zdsxccccccc
BAB I
PENDAHULUAN
kompeitif
itu
maka
direktorat
pendidikan
menengah
kejuruan
satu
bentuk
kegiatan
ekstrakulikuler
di
sekolah
yang
di
bentuk-bentuk
kegiatan
ekstrakulikuler
lain
seperti
format debat baku yang digunakan secara nasional dan diberi nama
Format Debat Parlemen Australasia.
Selanjutnya Instalasi Bahasa PPPG Kejuruan Jakarta melalui buku ini
memberikan, memperkenalkan dan memasyarakatkan format debat ini ke
seluruh SMK-SMK di Indonesia. Buku panduan ini diharapkan bisa membantu
sekolah dalam membina klub debat bahasa Inggris sehingga setiap waktu
akan tumbuh klub-klub debat bahasa Inggris baru di setiap SMK di Indonesia.
Selama kurun waktu tahun 2000-2003, PPPG Kejuruan bidang Bisnis dan
Pariwisata Sawangan-Jakarta, mendapat tugas dari Direktorat Pendidikan
Menengah Kejuruan Jakarta sebagai panitia pelaksana lomba debat bahasa
Inggris tingkat nasional dalam Promosi Kompetensi Siswa (PKS). Pada tahun
2000 kami menjadi panitia PKS di Malang. Tahun 2001 kami bertugas sebagai
panitia pada PKS di Bandung. Dan terakhir kali tahun 2003 yang baru lalu
kami bertugas sebagai panitia lomba debat PKS di Yogyakarta
Dari ketiga kegiatan tersebut kami rangkum inti sarinya dalam tulisan ini
agar dapat memberikan pengetahuan yang memadai bagi para guru bahasa
Inggris SMK di Indonesia. Buku panduan ini pada intinya membahas tentang
1) Apa itu debat berbahasa Inggris dan 2) Bagaimana menyelenggarakan
lomba debat bahasa Inggris. Disamping untuk memberikan penguatan dan
pemahaman yang lebih luas kepada mereka bahwa menyelenggarakan
lomba debat bahasa Inggris ternyata tidak sulit dan bahkan menyenangkan
serta mengesankan di sisi lain. Karena kita bisa mengenal banyak rekanrekan seprofesi melalui kegiatan seperti ini.
Bagi kebanyakan para guru bahasa Inggris SMK yang sudah pernah mewakili
propinsinya baik sebagai pelatih, pemantau ataupun penggembira, kiranya
masih
perlu
untuk
membaca
ulang
buku
panduan
ini
agar
bisa
dikarenakan bahwa pada setiap tahun, kami selalu melakukan revisi dan
penambahan materi pembahasannya. Mengapa ini perlu dilakukan? 1)
sebagai penyempurnaan atas buku panduan sebelumnya, 2) sebagai
penguatan atas pemahaman tentang debat sebelumnya dan 3) untuk
memberikan dasar-dasar kajian teoritis yang lebih luas atas fenomena
kemampuan berdebat sebagai wujud perkembangan kemampuan berbahasa
Inggris yang lebih utuh. Secara khusus penambahan itu didasarkan atas
kajian hasil penelitian kami tentang debat yang dilakukan pada tahun 2003.
Kajian teoritis ini disajikan khusus untuk membekali para guru bahasa Inggris
dan sekaligus pelatih debat di sekolah bahwa debat adalah aktifitas yang
sangat erat kaitanya dengan peningkatan keakuratan dan kefasihan
berbahasa,
kecerdasan
berfikir,
daya
kritis,
kedewasaan
berbahasa,
penguasaan olah tubuh dan pengendalian emosi seseorang. Oleh karena itu
untuk selanjutnya, silahkan dicermati pada kajian tentang hal itu pada Bab II
buku panduan debat ini.
BAB II
KEMAMPUAN BERDEBAT DALAM BAHASA INGGRIS DAN
HUBUNGANNYA DENGAN FAKTOR-FAKTOR PEMBELAJARAN BAHASA
1. Debat dalam kehidupan sehari-hari
Dalam dunia nyata, debat terjadi di Dewan Perwakilan Rakyat seperti pada
isu apakah persyaratan pendidikan seorang presiden harus S1; debat juga
ada di Perserikatan Bangsa-Bangsa seperti pada isu baik atau buruk invasi
AS dan sekutunya ke Irak; debat juga ada di rapat-rapat di sekolah seperti
pada isu perlukah lima hari kerja diterapkan di sekolah; debat juga ada di
meja makan malam seperti berapakah sebenarnya ukuran gaji yang tepat
bagi guru dan sebagainya. Prosedur debatnya mungkin berbeda tapi bentuk
aktifitasnya pasti sama yaitu bertukar pikiran atau berdiskusi untuk mencari
pemecahan masalah dari sebuah isu yang akan menentukan apakah
perubahan itu menjadi baik atau menjadi lebih buruk.
Debat adalah proses bertukar pikiran atau diskusi untuk mencari pemecahan
masalah dari sebuah isu, topik, atau mosi tertentu. Pada saat berdebat orang
berusaha untuk memberikan argumentasi, alasan-alasan, contoh-contoh dari
suatu kasus dan membuat sanggahan-sanggahan terhadap lawan
bicaranya.1[1]
2. Kemampuan Berdebat dan sebuah Lomba Debat
Dalam sebuah kompetisi lomba debat, aktifitas debat sudah tertata
sedemikian rupa misalnya dengan menggunakan Format Debat Parlemen
Australasia. Sebagai gambaran umumnya, sebuah tim yang berposisikan
sebagai Tim Afirmatif akan berhadapan dengan tim lain yang posisinya
sebagai Tim Negatif. Keduanya secara bersama-sama berusaha meyakinkan
dewan juri dengan argumentasinya masing-masing. Penilaian debat meliputi
tiga dimensi yaitu materi, metode dan sikap peserta dalam menyampaikan
argumentasinya.
1
Birshan memberikan definisi dari sisi lomba debat itu sendiri sebagai berikut:
1) Ada dua pihak yang saling berhadapan untuk saling berpendapat
mengenai satu isu, 2) Setiap pembicara diberi hak dan waktu yang sama
untuk mengemukakan pendapatnya, 3) Argumentasi dalam debat harus
terstruktur, dan 4) Setiap pihak berdiri sebagai pribadi namun bagian dari
sebuah tim.2[2]
Menurut Robert Brandham seorang pedebat yang baik harus menguasai
empat prinsip yaitu: kompetitif, percaya diri, bersahabat dan meyakinkan.
Berdebat bukan semata-mata menjelaskan sesuatu dengan detil dan terinci,
akan tetapi, seorang pedebat yang sedang berbicara di depan juri; dia
mencoba untuk meyakinkan para juri tersebut dengan argumentasinya. Agar
mampu menjelaskan argumentasinya dengan meyakinkan maka seorang
pedebat harus mempunyai pengetahuan yang luas tentang segala hal.
