Anda di halaman 1dari 26

A.

KATABOLISME
Katabolisme adalah reaksi pemecahan / pembongkaran senyawa kimia
kompleks yang mengandung energi tinggi menjadi senyawa sederhana yang
mengandung energi lebih rendah. Tujuan utama katabolisme adalah untuk
membebaskan energi (eksergonik) yang terkandung di dalam senyawa sumber; dan
juga eksoterm. Bila pembongkaran suatu zat dalam lingkungan cukup oksigen (aerob)
disebut proses respirasi, bila dalam lingkungan tanpa oksigen (anaerob) disebut
fermentasi.
Contoh Respirasi : C6H12O6 + O2 > 6CO2 + 6H2O + Energi.
(glukosa)
Contoh Fermentasi : C6H12O6 > 2C2H5OH + 2CO2 + Energi.
(glukosa)
(etanol)
1. Respirasi
Respirasi yaitu suatu proses pembebasan energi yang tersimpan dalam zat sumber
energi melalui proses kimia dengan menggunakan oksigen. Dari respirasi akan
dihasilkan energi kimia ATP untak kegiatan kehidupan, seperti sintesis (anabolisme),
gerak, pertumbuhan.
Contoh:
Respirasi pada Glukosa, reaksi sederhananya:
C6H12O6 + O2 > 6CO2 + 6H2O + Energi
(glukosa)
Reaksi pembongkaran glukosa sampai menjadi 6CO2 , 6H2O dan Energi, melalui empat
tahap :
1. Glikolisis.
Peristiwa perubahan :
Glukosa => Glulosa - 6 - fosfat => Fruktosa 1,6 difosfat =>
3 fosfogliseral dehid (PGAL) / Triosa fosfat => Asam piravat
Jadi hasil dari glikolisis : 2 molekul asam piruvat; 2 molekul NADH; dan 2 molekul
ATP

2. Dekarboksilasi oksidatif
Pada proses D.O. asam piruvat akan masuk ke mitokondria pada saat kondisi aerob.
Pada membran mitokondria as.piruvat (C-C-C) akan melepas 1C sehingga C-C- akan
bereaksi dengan CoA dan membentuk : 2 asetil-CoA, 2 NADH dan 2CO 2.

3. Daur Krebs (Crebs cycle)


Daur Krebs (daur trikarboksilat) atau daur asam sitrat merupakan reaksi dari asetil-CoA
dengan as.oksaloasetat secara aerob menjadi as.sitrat dan seterusnya yang terjadi
pada matriks mitokondria.

Hasil satu kali daur krebs : 6 NADH, 2 FADH, 4CO2 dan 2 ATP.
4. Transpor elektron.
Dari daur Krebs akan keluar elektron dari ion H+ yang dibawa sebagai NADH2
(NADH + H+ + 1 elektron) dan FADH2, sehingga di dalam mitokondria (dengan adanya
siklus Krebs yang dilanjutkan dengan oksidasi melalui sistem pengangkutan elektron)
akan terbentuk air, sebagai hasil sampingan respirasi selain CO 2.
Produk sampingan respirasi tersebut pada akhirnya dibuang ke luar sel/tubuh pada
peristiwa pernafasan hewan tingkat tinggi.
Ketiga proses respirasi yang penting tersebut dapat diringkas sebagai berikut:
PROSES AKSEPTOR ELEKTRON
1. Glikolisis:
Glukosa > 2 asam piruvat + 2 NADH + 2 ATP
2. D.O. dan Siklus Krebs:
2 as.piruvat > 2 asetil KoA + 2 C02 + 2 NADH
lalu;
2 asetil KoA > 2 ATP + 4 CO2 + 6 NADH + 2 FADH2
3. Rantai trsnspor elektron respirator:
10 NADH + 5O2 > 10 NAD+ + 10 H20 30 ATP
2 FADH2 + O2 > 2 FAD+ + 2 H20 + 4 ATP
Total : 38 ATP 2 ATP (yang terpakai selama glikolisis) = sehingga 36 ATP.
Kesimpulan :

Pembongkaran 1 mol glukosa menghasilkan energi sebanyak 38 ATP atau nettonya


36 ATP dan produk sampingan yakni karbondioksida dan air.
Fermentasi
Pada kebanyakan tumbuhan den hewan respirasi yang berlangsung adalah
respirasi aerob, namun demikian dapat saja terjadi respirasi aerob terhambat pada
sesuatu hal, maka hewan dan tumbuhan tersebut melangsungkan proses fermentasi
yaitu proses pembebasan energi tanpa adanya oksigen, nama lainnya adalah respirasi
anaerob.
Dari hasil akhir fermentasi, dibedakan menjadi fermentasi asam laktat/asam susu dan
fermentasi alkohol.
Fermentasi Asam Laktat
Fermentasi asam laktat yaitu fermentasi dimana hasil akhirnya adalah asam laktat. Peristiwa ini
dapat
terjadi
di
otot
dalam
kondisi
anaerob.
Reaksinya:

