jumlah angka kemenangannya paling besar
ditempatkan di posisi paling atas
2. Jika jumlah angka kemenangan masih sama maka listing ditentukan oleh
besar kecilnya margin; margin yang lebih besar berhak menduduki posisi
yang lebih di atas. Namun perlu diketahui bahwa margin kalah dihitung
minus

(-)

sedangkan

margin

menang

dihitung

plus

(+).

Jadi

ada

kemungkinan tim yang kalah secara terus menerus akan mendapatkan


jumlah margin yang minus.
3.

Jika jumlah angka kemenangan dan margin masih sama maka listing
ditentukan oleh jumlah skor yang diperoleh. Skor yang lebih besar berhak
menduduki posisi yang lebih di atas.
Demikian listing dilakukan untuk Ronde II, III dan seterusnya.
Setelah ronde terakhir dari babak penyisihan (preliminery round) berakhir
maka dilakukan listing yang terakhir. Dari hasil listing terakhir ini kemudian
diambil 8 tim terbaik papan atas yang berhak masuk ke babak perdelapan
besar (Quarter Final). Namun jika jumlah tim banyak sekali lebih dari 32 tim
misalnya maka idealnya dilakukan Babak perenambelas besar (Octo Final)
untuk lebih memperbesar peluang peserta saling bertemu selain juga untuk
lebih memperketat persaingan antar tim. Untuk melakukan Octo final perlu
dipertimbangkan jumlah juri, waktu, tenaga serta akibat langsung maupun
tidak langsung yang ditimbulkan oleh adanya jumlah pertandingan yang
semakin banyak.
Sejak babak perenambelas besar, babak perdelapan besar, babak semi final
sampai babak final dan grand final berlaku sistim gugur. Dalam babak-babak
ini yang ada hanya menang atau kalah; menang berarti akan terus
melaju ke babak selanjutnya; kalah berarti harus rela menjadi penonton dan
berharap di kemudian hari lebih baik lagi. Mengingat begitu berharganya

kemenangan dalam babak-babak lanjutan ini maka penentuan lawan


bertanding diatur sebagai berikut:

1.

2.

DKI

Jawa Barat

3.

Sumut

4.

Bengkulu

5.

Jatim

6. Jateng
7. Yogyakarta
8. NTT
9. Bali
10. Sulsel
Dengan cara seperti ini maka hanya tim yang benar-benar solid dan kuat
yang akan mampu meraih kemenangan demi kemenangan.
2. Mempersiapkan mosi
Salah satu bagian yang berpengaruh sangat besar terhadap kualitas
penyelenggaraan lomba debat adalah ketersediaan mosi atau topik debat
yang cukup dan bermutu serta bagus untuk diperdebatkan. Untuk membuat
mosi yang baik diperlukan kejelian kita untuk menangkap isu yang sedang
berkembang di sekitar kehidupan kita, di tengah masyarakat baik lokal,
nasional maupun internasional.

Perlu juga dilakukan studi pustaka,

searching data di internet, memperhatikan berita di media massa,


berdiskusi dengan seorang ahli dalam berbagai bidang dan pendekatan lain
yang bisa dilakukan untuk menjamin tersedianya bahan yang cukup.
Setelah data terkumpul dan kasus per kasus dianalisis secara seksama,
kemudian dilakukan penyusunan kalimat menurut aturan penulisan mosi
debat. Bahwa dalam mosi debat isu-isu itu harus bisa diperdebatkan,
berbentuk proposal atau usulan tentang sesuatu,

disusun dalam sebuah

kalimat yang tidak utuh dengan diawali kata that atau That House Believe
That atau Be it resolved that dan sebagainya yang menunjukkan bahwa
sebuah isu itu masih mentah, mengambang, belum terjawab dan masih
menjadi perbincangan yang sengit serta mengandung sikap bi-polar; pro
dan kontra, atau setuju dan tidak setuju.

Setelah sejumlah mosi diperoleh selanjutnya dilakukan pengujian dalam


sebuah

tim

atau

mini

debat

di

antara

beberapa

anggota

panitia

penyelenggara untuk mengakaji kualitas mosi yang sudah disusun tadi.


Sekaligus untuk menghindari adanya mosi yang tidak bisa diperdebatkan
karena terlampau sulit atau terlampau kasar untuk diperdebatkan. Termasuk
adanya kemungkinan untuk bisa ditanggapi negatif oleh peserta debat
karena mosi yang tidak bagus. Pada tahap ini prinsip kerahasiaan mosi harus
dijaga, namun untuk sekedar memberi acuan materi debat kepada semua
calon peserta lomba, panitia bisa memberikan tema-tema yang akan
dijadikan mosi dalam lomba debat tersebut.
Jumlah mosi untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat dipengaruhi oleh
sistim pertandingan yang dipilih. Kalau jumlah babak pertandingan

ada 7

babak misalnya maka paling tidak harus disediakan 21 mosi dari berbagai
tema. Lebih banyak mosi semakin bagus sehingga memungkinkan pemilihan
mosi yang benar-benar baik dan bermutu. 21 buah mosi itu didistribusikan
sebagai berikut:

Babak Penyisihan
Ronde 1

3 mosi

Ronde 2

3 mosi

Ronde 3
Babak Perdelapan besar
Babak Semi Final
Babak Final (untuk Juara III, IV)
Babak Grand Final (untuk Juara I,II)
Jumlah mosi yang dibutuhkan

3 mosi
3 mosi
3 mosi
3 mosi
3 mosi
21 mosi

Mosi yang sudah ditawarkan kepada peserta dalam satu babak tidak boleh
lagi ditawarkan pada babak selanjutnya. Mosi yang ditawarkan juga tidak