Dengan pengetahuan yang luas tentang segala hal itu mereka akan mampu
menganalisis secara kritis sebuah masalah dengan baik. Untuk itu diperlukan
kemampuan menganalisis masalah dengan baik agar dapat beradu
argumentasi dengan tepat dan menyerang kelemahan pendapat lawan
bicara. Jadi seorang pedebat harus mampu berpikir secara kritis. 3[3]
Dari serangkaian pendapat di atas, kegiatan berdebat adalah kegiatan yang
menunjukkan kemampuan seseorang dalam bertukar pendapat,
menyampaikan buah pikiran atau ide dan menyanggah pendapat orang lain
dengan kritis yang ditinjau dari isinya (matter), penampilannya (manner),
dan metodenya (method).
3. Hubungan Faktor-Faktor Pembelajaran Bahasa dengan Debat
Penelitian eksperimental dilakukan oleh Uren dari University of London.
Dalam pelatihannya Uren memberikan sebuah bacaan kepada mahasiswa
2
3
4
5
6
Survei oleh penulis menyimpulkan bahwa debat secara positif dan signifikan
berpengaruh terhadap kemampuan berpikir kritis siswa dan terhadap keekstroversian siswa (merupakan faktor psikologis yang diyakini berpengaruh
sangat kuat pada keberhasilan seseorang dalam menguasai sebuah bahasa
baru).7[7]
Dari serangkain penelitian di atas bisa kita ambil beberapa manfaat
debat antara lain:
1. Debat merupakan metode belajar bermanfaat bagi peningkatan kemampuan
berpikir kritis: logis, ilmiah, analitis, sintesis, dsb
2. Debat juga bermanfaat bagi perkembangan psikologis siswa seperti: minat,
ke-ekstroversian, motivasi, percaya diri, keberanian, dsb.
3. Debat melatih keterampilan berbahasa siswa (utamanya berbicara dan
menyimak)
4.
kemampuan
berdebat
seseorang
identik
dengan
kemampuan
secara
dominan
menentukan
keberhasilan
seseorang
dalam
bahasa
Inggris
seharusnya
lebih
menekankan
pada
aspek
menolak
pembicaraan,
pendapat
bagaimana
orang
lain,
menyimpulkan
bagaimana
pembicaraan,
membuka
bagaimana
siswa
harus
secara
aktif
berpikir,
berbicara
dan
bergaul
belajar
interaktif
seperti:
diskusi,
role-play,
drama,
debat,
BAB III
FORMAT DEBAT PARLEMEN AUSTRALASIA
1. Gambaran Umum
Format debat ini diadopsi dari format debat yang ada di Parlemen Australia.
Untuk lebih jelasnya gambaran tentang debat yang dimaksud berikut ini
kami berikan sekilas abstraksinya:
a. Pihak Pemerintah (Tim Afirmatif) mengajukan sebuah usulan kepada
Parlemen.
b. Pihak Negatif (Tim Negatif) menyanggah usulan tersebut.
c. Masing-masing pihak berusaha meyakinkan Parlemen (Adjudicator)
bahwa usulannya yang patut diterima.
d. Masing-masing pihak mendapat alokasi waktu yang setara untuk
mengemukakan pandangannya secara bergantian.
e. Parlemen (Adjudicator) melakukan pengambilan suara (voting) untuk
memutuskan usulan mana yang diterima.
2. Pelaku
Para pelaku dalam format debat kompetitif Australasia adalah:
a. Debat dipimpin oleh seorang Ketua Sidang (Chairperson)
b. Tim Afirmatif beranggotakan 3 (tiga) orang
c. Tim Negatif beranggotakan 3 (tiga) orang
d. Ketua Sidang didampingi oleh seorang Pencatat Waktu (Time Keeper)
e. Tim Juri (Adjudicator) dengan jumlah minimal 3 (tiga) orang dan harus
ganjil.
c. Bila Tim Negatif memandang bahwa definisi yang diajukan oleh Tim Afirmatif
tidak sah, Tim Negatif dapat mengajukan keberatan dan mengajukan definisi
baru. Namun dalam hal ini TIDAK dapat dilakukan semata-mata karena Tim
Negatif berpandangan bahwa definisinya sendiri yang lebih tepat.
Ketua Sidang
a. Membuka debat
b. Memperkenalkan masing-masing pembicara dari kedua Tim
c. Mengumpulkan dan memeriksa keabsahan penilaian Tim Juri (Adjudicator)
d. Mengitung suara anggota Tim Juri dan menyimpulkan pemenangnya
e. Mempersilakan Tim Juri mengadakan penjurian oral (oral adjudication)
f. Mengumumkan pemenang
g. Menutup.
Pencatat Waktu
a. Mengamati waktu yang diberikan untuk masing-masing pembicara
b. Memberikan isyarat ketukan satu kali menit sebelum waktu seorang
pembicara habis
c. Memberikan ketukan . setelah waktu tersebut habis bila pembicara masih
meneruskan pidatonya
d. Mencatat dan mengumumkan waktu yang dihabiskan pembicara kepada
pemirsa.
5. Urutan berbicara
Pidato Utama
Pembicara
Pertama
Tim
(Substantial
Afirmatif (A1)
5 menit
Speech)
5 menit
(N1)
5 menit
5 menit
(A2)
5 menit
5 menit
(A3)
Pembicara Ketiga Tim Negatif
(N3)
Pidato Balasan
3 menit
(Reply Speech)
3 menit
BAB IV
PERIHAL ISI DEBAT
1. Topik (Motion)
Topik adalah sebuah pernyataan usulan yang akan diperdebatkan. Tim
Afirmatif akan memberikan argumentasi untuk mempertahankan
usulan/topik tersebut. Tim Negatif harus memberikan argumentasi untuk
menolak usulan tersebut.
Beberapa contoh topik debat:
2. Definisi
Tim Afirmatif harus mendefinisikan topik yang diajukan dengan:
a. Memberikan gambaran yang jelas dan lugas mengenai topik yang
dibicarakan
b. Membatasi lingkup pembicaraan dengan menetapkan batas yang jelas
Hal ini untuk mencegah perdebatan yang tidak jelas karena adanya
perbedaan
persepsi
pada
kedua
belah
pihak
mengenai
dibicarakan.
Beberapa contoh penyusunan definisi:
Topik : Bahwa sesuatu yang pernah naik harus pula turun.
topik
yang
Dengan demikian topik itu mengandung inti bahwa siapa saja yang naik
(menerima kekuasaan) sebagai presiden RI suatu waktu harus turun
(menyerahkan kembali kekuasaannya).
Oleh karena itu definisi yang diajukan adalah: Bahwa jabatan kepresidenan
RI harus dibatasi sebanyak 2 periode.
Tim
Afirmatif
kemudian
harus
mengajukan
argumentasi
mengenai
Fakta bahwa manusia akan mati bila tidak makan dan minum, misalnya tidak
dapat diperdebatkan karena betul secara hakiki.
b. Definisi tautologis atau berputar
Terjadi bila definisi disusun sedemikian rupa sehingga tidak mungkin secara
logis dapat dinegasikan.
Contoh:
Topik yang diajukan: Bahwa teknologi mengakibatkan rusaknya etika kerja.