Energi yang terbentak dari glikolisis


8 ATP 2 NADH2 = 8 - 2(3 ATP) = 2 ATP.

hingga

terbentuk

asam

laktat

Fermentasi Alkohol
Pada beberapa mikroba peristiwa pembebasan energi terlaksana karena asam
piruvat diubah menjadi asam asetat + CO2 selanjutaya asam asetat diabah menjadi
alkohol.
Dalam fermentasi alkohol, satu molekul glukosa hanya dapat menghasilkan 2 molekul
ATP, bandingkan dengan respirasi aerob, satu molekul glukosa mampu menghasilkan
38 molekul ATP.

Reaksinya :
1. Gula (C6H12O6) > asam piruvat (glikolisis)
2. Dekarboksilasi asam piruvat.
Asam piruvat > asetaldehid + CO2.
piruvat dekarboksilase
3. Asetaldehid oleh alkohol dihidrogenase diubah menjadi alkohol (etanol).
2 asetaldehide + 2 NADH2 > 2 C2HsOH + 2
NAD.
alkohol dehidrogenase
Ringkasan reaksi :
C6H12O6 > 2 C2H5OH + 2 CO2 + 2 NADH2 + Energi

Fermentasi Asam Cuka


Fermentasi asam cuka merupakan suatu contoh fermentasi yang berlangsung dalam
keadaan aerob. Fermentasi ini dilakukan oleh bakteri asam cuka (Acetobacter aceti)
dengan substrat etanol.
Energi yang dihasilkan 5 kali lebih besar dari energi yang dihasilkan oleh fermentasi
alkohol secara anaerob.
Reaksi aerob :
C6H12O6 > 2 C2H5OH > 2 CH3COOH + H2O + 116
kal
(glukosa)
(etanol)
(bakteri asam cuka)
(asam cuka)

B. Anabolisme
Anabolisme adalah suatu peristiwa perubahan senyawa sederhana menjadi senyawa
kompleks, nama lain dari anabolisme adalah peristiwa sintesis atau penyusunan,
asimilasi C dan Asimilasi N. Anabolisme memerlukan/menggunakan energi
(endergonik) serta bersifat endoterm, misalnya : energi cahaya untuk fotosintesis,
energi kimia untuk kemosintesis yang diserap oleh makhluk hidup autotrof.

1. Fotosintesis
Arti fotosintesis adalah proses penyusunan atau pembentukan dengan menggunakan
energi cahaya atau foton. Sumber energi cahaya alami adalah matahari yang memiliki
spektrum cahaya infra merah (tidak kelihatan), merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila,
ungu dan ultra ungu (tidak kelihatan).
Yang digunakan dalam proses fetosintesis adalah spektrum cahaya tampak, dari ungu
sampai merah, infra merah dan ultra ungu tidak digunakan dalam fotosintesis.
Dalam fotosintesis, dihasilkan karbohidrat dan oksigen, oksigen sebagai hasil
sampingan dari fotosintesis, volumenya dapat diukur, oleh sebab itu untuk mengetahui
tingkat produksi fotosintesis adalah dengan mengatur volume oksigen yang dikeluarkan
dari tubuh tumbuhan.
Untuk membuktikan bahwa dalam fotosintesis diperlukan energi cahaya matahari,
dapat dilakukan percobaan Ingenhousz.
2. Pigmen Fotosintesis
Fotosintesis hanya berlangsung pada sel yang memiliki pigmen fotosintetik. Di dalam
daun terdapat jaringan pagar dan jaringan bunga karang, pada keduanya mengandung
kloroplast yang mengandung klorofil / pigmen hijau yang merupakan salah satu pigmen
fotosintetik yang mampu menyerap energi cahaya matahari.

Dilihat dari strukturnya, kloroplas terdiri atas membran ganda yang melingkupi ruangan
yang berisi cairan yang disebut stroma. Membran tersebut membentak suatu sistem
membran tilakoid yang berwujud sebagai suatu bangunan yang disebut kantung
tilakoid. Kantung-kantung tilakoid tersebut dapat berlapis-lapis dan membentak apa
yang disebut grana Klorofil terdapat pada membran tilakoid dan pengubahan energi
cahaya menjadi energi kimia berlangsung dalam tilakoid, sedang pembentukan glukosa
sebagai produk akhir fotosintetis berlangsung distroma.
Faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pembentukan klorofil antara lain :
1. Gen :
bila gen untuk klorofil tidak ada maka tanaman tidak akan memiliki
klorofil.
2. Cahaya :
beberapa tanaman dalam pembentukan klorofil memerlukan cahaya,
tanaman lain tidak memerlukan cahaya.
3. Unsur N. Mg, Fe :
merupakan unsur-unsur pembentuk dan katalis dalam sintesis klorofil.
4. Air :
bila kekurangan air akan terjadi desintegrasi klorofil.
Fotosintesis Tumbuhan
Tumbuhan bersifat autotrof. Autotrof artinya dapat mensintesis makanan
langsung dari senyawa anorganik. Tumbuhan menggunakan karbon dioksida dan air
untuk menghasilkan gula dan oksigen yang diperlukan sebagai makanannya. Energi
untuk menjalankan proses ini berasal dari fotosintesis. Perhatikan persamaan
reaksi yang menghasilkan glukosa berikut ini:

