BAB II PETROLOGI
Konkordan
Tubuh batuan beku intrusif yang sejajar dengan perlapisan disekitarnya,
jenis jenis dari tubuh batuan ini yaitu :
a. Sill, tubuh batuan yang berupa lembaran dan sejajar dengan perlapisan
batuan disekitarnya.
b. Laccolith, tubuh batuan beku yang berbentuk kubah (dome), dimana
perlapisan batuan yang asalnya datar menjadi melengkung akibat
penerobosan tubuh batuan ini, sedangkan bagian dasarnya tetap datar.
Diameter laccolih berkisar dari 2 sampai 4 mil dengan kedalaman ribuan
meter.
c. Lopolith, bentuk tubuh batuan yang merupakan kebalikan dari laccolith,
yaitu bentuk tubuh batuan yang cembung ke bawah. Lopolith memiliki
diameter yang lebih besar dari laccolith, yaitu puluhan sampai ratusan
kilometer dengan kedalaman ribuan meter.
d. Paccolith, tubuh batuan beku yang menempati sinklin atau antiklin yang
telah terbentuk sebelumnya. Ketebalan paccolith berkisar antara ratusan
sampai ribuan kilometer
Diskordan
Tubuh batuan beku intrusif yang memotong perlapisan batuan
disekitarnya. Jenis-jenis tubuh batuan ini yaitu:
bumi
Berdasarkan warnanya, mineral pembentuk batuan beku ada dua yaitu
mineral mafic (gelap) seperti olivin, piroksen, amphibol dan biotit, dan
mineral felsic (terang) seperti Feldspar, muskovit, kuarsa dan feldspatoid.
b. Klasifikasi batuan beku berdasarkan warnanya yaitu:
1.
2.
3.
4.
10
Para ahli teknik Sipil akan sangat tertarik untuk mempelajari batuan,
disamping fungsinya sebagai bahan bangunan, juga karena perannya
sebagai batuan dasar atau pondasi. Karena itu kepada mereka dianjurkan
untuk dapat mengenal beberapa jenis batuan beku yang utama di
lapangan. Untuk memperoleh data tentang sifat batuan yang diperlukan
oleh para ahli Teknik Sipil, umumnya dilakukan pengujian lapangan dan
studi petrografi (mikroskopis). Data tersebut diperlukan dalam kaitannya
untuk penambangan, konstruksi bawah permukaan atau untuk
menentukan cara-cara membuat bukaan.
Batuan beku juga dapat dikelompokan berdasarkan bentuk-bentuknya
didalam kerak Bumi. Pada saat magma menerobos litosfir dalam
perjalanannya menuju permukaan Bumi, ia dapat menempati tempatnya
didalam kerak dengan cara memotong struktur batuan yang telah ada,
11
atau mengikuti arah dari struktur batuan. Yang memotong struktur disebut
bentuk-bentuk diskordan, sedangkan yang mengikuti struktur disebut
konkordan.
MAGMA
Dalam siklus batuan dicantumkan bahwa batuan beku bersumber dari
proses pendinginan dan penghabluran lelehan batuan didalam Bumi yang
disebut magma. Magma adalah suatu lelehan silikat bersuhu tinggi berada
didalam Litosfir, yang terdiri dari ion-ion yang bergerak bebas, hablur yang
mengapung didalamnya, serta mengandung sejumlah bahan berwujud
gas. Lelehan tersebut diperkirakan terbentuk pada kedalaman berkisar
sekitar 200 kilometer dibawah permukaan Bumi, terdiri terutama dari
unsur-unsur yang kemudian membentuk mineral-mineral silikat.
Magma yang mempunyai berat-jenis lebih ringan dari batuan sekelilingnya,
akan berusaha untuk naik melalui rekahan-rekahan yang ada dalam litosfir
hingga akhirnya mampu mencapai permukaan Bumi. Apabila magma
keluar, melalui kegiatan gunung-berapi dan mengalir diatas permukaan
Bumi, ia akan dinamakan lava. Magma ketika dalam perjalanannya naik
menuju ke permukaan, dapat juga mulai kehilangan mobilitasnya ketika
masih berada didalam litosfir dan membentuk dapur-dapur magma
sebelum mencapai permukaan. Dalam keadaan seperti itu, magma akan
membeku ditempat, dimana ion-ion didalamnya akan mulai kehilangan
gerak bebasnya kemudian menyusun diri, menghablur dan membentuk
batuan beku. Namun dalam proses pembekuan tersebut, tidak seluruh
bagian dari lelehan itu akan menghablur pada saat yang sama. Ada
beberapa jenis mineral yang terbentuk lebih awal pada suhu yang tinggi
dibanding dengan lainnya.