Teknologi didefinisikan sebagai: segala kemajuan ilmu pengetahuan yang
membuat hidup menjadi lebih mudah dan nyaman sehingga merusak etika
kerja.
Karenanya definisi keseluruhan (tauologisnya) akan berbunyi : Bahwa segala
kemajuan ilmu pengetahuan yang membuat hidup menjadi lebih mudah dan
nyaman sehingga merusak etika kerja mengakibatkan rusaknya etika kerja.
C. Squirelling
Terjadi bila definisi tidak sesuai dengan topik atau tidak memiliki kaitan yang
logis dengan topik.
Contoh:
Topik: Bahwa KUD membuka kerja sama dengan Bulog
Tim Afirmatif melakukan squirelling bila mendefinisikan KUD sebagai
Khusus Untuk Dikau dan Bulog sebagai Bukan Ulah Gay. Karena jelasjelas bahwa topik yang diajukan adalah hubungan antara Koperasi Unit Desa
dan Badan Urusan Logistik.
3. Pembatasan Ruang dan Waktu
Pokok permasalahan yang diperdebatkan tidak dapat dibatasi pada periode,
waktu dan tempat tertentu.
Contoh:
Membatasi
pembahasan
suatu
pokok
permasalahan
pada
merah
argumentasi
adalah
pikiran
utama
yang
mengaitkan
d. Persiapkan lebih dari satu kasus. Dalam menyusun definisi, pikirkan berbagai
cara pendefinisian. Kemudian bangun argumentasi yang dapat digunakan
untuk menyanggah kasus tersebut satu persatu.
e. Jangan terpaku pada suatu kasus karena itu adalah hasil pemikiran Anda
pribadi.
f.
a. Menunjukkan bahwa argumen lawan didasarkan pada fakta yang salah, atau
interpretasi yang salah mengenai suatu fakta.
b.
Menunjukkan
bahwa
argumen
lawan
tidak
relevan
dengan
upaya
pembuktian topik.
c. Menunjukkan bahwa argumen lawan tidak logis.
d. Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun implikasinya
tidak dapat diterima.
e. Menunjukkan bahwa meskipun argumen lawan benar namun bobotnya tidak
terlalu besar.
Seperti argumen sanggahan juga BUKAN opini semata. Seperti keharusan
tim harus menjelaskan mengapa dan bagaimana keabsahan argumennya,
mereka juga harus menunjukkan bagaimana dan mengapa argumen lawan
dipandang tidak sah.
Berikut ini beberapa panduan menyusun sanggahan:
a. Sebuah argumen lawan dapat saja salah karena fakta dan logikanya. Carilah
penjelasannya, bagaimana itu terjadi dan mengapa terjadi.
b. Sebuah argumen dapat pula kontradiktif dengan argumen pembicara lain
dari tim tersebut, atau merupakan pengulangan dari pembicara lain. Maka
Sebuah
argumen
bisa
saja
benar
tetapi
tidak
relevan.
Cermatilah
pembicaraan tim lawan. Sekiranya hal itu tidak ada relevansinya menurut
pandangan Anda. Tunjukan apanya yang tidak relevan dengan apa dan
mengapa, serta bagaimana bisa tidak relevan.
BAB V
PEMBAGIAN KERJA TIM
Debat adalah kerja tim, oleh karena itu seharusnya ada pembagian kerja
yang jelas antara ketiga pembicara. Sehingga argumen-argumen yang
diajukan penyampaiannya dibagi kepada ketiga pembicara.
A. Pidato Utama
1. Pembicara Pertama
Pembicara pertama berperan menyajikan pemahaman tim tentang mosi dan
menyajikan argumen-argumen pokok untuk memenangkan debat.
A1. Pembicara Pertama Tim Afirmatif
Mendefinisikan topik
Menyanggah A1
2. Pembicara Kedua
Pembicara kedua berperan menyajikan argumen-argumen pokok untuk
memenangkan debat.
A2. Pembicara Kedua Tim Afirmatif
N1
argumen
(pembicara
dan
materi
pertama
Tim
baru/tidak
Negatif).
sekedar
N2
mengulang
bertugas
untuk
3. Pembicara Ketiga
Tugas utama pembicara ketiga adalah menyanggah tim lawan.
A3. Pembicara Ketiga Tim Afirmatif
Menanggapi dan menyanggah argumen N1 dan N2 terutama mengenai halhal yang belum sempat ditanggapi oleh A1 dan A2
Pembicara tidak boleh mengajukan materi baru, dan tidak boleh pula
melakukan penyanggahan terhadap pokok-pokok yang disampaikan dalam
pidato utama.
baru.
Pembicara
ketiga
dalam
posisi
seperti
ini
hanya
BAB VI
TEKNIK MERUMUSKAN SEBUAH KASUS
Bab ini akan membahas dan menjelaskan aspek-aspek penting yang
diperlukan oleh para pedebat dalam membangun sebuah kasus yang akan
diangkat menjadi bahan perdebatan dalam kompetisi yang menggunakan
format debat Parlemen Australasia. Penyajian materi melalui kasus per kasus
dengan harapan agar lebih mudah untuk dianalogkan untuk memunculkan
kasus-kasus baru. Contoh-contoh yang digunakan hanyalah sekedar
gambaran untuk memahami lomba debat. Untuk menumbuhkan kasus baru
sangat ditentukan oleh kreatifitas seseorang untuk bersikap kritis,
mengidentifikasi, bertanya dan bertanya terus menerus serta berusaha
menggali fakta-fakta yang berserak di lautan luas khasanah kehidupan kita.
Setelah dilakukan pengundian untuk menentukan tim mana yang menjadi
tim Affirmatif (Tim Afirmatif) dan Tim Negatif (Tim Negatif), maka selanjutnya
kedua tim harus menentukan topik mana yang akan mereka perdebatkan.
Panitia akan menyediakan tiga buah topik untuk dipilih.
Topik merupakan pernyataan atau kalimat lengkap, bukan dalam bentuk
frase atau pertanyaan.
Contoh: A. Bahwa kita harus memberikan kesempatan kepada Laksamana
Sukardi.
B. Bahwa dunia itu berbentuk bulat.
Setelah memilih topik maka masing-masing tim akan diberikan waktu selama
30 menit untuk mendiskusikan dan merumuskan kasus mereka. Dalam
waktu
30
menit
itu,
masing-masing
tim
tidak
diperkenankan
untuk
argumentasi.
Pembicara
kedua
dan
ketiga
perlu
keseluruhan
akan
menjadi:
Rakyat
Indonesia
seharusnya
waktu
sekarang).
yang
jelas
(memberikan
hal
ini
mereka
dan
menyatakan
bahwa
Pihak
Affirmatif
melakukan
kepada para
Premis kedua: Agar pemerintahan bebas dari KKN pemimpinnya, menterimenterinya harus pula bersih dari KKN.
Kesimpulan awal: Rakyat Indonesia membutuhkan seorang menteri yang
bebas dari KKN.
Premis ketiga: Laksamana Sukardi tidak bebas dari KKN.
Kesimpulan: Rakyat Indonsia memerlukan menteri lain selain Laksamana
Sukardi.