6H2O + 6CO2 + cahaya C6H12O6 (glukosa) + 6O2


Glukosa dapat digunakan untuk membentuk senyawa organik lain seperti
selulosa dan dapat pula digunakan sebagai bahan bakar. Proses ini berlangsung
melalui respirasi seluler yang terjadi baik pada hewan maupun tumbuhan. Secara
umum reaksi yang terjadi pada respirasi seluler berkebalikan dengan persamaan di
atas. Pada respirasi, gula (glukosa) dan senyawa lain akan bereaksi dengan oksigen
untuk menghasilkan karbon dioksida, air, dan energi kimia.Tumbuhan menangkap
cahaya menggunakan pigmen yang disebut klorofil. Pigmen inilah yang memberi warna
hijau pada tumbuhan. Klorofil terdapat dalam organel yang disebut kloroplas. klorofil
menyerap
cahaya
yang
akan
digunakan
dalam
fotosintesis.
Meskipun seluruh bagian tubuh tumbuhan yang berwarna hijau mengandung kloroplas,
namun sebagian besar energi dihasilkan di daun. Di dalam daun terdapat lapisan sel
yang disebut mesofil yang mengandung setengah juta kloroplas setiap milimeter
perseginya. Cahaya akan melewati lapisan epidermis tanpa warna dan yang
transparan, menuju mesofil, tempat terjadinya sebagian besar proses fotosintesis.
Permukaan daun biasanya dilapisi oleh kutikula dari lilin yang bersifat anti air untuk
mencegah terjadinya penyerapan sinar matahari ataupun penguapan air yang
berlebihan.

Proses fotosintesis sangat kompleks karena melibatkan semua cabang ilmu


pengetahuan alam utama, seperti fisika, kimia, maupun biologi sendiri. Pada
tumbuhan, organ utama tempa berlangsungnya fotosintesis adalah daun. Namun
secara umum, semua sel yang memiliki kloroplas berpotensi untuk melangsungkan
reaksi ini. Di organel inilah tempat berlangsungnya fotosintesis, tepatnya pada bagian
stroma. Hasil fotosintesis (disebut fotosintat) biasanya dikirim ke jaringan-jaringan
terdekat
terlebih
dahulu.
Pada dasarnya, rangkaian reaksi fotosintesis dapat dibagi menjadi dua bagian utama:

reaksi terang (karena memerlukan cahaya) dan reaksi gelap (tidak memerlukan cahaya
tetapi memerlukan karbon dioksida).

Reaksi Terang
Reaksi terang terjadi pada grana (tunggal: granum), sedangkan reaksi gelap
terjadi di dalam stroma. Dalam reaksi terang, terjadi konversi energi cahaya menjadi
energi kimia dan menghasilkan oksigen (O2). Reaksi terang adalah proses untuk
menghasilkan ATP dan reduksi NADPH2. Reaksi ini memerlukan molekul air dan
cahaya matahari. Proses diawali dengan penangkapan foton oleh pigmen sebagai
antena.
Reaksi terang melibatkan dua fotosistem yang saling bekerja sama, yaitu
fotosistem I dan II. Fotosistem I (PS I) berisi pusat reaksi P700, yang berarti bahwa
fotosistem ini optimal menyerap cahaya pada panjang gelombang 700 nm, sedangkan
fotosistem II (PS II) berisi pusat reaksi P680 dan optimal menyerap cahaya pada
panjang gelombang 680nm.
Reaksi Terang dari fotosintesis dalam membran Tilakoid
Elektron dari sitokrom b6-f kompleks akan diterima oleh fotosistem I. Fotosistem
ini menyerap energi cahaya terpisah dari PS II, tapi mengandung kompleks inti
terpisahkan, yang menerima elektron yang berasal dari H2O melalui kompleks inti PS II
lebih dahulu. Sebagai sistem yang bergantung pada cahaya, PS I berfungsi
mengoksidasi plastosianin tereduksi dan memindahkan elektron ke protein Fe-S larut
yang disebut feredoksin. Reaksi keseluruhan pada PS I adalah: Cahaya + 4PC(Cu+) +
4Fd(Fe3+) 4PC(Cu2+) + 4Fd(Fe2+) Selanjutnya elektron dari feredoksin digunakan
dalam tahap akhir pengangkutan elektron untuk mereduksi NADP+ dan membentuk
NADPH. Reaksi ini dikatalisis dalam stroma oleh enzim feredoksin-NADP+ reduktase.
Reaksinya adalah: 4Fd (Fe2+) + 2NADP+ + 2H+ 4Fd (Fe3+) + 2NADPH Ion H+ yang
telah dipompa ke dalam membran tilakoid akan masuk ke dalam ATP sintase. ATP
sintase akan menggandengkan pembentukan ATP dengan pengangkutan elektron dan
H+ melintasi membran tilakoid. Masuknya H+ pada ATP sintase akan membuat ATP
sintase bekerja mengubah ADP dan fosfat anorganik (Pi) menjadi ATP. Reaksi