Dalam gambar berikut diperlihatkan urutan penghabluran (pembentukan
mineral) dalam proses pendinginan dan penghabluran lelehan silikat.
Mineral-mineral yang mempunyai berat-jenis tinggi karena kandungan Fe
dan Mg seperti olivine, piroksen, akan menghablur paling awal dalam
keadaan suhu tinggi, dan kemudian disusul oleh amphibole dan biotite.
Disebelah kanannya kelompok mineral felspar, akan diawali dengan jenis
felspar calcium (Ca-Felspar) dan diikuti oleh felspar kalium (K-Felspar).
Akibatnya pada suatu keadaan tertentu, kita akan mendapatkan suatu
bentuk dimana hublur-hablur padat dikelilingi oleh lelehan.
12
Bentuk-bentuk dan ukuran dari hablur yang terjadi, sangat ditentukan oleh
derajat kecepatan dari pendinginan magma. Pada proses pendinginan
yang lambat, hablur yang terbentuk akan mempunyai bentuk yang
sempurna dengan ukuran yang besar-besar. Sebaliknya, apabila
pendinginan itu berlangsung cepat, maka ion-ion didalamnya akan dengan
segera menyusun diri dan membentuk hablur-hablur yang berukuran kecilkecil, kadang berukuran mikroskopis. Bentuk pola susunan hablur-hablur
mineral yang nampak pada batuan beku tersebut dinamakan tekstur
batuan.
Disamping derajat kecepatan pendinginan, susunan mineralogi dari
magma serta kadar gas yang dikandungnya, juga turut menentukan dalam
proses penghablurannya. Mengingat magma dalam aspek-aspek tersebut
diatas sangat berbeda, maka batuan beku yang terbentuk juga sangat
beragam dalam susunan mineralogi dan kenampakan fisiknya. Meskipun
demikian, batuan beku tetap dapat dikelompokan berdasarkan cara-cara
pembentukan seta susunan mineraloginya.
13
samudra akan disusul oleh proses peleburan sebagian dari litosfir (gambar
berikut)
Sumber magma yang terjadi sebagai akibat dari peleburan tersebut akan
menghasilkan magma yang bersusunan asam (kandungan unsur SiO2
lebih besar dari 55%). Magma yang bersusunan basa, adalah magma yang
terjadi dan bersumber dari astenosfir. Magma seperti itu didapat di daerahdaerah yang mengalami gejala regangan yang dilanjutkan dengan
pemisahan litosfir.
Berdasakan sifat kimiawinya, batuan beku dapat dikelompokan menjadi 4
(empat) kelompok, yaitu: (1) Kelompok batuan beku ultrabasa/ultramafic;
(2) Kelompok batuan beku basa; (3) Kelompok batuan beku intermediate;
dan (4) Kelompok batuan beku asam. Dengan demikian maka magma asal
yang membentuk batuan batuan tersebut diatas dapat dibagi menjadi 3
jenis, yaitu magma basa, magma intermediate, dan magma asam. Yang
menjadi persoalan dari magma adalah :
1) Apakah benar bahwa magma terdiri dari 3 jenis (magma basa,
intermediate, asam) ?
2) Apakah mungkin magma itu hanya ada satu jenis saja dan kalau
mungkin bagaimana menjelaskan cara terbentuknya batuan-batuan yang
komposisinya bersifat ultrabasa, basa, intermediate dan asam?
Berdasarkan pengelompokan batuan beku, maka pertanyaan pertama
dapat dibenarkan dan masuk akal apabila magma terdiri dari 3 jenis,
sedangkan pertanyaan kedua, apakah benar bahwa magma hanya ada
satu jenis saja dan bagaimana caranya sehingga dapat membentuk batuan
yang bersifat ultrabasa, basa, intermediate, dan asam?. Untuk menjawab
pertanyaan ini, ada 2 cara untuk menjelaskan bagaimana batuan yang
bersifat basa, intermediate, dan asam itu dapat terbentuk dari satu jenis
magma saja? Jawabannya adalah melalui proses Diferensiasi Magma dan
proses Asimilasi Magma.
14
15
Sebagai contoh suatu magma basa yang menerobos batuan samping yang
berkomposisi asam maka akan terjadi asimilasi magma, dimana batuan
samping akan melebur dengan larutan magma dan hal ini akan membuat
konsentrasi magma menjadi bersifat intermediate hingga asam. Dengan
demikian maka batuan-batuan yang berkomposisi mineral intermediate
maupun asam dapat terbentuk dari magma basa yang mengalami
asimilasi dengan batuan sampingnya. Klasifikasi batuan beku dapat
dilakukan berdasarkan kandungan mineralnya, kejadian / genesanya
(plutonik, hypabisal, dan volkanik), komposisi kimia batuannya, dan indek
warna batuannya. Untuk berbagai keperluan klasifikasi, biasanya
kandungan mineral dipakai untuk mengklasifikasi batuan dan merupakan
cara yang paling mudah dalam menjelaskan batuan beku. Berdasarkan
kejadiannya (genesanya), batuan beku dapat dikelompokkan sebagai
berikut:
1) Batuan Volcanic adalah batuan beku yang terbentuk dipermukaan atau
sangat dekat permukaan bumi dan umumnya berbutir sangat halus hingga
gelas.