Premis satu tidak memerlukan banyak argumentasi untuk membuktikannya.
Premis dua mungkin memerlukan beberapa teori politik atau data-data untuk
mendukungnya. Kedua premis itu membuktikan kesimpulan awal. Premis tiga
memerlukan bukti yang kuat. Kalau ketiga premis terbukti maka dengan
logika silogisme kesimpulannya akan terbukti.
Contoh B. Bahwa dunia berbentuk kotak
1. Teknik membuat definisi
Topik: Bahwa dunia berbentuk kotak.
Untuk Tim Affirmatif
Topik bahwa dunia berbentuk kotak tidak mungkin didefinisikan apa adanya.
Jenis topik metafora yang biasanya ditemukan di dalam babak humor, dapat
didefinisikan bermacam macam, selama mereka dapat diperdebatkan.
Kita mendefinisikan dunia sebagai kehidupan secara keseluruhan, dan
karena kehidupan memiliki berbagai macam segi, kita akan memiliki dua
aspek yang berhubungan di dalam hidup: agama dan perkawinan. Sebuah
kotak adalah suatu bentuk geometris yang memiliki empat garis lurus dan
empat sudut. Hal ini melambangkan sesuatu yang tidak bisa diubah. Agama
adalah seperangkat dogma yang berdasarkan atas kepercayaan akan
adanya Yang Maha Kuasa (agama monotheisme). Agama memiliki peraturan
yang tegas dan harus diikuti dan dijalankan oleh penganutnya tanpa
disanggah lagi.
Kita akan mendefinisikan sebagai bahwa seseorang seharusnya tidak
menikah dengan penganut agama
ini
dapat
diperdebatkan,
karena
mengandung
truisme,
atau
BAB VII
PENILAIAN DALAM LOMBA DEBAT PARLEMEN AUSTRALASIA
Penilaian dalam lomba debat harus dilakukan sebagaimana pandangan
orang pada umumnya. Dasar penilaian adalah pengetahuan mengenai topik
yang diperdebatkan. Oleh karena itu bagi seorang ahli debat pengetahuan
yang luas dan holistik tentang segala hal adalah suatu keharusan. Pedebat,
seperti halnya seorang pegolf atau atlet bola sodok, harus terampil untuk
memandang sebuah kasus dari segala penjuru. Pedebat juga harus ahli
menghitung-hitung peluang yang memungkinkan untuk melahirkan argumen
yang paling tidak mungkin untuk disanggah tim lawan. Keterampilan ini
hanya bisa dikembangkan dengan banyak-banyak membaca tentang apa
saja.
Demikian juga halnya dengan juri lomba debat, untuk bisa menilai dengan
baik seorang juri debat juga harus berpengetahuan luas dan memahami
tentang segala hal. Juri harus tahu dan yakin bahwa argumen yang
disampaikan oleh pedebat itu benar-benar sesuai dengan fakta pengetahuan
yang dipunyai. Dalam kondisi seperti ini maka feeling of scoring juri satu
dengan yang lain akan sama.
Ada 3 (tiga) fungsi penting yang harus dilakukan oleh juri:
1. Menentukan tim mana yang menang
2. Memberikan penjelasan mengapa ia memberikan keputusan tersebut
3. Memberikan kritik yang membangun dan saran bagi para pedebat.
Hal-hal yang harus diingat selama melakukan penjurian:
a. Keputusan mengenai pemenang ditentukan oleh juri, bukan oleh nilai yang
diberikan. Jadi nilai yang diberikan menunjukkan keputusan juri, bukan
menentukan keputusan juri tersebut.
b. Ketika menjelaskan keputusan Anda, tekankan pada perbedaan penting
antara kedua tim. Kemampuan yang harus dimiliki oleh seorang juri adalah
kemampuan untuk membandingkan kualitas kedua tim.
c. Juri harus spesifik dalam menilai kualitas dari kasus tersebut dibandingkan
dengan kasus lawannya dan elemen-elemen penting dari kasus tersebut
yang menentukan keputusannya.
d. Penjelasan yang diberikan harus disesuaikan dengan dengan pengalaman
pedebat. Untuk menilai pedebat yang lebih berpengalaman, maka penjurian
akan lebih ditekankan pada hubungan antara argumen dan struktur dari
kasus yang ada. Para pemula akan berharap untuk menerima komentar
mengenai gaya berbicara yang digabung dengan kritik yang bersifat
membangun.
e. Kritik yang diberikan sebaiknya menggunakan istilah-istilah yang dapat
membangkitkan semangat. Para juri berkewajiban untuk memberikan kritik
yang bersifat membangun, mendukung, dan memberikan semangat.
Penjurian verbal sebaiknya tidak bersifat sarkastik, memojokkan, dan
menghina.
Ada 3 (tiga) hal yang dinilai dalam sebuah lomba debat yaitu:
1. Penilaian terhadap Materi (Matter)
2. Penilaian terhadap Metode (Method)
3. Penilaian terhadap Sikap (Manner)
Untuk gampang mengingatnya ketiga hal itu biasanya dihafalkan dengan 3
M.
1. Penilaian terhadap Materi
pembukaan
yang
menarik
sehingga
menarik
perhatian
penonton
2. Pernyataan yang jelas dan masuk akal mengenai arah pidato tersebut
3. Urutan ide yang logis yang menunjukkan argumen yang jelas dari
pembicara
4. Penggunaan waktu yang proporsional secara keseluruhan sehingga
dapat dihindari kemungkinan terjadinya penggunaan waktu yang
berlebihan (over-time) maupun yang kurang (undertime)
5. Kesimpulan atau ringkasan yang penting dari isi pidato.
b. Struktur dan urutan dari keseluruhan kasus: sebuah pendekatan keseluruhan
lebih baik daripada sekumpulan argumen yang berdiri sendiri.
c. Tanggapan terhadap dinamika debat
3. Penilaian terhadap Sikap
a. Penilaian terhadap Sikap mencakup :
1. Cara berbicara dihadapan publik (public speaking)
2. Cara presentasi dari kasus
b. Perlu diperhatikan adanya efektifitas setiap pembicara
c. Unsur dari sikap yang harus diperhatikan: vokal, penggunaan bahasa,
penggunaan catatan, kontak mata terhadap juri, dan penonton, gerak tubuh,
cara berdiri, pakaian, ketulusan dan humor.
Tentang Definisi:
a. Definisi proposi harus masuk akal:
1. Definisi harus jelas dan memiliki hubungan yang logis dengan topik
2. Definisi harus bisa diperhatikan
b. Negatif hanya dapat menolak definisi berdasarkan:
3. Truistik/tautologis (tidak dapat diperdebatkan)
4. Squirreling (tidak memiliki hubungan logis dengan topik)
5. Pembatasan ruang dan waktu
c. Perhatikan sanggahan walaupun demikian (even if argument) dalam
sebuah debat dengan penolakan definisi.