boleh diangkat dari lebih dari satu tema, dengan kata lain, mosi yang
ditawarkan harus dari tema yang sama. Spirit of Debatedimaksudkan agar
pada setiap babak selalu terdapat kesamaan tema sehingga ada fokus
pemikiran terhadap satu tema yang sama dari semua tim debat, meskipun
mosi antara ruang debat satu dengan yang lain tidak sama namun tema
yang digunakan sama; setidaknya hal ini bisa membantu peserta untuk bisa
melangkah secara terarah dan terencana berjalan dari satu tema ke tema
yang lain dan untuk menghindari adanya kebingungan di antara peserta
berkenaan dengan tema-tema debat pada setiap babak selanjutnya.
Penawaran mosi untuk setiap babak dilakukan secara bertahap. Masingmasing untuk setiap babak ditawarkan 3 (tiga) buah mosi kepada kedua tim
yang akan bertanding. Setiap tim diminta untuk menentukan prioritas dari
ketiga mosi tersebut yaitu Prioritas 1, Prioritas 2 dan Prioritas 3. Kecocokan
prioritas tertinggi yang diajukan dari masing-masing tim menentukan mosi
mana yang akan dipakai dalam setiap babaknya. Misalnya: dalam sebuah
babak perdelapan besar bertemu Tim Bengkulu melawan Tim Jatim. Panitia
menawarkan 3 (tiga) buah mosi dari tema "Tourism" yaitu:
1. That tourism equals over exploitation of nature.
2. That tourism threatens our culture.
3. That tourism is the way to overcome our economical crisis.
Prioritas dari masing-masing kedua tim debat yang akan bertanding
menghasilkan distribusi data matematis sebagai berikut:
Prioritas
Prioritas I
Prioritas II
Prioritas III
Kesimpulan:

Tim Bengkulu
2
3
1

Tim Jatim
1
2
3

mosi yang akan dipakai adalah mosi yang nomor 2 karena mosi nomor 2
setingkat lebih tinggi dari pada mosi 3.

Pada kesempatan tertentu dimana distribusi data tidak bisa menentukan


secara matematis seperti di atas contohnya pada distribusi data sebagai
berikut:
Prioritas
Prioritas I
Prioritas II
Prioritas III

Tim Bengkulu
1
3
2

Tim Jatim
3
1
2

Maka kedua tim harus melakukan lot. Lot bisa dilakukan dengan koin mata
uang recehan. Kedua tim diminta memilih "gambar" atau "angka", koin
dilemparkan, muka koin yang muncul memberikan peluang bagi sebuah tim
untuk memilih mosi yang akan dipakai.
Demikian seterusnya dilakukan untuk setiap babaknya.

3. Menentukan jumlah juri


Aspek lain dalam debat yang berpengaruh besar terhadap kredibilitas panitia
penyelenggara

lomba

debat

adalah

berkenaan

dengan

penjuriannya.

Sebaiknya pemilihan juri debat didasarkan atas:


1.

Orang yang mempunyai pemahaman, pengetahuan dan pengalaman


tentang tata aturan lomba debat bahasa Inggris.

2.

Orang yang mempunyai pengetahuan (informasi) yang luas tentang


berbagai hal berkenaan dengan tema-tema debat yang akan dipakai.

3. Orang yang kemampuan berbahasa Inggrisnya relatif baik (TOEIC 700 ke


atas)
4. Orang yang kredibilitasnya baik dan diakui oleh masyarakat di sekitarnya.
Untuk lebih mendukung penilaian juri debat dari segi isinya (matter) maka
sebaiknya tema-tema debat yang akan digunakan juga sudah diberitahukan
kepada semua juri sebelum lomba dilaksanakan sehingga setidaknya semua

juri mempunyai kesempatan yang cukup untuk membekali diri dengan


berbagai pengetahuan (informasi) seputar tema-tema debat yang akan
dipakai.
Jumlah juri dalam setiap babak/pertandingan harus ganjil; 1,3,5,7 dan
seterusnya sesuai dengan kemampuan panitia menyediakan sejumlah juri
yang memadai. Idealnya untuk setiap pertandingan pada tahap babak
penyisihan adalah 3 orang namun untuk mendukung kualitas penjurian dan
untuk menekan subyektifitas
juri ditambah.

maka pada babak-babak selanjutnya jumlah

Juri tunggal atau single adjudicator diperbolehkan namun

harus dicari dan diberikan hanya kepada orang yang memenuhi persyaratan
pemilihan juri seperti telah disebutkan di atas atau hanya untuk juri yang
mempunyai "jam terbang" tinggi atau berpengalaman atau sudah ahli.
Dengan melihat ketentuan di atas, selanjutnya kita bisa memperkirakan
jumlah juri secara keseluruhan untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat
bahasa Inggris. Perlu untuk diketahui bahwa jumlah juri yang diperlukan
terkait sangat erat dengan jumlah tim peserta lomba debat. Artinya semakin
banyak tim peserta lomba semakin banyak juga juri yang harus disediakan
panitia lomba. Misalnya untuk jumlah tim peserta 16 tim dan jumlah juri
setiap babaknya 3 orang, maka jumlah juri yang diperlukan minimal adalah
sejumlah 16/2 X 3 = 24 orang juri. Sekarang mohon anda perhitungkan
berapa juri yang dibutuhkan untuk jumlah tim peserta lomba sebanyak 30
tim?
Sebagai langkah antisipasif perlu juga ditambahkan beberapa juri cadangan
untuk menjaga kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diperhitungkan pada
saat

lomba

berlangsung.

Jumlah

juri

cadangan

bervariasi

menurut

kemampuan panitia penyelenggara dalam menyediakan sejumlah juri.


Namun

untuk

sekedar

menyederhanakan

kompleksitas

permasalahan

kebutuhan juri lomba debat dan sekaligus dalam rangka efektifitas dan

efisiensi penyelenggaraan lomba debat, maka juri tunggal atau "single


adjudicator" merupakan sebuah alternatif yang bisa dilakukan khususnya
pada pertandingan-pertandingan babak-babak penyisihan. Alternatif lain
yang bisa dilakukan adalah dengan pemberlakuan masa lomba yang lebih
panjang dengan didukung oleh penjadwalan lomba yang lebih ketat sehingga
jumlah juri bisa ditekan sedikit mungkin namun kualitas penyelenggaraan
lomba debat tetap terjaga.
4. Liaison Officers (LO)
Berkaitan dengan upaya peningkatan kualitas penyelenggaraan lomba debat
maka untuk itu diperlukan adanya jalinan kerja sama (networking) yang solid
dari semua panitia penyelenggara lomba debat. Mengingat begitu besarnya
jumlah orang dan kuantitas kegiatan yang harus dilakukan maka diperlukan
kejelian kita untuk melakukan berbagai variasi bentuk kegiatan yang bisa
mempermudah