2) Batuan Hypabysal adalah batuan beku intrusive yang terbentuk dekat
permukaan
bumi
dengan
ciri
umum
bertekstur
porphyritic.
3) Batuan Plutonic adalah batuan beku intrusive yang terbentuk jauh
dibawah permukaan bumi dan umumnya bertekstur sedang hingga kasar.
4) Batuan Extrusive adalah batuan beku, bersifat fragmental atau
sebaliknya dan terbentuk sebagai hasil erupsi ke permukaan bumi.
5) Batuan Intrusive adalah batuan beku yang terbentuk dibawah
permukaan bumi.
16
Penamaan batuan beku ditentukan berdasarkan dari komposisi mineralmineral utama (ditentukan berdasarkan persentase volumenya) dan
apabila dalam penentuan komposisi mineralnya sulit ditentukan secara
pasti, maka analisis kimia dapat dilakukan untuk memastikan
komposisinya. Yang dimaksud dengan klasifikasi batuan beku disini adalah
semua batuan beku yang terbentuk seperti yang diuraikan diatas
(volkanik, plutonik, extrusive, dan intrusive). Dan batuan beku ini mungkin
terbentuk oleh proses magmatik, metamorfosa, atau kristalisasi
metasomatism.
Penamaan batuan beku didasarkan atas Tekstur Batuan dan Komposisi
Mineral. Tekstur batuan beku adalah hubungan antar mineral dan derajat
kristalisasinya. Tekstur batuan beku terdiri dari 3 jenis (gambar bsamping),
yaitu Aphanitics (bertekstur halus), Porphyritics (bertekstur halus dan
kasar), dan Phanerics (bertekstur kasar). Pada batuan beku kita mengenal
derajat kristalisasi batuan: Holohyaline (seluruhnya terdiri dari mineral
amorf/gelas)), holocrystalline (seluruhnya terdiri dari kristal), dan
hypocrystalline (sebagian teridiri dari amorf dan sebagian kristal).
Sedangkan bentuk mineral/butir dalam batuan beku dikenal dengan
bentuk mineral: Anhedral, Euhedral, dan Glass/amorf.
Komposisi mineral utama batuan adalah mineral penyusun batuan (Rock
forming Mineral) dari Bowen series, dapat terdiri dari satu atau lebih
mineral. Komposisi mineral dalam batuan beku dapat terdiri dari mineral
primer (mineral yang terbentuk pada saat pembentukan batuan /
17
18
19
Warna
: hitam
Kristalinitas : holookristalin
Granularitas
: fanerik
Relasi
: inequigranular
Struktur
: amigdaloidal
Fabric
: subhedral
komposisi mineral:
- hornblende
: 25%
- anorthoclas
: 15%
- piroksin : 25%
- piroksin : 15%
- orthoclas : 20%
kegunaan : sebagai bahan baku industri
2. Gabbro
Warna
: hitam
Kristalinitas : hipokristalin
Granularitas
: afanitik
Relasi
: inequigranular
Struktur
: masive
Fabric
:subhedral
komposisi mineral:
- biotit
: 35%
20
- piroksin : 35%
- kuarsa
: 20%
- olivin
: 10%
kegunaan : sebagai bahan dasar industri
3. Olivine Gabro
Warna
: hijau tua
Kristalinitas : hipokristalin
Granularitas
: fanerik
Relasi
: inequigranular
Struktur
: masive
Fabric
:subhedral
komposisi mineral:
- hornblende
: 15%
- olivin
: 50%
- plagioklas : 10%
- kuarsa
: 5%
- piroksin : 20%
kegunaan : sbg bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
4. Norite
Warna
: hitam
Kristalinitas : holokristalin
Granularitas
: fanerik
Relasi
: inequigranular
Struktur
: masive
Fabric
:subhedral
komposisi mineral:
- hornblende
: 35%
21
- biotit
: 15%
- plagioklas : 10%
- piroksin : 20%
kegunaan : sebagai bahan dasar industri
5. Siderite
Warna
: hitam
Kristalinitas : holokristalin
Granularitas
: fanerik
Relasi
: inequigranular
Struktur
: masive
Fabric
:subhedral
komposisi mineral:
- hornblende
: 50%
- biotit
: 15%
- plagioklas : 15%
- piroksin : 20%
kegunaan : sebagai bahan dasar industri
II.2.2 Batuan Beku Intermediet
II.2.2.1 Diagenesa Batuan Beku Intermediet
Batuan beku Intermediet adalah batuan yang terbentuk hasil intrusi
dangkal dari pembekuan magma dimana proses pembekuan berada di
daerah hipabisal (daerah pertengahan antara daerah plutonik dengan
permukaan), proses pembekuan sedang dengan temperature yang rendah
sehingga umumnya butiran pada batuan beku intermediet kasar, jarang
memperlihatkan struktur visikular ( lubang-lubang gas) dan berwarna
gelap (mafik) dengan indeks color <40%. Batuan beku basa memiliki
kandungan silica 52%<SiO2<62%.