keseluruhan yang terjadi pada reaksi terang adalah sebagai berikut: Sinar + ADP + Pi +
NADP+ + 2H2O ATP + NADPH + 3H+ + O2. Sedangkan dalam reaksi gelap terjadi
seri reaksi siklik yang membentuk gula dari bahan dasar CO2 dan energi (ATP dan
NADPH). Energi yang digunakan dalam reaksi gelap ini diperoleh dari reaksi terang.

gambar : fotofosforilasi siklik

gambar : fotofosforilasi non-siklik

Pada proses reaksi gelap tidak dibutuhkan cahaya matahari. Reaksi gelap
bertujuan untuk mengubah senyawa yang mengandung atom karbon menjadi molekul
gula. Dari semua radiasi matahari yang dipancarkan, hanya panjang gelombang
tertentu yang dimanfaatkan tumbuhan untuk proses fotosintesis, yaitu panjang
gelombang yang berada pada kisaran cahaya tampak (380-700 nm). Cahaya tampak
terbagi atas cahaya merah (610 - 700 nm), hijau kuning (510 - 600 nm), biru (410 - 500
nm) dan violet (< 400 nm).[20] Masing-masing jenis cahaya berbeda pengaruhnya
terhadap fotosintesis. Hal ini terkait pada sifat pigmen penangkap cahaya yang bekerja
dalam fotosintesis. Pigmen yang terdapat pada membran grana menyerap cahaya yang
memiliki panjang gelombang tertentu. Pigmen yang berbeda menyerap cahaya pada
panjang gelombang yang berbeda. Kloroplas mengandung beberapa pigmen. Sebagai
contoh, klorofil a terutama menyerap cahaya biru-violet dan merah. Klorofil b menyerap
cahaya biru dan oranye dan memantulkan cahaya kuning-hijau. Klorofil a berperan
langsung dalam reaksi terang, sedangkan klorofil b tidak secara langsung berperan
dalam reaksi terang. Proses absorpsi energi cahaya menyebabkan lepasnya elektron
berenergi tinggi dari klorofil a yang selanjutnya akan disalurkan dan ditangkap oleh
akseptor elektron. Proses ini merupakan awal dari rangkaian panjang reaksi
fotosintesis.
Reaksi Gelap (Siklus Calvin) dan fiksasi karbon
Reaksi gelap terjadi pada stroma kloroplas yang dapat (bukan harus)
berlangsung dalam gelap, karena enzim-enzim untuk fiksasi CO 2 pada stroma kloroplas
tidak memerlukan cahaya tetapi membutuhkan ATP dan NADPH yang menghasilkan
dari reaksi terang. Reaksi gelap pada tumbuhan dapat terjadi melalui dua jalur, yaitu
siklus Calvin-Benson dan siklus Hatch-Slack. Pada siklus Calvin-Benson tumbuhan
mengubah senyawa ribulosa 1,5 bisfosfat menjadi senyawa dengan jumlah atom
karbon tiga yaitu senyawa 3-phosphogliserat. Oleh karena itulah tumbuhan yang
menjalankan reaksi gelap melalui jalur ini dinamakan tumbuhan C-3. Penambatan CO2
sebagai sumber karbon pada tumbuhan ini dibantu oleh enzim rubisco. Tumbuhan yang
reaksi gelapnya mengikuti jalur Hatch-Slack disebut tumbuhan C-4 karena senyawa
yang terbentuk setelah penambatan CO2 adalah oksaloasetat yang memiliki empat
atom karbon. Enzim yang berperan adalah phosphoenolpyruvate carboxilase.
Mekanisme siklus Calvin-Benson dimulai dengan fiksasi CO2 oleh ribulosa
difosfat karboksilase (RuBP) membentuk 3-fosfogliserat. RuBP merupakan enzim
alosetrik yang distimulasi oleh tiga jenis perubahan yang dihasilkan dari pencahayaan
kloroplas. Pertama, reaksi dari enzim ini distimulasi oleh peningkatan pH. Jika kloroplas
diberi cahaya, ion H+ ditranspor dari stroma ke dalam tilakoid menghasilkan
peningkatan pH stroma yang menstimulasi enzim karboksilase, terletak di permukaan
luar membran tilakoid. Kedua, reaksi ini distimulasi oleh Mg2+, yang memasuki stroma
daun sebagai ion H+, jika kloroplas diberi cahaya. Ketiga, reaksi ini distimulasi oleh
NADPH, yang dihasilkan oleh fotosistem I selama pemberian cahaya.