kita

dalam

meraih

kesuksesan

sebagai

panitia

penyelenggara. Salah satu cara yang bisa dilakukan panitia penyelenggara


adalah dengan membentuk Liaison Officer (LO). LO adalah sebuah tim yang
terdiri dari banyak orang yang bertugas untuk membantu pelaksanaan
lomba debat dalam berbagai peranan antara lain:
1. Menjadi chairperson dan time keeper pada setiap babak/pertandingan debat
2. Menjadi pembantu panitia dalam bagi mosi (giving motion) dan menentukan
posisi sebuah tim (positioning)
3. Membantu juri dalam mengadministrasi dokumen-dokumen lomba seperti
lembar-lembar penilaian, menyerahkan lembar penilaian kepada setiap juri,
mengecek dokumen itu kembali sekiranya terdapat kesalahan dalam
penghitungan skor, ketidakjelasan tulisan atau angka, dan dalam hal
pengisian dokumen yang tidak lengkap, melaporkannya kepada panitia dan
meminta penjelasan dari juri yang bersangkutan.
4. Membantu panitia dalam mengorganisasikan peserta lomba antara lain
dengan mengantarkan kedua tim yang akan bertanding ke ruangan tempat

pertandingan akan dilakukan dan dari ruangan tempat pertandingan


dilakukan kembali ke ruangan utama.
5.

Membantu panitia dalam mengadministrasi hasil lomba baik melalui


komputer maupun dengan cara manual terutama pada saat proses listing
dan kemudian menempelkan hasilnya di papan pengumuman sehingga hasil
dari setiap pertandingan bisa segera diketahui oleh peserta maupun
penonton.
Jumlah orang yang terlibat sebagai LO biasanya bervariasi tergantung dari
ketersediaan sumber daya manusia yang ada dan bentuk-bentuk kegiatan
yang dibutuhkan panitia. Panitia dalam hal ini koordinator lomba membagi
kerja LO untuk bertanggungjawab terhadap satu pertandingan debat yang
akan dilakukan, biasanya dua-dua (1 orang sebagai chairperson 1 lagi
sebagai

time

keeper).

Mereka

berdua

bertanggungjawab

untuk

pertandingan mulai dari bagi mosi (giving motion), menentukan posisi tim
Afirmatif atau Negatif (positioning), menjaganya pada saat Case Building,
mengantarkan kedua tim yang akan bertanding dari dan ke ruangan tempat
lomba

akan

dilakukan,

mengumpulkan

dokumen

menyerahkan
hasil

lembar

penilaian,

penilaian

mengecek

kepada

juri,

dokumen,

dan

menyerahkannya kepada panitia lain yang bekerja sebagai pengadministrasi


atau pemroses data hasil pertandingan di komputer atau manual. Demikian
terus menerus dilakukan untuk setiap babaknya.
5. Menentukan fasilitas penunjang lomba
Secara singkat berikut ini akan kami jelaskan fasilitas-fasilitas apa saja yang
seharusnya ada dalam penyelenggaraan sebuah lomba debat yang ideal
sehingga sedikit banyak panitia mampu menciptakan suasana lomba yang
kondusif bagi semua peserta lomba debat bahasa Inggris. Fasilitas-fasilitas
itu antara lain:
5.1. Ruangan

Untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat yang memadai diperlukan


ruangan masing-masing:
a. Sebuah ruangan besar sebagai ruangan utama yang mampu menampung
semua tim peserta debat. Ruangan ini digunakan untuk debat seminar,
teknikal meeting, bagi mosi, positioning dan juga sebagai ruangan tunggu
semua peserta selama menunggu hasil lomba dan selama menunggu giliran
untuk tampil pada babak-babak lomba selanjutnya.
b.

Sejumlah ruangan sebagai arena lomba debat. Ruangan-ruangan ini


jumlahnya

banyak

dan

banyak

tidaknya

ruangan

yang

dibutuhkan

tergantung sepenuhnya dari banyak dan sedikitnya tim peserta lomba. Jika
jumlah peserta 30 tim maka akan diperlukan ruangan sejumlah 30/2 = 15
ruangan. Sekarang silahkan dihitung berapa ruangan yang diperlukan untuk
lomba debat dengan jumlah peserta 48 tim?
5.2. Akomodasi dan transportasi peserta lomba
Untuk menyelenggarakan sebuah event lomba debat dengan skala yang luas
dan menjangkau peserta dari berbagai wilayah memerlukan persiapan yang
memadai agar tercipta suasana lomba yang mendukung proses lomba itu
sendiri. Untuk itu perlu juga diperhitungkan ketersediaan akomodasi dan
transportasi dari tempat penginapan peserta ke arena lomba. Faktor ini
terbukti berperan besar bagi penciptaan kesuksesan penyelenggaraan
sebuah lomba debat yang berkesan karena peserta debat tidak mungkin bisa
secara maksimal mengembangkan materi debatnya misalnya jika perut
dalam keadaan lapar, jika terlampau lelah di perjalanan dari dan ke arena
lomba dan sebagainya. Setidaknya peserta tidak terbebani hal-hal di luar
aktifitas debat itu sendiri yang berdampak buruk bagi kondisi fisik dan
mentalnya.
Oleh karena itu perlu disiapkan konsumsi seperti snack, makan siang,
minuman dan sebagainya. Panitia bisa mengutip biaya untuk hal-hal seperti
ini, artinya bahwa biaya pendaftaran peserta lomba kalau perlu menjangkau

sampai ke aspek ketersediaan konsumsi. Jika panitia tidak mau terbebani


tugasnya dengan urusan konsumsi harus dipikirkan adanya kemudahan dan
ketercukupan bagi semua peserta untuk mendapatkan makanan dan
minuman di sekitar arena lomba seperti adanya warung, rumah makan, atau
penjual makanan keliling dan sebagainya. Setidaknya ada juga tambahan
ruangan sebagai tempat semua peserta makan dan minum selama lomba
berlangsung di arena lomba.
Perlu juga disiapkan informasi berbagai tempat penginapan di dekat lokasi
arena lomba debat untuk mengantisipasi kemungkinan adanya peserta
lomba dari wilayah yang jauh jaraknya sehingga perlu menginap selama
lomba diselenggarakan. Informasi tentang jalur transportasi dari dan ke
lokasi lomba juga perlu dipersiapkan agar tidak sampai ada peserta dari luar
daerah yang datang terlambat, kesulitan mendapatkan angkutan ataupun
tersesat

di

tingah

jalan

dan

sebagainya.