BERDASARKAN K-FELDS T-FELS
Tekstur
K-Fels<1/3 T K-Fels >1/3 K-Fels
>2/3 Feldspathoid
22
HALUS
Fels
Andesite
KASAR
Diorite
<2/3 T Fels
Trachyandes
ite
Monzonite
T Fels
Trachyte
Syenite
Phonoloite
Ftoid
Phonolite
warna
: Hitam
kristalinitas : hipokristalin
granularitas
: fanerik
relasi
: equigranular
struktur
: massive
fabrik
: subhedral
komposisi mineral
plagioklas 10%
hornblende 25%
adularia 20%
quartz 5%
pyroxene 40%
kegunaan
: sbg bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
2. Hornblende Syenite
warna
: Hitam
kristalinitas: hipokristalin
23
Granularitas: fanerik
Relasi
: equigranular
Komposisi mineral
Hornblende 55%
Adularia 20%
Quartz 5%
Plagioklas 10%
Biotit 10%
Glass 5%
Kegunaan : sebagai bahan dasar industri
3. Diorite
Warna : abu-abu
Kristalinitas : hipokristalin
Granularitas: Fanerik
Relasi
: inequigranular
Komposisi Mineral
Sanidine 10%
Adularia 5%
Quartz 25%
Plagioklas 30%
Hornblende 15%
Biotit 10%
Kegunaan : sbg bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
4. Monzonite
24
Warna : abu-abu
Kristalinitas : hipokristalin
Granularitas: fanerik
Relasi
: inequigranular
Komposisi mineral
Hornblende 30%
Quartz 25%
Plagioklas 15%
Sanidine 15%
Adularia 10%
Glass 5%
Kegunaan : sebagai bahan dasar industri
25
Tekstur
HALUS
KASAR
K-Fels<1/3 T
Fels
Dacite
Granodiorite
K-Fels >1/3
<2/3 T Fels
Rhyodacite
Adamelite
K-Fels >2/3
T Fels
Rhyolite
Granite
Warna
: pink
Kristalinitas: hipokristalin
Granularitas: Afanitik
Relasi: equigranular
Fabrik
: subhedral
Struktur
: massive
Komposisi mineral
Orthoclas 20%
Hornblende 15%
Biotit 15%
Plagioklas 10%
Sanidine 20%
Glass 10%
Quartz 10%
Kegunaan : sebagai bahan dasar industri dan digunakan dalam ilmu
pengetahuan
2. Granite
Warna
: cokelat
Kristalinitas : hipokristalin
Granularitas: Fanerik
Relasi
: equigranular
Fabrik
: subhedral
26
Struktur : massive
Komposisi Mineral
Hornblende 15%
Plagioklas 10%
Quartz 10%
Sanidine 20%
Biotit 15%
Orthoclas 20%
Kegunaan : sebagai bahan industri dalam pembuatan keramik
Warna : abu-abu
Kristalinitas: hipokristalin
Granularitas : fanerik
Relasi
: equigranular
Fabrik
: subhedral
Struktur
: massive
Komposisi mineral
Biotit 25%
Hornblende 25%
Plagioklas 10%
Anorthoclas 10%
Microcline 10%
Sanidine 10%
Orthoclas 10%
Kegunaan : bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
4. Dacite
27
Warna
: abu-abu
Kristalinitas: Hipokristalin
Granularitas: afanitik
Relasi
: equigranular
Komposisi mineral
Plagioklas 45%
Hornblende 20%
Quartz 15 %
Anorthoclas 5 %
Microcline 5%
Orthoclas 5%
Sanidine 5%
Kegunaan : bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
28
lava, jadi dari fase cair ke fase padat dengan hasil akhir terdiri dari
kumpulan kristal, gelas ataupun campuran dari kedua-duanya. Sedangkan
batuan piroklastik terdiri dari himpunan material lepas-lepas (dan mungkin
menyatu kembali) dari bahan-bahan yang dikeluarkan oleh aktifitas
gunung api, yang berupa material padat berbagai ukuran (dari halus
sampai sangat kasar, bahkan dapat mencapai ukuran bongkah). Oleh
karena itu klasifikasinya didasarkan atas ukuran butir maupun jenis
butirannya.