Fiksasi CO2 ini merupakan reaksi gelap yang distimulasi oleh pencahayaan
kloroplas. Fikasasi CO2 melewati proses karboksilasi, reduksi, dan regenerasi.
Karboksilasi melibatkan penambahan CO2 dan H2O ke RuBP membentuk dua molekul
3-fosfogliserat (3-PGA). Kemudian pada fase reduksi, gugus karboksil dalam 3-PGA
direduksi menjadi 1 gugus aldehida dalam 3-fosforgliseradehida (3-Pgaldehida).
Reduksi ini tidak terjadi secara langsung, tapi gugus karboksil dari 3-PGA pertama-tama
diubah menjadi ester jenis anhidrida asam pada asam 1,3-bifosfogliserat (1,3-bisPGA)
dengan penambahan gugus fosfat terakhir dari ATP. ATP ini timbul dari fotofosforilasi
dan ADP yang dilepas ketika 1,3-bisPGA terbentuk, yang diubah kembali dengan cepat
menjadi ATP oleh reaksi fotofosforilasi tambahan. Bahan pereduksi yang sebenarnya
adalah NADPH, yang menyumbang 2 elektron. Secara bersamaan, Pi dilepas dan
digunakan kembali untuk mengubah ADP menjadi ATP.
Pada fase regenerasi, yang diregenerasi adalah RuBP yang diperlukan untuk
bereaksi dengan CO2 tambahan yang berdifusi secara konstan ke dalam dan melalui
stomata. Pada akhir reaksi Calvin, ATP ketiga yang diperlukan bagi tiap molekul CO2
yang ditambat, digunakan untuk mengubah ribulosa-5-fosfat menjadi RuBP, kemudian
daur dimulai lagi.
Tiga putaran daur akan menambatkan 3 molekul CO2 dan produk akhirnya
adalah 1,3-Pgaldehida. Sebagian digunakan kloroplas untuk membentuk pati, sebagian
lainnya dibawa keluar. Sistem ini membuat jumlah total fosfat menjadi konstan di
kloroplas, tetapi menyebabkan munculnya triosafosfat di sitosol. Triosa fosfat digunakan
sitosol untuk membentuk sukrosa.

Sistem Pencernaan Pada Manusia Beserta


Fungsinya

DEFINISI

1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.

Sistem pencernaan atau sistem gastroinstestinal (mulai dari mulut sampai anus) adalah sistem
organ dalam manusia yang berfungsi untuk menerima makanan, mencernanya menjadi zat-zat
gizi dan energi, menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah serta membuang bagian makanan
yang tidak dapat dicerna atau merupakan sisa proses tersebut dari tubuh
Sistem pencernaan (mulai dari mulut sampai anus) berfungsi sebagai berikut:
- menerima makanan
- memecah makanan menjadi zat-zat gizi (suatu proses yang disebut pencernaan)
- menyerap zat-zat gizi ke dalam aliran darah
- membuang bagian makanan yang tidak dapat dicerna dari tubuh.
Saluran pencernaan terdiri dari
Mulut,
Tenggorokan,
Kerongkongan,
Lambung,
Usus halus,
Usus besar,
Rektum

8. Anus.
Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak diluar saluran pencernaan, yaitu
pankreas, hati dan kandung empedu.

1. Mulut
Mulut merupakan saluran pertama yang dilalui makanan. Pada rongga mulut,
dilengkapi alat pencernaan dan kelenjar pencernaan untuk membantu
pencernaan makanan. Pada Mulut terdapat :

a.Gigi
Memiliki fungsi memotong, mengoyak dan menggiling makanan menjadi
partikel yang kecil-kecil. Perhatikan gambar disamping.
Gigi di bagi menjadi 3 macam, antara lain:
1. Gigi seri (dens insisivus), berjumlah 8 buah, berfungsi memotong
makanan.
2) Gigi taring (dens caninus), berjumlah 4 buah, berfungsi merobek
makanan.
3) Gigi geraham kecil (dens premolare), berjumlah 8 buah, berfungsi
mengunyah makanan.
b..Lidah
Memiliki peran mengatur letak makanan di dalam mulut serta mengecap
rasa makanan.
c..Kelenjar Ludah