Untuk

itu

panitia

perlu

mengantisipasi dengan adanya petugas informasi yang secara khusus


bertugas membantu peserta selama lomba diselenggarakan. Untuk sebuah
lomba debat yang jumlah tim pesertanya banyak perlu dibentuk sekretariat
panitia lengkap dengan bagian informasinya yang memadai.
Demikianlah berbagai hal yang berkenaan dengan penyelenggaraan lomba
debat yang perlu

untuk

kita

ketahui

bersama

sehingga

pada

saat

menyelenggarakan lomba debat di daerah anda tidak merasa berat atau


terlalu

berat

namun

lebih

merasa

sebagai

sebuah

aktifitas

yang

menyenangkan dan mengesankan bagi anda sendiri dan juga peserta dan
pengunjung.

BAB IX
PANDUAN SINGKAT BAGI JURI
DEBAT

Untuk

menilai

sebuah

lomba

debat diperlukan seorang juri 1)


yang secara umum bisa diterima,
2)

yang

harus

pengetahuan
tentang

memiliki

cukup

atau

wawasan

isu-isu

yang

diperdebatkan

dan

3)

harus

seseorang yang memahami benar


tentang

debat

pengetahuan

baik

dari

sisi

maupun

pengalaman. Ketiga hal itu sangat


penting

untuk

menghindari

subyektifitas pribadi juri terhadap


penilaian berdasarkan unsur suka
dan tidak suka, penilaian yang
berdasarkan adanya prasangkaprasangka

atau

berdasarkan

penilaian

adanya

yang

pendapat-

pendapat pribadi juri yang bisa


mempengaruhi penilaian.
Ada 3 (tiga) hal penting yang merupakan fungsi juri dalam lomba debat:
1. Untuk menentukan tim mana yang memenangkan debat
2. Untuk memberikan penjelasan tentang alasan-alasan atas keputusannya,
dan
3. Untum memberikan kritik yang membangun dan nasehat kepada para
pedebat.
Berikut ini beberapa hal-hal penting yang harus diberikan juri selama
melakukan pidato penjurian (verbal adjudication):

Juri membuat keputusan, bukan atas dasar angka (skor) penilaian; namun
angka (skor) tergambarkan melalui keputusan juri, bukan skor yang
membuat keputusan.

Ketika menjelaskan sebuah keputusan, pusatkan perhatian pada intisari


perbedaan dari kedua tim.

Seorang juri seharusnya secara khusus menimbang tim mana yang lebih
unggul, tim mana lebih berkualitas, dan menilai elemen-elemen kasus
penting

apa

saja

yang

sangat

erat

kaitannya

dengan

pengambilan

keputusan. Tingkat penjelasan yang diberikan seharusnya dikaitkan dengan


pengalaman para pedebat.

Kritik dan saran diarahkan untuk membangun tim debat; juri mempunyai
tugas untuk membangun, mendukung, dan memacu semangat para
pedebat.
Menilai isi (matter):

Pendapat yang disampaikan para pedebat harus logis dan relevan dengan
topik/mosi yang sedang diperdebatkan.

Logis berkenaan dengan pertalian antara alasan-alasan yang digunakan


untuk membuktikan sebuah pendapat; pendapat itu sendiri

meliputi

pernyataan/penegasan,

(ARE

alasan-alasannya

serta

bukti-buktinya

Assertion Reasoning Evidence).

Relevan adalah keterkaitan antara pendapat dengan topik/mosi yang


sedang diperdebatkan.

Bedakan antara pendapat yang kuat dengan pendapat yang lemah.

Contoh-contoh yang diberikan pedebat hanya mendukung pendapat, tetapi


contoh-contoh itu tidak bisa menggantikan pendapat itu sendiri.

Juri

harus

melihat kasus

yang valid

dan kasus

yang tidak

valid

(mendebatkan sesuatu di luar konteks pembicaraan dan tidak berusaha


membuktikan
topik/mosinya).

apa

yang

seharusnya

diperlukan

untuk

membahas

Juri harus melihat ada tidaknya kasus yang menggantung(hung case).


Sebuah

kasus

yang

bisa

dibuktikan/dipahami

hanya

setelah

kita

menggabungkan pidato pembicara pertama dan pembicara kedua.

Pembicara ketiga tidak diperbolehkan mengangkat sebuah masalah baru


(namun, contoh-contoh, bukti-bukti atau fakta-fakta pendukung argumen
baru diperbolehkan).

Bantahan/penolakan adalah pendapat-pendapat lain yang dibangun untuk


menyerang pendapat tim lawan; contoh: dengan menunjukkan bahwa
pendapat lawan implikasinya tidak bisa diterima dan seharusnya pendapat
seperti itu dianggap kurang berbobot.

Menilai metode (method)

Penataan dan pengorganisasian ide pada pidato si pembicara. Sebuah


pidato yang tertata dan terorganisir ciri-cirinya:

Mempunyai pembukaan yang menarik yang mampu menyedot perhatian juri


dan penonton
Mempunyai susunan kalimat yang jelas dan cukup mudah diterima apa
tujuannya dan arah umum dari pidatonya
Menunjukkan adanya urut-urutan yang logis dari ide-idenya dan juga
menunjukkan adanya tahapan-tahapan yang jelas dari argumen pembicara.
Menunjukkan adanya penggunaan waktu bicara secara keseluruhan menurut
porsinya dan membahas secara lengkap semua poin utamanya yang bisa
mengarah ke tujuannya (melebihi batas waktu atau mengurangi batas waktu
menurunkan skor).
Mempunyai kesimpulan atau ringkasan dari semua poin-poin utama
pidatonya.
Menunjukkan adanya penataan dan pengorganisasian atas keseluruhan
kasus-kasus

yang

ditampilkan

oleh

sebuah

tim;

contohnya:

sebuah

pendekatan

berdasarkan

tema

lebih

berkualitas

daripada

sekedar

sekumpulan pidato yang argumennya berdiri sendiri-sendiri.


Menunjukkan adanya tanggapan atas dinamika pidato para pedebat.
Menilai sikap (manner):

Sikap berkenaan dengan cara berbicara di hadapan publik dan cara


memperdebatkan sebuah kasus.

Pertanyaan kuncinya: apakah cara seperti itu tepat?

Elemen penilaian sikap adalah: suara, penggunaan bahasa, penggunaan


catatan, pandangan mata, bahasa tubuh, cara berdiri, berpakaian, kesan
ketulusan hati, humor.