Pengamatan petrografi dari batuan piroklastik ini sangat terbatas,
oleh karena itu sangat di anjurkan, untuk mempelajari dengan baik dari
kelompok batuan piroklastik ini harus dilakukan pengamatan di lapangan,
karena keterbatasan yang dimiliki bila hanya dilakukan pengamatan
mikroskopi saja.
Contoh dari batuan piroklastik yaitu :
Tuff, Pumis, dan Obsidian
Warna
: abu-abu
Kristalinitas: holohyalin
29
Porositas : baik
Komposisi Mineral
Glass 100%
Kegunaan
: sebagai bahan industri dan peralatan rumah tangga
2. Obsidian
Warna
: hitam
Kristalinitas: holokristalin
Porositas : buruk
Komposisi mineral
Glass 100%
Kegunaan
: sebagai bahan industri dan ilmu pengetahuan
3. Tuff
Warna
: cokelat
Kristalinitas: Holohyalin
Porositas : Baik
Komposisi Mineral
30
Glass 100%
Kegunaan : sebagai bahan baku industri dan ilmu pengetahuan
31
tutupan kecil dari kerak bumi. Batuan sedimen hanya 5% dari seluruh
batuan batuan yang terdapat dikerak bumi. Dari jumlah 5% ini,batu
lempung adalah 80%, batupasir 5% dan batu gamping kira - kira 80%.
Berdasarka ada tidaknya proses transportasi dari batuan sedimen dapat
dibedakan menjadi 2 macam :
1. Batuan Sedimen Klastik
Yaitu batuan sedimen yang terbentuk berasal dari hancuran batuan lain.
Kemudian tertransportasi dan terdeposisi yang selanjutnya mengalami
diagenesa.
2. Batuan Sedimen Non Klastik
Yaitu batuan sedimen yang tidak mengalami proses transportasi.
Pembentukannya adalah kimiawi dan organis.
Sifat sifat utama batuan sedimen :
1. Adanya bidang perlapisan yaitu struktur sedimen yang menandakan
adanya proses sedimentasi.
2. Sifat klastik yang menandakan bahwa butir butir pernah lepas,
terutama pada golongan detritus.
3. Sifat jejak adanya bekas bekas tanda kehidupan (fosil).
4. Jika bersifat hablur, selalu monomineralik, misalnya : gypsum, kalsit,
dolomite dan rijing.
Volume batuan sedimen dan termasuk batuan metasedimen hanya
mengandung 5% yang diketahui di litofera dengan ketebalan 10 mil di luar
tepian benua, dimana batuan beku metabeku mengandung 95%.
Sementara itu, kenampakan di permukaan bumi, batuan batuan sedimen
menempati luas bumi sebesar 75%, sedangkan singkapa dari batuan beku
sebesar 25% saja. Batuan sedimen dimulai dari lapisan yang tipis sekali
sampai yang tebal sekali. Ketebalan batuan sedimen antara 0 sampai 13
kilometer, hanya 2,2 kilometer ketebalan yang tersingkap dibagian benua.
Bentuk yang besar lainnya tidak terlihat, setiap singkapan memiliki
ketebalan yang berbeda dan singkapan umum yang terlihat ketebalannya
hanya 1,8 kilometer. Di dasar lautan dipenuhim oleh sedimen dari pantai
ke pantai. Ketebalan dari lapisan itu selalu tidak pasti karena setiap saat
selalu bertambah ketebalannya. Ketebalan yang dimiliki bervariasi dari
yang lebih tipis darim0,2 kilometer sampai lebih dari 3 kilometer,
sedangkan ketebalan rata rata sekitar 1 kilometer.
Total volume dan massa dari batuan batuan sedimen di bumi memiliki
perkiraan yang berbeda beda, termasuk juga jalan untuk mengetahui
jumlah yang tepat. Beberapa ahli dalam bidangnya telah mencoba untuk
32
33
2. Pemilahan (Sorting)
Adalah keseragaman dari ukuran besar butir penyusun batuan sedimen,
artinya bila semakin seragam ukurannya dan besar butirnya maka
pemilahan semakin baik. Ada 3 macam pemilahan yaitu :
A. Well sorted : terpilah baik
B. Medium sorted : terpilah sedang
C. Poor sorted : terpilah buruk
3. Kebundaran
Adalah nilai membulat atau meruncingnya butiran dimana sifat ini hanya
bisa di amati pada batuan sedimen klastik kasar. Kebundaran dapat dilihat
dari bentuk batuan yang terdapat dari batuan tersebut. Tentunya terdapat
banyak sekali variasi dari bentuk batuan, akan tetapi untuk mudahnya
dipakai perbandingan sebagai berikut :
-Wellrounded (membundar baik)
Semua permukaan konveks, hamper equidimensional, sferoidal.