Ada 3 kelenjar ludah pada rongga mulut. Ketiga kelenjar ludah tersebut
menghasilkan ludah setiap harinya sekitar 1 sampai 2,5 liter ludah.
Kandungan ludah pada manusia adalah : air, mucus, enzim amilase, zat
antibakteri, dll.
Keterangan:
1) Glandula parotis merupakan kelenjar ludah di dekat telinga,
menyekresikanludah yang mengandung enzim ptialin (amilase).
2) Glandula submaksilaris merupakan kelenjar ludah di samping rahang
atas,menyekresikan ludah yang mengandung air dan lendir.
3) Glandula submandibularis merupakan kelenjar ludah di bawah lidah,
menyekresikan ludah yang mengandung air dan lendir.
Fungsi ludah adalah melumasi rongga mulut serta mencerna karbohidrat menjadi disakarida.
2. Kerongkongan (Eksofagus)
Merupakan saluran yang menghubungkan antara rongga mulut dengan
lambung. Pada ujung saluran esophagus setelah mulut terdapat daerah yang
disebut faring. Pada faring terdapat klep, yaitu epiglotis yang mengatur
makanan agar tidak masuk ke trakea (tenggorokan).
Fungsi eksofagus adalah menyalurkan makanan ke lambung. Agar makanan
dapat berjalan sepanjang esophagus, terdapat gerakan peristaltik sehingga
makanan dapat berjalan menuju lambung
3. Lambung
Lambung merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti
kandang keledai, terdiri dari 3 bagian yaitu kardia, fundus dan antrum.

Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara


ritmik untuk mencampur makanan dengan enzim-enzim.
Sel-sel yang melapisi lambung menghasilkan 3 zat penting:
- lendir
- asam klorida
- prekursor pepsin (enzim yang memecahkan protein).
Lendir melindungi sel-sel lambung dari kerusakan oleh asam lambung dan
enzim

Ada 3 jenis otot polos yang menyusun lambung, yaitu otot memanjang, otot
melingkar, dan otot menyerong.
Selain pencernaan mekanik, pada lambung terjadi pencernaan kimiawi
dengan bantuan senyawa kimia yang dihasilkan lambung. Senyawa kimiawi
yang dihasilkan lambung adalah :
1. Asam HCl ,Mengaktifkan pepsinogen menjadi pepsin. Sebagai disinfektan,
serta merangsang pengeluaran hormon sekretin dan kolesistokinin pada
usus halus

2. Lipase , Memecah lemak menjadi asam lemak dan gliserol. Namun lipase
yang dihasilkan sangat sedikit
3. Renin , Mengendapkan protein pada susu (kasein) dari air susu (ASI). Hanya
dimiliki oleh bayi.
4. Mukus , Melindungi dinding lambung dari kerusakan akibat asam HCl.
5.

Usus Halus

Usus halus merupakan kelanjutan dari lambung. Usus halus memiliki panjang
sekitar 6-8 meter. Usus halus terbagi menjadi 3 bagian yaitu duodenum (
25 cm), jejunum ( 2,5 m), serta ileum ( 3,6 m). Pada usus halus hanya
terjadi pencernaan secara kimiawi saja, dengan bantuan senyawa kimia
yang dihasilkan oleh usus halus serta senyawa kimia dari kelenjar pankreas
yang dilepaskan ke usus halus.
Usus halus terdiri dari tiga bagian yaitu usus dua belas jari (duodenum), usus kosong
(jejunum), dan usus penyerapan (ileum).
1. Usus dua belas jari (Duodenum)
Usus dua belas jari atau duodenum adalah bagian dari usus halus yang terletak setelah
lambung dan menghubungkannya ke usus kosong (jejunum). Bagian usus dua belas jari
merupakan bagian terpendek dari usus halus, dimulai dari bulbo duodenale dan berakhir di
ligamentum Treitz.
2. Usus Kosong (Jejenum)
Usus kosong atau jejunum (terkadang sering ditulis yeyunum) adalah bagian kedua dari
usus halus, di antara usus dua belas jari (duodenum) dan usus penyerapan (ileum). Pada manusia
dewasa, panjang seluruh usus halus antara 2-8 meter, 1-2 meter adalah bagian usus kosong. Usus
kosong dan usus penyerapan digantungkan dalam tubuh dengan mesenterium
3. Usus Penyerapan (Illeum)
Usus penyerapan atau ileum adalah bagian terakhir dari usus halus. Pada sistem
pencernaan manusia, ) ini memiliki panjang sekitar 2-4 m dan terletak setelah duodenum dan

jejunum, dan dilanjutkan oleh usus buntu. Ileum memiliki pH antara 7 dan 8 (netral atau sedikit
basa) dan berfungsi menyerap vitamin B12 dan garam-garam empedu.
6.