Penyerangan secara pribadi kepada tim lawan mengurangi nilai sikap.


Sikap dinilai secara keseluruhan sebagai kesan yang ditimbulkan dari
penggunaan keseluruhan elemen sikap di atas.
Catatan penting lainnya:
Definisi:

Definisi yang diberikan tim afirmatip harus bisa diterima:

Definisi itu harus mempunyai kaitan yang jelas dan logis terhadap topik/mosi
debat (spirit of the motion)
Definisi harus bisa diperdebatkan (ada sisi pro dan kontra).

Tim Negative hanya bisa mendebat definisi berdasarkan:

Truistic/tautological (tidak bisa diperdebatkan)


Squirelling (tidak ada kaitannya dengan topik/mosi)
Time and place setting (penggunaan waktu, tempat, pengetahuan /wawasan
yang salah)
Berharap akan adanya even-if dalam sebuah definisi yang menantang
perdebatan.

Pidato Balasan:

Pembicara

(bisa

pembicara

pertama

atau

kedua)

memaparkan

pandangannya tentang perdebatan yang terjadi selama lomba:


Intisari perbedaan pendapat
Apa saja yang telah diberikan oleh timnya
Apa saja yang telah diberikan oleh tim lawan
Mengapa mereka seharusnya yang menang (penjurian sepihak untuk
mempengaruhi pandangan juri)

Pidato balasan bukan penolakan/bantahan; materi baru sangat tidak


diperbolehkan dalam pidato balasan.
Beberapa kesalahan yang sering terjadi selama lomba:

Salah interpretasi: kekeliruan dalam pemahaman yang terjadi karena


pengulangan sepotong-sepotong dari pendapat tim lawan

Pergeseran di antara sesama anggota tim: perubahan tema di antara


sesama anggota tim
Hal-hal yang lain:

Bedakan antara isi (matter), sikap (manner) dan metode (method)

Tidak ada keputusan lomba dengan hasil seri; harus ada pemenangnya.

Pembicara terbaik dipilih di antara pembicara dalam pidato utama


(pembicara pertama, kedua atau ketiga).
Skala Penilaian:

Isi (matter): 40 %; Sikap (manner): 40 %; dan metode (Method): 20 %.

Pidato balasan dinilai separoh dari skala pidato utama.


Skala Penilaian untuk pidato utama.

Isi (Matter) dan Sikap


(Manner)
27
28 - 29

Metode
(Method)
13
14

30
31 - 32

15
16

33

17

Arti
Kurang sekali
kurang dibawah ratarata
Rata-rata
Di atas rata-rata
bagus
Bagus sekali

Rentang Margin skor kedua tim harus berada di antara 1 sampai 12.
Selisih skor
(Margin)

Arti

14

Debat yang cukup berimbang dengan selisih yang


sangat tipis di antara kedua tim.

5-9

Debat yang relatif jelas terlihat perbedaan di antara


kedua tim, dimana salah satu tim terlihat lebih
mampu menarik keuntungan dari perdebatan yang
dilakukan.

10 - 12

Debat yang sangat jauh perbedaannya, dimana tim


yang kalah mungkin saja telah mengalami kegagalan
dalam beberapa aspek penting dalam
mengemukakan argumen dalam debat.

BAB IX
POINT OF INFORMATION (POI)
Pada saat kami menatar guru-guru atau siswa SMK baik pada penataran
internal di PPPG Kejuruan Jakarta maupun pada saat menatar di berbagai
daerah muncul pertanyaan kritis dari mereka. Pada intinya guru atau siswa
itu mempertanyakan mengapa model debat Parlemen Australasia itu tidak
seperti yang mereka bayangkan sebelumnya. Mereka mendefinisikan debat
sebagai aktifitas bertukar pikiran secara aktif antara si pembicara dengan
lawan bicara saling bergantian berbicara menyampaikan pendapatnya
(komunikasi dua arah).
Namun yang terjadi dalam model debat Parlemen Australasia tampak seperti
sekumpulan orang yang berpidato secara bergantian tanpa ada komunikasi
dua arah dari lawan bicaranya. Justru inilah kekuatan dari Parlemen
Australasia, kebanyakan orang menilai Australasia sebagai model lomba
debat yang paling dasar, lebih mudah untuk diterapkan dan masih berperan
besar dalam memberikan dasar-dasar teknik berdebat. Dari pertanyaanpertanyaan dan pemikiran seperti itu kemudian muncul POI yang bisa
menjembatani bagi sebuah lomba debat yang lebih menarik, lebih hidup,
lebih menantang dan lebih menyerupai dengan definisi debat yang
dilontarkan oleh para guru dan siswa di atas.
Pada hakekatnya point of information adalah sebuah teknik menyanggah
(rebuttal) dalam debat dengan melihat sisi lemah, kekurangan, atau
kesalahan dari argumentasi yang dibuat oleh lawan bicara. Teknik ini diambil
dari model debat yang ada di beberapa asosiasi debat di Inggris. Dari
berbagai sisi POI justru dianggap sebagai unsur baru dalam berdebat yang
bisa membuat suasana debat menjadi lebih hidup karena lawan bicara bisa
memberikan satu atau dua sanggahan secara langsung kepada si pembicara.

Dalam POI pada saat seseorang sedang berbicara maka lawan bicara bisa
memberikan satu atau maksimal dua sanggahan berupa pertanyaan atau
pernyataan yang bertentangan dengan argumentasi si pembicara. Si
pembicara bisa menerima atau menolaknya tergantung situasi dan kondisi
yang dialaminya namun secara keseluruhan si pembicara harus menerima
satu atau maksimal dua kali POI. Jika sampai waktu bicara habis, si
pembicara tidak menerima POI dari lawan bicara (tim lawan) maka kepada si
pembicara akan dilakukan pengurangan skor. Jadi POI bisa dikatakan sebagai
sebuah sanggahan yang resmi dan dihargai dalam berdebat.