34
- Rounded (membundar)
Pada umumnya permukaan permukaan bundar, ujung ujung dan tepi
tepi butiran bundar.
-Subrounded (membundar tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung ujung yang membundar.
-Subangular (menyudut tanggung)
Permukaan umumnya datar dengan ujung ujung yang tajam.
-Angular (menyudut)
Permukaan konkaf dengan ujungnya yang tajam.
4.Shape
Adalah bentuk daripada butiran itu sendiri dan dapat dibedakan menjadi 4
macam yaitu :
A. Oblate / labular
B. Equent / equiaxial
C. Bladed / traxial
D. Prolate / rod shaped
5.Porositas
Adalah perbandingan seluruh permukaan pori dengan volume dari batuan.
6.Permeabilitas
Permeabilitas sukar ditentukan tetapi dapat dikira kira melalui porositas.
Salah satu metoda pendekatan untuk mengetahui permeabilitas adalah
dengan menempatkan setetes air pada sekeping yang kering dan
mengamati kecepatan air merembes. Istilah yang biasa dipergunakan
adalah :
- Fair : 1 10 md
- Good : 10 100 md
- Very good : 100 1000 md
7. Matrix
Adalah semacam butir (klastik), tetapi sangat halus sehingga aspek
geometri tak begitu penting, terdapat di antara butiran sebagai massa
dasar.
8. Semen
Adalah bukan butir, tapi material pengisi rongga antar butir, biasanya
dalam bentuk amorf atau kristalin. Bahan bahan semen yang lazim
adalah :
- Klasit - oksida
35
- Solomit - silika
- Sulfat - Siderit
9. Kemas (fabric)
Di dalam batuan sedimen klastik dikenal 2 macam kemas, yaitu :
A. kemas terbuka : Butiran tidak saling bersentuhan.
B. kemas tertutup : Butiran saling bersentuhan.
( Danang Endarto, 2005 )
Struktur Sedimen
Studi struktur Sedimen paling baik dilakukan di lapangan ( Pettijohn,
1975 ), dapat dikelompokkan menjadi tiga macam struktur, yaitu :
1. Struktur Sedimen Primer
Struktur ini merupakan struktur sedimen yang terbentuk karena proses
sedimentasi dapat merefleksikan mekanisasi pengendapannya. Contohnya
seperti perlapisan, gelembur gelombang, perlapisan silang siur, konvolut,
perlapisan bersusun, dan lain-lain. (Suhartono, 1996 : 47)
Struktur primer adalah struktur yang terbentuk ketika proses pengendapan
dan ketika batuan beku mengalir atau mendingin dan tidak ada singkapan
yang terlihat. Struktur primer ini penting sebagai penentu kedudukan atau
orientasi asal suatu batuan yang tersingkap, terutama dalam batuan
sedimen.
Struktur yang terbentuk sewaktu proses pengendapan sedang berlangsung
termasuk lapisan mendatar (flat bedding), lapisan silang, laminasi, dan
laminasi silang yang mikro (micro-crosslamination), yaitu adanya kesan
riak. (Mohamed, 2007).
2. Struktur Sedimen Sekunder
Struktur yang terbentuk sesudah proses sedimentasi, sebelum atau pada
waktu diagenesa. Juga merefleksikan keadaan lingkungan pengendapan
misalnya keadaan dasar, lereng dan lingkungan organisnya. Antara lain :
beban, rekah kerut, jejak binatang.
3. Struktur Sedimen Organik
Struktur yang terbentuk oleh kegiatan organisme, seperti molusca, cacing
atau binatang lainnya. Antara lain : kerangka, laminasi pertumbuhan.
II.4.1 Batuan Sedimen Klastik
36
37
batuan karbonat.
D. Autiqenesis
Yaitu terbentuknya mineral baru di lingkungan diagenesa, sehingga
adanya mineral tersebut merupakan partikel baru dlam suatu sedimen.
Mineral autigenik ini yang umum diketahui sebagai berikut : karbonat,
silica, klorita, gypsum dll.
E. Metasomatisme
Yaitu pergantian material sedimen oleh berbagai mineral autigenik, tanpa
pengurangan volume asal.
II.4.1.2 Deskripsi Batuan Sedimen Klastik
1.