5. Pidato Penutup
a. Pembicara penutup memberikan gambaran terhadap jalannya debat :
1. Pertentangan yang ada
2. Apa yang telah diberikan oleh timnya
3. Apa yang coba dibuktikan oleh tim lawan
4. Alasan mengapa timnya harus menang
b. Pidato penutup bukan sanggahan; argumen baru dilarang dalam pidato
penutup
6. Kesalahan yang biasa terjadi:
Metode
13
14
15
16
17
Arti Penilaian
Kurang sekali
Kurang
Rata - rata
Bagus
Bagus sekali
Selisih nilai (margin) antara kedua tim harus berada antara 1 sampai 12
Selisih Nilai
14
Debat
Arti Penilaian
yang cukup berimbang
mungkin
mengalami
saja
kegagalan
telah
dalam
BAB VIII
PERIHAL PENYELENGGARAAN LOMBA DEBAT BAHASA INGGRIS
1. Menentukan sistim pertandingan
Pada dasarnya sistim pertandingan dalam debat bahasa Inggris sama
dengan sistim pertandingan pada penyelenggaraan kegiatan olahraga lain
seperti sepakbola, volley ball dan sebagainya. Jenis alternatif pemilihan
model lomba ada 3 (tiga) yaitu: sistim kompetisi penuh, setengah kompetisi
dan sistim gugur. Namun dari ketiga jenis sistim perlombaan tersebut yang
paling sesuai dengan karakteristik lomba debat bahasa Inggris yang
menuntut keterbukaan dan kesetaraan bagi setiap tim untuk bertemu dan
bertanding dalam jangka waktu lomba yang umumnya singkat adalah Sistim
Setengah Kompetisi.
Kelebihan sistim lomba debat setengah kompetisi antara lain:
1. Membuka peluang bagi setiap tim debat untuk saling bertemu
2. Memungkinkan hanya tim yang terkuat saja yang akan masuk ke babak
selanjutnya
3.
Membuka peluang bagi tim yang pernah kalah untuk menang pada
pertandingan selanjutnya
lomba sebanyak 10 tim maka jumlah ronde pada babak penyisihan adalah 3
(Ronde I, Ronde II, dan Ronde 3). Hal ini karena jumlah 10 tim paling
mendekati dengan perhitungan matematis32 = 9. Jadi berapa jumlah ronde
untuk jumlah peserta 28 Tim?
Pada
permulaan
ronde
pertama
dilakukan
dulu
pengundian
untuk
1.
Jawa Barat
2. Jawa Timur
3.
DKI
4. NTT, dst
Setelah Ronde I berakhir maka dilakukan listing yang kedua. Listing adalah
proses menentukan lawan bertanding selanjutnya dengan mempertimbangkan tiga hal berikut yaitu: angka kemenangan (victory point), margin dan
skor yang diberikan juri. Untuk listing kedua, ketiga dan seterusnya dilakukan
sebagai berikut:
1. Tim yang menang atau yang jumlah angka kemenangannya paling besar
ditempatkan di posisi paling atas
2. Jika jumlah angka kemenangan masih sama maka listing ditentukan oleh
besar kecilnya margin; margin yang lebih besar berhak menduduki posisi
yang lebih di atas. Namun perlu diketahui bahwa margin kalah dihitung
minus
(-)
sedangkan
margin
menang
dihitung
plus
(+).
Jadi
ada
Jika jumlah angka kemenangan dan margin masih sama maka listing
ditentukan oleh jumlah skor yang diperoleh. Skor yang lebih besar berhak
menduduki posisi yang lebih di atas.
Demikian listing dilakukan untuk Ronde II, III dan seterusnya.
Setelah ronde terakhir dari babak penyisihan (preliminery round) berakhir
maka dilakukan listing yang terakhir. Dari hasil listing terakhir ini kemudian
diambil 8 tim terbaik papan atas yang berhak masuk ke babak perdelapan
besar (Quarter Final). Namun jika jumlah tim banyak sekali lebih dari 32 tim
misalnya maka idealnya dilakukan Babak perenambelas besar (Octo Final)
untuk lebih memperbesar peluang peserta saling bertemu selain juga untuk
lebih memperketat persaingan antar tim. Untuk melakukan Octo final perlu
dipertimbangkan jumlah juri, waktu, tenaga serta akibat langsung maupun
tidak langsung yang ditimbulkan oleh adanya jumlah pertandingan yang
semakin banyak.
Sejak babak perenambelas besar, babak perdelapan besar, babak semi final
sampai babak final dan grand final berlaku sistim gugur. Dalam babak-babak
ini yang ada hanya menang atau kalah; menang berarti akan terus
melaju ke babak selanjutnya; kalah berarti harus rela menjadi penonton dan
berharap di kemudian hari lebih baik lagi. Mengingat begitu berharganya
1.
2.
DKI
Jawa Barat
3.
Sumut
4.
Bengkulu
5.
Jatim
6. Jateng
7. Yogyakarta
8. NTT
9. Bali
10. Sulsel
Dengan cara seperti ini maka hanya tim yang benar-benar solid dan kuat
yang akan mampu meraih kemenangan demi kemenangan.
2. Mempersiapkan mosi
Salah satu bagian yang berpengaruh sangat besar terhadap kualitas
penyelenggaraan lomba debat adalah ketersediaan mosi atau topik debat
yang cukup dan bermutu serta bagus untuk diperdebatkan. Untuk membuat
mosi yang baik diperlukan kejelian kita untuk menangkap isu yang sedang
berkembang di sekitar kehidupan kita, di tengah masyarakat baik lokal,
nasional maupun internasional.
kalimat yang tidak utuh dengan diawali kata that atau That House Believe
That atau Be it resolved that dan sebagainya yang menunjukkan bahwa
sebuah isu itu masih mentah, mengambang, belum terjawab dan masih
menjadi perbincangan yang sengit serta mengandung sikap bi-polar; pro
dan kontra, atau setuju dan tidak setuju.
tim
atau
mini
debat
di
antara
beberapa
anggota
panitia
ada 7
babak misalnya maka paling tidak harus disediakan 21 mosi dari berbagai
tema. Lebih banyak mosi semakin bagus sehingga memungkinkan pemilihan
mosi yang benar-benar baik dan bermutu. 21 buah mosi itu didistribusikan
sebagai berikut:
Babak Penyisihan
Ronde 1
3 mosi
Ronde 2
3 mosi
Ronde 3
Babak Perdelapan besar
Babak Semi Final
Babak Final (untuk Juara III, IV)
Babak Grand Final (untuk Juara I,II)
Jumlah mosi yang dibutuhkan
3 mosi
3 mosi
3 mosi
3 mosi
3 mosi
21 mosi
Mosi yang sudah ditawarkan kepada peserta dalam satu babak tidak boleh
lagi ditawarkan pada babak selanjutnya. Mosi yang ditawarkan juga tidak
boleh diangkat dari lebih dari satu tema, dengan kata lain, mosi yang
ditawarkan harus dari tema yang sama. Spirit of Debatedimaksudkan agar
pada setiap babak selalu terdapat kesamaan tema sehingga ada fokus
pemikiran terhadap satu tema yang sama dari semua tim debat, meskipun
mosi antara ruang debat satu dengan yang lain tidak sama namun tema
yang digunakan sama; setidaknya hal ini bisa membantu peserta untuk bisa
melangkah secara terarah dan terencana berjalan dari satu tema ke tema
yang lain dan untuk menghindari adanya kebingungan di antara peserta
berkenaan dengan tema-tema debat pada setiap babak selanjutnya.