BERDEBAT LEBIH DARI SEKEDAR


PIDATO
Kenyataanya POI mampu membawa sebuah perubahan besar pada peranan
seorang pembicara dalam lomba debat. Dengan gaya berdebat seperti ini
maka setiap pembicara harus terlibat secara keseluruhan dari awal sampai
akhir, bukan hanya pada saat dia harus berbicara saja. Pembicara pertama
dari tim Afirmatif masih harus terus mengikuti jalannya perdebatan dengan
berperan aktif sampai pembicara ketiga tim Negatif berbicara
menyampaikan argumentasinya. Sebaliknya pembicara ketiga tim Negatif
juga harus bermain sepenuhnya dari awal sampai akhir jalannya perdebatan
dengan mengambil peran aktif mulai saat pembicara pertama tim Afirmatif
berbicara menyampaikan argumentasinya.
Semua pedebat harus berperan aktif menyampaikan POInya walaupun
sekiranya POInya itu tidak diterima. Mereka masih harus menampilkan
dirinya bahwa mereka ada dan terlibat mengikuti jalannya perdebatan paling

tidak lewat bahasa tubuhnya (biasanya seorang pedebat yang akan


menyampaikan POI dia harus berdiri dengan tangan kanan diangkat ke atas
dan tangan kirinya seakan memegang bagian bawah belakang kepalanya).
Seorang pedebat yang sama sekali tidak melakukan POI dan hanya terlibat
pada saat gilirannya untuk menyampaikan pidatonya saja akan mengalami
pengurangan nilai untuk matter (isi) dan methodnya. Matter-nya dikurangi
karena tidak menunjukkan keterlibatannya secara maksimal dalam lomba
dan methodnya dikurangi karena dianggap tidak memahami perannya segai
pedebat dalam model debat seperti ini.
Sebaliknya, bagi si pembicara juga harus menerima POI selama dia
berbicara. Jika waktu bicaranya selama 5 menit maka paling tidak dia harus
merespon POI yang diberikan oleh lawan bicaranya 1 kali atau maksimalnya
2 kali. Seorang pembicara yang tidak menjawab POI dengan baik akan
mengalami pengurangan nilai untuk aspek matter (isi) karena: (1) tidak
mengambil kesempatan untuk menambah perolehan nilai dan (2)
mengurangi pertentangan/perbedaan pendapat secara langsung dia antara
kedua tim yang bertanding.
Pengurangan nilai juga dilakukan untuk methodnya karena: (1) dianggap
tidak memahami perannya sebagai seorang pedebat dalam model debat
seperti ini dan (2) dianggap tidak memahami aturan main debat dan (3)
dianggap sebagai pengecut (kecil hati). Namun perlu diketahui juga bahwa
pembatasan bagi seorang pembicara untuk hanya mengambil POI maksimal
2 kali dilakukan agar tidak sampai terjadi pengambilan POI yang terlalu
banyak sehingga dia lepas kendali yang bisa mengurangi kualitas
penampilannya secara keseluruhan.
ETIKA POINT OF INFORMATION (POI)

Apabila seorang pedebat ingin melakukan sebuah POI maka dia harus berdiri
dengan tangan kanan diangkat ke atas dan tangan kirinya seakan
memegang bagian bawah belakang kepalanya sambil mengatakan Point of
Information) atau dengan bahasa tubuhnya saja sudah cukup. Dan si
pembicara bisa meresponnya dengan melakukan salah satu dari 3 hal
berikut ini:
1. meminta si penanya untuk duduk kembali.
2. menyelesaikan bicaranya kemudian mempersilakan si penanya
menyampaikan POInya.
3. langsung mempersilahkan si penanya menyampaikan POInya dan kemudian
menjawabnya sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh si penanya.
Semua anggota tim lawan bisa memberikan POI secara bersamaan namun si
pembicara bisa menolak semuanya atau memilih satu dari tiga penanya
untuk menyampaikan POInya, sedangkan si penanya yang lain harus segera
duduk kembali. Dan jika seorang penanya tidak dipilih oleh si pembicara,
maka dia tidak boleh ngotot untuk tetap berdiri terus, namun jika sekiranya
jawaban POI yang diberikan si pembicara tidak memuaskan atau si penanya
mempunyai pertanyaan yang lain maka dia bisa berdiri kembali untuk
meminta POI pada kesempatan selanjutnya.
Terkadang tim lawan perlu berdiskusi satu sama lain agar POI yang akan
diberikan tertata dengan baik (tidak tumpang tindih sesuatu yang sudah
dipertanyakan lalu dipertanyakan kembali atau memberikan pertanyaan
yang teramat sederhana yang justru memberi peluang si pembicara untuk
menjatuhkannya di depan publik.
Perlu dipahami bahwa POI yang diberikan secara bertubi-tubi oleh ketiga
anggota tim lawan namun kualitas pertanyaannya rendah/tidak bagus di
satu sisi memang membuat perdebatan semakin ramai dan agresif tapi jika
ini dilakukan oleh sebuah tim bisa jadi juri akan melihat ini sebagai sesuatu

yang tidak baik (terkesan sebagai POI yang asal-asalan) yang justru
berkesan tidak baik. Dalam istilah debat ini disebut barracking atau
melakukan POI asal teriak, asal ngomong atau asal POI.
POI biasanya berbentuk dua jenis yaitu: (1) berbentuk pertanyaan kepada si
pembicara tentang sesuatu atau (2) berbentuk komentar/pernyataan tentang
sesuatu yang tentu saja bisa menyudutkan pendapat si pembicara.
Kebanyakan tim menggunakan POI berbentuk komentar atau pernyataan
karena POI yang berbentuk pertanyaan sering dianggap sebagai POI yang
kualitasnya rendah dan justru seringkali menunjukkan
kebodohan/ketidaktahuan si penanya yang cenderung identik sebagai
barracking POI.
Sebuah POI harus jelas dan singkat. Waktu normal yang diberikan kepada si
penanya adalah 10 sampai 15 detik, jika lebih dari waktu normal maka si
pembicara bisa menyuruhnya duduk kembali atau jika sebelum waktu
normal habis tapi idenya sudah bisa dipahami, maka si pembicara bisa
mengatakan OK, I know what you mean dan kemudian langsung
meresponnya. Ingat bahwa si pembicara juga perlu mengelola POI yang akan
diterimanya selaras dengan waktu bicaranya yang juga sangat singkat. Jadi
harus secara efektif dia mengukur dirinya kapan harus menerima POI,
menerima atau menolaknya dan jangan lupa mempertinbangkan berapa
waktu yang dibutuhkan untuk meresponnya.
MENILAI SEBUAH POI
Sebenarnya sangatlah mudah sekali untuk menilai jawaban atas sebuah POI
karena setiap jawaban POI pastilah terkait erat dengan isi pidato si
pembicara dan di situlah jawabannya. Namun yang sering kali jadi masalah
adalah bagaimana memberikan nilai POI kepada seorang pembicara yang
sudah menyelesaikan pidatonya dan kemudian dia tidak akan tampil
kembali. Ini yang sering dipertanyakan oleh guru-guru atau siswa.