Shalestone
Warna
: cokelat tua
Ukuran butir : Lempung (1/256 mm)
Bentuk butir : subrounded
Hubungan antar butir : matriks suported
Porositas : poor
Fragmen : kristal
Matriks
: mineral lempung
Semen
: lempung
2. Sandstone
38
Warna
: cokelat
Ukuran butir : medium (0,25 1 mm)
Bentuk butir : subrounded
Kemas
: matriks grain suported
Pemilahan : well sorted
Porositas : baik, namun permeabilitas buruk
Fragmen : tdk ada
Matriks
: mineral lempung
Semen
: silica
3. Kalsilutite
Kemas
Pemilahan
Porositas
Fragmen
Matriks
Semen
:
:
:
:
:
:
Warna
: abu-abu
4. Breksi Konglomerate
39
Warna
: cokelat
Ukuran butir : kerakal
Bentuk butir : sub angular
Kemas
: matriks suported
Pemilahan : medium sorted
Porositas : poor
Fragmen : kristal
Matriks
: mineral lempung
Semen
: oksidasi
II.4.2 Batuan Sedimen Non Klastik
II.4.2.1 Diagenesa Batuan Sedimen Non Klastik
Batuan sedimen yang terbentuk dari hasil reaksi kimia atau bisa juga dari
kegiatan organisme. Reaksi kimia yang dimaksud adalah kristalisasi
langsung atau reaksi organik.
Menurut R.P. Koesoemadinata, 1980 batuan sedimen dibedakan menjadi
enam golongan yaitu :
A. Golongan Detritus Kasar
Batuan sedimen diendapkan dengan proses mekanis. Termasuk dalam
golongan ini antara lain adalah breksi, konglomerat dan batupasir.
Lingkungan tempat pengendapan batuan ini di lingkungan sungai dan
danau atau laut.
B. Golongan Detritus Halus
Batuan yang termasuk kedalam golongan ini diendapkan di lingkungan
laut dangkal sampai laut dalam. Yang termasuk ked ala golongan ini
adalah batu lanau, serpih, batu lempung dan Nepal.
C. Golongan Karbonat
Batuan ini umum sekali terbentuk dari kumpulan cangkang moluska, algae
dan foraminifera. Atau oleh proses pengendapan yang merupakan
40
rombakan dari batuan yang terbentuk lebih dahulu dan di endpkan disuatu
tempat. Proses pertama biasa terjadi di lingkungan laut litoras sampai
neritik, sedangkan proses kedua di endapkan pada lingkungan laut neritik
sampai bahtial. Jenis batuan karbonat ini banyak sekali macamnya
tergantung pada material penyusunnya.
D. Golongan Silika
Proses terbentuknya batuan ini adalah gabungan antara pross organik dan
kimiawi untuk lebih menyempurnakannya. Termasuk golongan ini rijang
(chert), radiolarian dan tanah diatom. Batuan golongan ini tersebarnya
hanya sedikit dan terbatas sekali.
E. Golongan Evaporit
Proses terjadinya batuan sedimen ini harus ada air yang memiliki larutan
kimia yang cukup pekat. Pada umumnya batuan ini terbentuk di
lingkungan danau atau laut yang tertutup, sehingga sangat
memungkinkan terjadi pengayaan unsur unsur tertentu. Dan faktor yang
penting juga adalah tingginya penguapan maka akan terbentuk suatu
endapan dari larutan tersebut. Batuan batuan yang termasuk kedalam
batuan ini adalah gip, anhidrit, batu garam.
F. Golongan Batubara
Batuan sedimen ini terbentuk dari unsur unsur organik yaitu dari tumbuh
tumbuhan. Dimana sewaktu tumbuhan tersebut mati dengan cepat
tertimbun oleh suatu lapisan yang tebsl di atasnya sehingga tidak akan
memungkinkan terjadinya pelapukan. Lingkungan terbentuknya batubara
adalah khusus sekali, ia harus memiliki banyak sekali tumbuhan sehingga
kalau timbunan itu mati tertumpuk menjadi satu di tempat tersebut.