Penawaran mosi untuk setiap babak dilakukan secara bertahap. Masingmasing untuk setiap babak ditawarkan 3 (tiga) buah mosi kepada kedua tim
yang akan bertanding. Setiap tim diminta untuk menentukan prioritas dari
ketiga mosi tersebut yaitu Prioritas 1, Prioritas 2 dan Prioritas 3. Kecocokan
prioritas tertinggi yang diajukan dari masing-masing tim menentukan mosi
mana yang akan dipakai dalam setiap babaknya. Misalnya: dalam sebuah
babak perdelapan besar bertemu Tim Bengkulu melawan Tim Jatim. Panitia
menawarkan 3 (tiga) buah mosi dari tema "Tourism" yaitu:
1. That tourism equals over exploitation of nature.
2. That tourism threatens our culture.
3. That tourism is the way to overcome our economical crisis.
Prioritas dari masing-masing kedua tim debat yang akan bertanding
menghasilkan distribusi data matematis sebagai berikut:
Prioritas
Prioritas I
Prioritas II
Prioritas III
Kesimpulan:
Tim Bengkulu
2
3
1
Tim Jatim
1
2
3
mosi yang akan dipakai adalah mosi yang nomor 2 karena mosi nomor 2
setingkat lebih tinggi dari pada mosi 3.
Tim Bengkulu
1
3
2
Tim Jatim
3
1
2
Maka kedua tim harus melakukan lot. Lot bisa dilakukan dengan koin mata
uang recehan. Kedua tim diminta memilih "gambar" atau "angka", koin
dilemparkan, muka koin yang muncul memberikan peluang bagi sebuah tim
untuk memilih mosi yang akan dipakai.
Demikian seterusnya dilakukan untuk setiap babaknya.
lomba
debat
adalah
berkenaan
dengan
penjuriannya.
2.
harus dicari dan diberikan hanya kepada orang yang memenuhi persyaratan
pemilihan juri seperti telah disebutkan di atas atau hanya untuk juri yang
mempunyai "jam terbang" tinggi atau berpengalaman atau sudah ahli.
Dengan melihat ketentuan di atas, selanjutnya kita bisa memperkirakan
jumlah juri secara keseluruhan untuk sebuah penyelenggaraan lomba debat
bahasa Inggris. Perlu untuk diketahui bahwa jumlah juri yang diperlukan
terkait sangat erat dengan jumlah tim peserta lomba debat. Artinya semakin
banyak tim peserta lomba semakin banyak juga juri yang harus disediakan
panitia lomba. Misalnya untuk jumlah tim peserta 16 tim dan jumlah juri
setiap babaknya 3 orang, maka jumlah juri yang diperlukan minimal adalah
sejumlah 16/2 X 3 = 24 orang juri. Sekarang mohon anda perhitungkan
berapa juri yang dibutuhkan untuk jumlah tim peserta lomba sebanyak 30
tim?
Sebagai langkah antisipasif perlu juga ditambahkan beberapa juri cadangan
untuk menjaga kemungkinan adanya hal-hal yang tidak diperhitungkan pada
saat
lomba
berlangsung.
Jumlah
juri
cadangan
bervariasi
menurut
untuk
sekedar
menyederhanakan
kompleksitas
permasalahan
kebutuhan juri lomba debat dan sekaligus dalam rangka efektifitas dan
kita
dalam
meraih
kesuksesan
sebagai
panitia
time
keeper).
Mereka
berdua
bertanggungjawab
untuk
pertandingan mulai dari bagi mosi (giving motion), menentukan posisi tim
Afirmatif atau Negatif (positioning), menjaganya pada saat Case Building,
mengantarkan kedua tim yang akan bertanding dari dan ke ruangan tempat
lomba
akan
dilakukan,
mengumpulkan
dokumen
menyerahkan
hasil
lembar
penilaian,
penilaian
mengecek
kepada
juri,
dokumen,
dan
banyak
dan
banyak
tidaknya
ruangan
yang
dibutuhkan
tergantung sepenuhnya dari banyak dan sedikitnya tim peserta lomba. Jika
jumlah peserta 30 tim maka akan diperlukan ruangan sejumlah 30/2 = 15
ruangan. Sekarang silahkan dihitung berapa ruangan yang diperlukan untuk
lomba debat dengan jumlah peserta 48 tim?
5.2. Akomodasi dan transportasi peserta lomba
Untuk menyelenggarakan sebuah event lomba debat dengan skala yang luas
dan menjangkau peserta dari berbagai wilayah memerlukan persiapan yang
memadai agar tercipta suasana lomba yang mendukung proses lomba itu
sendiri. Untuk itu perlu juga diperhitungkan ketersediaan akomodasi dan
transportasi dari tempat penginapan peserta ke arena lomba. Faktor ini
terbukti berperan besar bagi penciptaan kesuksesan penyelenggaraan
sebuah lomba debat yang berkesan karena peserta debat tidak mungkin bisa
secara maksimal mengembangkan materi debatnya misalnya jika perut
dalam keadaan lapar, jika terlampau lelah di perjalanan dari dan ke arena
lomba dan sebagainya. Setidaknya peserta tidak terbebani hal-hal di luar
aktifitas debat itu sendiri yang berdampak buruk bagi kondisi fisik dan
mentalnya.
Oleh karena itu perlu disiapkan konsumsi seperti snack, makan siang,
minuman dan sebagainya. Panitia bisa mengutip biaya untuk hal-hal seperti
ini, artinya bahwa biaya pendaftaran peserta lomba kalau perlu menjangkau
di
tingah
jalan
dan
sebagainya.
Untuk
itu
panitia
perlu
untuk
kita
ketahui
bersama
sehingga
pada
saat
berat
namun
lebih
merasa
sebagai
sebuah
aktifitas
yang
menyenangkan dan mengesankan bagi anda sendiri dan juga peserta dan
pengunjung.
BAB IX
PANDUAN SINGKAT BAGI JURI
DEBAT
Untuk
menilai
sebuah
lomba
yang
harus
pengetahuan
tentang
memiliki
cukup
atau
wawasan
isu-isu
yang
diperdebatkan
dan
3)
harus
debat
pengetahuan
baik
dari
sisi
maupun
untuk
menghindari
atau
berdasarkan
penilaian
adanya
yang
pendapat-
Juri membuat keputusan, bukan atas dasar angka (skor) penilaian; namun
angka (skor) tergambarkan melalui keputusan juri, bukan skor yang
membuat keputusan.
Seorang juri seharusnya secara khusus menimbang tim mana yang lebih
unggul, tim mana lebih berkualitas, dan menilai elemen-elemen kasus
penting
apa
saja
yang
sangat
erat
kaitannya
dengan
pengambilan
Kritik dan saran diarahkan untuk membangun tim debat; juri mempunyai
tugas untuk membangun, mendukung, dan memacu semangat para
pedebat.