Jalan keluarnya adalah dengan mengefektifkan catatan juri/adjudicator. Jadi


seorang juri/adjudicator untuk model debat dengan POI selain menggunakan
adjudication sheet (lembar penjurian) juga harus melengkapi diri dengan
catatan khusus untuk POI. Jadi sejak pembicara pertama tim afirmatif
menyampaikan pidatonya maka adjudicator harus sudah mencatat POI yang
diberikan oleh semua anggota tim negatif, dari N1, N2, dan N3. Demikian
juga sebaliknya jika pembicara pertama tim negatif menyampaikan
pidatonya maka adjudicator harus mencatat POI yang diberikan oleh tim
afirmatif A1, A2, dan A3. Baru kemudian di akhir lomba dilakukan
penghitungan nilai berdasarkan kualitas POI yang diberikan.
Lembar catatan juri terdiri dari 1 lembar kertas yang dibagi 6 (enam) bagian;
1 garis vertikal di tengah dan 3 garis horizontal. Setiap kotak yang terbentuk
mewakili POI yang ditawarkan oleh setiap tim. Jika tim afirmatif berbicara
maka juri menuliskan catatannya di kotak sebelah kanan; sebaliknya jika tim
negatif yang berbicara maka juri menuliskan catatannya pada kotak sebelah
kiri. Catatan bisa diberikan dalam bentuk tally untuk setiap POI yang
ditawarkan. Jika sebuah POI diterima maka juri bisa menambahkan
catatannya (penilaiannya) di dalam setiap kotak. Di akhir lomba catatan ini
baru dilihat kembali apakah bermakna (menyumbang nilai) bagi setiap si
pedebat dari sisi POI.
Biasanya juga para juri sudah menandai poin plus yang akan diberikan
kepada si penanya (+1 atau +2). Nilai 1 biasanya ditambahkan untuk
metodnya, dan nilai +2 biasanya didistribusikan ke +1 untuk metod dan +1
untuk matter. Namun untuk menilai jawaban yang diberikan oleh si
pembicara biasanya nilai sudah ter-akumulasi secara keseluruhan dari
penampilannya selama berbicara (nilai langsung diberikan dan dituliskan di
adjudicator sheet).

Pada saat menambahkan nilai POI perlu kehati-hatian dari setiap juri karena
ada kemungkinan jika margin antara kedua tim relatif kecil maka
penambahan nilai atas POI ini bisa merubah keputusan juri. Oleh karena itu
apabila terjadi penambahan nilai yang secara signifikan bisa merubah
keputusan juri, perlu dilakukan peninjauan kembali atas nilai yang sudah
diberikan untuk sebuah tim secara keseluruhan. Ingat bahwa keputusan juri
tidak boleh bertentangan dengan nilai yang diberikan artinya tidak mungkin
seorang juri memenangkan tim afirmatif jika jumlah skornya lebih sedikit dari
tim negatif. Biasanya jalan keluarnya adalah dengan tidak menambahkan
nilai POI bagi sebuah tim artinya dengan tidak menambahkan nilai itu sendiri
sudah berarti juri menambahkan nilai bagi sebuah tim karena POI pada
intinya juga bagaimana menilai/menskor pidato seorang pembicara itu naik
atau turun.
Sebagai ringkasan atas pembahasan POI di atas sebagai berikut:
1. Komponen utama dari pidato si pembicara adalah pidatonya sendiri. Ini
berarti POI memang berdampak menambah atau mengurangi skor si
pembicara namun skor akhir yang diberikan juri menunjukkan nilai
keseluruhan penampilan si pembicara dan POI sudah terintegrasi di
dalamnya.
2. POI bisa menambah 1 atau 2 poin jika si penanya menyampaikan POI yang
relatif berkualitas dan baik.
3. Sebaliknya POI bisa juga mengurangi nilai jika:
a. Sebuah tim sama sekali tidak melakukan POI atau melakukan POI dengan
jumlah yang sedikit (di bawah 3 kali)
b. Melakukan POI tapi kualitasnya jelek
c. Si pembicara menerima POI tapi salah atau tidak bagus dalam meresponnya.
Namun, demikian, jangan menilai POI hanya dari sisi jawabannya saja; bisa
jadi jawabannya bagus karena POInya yang jelek atau jawabannya menjadi
tidak bagus (susah untuk dijawab) karena POInya yang bagus. Ini sering
terjadi bila mosinya bagus dan relatif sangat kuat untuk diperdebatkan

sehingga poin utama dari setiap sisi cenderung menciptakan pertentangan


pendapat yang sangat kuat.

CONTENT CHART KETIGA ASPEK PENILAIAN LOMBA DEBAT


Aspek Penilaian
1. Isi (matter)

Komponen
Pendapat harus logis

1. Interpretasi
2. Definisi
3. Themeline
Pendapat harus relevan dengan topik (parameter harus
terukur ; pendapat yang kuat atau pendapat yang lemah)
Contoh-contoh, bukti-bukti, fakta-fakta, teori-teori, konsep,
konsep, pendapat ahli, atau hasil penelitian/survei dsb yang
mendukung
Kasus harus bermakna (valid atau tidak valid)
Pendapat harus bisa dibuktikan (kasus menggantung)
Pembicara ketiga tidak mengungkap pendapat baru
Tanggapan terhadap dinamika perdebatan
(bantahan/penolakan)
2. Sikap (manner)

Penggunaan suara (organ of speech)


1. Volume suara
2. Pengaturan nafas

3. Tekanan suara
4. Artikulasi
Penggunaan bahasa
1. Kefasihan: pengucapan, kecepatan, intonasi, dsb.
2. Keakuratan: grammar, tata bahasa (English)
3. Fungsi bahasa: menolak, meyakinkan, membuka,
menutup, dsb.