( Danang Endarto, 2005 )
II.4.2.2 Deskripsi Batuan Sedimen Non Klastik
1. Gampingan terumbu
Warna
: cokelat
41
Warna
: abu-abu
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : Matriks
:Semen
:3. Radiolarit
Warna
: cokelat
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : -
42
Matriks
Semen
::-
4. Antrasit
Warna
: hitam
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : Matriks
:Semen
:5. Gamping fosilan
Warna
: cokelat
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : fosil (klastik)
Matriks
: pasir kasar
Semen
: karbonat
43
44
45
Warna
: cokelat
Tekstur
: wackestone
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : fosil
Matriks
: mikrit
Semen
: mud karbonat
46
2. Dolomit
Warna
: salem
Tekstur
: boundstone
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : fosil
Matriks
: mikrit
Semen
: mud karbonat
3. Gamping Fosilan
Warna
: cokelat
Tekstur
: packstone
Ukuran butir : 4 64 mm
Bentuk butir : sub angular
Kemas
: grain suported
Pemilahan : poor suported
Porositas : poor
Fragmen : fosil (klastik)
Matriks
: mikrit
47
Semen
: mud karbonat
4. Gamping Terumbu
Warna
: cokelat
Tekstur
: boundstone
Ukuran butir : Bentuk butir : Kemas
:Pemilahan : Porositas : poor
Fragmen : Matriks
:Semen
:-
48
49
4. Pengaruh Fluida
50
51
52
53
Mika
Schistos Schist
e
Biotit,
amfibol
muskovit
Gneissic Gneiss
Feldspar,
kuarsa,
amfibol,
biotit
Karakter Khas
Kristaloblastik
bila tekstur batuan asal tak kelihatan lagi digunakan istilah blastik
kemudaian kita lihat fabriknya. Berdasarkan sifat butir / kristal dan
hubungannya dengan yang lain dibagi :
54
a.
Peraga batuan metamorf yang tersedia untuk praktikum sudah tidak dapat
lagi diamati tekstur dan batuan asalnya, termasuk kristaloblastik.
II.6.1.2 Deskripsi Batuan Metamorf Foliasi
1. Hornblende Schist
Warna
: Hitam
Struktur
: Schistose
Tekstur : heteroblastik
Komposisi Mineral
55
2. Gneiss
Warna
: abu-abu
Struktur
: Gneissic
Tekstur : heteroblastik
Komposisi Mineral
-Lepidioblastik : mika (mengkilap)
-Nematoblastik: hornblende, pyroxene perismatik panjang
-Granoblastik : mineral quartz (granular)
Jenis Metamorfosis : Regional
Bentuk kristal : hipidioblastik
3. Slate
Warna
: Hitam
Struktur
: Slaty
Tekstur : homoblastik
Komposisi Mineral
-Lepidioblastik : mika (mengkilap)
56
4. Phyllite
Warna
: Hitam
Struktur
: phyllite
Tekstur : homoblastik
Komposisi Mineral
-Lepidioblastik : mineralny berbentuk pipih, yaitu mika,namun telah
lapuk
Jenis Metamorfosis : Regional
Bentuk kristal : xenoblastik
57
adanya
Warna
: putih
Struktur
: hornfelsik
Tekstur : hornfelsik
Komposisi Mineral
-Quartz
-orthoclas
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
58
2. Amphibolite
Warna
: hitam
Struktur
: hornfelsik
Tekstur : hornfelsik
Komposisi Mineral
-Olivin
-Pyroxen
-amphibol
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
3. Quartzite
Warna
: abu-abu
Struktur
: granulose
Tekstur : granulose
Komposisi Mineral
59
-quartz
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
4. Hornfels
Warna
: hitam
Struktur
: hornfelsik
Tekstur : hornfelsik
Komposisi Mineral
-Olivin
-Hornblende
Jenis Metamorfosis : Kontak
Bentuk kristal : hipidioblastik
60
Batuan beku atau sering disebut igneous rocks adalah batuan yang
terbentuk dari satu atau beberapa mineral dan terbentuk akibat
pembekuan dari magma. Berdasarkan teksturnya batuan beku ini bisa
dibedakan lagi menjadi batuan beku plutonik dan vulkanik.
Batuan sedimen atau sering disebut sedimentary rocks adalah
batuan yang terbentuk akibat proses pembatuan atau lithifikasi dari hasil
proses pelapukan dan erosi yang kemudian tertransportasi dan seterusnya
terendapkan. Batuan sediment ini bias digolongkan lagi menjadi beberapa
bagian diantaranya batuan sediment klastik, batuan sediment kimia, dan
batuan sediment organik.
Batuan metamorf atau batuan malihan adalah batuan yang
terbentuk akibat proses perubahan temperature dan/atau tekanan dari
batuan yang telah ada sebelumnya. Akibat bertambahnya temperature
dan/atau tekanan, batuan sebelumnya akan berubah tektur dan
strukturnya sehingga membentuk batuan baru dengan tekstur dan struktur
yang baru pula.
III.2 Pesan dan Kesan
Semoga makalah ini bermanfaat bagi para pembaca,dan berharap
keberadaan laboratorium Petrologi dapat berkembang semakin baik, baik
dari segi fasilitas (kelengkapan batuan dan alat2 penunjangnya) maupun
para asisten laboratorium yang bertugas.
61
DAFTAR PUSTAKA
Noor, D., 2008. Pengantar Geologi, Universitas Pakuan, Bogor
www.wikipedia.com
www.google.com
www.galleries.com
www.scribd.com
62