Usus Besar

Usus besar terdiri dari:


- Kolon asendens (kanan)
- Kolon transversum
- Kolon desendens (kiri)
- Kolon sigmoid (berhubungan dengan rektum).
Apendiks (usus buntu) merupakan suatu tonjolan kecil berbentuk seperti tabung, yang
terletak di kolon asendens, pada perbatasan kolon asendens dengan usus halus.
Usus besar menghasilkan lendir dan berfungsi menyerap air dan elektrolit dari tinja.
Ketika mencapai usus besar, isi usus berbentuk cairan, tetapi ketika mencapai rektum bentuknya
menjadi padat.
Banyaknya bakteri yang terdapat di dalam usus besar berfungsi mencerna beberapa bahan dan
membantu penyerapan zat-zat gizi.
Bakteri di dalam usus besar juga berfungsi membuat zat-zat penting, seperti vitamin K. Bakteri
ini penting untuk fungsi normal dari usus. Beberapa penyakit serta antibiotik bisa menyebabkan
gangguan pada bakteri-bakteri di dalam usus besar. Akibatnya terjadi iritasi yang bisa
menyebabkan dikeluarkannya lendir dan air, dan terjadilah diare

7. Rektum

Rektum adalah sebuah ruangan yang berawal


dari ujung usus besar (setelah kolon sigmoid) dan berakhir di anus.
Biasanya rektum ini kosong karena tinja disimpan di tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon
desendens. Jika kolon desendens penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul
keinginan untuk buang air besar.Orang dewasa dan anak yang lebih tua bisa menahan keinginan
ini, tetapi bayi dan anak yang lebih muda mengalami kekurangan dalam pengendalian otot yang
penting untuk menunda buang air besar.
8. Anus
Anus merupakan lubang di ujung saluran pencernaan, dimana bahan limbah keluar dari tubuh.
Sebagian anus terbentuk dari permukaan tubuh (kulit) dan sebagian lainnya dari usus.
Suatu cincin berotot (sfingter ani) menjaga agar anus tetap tertutup.
Anus berfungsi sebagai tempat pembuangan sisa hasil proses pencernaan.

Enzim merupakan suatu polimer biologik yang mengkatalisis lebih dari satu proses
dinamik yang memungkinkan kehidupan. Enzim dikenal untuk pertama kalinya sebagai protein
oleh Sumner pada tahun 1926 yang telah berhasil mengisolasi urease dari jack bean. Urease
adalah enzim yang dapat menguraikan urea menjadi CO 2 dan NH3. beberapa tahun kemudian
Northrop dan Kunitz dapat mengisolasi pepsin, tripsin, kimotripsin.

Dari hasil penelitian para ahli biokimia ternyata bahwa banyak enzim mempunyai gugus
bukan protein, jadi termasuk golongan protein majemuk. Enzim semacam ini (holoenzim) terdiri
atas protein (apoenzim) dan suatu gugus bukan protein. Sebagai contoh enzim katalase terdiri
atas protein dan ferriprotorfirin. Ada juga enzim yang terdiri dari protein dan logam, misalnya
askorbat oksidase adalah protein yang mengikat tembaga.
Gugus bukan protein ini yang dinamakan kofaktor ada yang terikat kuat pada protein, ada
pula yang tidak begitu kuat ikatannya. Gugus yang terikat kuat pada bagian protein, artinya sukar
terurai dalam larutan disebut prostetik, sedangkan yang tidak begitu kuat ikatannya mudah
dipisahkan secara dialisis disebut koenzim. Baik gugus prostetik maupun koenzim merupakan
bagian enzim yang memungkinkan enzim bekerja terhadap substrat, yaitu zat-zat yang diubah
atau direaksikan oleh enzim.
1. Tata Nama dan Kekhasan Enzim
Secara umum nama tiap enzim disesuaikan dengan nama substratnya, dengan
penambahan ase di belakangnya. Substrat adalah senyawa yang bereaksi dengan bantuan
enzim. Sebagai contoh enzim yang menguraikan urea (substrat) dinamakan urease. Kelompok
enzim yang mempunyai fungsi sejenis diberi nama menurut fungsinya, misalnya hidrolase adalah
kelompok enzim yang mempunyai fungsi sebagai katalis dalam reaksi hidrolisis. Karena itu
disamping nama trivial (biasa) maka oleh Commisison on Enzymes of the International Union of
Biochemistry telah ditetapkan pula tata nama yang sisitematik, disesuaikan dengan pembagian
atau penggolongan enzim didasarkan pada fungsinya, yaitu :
a. Reaksi dan enzim yang mengkatalisis reaksi tersebut membentuk enam kelas, masingmasing mempunyai 4-13 subkelas.
b. Nama enzim terdiri dari 2 bagian. Nama pertama menunjukkan substrat. Nama kedua
yang berakhir dengan akhiran ase menyatakan reaksi yang dikatalisis.
c.