4. Gaya bahasa: repetisi, personifikasi, klise, hiperbol,


dsb

5. Pemilihan kata: vocabulary, diksi, dsb.


Penggunaan catatan/contekan
Pandangan mata
Bahasa tubuh: cara berdiri, wajah, gerakan tangan, kaki,
kepala, bahu, dsb.
Pembawaan diri: emosi, semangat, ekspresi, percaya diri,
dsb.
Ketulusan hati: kesan, keterbukaan, keramahan, keaslian,
dsb.
Humor: anecdot, joke, dsb.
Tidak ada penyerangan secara pribadi

3. Metod
(metode)

Penataan dan pengorganisasian ide/gagasan pendapat


1. Pembukaan: ide apa yang akan diungkapkan (tujuan
dan arah pembicaraan)
2. Isi : pengungkapan ide

3. Penutup: kesimpulan atas apa yang sudah

diungkapkan
Cara penyajian ide/gagasan: kronologis, spasial, sebab
akibat, dsb.
Penggunaan waktu bicara
Cara menyampaikan tanggapan terhadap dinamika
perdebatan (merespon bantahan/penolakan)

Lampiran 1. PANDUAN BAGI MODERATOR DAN PENCATAT WAKTU

Sebelum

debat

berlangsung,

semua berada di Ruang Utama.


Disana

akan

Affirmatif
Negatif

diundi

(Positif)
(Negatif).

ditunjukkan

tiga

mana

Tim

dan

Tim

Setelah

itu

pilihan

topik

yang akan dipertandingkan. Tim


yang

terpilih

menghadap

penanggung jawab ruangan debat


yaitu

panitia

debat.

Panitia

memberi peserta masing masing


30 menit untuk memilih prioritas

topik

yang

akan

dibawakan,

misalnya :

1. Kita harus memberikan


kesempatan kepada Gus Dur.
2. Debat Calon Presiden harus
diadakan dalam Sidang umum
MPR.
3. Otonomi daerah adalah
kebijakan yang dipaksakan.

Misalnya: Urutan prioritas dari


masing-masing tim sebagai
berikut:
TIM AFIRMATIF
2
3
1

TIM NEGATIF
3
1
2

maka topiknya adalah no. 3


TAPI MISALNYA TERJADI SEPERTI INI :
TIM AFIRMATIF
1
3
2

TIM NEGATIF
3
1
2

Maka panitia harus memilih antara topik 1 atau 3 dengan lemparan koin.
Sisa waktu dipergunakan peserta untuk merumuskan kasus (case building)
atau menyusun strategi mereka.
Waktu 30 menit habis, MAKA debat dapat dimulai dengan :

Good morning, Ladies and Gentlemen. Welcome to the arena of debate


competition.

Todays debate will be followed by . . . as Affirmative Team and . . . as


Negative Team

From the Affirmative Team, acting as the first speaker is . . . . ; acting as the
second speaker is . . . ; and acting as the third speaker is . . . . And the Reply
Speech will be given by . . . .

From the Negative Team, acting as the first speaker is . . . . ; acting as the
second speaker is . . . ; and acting as the third speaker is . . . . And the Reply
Speech will be given by . . . .

Our motion today is . . . .

Lalu moderator menyampaikan bahwa :


1. The first , second and third speakers of each team will have 5 minutes

to present the speech. After the thirth minute the time keeper will
knock once ( ____ ); after the fifth minute the time keeper will knock
twice (____); and after five minutes and twenty seconds, the time
keeper will knock continously to show that the time is over. When after
five minutes and twenty seconds, the speaker does not stop the
speech, the score will be reduced.

Untuklebih jelasnya, silahkan diihat pada lampiran contoh pidato ketua


sidang (chairperson) pada halaman 66.

Lampiran 2.

Babak :

LEMBAR PENILAIAN

Ruangan :
Moderator

Pencatat Waktu :
Topik :
Juri :

Proposisi
Pembicara

Nama

Materi

Sikap

Metode

Total

Waktu

Materi

Sikap

Metode

Total

Waktu

Pertama
Kedua
Ketiga
Penutup
Nilai akhir

Oposisi
Pembicara

Nama

Pertama
Kedua
Ketiga
Penutup
Nilai akhir

Pemenang

: Affirmatif/Negatif
Pembicara terbaik
:

Margin :
(

)
Tanda Tangan
Skala Penilaian:
Pembicara substansi (pertama, kedua dan ketiga) dinilai :
Materi
Sikap
27
13
28 29
14
30
15
31 32
16
33
17
Catatan :

Nilai tertinggi
: 83
umum : 70 80
Nilai tengah : 75
Nilai terendah : 67

Skala
Kurang sekali
Kurang
Rata rata
Bagus
Bagus sekali

Nilai secara

Pembicara penutup dinilai setengah dan pembicara inti


Selisih nilai antara kedua tim harus berada antara 1 sampai 12

Lampiran 3. Contoh Pidato Ketua Sidang

Ladies and Gentlemen:


Welcome to the debate contest.
First, let me introduce the debaters. On my right is Group _____ as the
Affirmative Team. Acting as the first speaker is _____; acting as the second
speaker is _____; and acting as the third speaker is _____.The reply speech will
be given by _____
The team on my left is Group _____ as the Negative Team. Acting as the first
speaker is _____; acting as the second speaker is _____; and acting as the
third speaker is _____. The reply speaker is _____.
Ladies and Gentlemen:
Now, Id like to introduce the adjudicators. The first adjudicator is _____; the
second adjudicator is _____; the third adjudicator is _____; the fourth
adjudicator is _____; and the fifth adjudicator is _____, etc.
The time keeper is _____; and I am _____ acting as the chair person .
Ladies and Gentlemen:
Before we begin, let me announce the rules and regulation of this contest.
Each substantive speech takes five minutes; after three minutes the time
keeper will knock once; after five minutes the time keeper will knock twice;
and after five minutes twenty seconds the time keeper will knock
continuously to show that the time is over.
For the reply speech the maximum time is three minutes; after two minutes
the time-keeper will knock once; after three minutes the time keeper will
knock twice; and after three minutes twenty second the time keeper will
knock continuously.
Ladies and Gentlemen:
The motion today is _____.
Well, ladies and gentlemen, I would like to invite the first speaker from the
Affirmative Team. Ladies and gentlemen, please welcome Mr./Mrs. _____.
Now, I would like to invite the first speaker from the Negative Team. Ladies
and gentlemen, please welcome Mr./Mrs. _____.
Etc.

Anda mungkin juga menyukai