Menilai isi (matter):
Pendapat yang disampaikan para pedebat harus logis dan relevan dengan
topik/mosi yang sedang diperdebatkan.
meliputi
pernyataan/penegasan,
(ARE
alasan-alasannya
serta
bukti-buktinya
Juri
harus
melihat kasus
yang valid
dan kasus
yang tidak
valid
apa
yang
seharusnya
diperlukan
untuk
membahas
kasus
yang
bisa
dibuktikan/dipahami
hanya
setelah
kita
yang
ditampilkan
oleh
sebuah
tim;
contohnya:
sebuah
pendekatan
berdasarkan
tema
lebih
berkualitas
daripada
sekedar
Definisi itu harus mempunyai kaitan yang jelas dan logis terhadap topik/mosi
debat (spirit of the motion)
Definisi harus bisa diperdebatkan (ada sisi pro dan kontra).
Pidato Balasan:
Pembicara
(bisa
pembicara
pertama
atau
kedua)
memaparkan
Tidak ada keputusan lomba dengan hasil seri; harus ada pemenangnya.
Metode
(Method)
13
14
30
31 - 32
15
16
33
17
Arti
Kurang sekali
kurang dibawah ratarata
Rata-rata
Di atas rata-rata
bagus
Bagus sekali
Rentang Margin skor kedua tim harus berada di antara 1 sampai 12.
Selisih skor
(Margin)
Arti
14
5-9
10 - 12
BAB IX
POINT OF INFORMATION (POI)
Pada saat kami menatar guru-guru atau siswa SMK baik pada penataran
internal di PPPG Kejuruan Jakarta maupun pada saat menatar di berbagai
daerah muncul pertanyaan kritis dari mereka. Pada intinya guru atau siswa
itu mempertanyakan mengapa model debat Parlemen Australasia itu tidak
seperti yang mereka bayangkan sebelumnya. Mereka mendefinisikan debat
sebagai aktifitas bertukar pikiran secara aktif antara si pembicara dengan
lawan bicara saling bergantian berbicara menyampaikan pendapatnya
(komunikasi dua arah).
Namun yang terjadi dalam model debat Parlemen Australasia tampak seperti
sekumpulan orang yang berpidato secara bergantian tanpa ada komunikasi
dua arah dari lawan bicaranya. Justru inilah kekuatan dari Parlemen
Australasia, kebanyakan orang menilai Australasia sebagai model lomba
debat yang paling dasar, lebih mudah untuk diterapkan dan masih berperan
besar dalam memberikan dasar-dasar teknik berdebat. Dari pertanyaanpertanyaan dan pemikiran seperti itu kemudian muncul POI yang bisa
menjembatani bagi sebuah lomba debat yang lebih menarik, lebih hidup,
lebih menantang dan lebih menyerupai dengan definisi debat yang
dilontarkan oleh para guru dan siswa di atas.
Pada hakekatnya point of information adalah sebuah teknik menyanggah
(rebuttal) dalam debat dengan melihat sisi lemah, kekurangan, atau
kesalahan dari argumentasi yang dibuat oleh lawan bicara. Teknik ini diambil
dari model debat yang ada di beberapa asosiasi debat di Inggris. Dari
berbagai sisi POI justru dianggap sebagai unsur baru dalam berdebat yang
bisa membuat suasana debat menjadi lebih hidup karena lawan bicara bisa
memberikan satu atau dua sanggahan secara langsung kepada si pembicara.
Dalam POI pada saat seseorang sedang berbicara maka lawan bicara bisa
memberikan satu atau maksimal dua sanggahan berupa pertanyaan atau
pernyataan yang bertentangan dengan argumentasi si pembicara. Si
pembicara bisa menerima atau menolaknya tergantung situasi dan kondisi
yang dialaminya namun secara keseluruhan si pembicara harus menerima
satu atau maksimal dua kali POI. Jika sampai waktu bicara habis, si
pembicara tidak menerima POI dari lawan bicara (tim lawan) maka kepada si
pembicara akan dilakukan pengurangan skor. Jadi POI bisa dikatakan sebagai
sebuah sanggahan yang resmi dan dihargai dalam berdebat.
Apabila seorang pedebat ingin melakukan sebuah POI maka dia harus berdiri
dengan tangan kanan diangkat ke atas dan tangan kirinya seakan
memegang bagian bawah belakang kepalanya sambil mengatakan Point of
Information) atau dengan bahasa tubuhnya saja sudah cukup. Dan si
pembicara bisa meresponnya dengan melakukan salah satu dari 3 hal
berikut ini:
1. meminta si penanya untuk duduk kembali.
2. menyelesaikan bicaranya kemudian mempersilakan si penanya
menyampaikan POInya.
3. langsung mempersilahkan si penanya menyampaikan POInya dan kemudian
menjawabnya sesuai dengan apa yang ditanyakan oleh si penanya.
Semua anggota tim lawan bisa memberikan POI secara bersamaan namun si
pembicara bisa menolak semuanya atau memilih satu dari tiga penanya
untuk menyampaikan POInya, sedangkan si penanya yang lain harus segera
duduk kembali. Dan jika seorang penanya tidak dipilih oleh si pembicara,
maka dia tidak boleh ngotot untuk tetap berdiri terus, namun jika sekiranya
jawaban POI yang diberikan si pembicara tidak memuaskan atau si penanya
mempunyai pertanyaan yang lain maka dia bisa berdiri kembali untuk
meminta POI pada kesempatan selanjutnya.
Terkadang tim lawan perlu berdiskusi satu sama lain agar POI yang akan
diberikan tertata dengan baik (tidak tumpang tindih sesuatu yang sudah
dipertanyakan lalu dipertanyakan kembali atau memberikan pertanyaan
yang teramat sederhana yang justru memberi peluang si pembicara untuk
menjatuhkannya di depan publik.
Perlu dipahami bahwa POI yang diberikan secara bertubi-tubi oleh ketiga
anggota tim lawan namun kualitas pertanyaannya rendah/tidak bagus di
satu sisi memang membuat perdebatan semakin ramai dan agresif tapi jika
ini dilakukan oleh sebuah tim bisa jadi juri akan melihat ini sebagai sesuatu
yang tidak baik (terkesan sebagai POI yang asal-asalan) yang justru
berkesan tidak baik. Dalam istilah debat ini disebut barracking atau
melakukan POI asal teriak, asal ngomong atau asal POI.
POI biasanya berbentuk dua jenis yaitu: (1) berbentuk pertanyaan kepada si
pembicara tentang sesuatu atau (2) berbentuk komentar/pernyataan tentang
sesuatu yang tentu saja bisa menyudutkan pendapat si pembicara.
Kebanyakan tim menggunakan POI berbentuk komentar atau pernyataan
karena POI yang berbentuk pertanyaan sering dianggap sebagai POI yang
kualitasnya rendah dan justru seringkali menunjukkan
kebodohan/ketidaktahuan si penanya yang cenderung identik sebagai
barracking POI.
Sebuah POI harus jelas dan singkat. Waktu normal yang diberikan kepada si
penanya adalah 10 sampai 15 detik, jika lebih dari waktu normal maka si
pembicara bisa menyuruhnya duduk kembali atau jika sebelum waktu
normal habis tapi idenya sudah bisa dipahami, maka si pembicara bisa
mengatakan OK, I know what you mean dan kemudian langsung
meresponnya. Ingat bahwa si pembicara juga perlu mengelola POI yang akan
diterimanya selaras dengan waktu bicaranya yang juga sangat singkat. Jadi
harus secara efektif dia mengukur dirinya kapan harus menerima POI,
menerima atau menolaknya dan jangan lupa mempertinbangkan berapa
waktu yang dibutuhkan untuk meresponnya.
MENILAI SEBUAH POI
Sebenarnya sangatlah mudah sekali untuk menilai jawaban atas sebuah POI
karena setiap jawaban POI pastilah terkait erat dengan isi pidato si
pembicara dan di situlah jawabannya. Namun yang sering kali jadi masalah
adalah bagaimana memberikan nilai POI kepada seorang pembicara yang
sudah menyelesaikan pidatonya dan kemudian dia tidak akan tampil
kembali. Ini yang sering dipertanyakan oleh guru-guru atau siswa.
Pada saat menambahkan nilai POI perlu kehati-hatian dari setiap juri karena
ada kemungkinan jika margin antara kedua tim relatif kecil maka
penambahan nilai atas POI ini bisa merubah keputusan juri. Oleh karena itu
apabila terjadi penambahan nilai yang secara signifikan bisa merubah
keputusan juri, perlu dilakukan peninjauan kembali atas nilai yang sudah
diberikan untuk sebuah tim secara keseluruhan. Ingat bahwa keputusan juri
tidak boleh bertentangan dengan nilai yang diberikan artinya tidak mungkin
seorang juri memenangkan tim afirmatif jika jumlah skornya lebih sedikit dari
tim negatif. Biasanya jalan keluarnya adalah dengan tidak menambahkan
nilai POI bagi sebuah tim artinya dengan tidak menambahkan nilai itu sendiri
sudah berarti juri menambahkan nilai bagi sebuah tim karena POI pada
intinya juga bagaimana menilai/menskor pidato seorang pembicara itu naik
atau turun.
Sebagai ringkasan atas pembahasan POI di atas sebagai berikut:
1. Komponen utama dari pidato si pembicara adalah pidatonya sendiri. Ini
berarti POI memang berdampak menambah atau mengurangi skor si
pembicara namun skor akhir yang diberikan juri menunjukkan nilai
keseluruhan penampilan si pembicara dan POI sudah terintegrasi di
dalamnya.
2. POI bisa menambah 1 atau 2 poin jika si penanya menyampaikan POI yang
relatif berkualitas dan baik.
3. Sebaliknya POI bisa juga mengurangi nilai jika:
a. Sebuah tim sama sekali tidak melakukan POI atau melakukan POI dengan
jumlah yang sedikit (di bawah 3 kali)
b. Melakukan POI tapi kualitasnya jelek
c. Si pembicara menerima POI tapi salah atau tidak bagus dalam meresponnya.
Namun, demikian, jangan menilai POI hanya dari sisi jawabannya saja; bisa
jadi jawabannya bagus karena POInya yang jelek atau jawabannya menjadi
tidak bagus (susah untuk dijawab) karena POInya yang bagus. Ini sering
terjadi bila mosinya bagus dan relatif sangat kuat untuk diperdebatkan
Komponen
Pendapat harus logis
1. Interpretasi
2. Definisi
3. Themeline
Pendapat harus relevan dengan topik (parameter harus
terukur ; pendapat yang kuat atau pendapat yang lemah)
Contoh-contoh, bukti-bukti, fakta-fakta, teori-teori, konsep,
konsep, pendapat ahli, atau hasil penelitian/survei dsb yang
mendukung
Kasus harus bermakna (valid atau tidak valid)
Pendapat harus bisa dibuktikan (kasus menggantung)
Pembicara ketiga tidak mengungkap pendapat baru
Tanggapan terhadap dinamika perdebatan
(bantahan/penolakan)
2. Sikap (manner)
3. Tekanan suara
4. Artikulasi
Penggunaan bahasa
1. Kefasihan: pengucapan, kecepatan, intonasi, dsb.
2. Keakuratan: grammar, tata bahasa (English)
3. Fungsi bahasa: menolak, meyakinkan, membuka,
menutup, dsb.
3. Metod
(metode)
diungkapkan
Cara penyajian ide/gagasan: kronologis, spasial, sebab
akibat, dsb.
Penggunaan waktu bicara
Cara menyampaikan tanggapan terhadap dinamika
perdebatan (merespon bantahan/penolakan)
Sebelum
debat
berlangsung,
akan
Affirmatif
Negatif
diundi
(Positif)
(Negatif).
ditunjukkan
tiga
mana
Tim
dan
Tim
Setelah
itu
pilihan
topik
terpilih
menghadap
panitia
debat.
Panitia
topik
yang
akan
dibawakan,
misalnya :
TIM NEGATIF
3
1
2
TIM NEGATIF
3
1
2
Maka panitia harus memilih antara topik 1 atau 3 dengan lemparan koin.
Sisa waktu dipergunakan peserta untuk merumuskan kasus (case building)
atau menyusun strategi mereka.
Waktu 30 menit habis, MAKA debat dapat dimulai dengan :
From the Affirmative Team, acting as the first speaker is . . . . ; acting as the
second speaker is . . . ; and acting as the third speaker is . . . . And the Reply
Speech will be given by . . . .
From the Negative Team, acting as the first speaker is . . . . ; acting as the
second speaker is . . . ; and acting as the third speaker is . . . . And the Reply
Speech will be given by . . . .
to present the speech. After the thirth minute the time keeper will
knock once ( ____ ); after the fifth minute the time keeper will knock
twice (____); and after five minutes and twenty seconds, the time
keeper will knock continously to show that the time is over. When after
five minutes and twenty seconds, the speaker does not stop the
speech, the score will be reduced.
Lampiran 2.
Babak :
LEMBAR PENILAIAN
Ruangan :
Moderator
Pencatat Waktu :
Topik :
Juri :
Proposisi
Pembicara
Nama
Materi
Sikap
Metode
Total
Waktu
Materi
Sikap
Metode
Total
Waktu
Pertama
Kedua
Ketiga
Penutup
Nilai akhir
Oposisi
Pembicara
Nama
Pertama
Kedua
Ketiga
Penutup
Nilai akhir
Pemenang
: Affirmatif/Negatif
Pembicara terbaik
:
Margin :
(
)
Tanda Tangan
Skala Penilaian:
Pembicara substansi (pertama, kedua dan ketiga) dinilai :
Materi
Sikap
27
13
28 29
14
30
15
31 32
16
33
17
Catatan :
Nilai tertinggi
: 83
umum : 70 80
Nilai tengah : 75
Nilai terendah : 67
Skala
Kurang sekali
Kurang
Rata rata
Bagus
Bagus sekali
Nilai secara