Informasi tambahan, bila diperlukan utnuk menjelaskan reaksi, dapat


dituliskan dalam tanda kurung pada bagian akhir, misal enzim yang mengkatalisis reaksi

L-malat + NAD+

piruvat + CO2 + NADH + H+ diberi nama 1.1.137 L-malat :

NAD+ oksidoreduktase (dekarboksilasi).


d. Setiap enzim mempunyai nomor kode yang mencirikan tipe reaksi ke dalam kelas (digit
pertama), sub kelas (digit kedua) dan subsubkelas (digit ketiga). Digit keempat adalah
enzim spesifik. Jadi, EC 2.7.1.1 menyatakan heksokinase atau ATP:D-heksosa 6fosfotransferase, sebuah enzim yang mengatalisis pemindahan fosfat dari ATP ke gugus
hidroksil pada atom karbon keenam molekul glukosa.
Suatu enzim bekerja secara khas terhadap suatu substrat tertentu. Kekhasan inilah ciri
suatu enzim. Ini berbeda dengan katalis lain (bukan enzim) yang dapat bekerja terhadap berbagai
macam reaksi. Enzim urease hanya bekerja terhadap berbagai macam reaksi. Enzim urease hanya
bekerja terhadap urea sebagai substratnya. Ada juga enzim yang bekrja terhadap lebih dari suatu
substrat namun enzim tersebut tetap mempunyai kekhasan tertentu, misalnya enzim esterase dapa
menghidrolisir beberapa eseter asam lemak, tetapi tidak dapat menghidrolisir substrat lain yang
bukan ester. Suatu contoh tentang kekhasan ini misalnya enzim arginase bekerja terhadap Largini dan tidak terhadap D-arginin. Suatu enzim dikatakan mempunyai kekhasan nisbi apabila ia
dapat bekerja terhadap beberapa substrat misalnya esterase dan D-asam amino oksidase yang
dapat bekerja D-asam amino dan L-asam amino tetapi berbeda kecepatannya. Karena adanya
kekhasan ini maka enzim dapat digunakan untuk memisahkan komponen D dari L pada suatu
campuran rasemik.
2. Fungsi dan Kerja Enzim
Fungsi sutu enzim ialah sebagai katalis untuk suatu proses biokimia yang terjadi dalam
sel maupun di luar sel. Suatu enzim dapat mempercepat reaksi 10 8 sampai 1011 kali lebih cepat
daripada apabila reaksi tersebut dilakukan tanpa katalis. Jadi enzim dapat berfungsi sebagai
katalis yang sangat efisien, di samping mempunyai derajat kekhasan yang tinggi. Seperti juga
katalis lainnya, maka enzim dapat menurunkan energi aktivasi suatu reaksi kimia. Reaksi kimia
ada yang membutuhkan energi (reaksi endergonik) dan ada juga yang menghasilkan energi atau
mengeluarkan energi (reaksi eksergonik). Misalnya pembentukan ikatan antara senyawa A
dengan senyawa B menjadi senyawa AB akan mengeluarkan energi. Terjadinya senyawa AB dari
A dan B membutuhkan energi sebesar p, yaitu selisih energi antara A dan B dengan AB.

Sebaliknya penguraian senyawa AB menjadi A dan B mengeluarkan energi sebesar P pula.


Terurainya senyawa AB tidak dapat berjalan dengan sendirinya, tetapi harus terbentuk senyawa
AB aktif. Untuk pembentukan AB aktif ini membutuhkan energi sebesar a, yang disebut energi
aktivasi. Maikn besar harga a, makin sukar terjadinya suatu reaksi. Dngan adanya katalis atau
enzim, harga energi aktivasi diperkecil atau diturunkan. Dengan demikian akan dapat
memudahkan atau mempercepat terjadinya suatu reaksi.
a. Kompleks enzim substrat
Untuk dapat bekerja pada suatu zat atau substrat harus ada hubungan atau kontak antara
enzim dengan substrat. Suatu enzim mempunyai ukuran yang lebih besar daripada substrat. Oleh
karena itu seluruh bagian enzim dapat berhubungan dengan substrat. Hubungan antara dengan
enzim hanya terjadi pada suatu bagian atau tempat saja. Tempat atau bagian enzim yang
mengadakan hubungan atau kontak dengan substrat dinamai bagian aktif atau active site.
b. Persamaaan Michaelis Menten
Leonor Michaelis dan Maude Menten pada tahun 1913 mengajukan hipotesis
bahwa dalam reaksi enzim terjadi dahulu kompleks enzim-substrat yang kemudian menghasilkan
hasil reaksi dan enzim kembali. Secara sederhana hipotesis Michaelis dan Menten itu dapat
dituliskan sebagai berikut :
Enzim (E) + Substrat (S)

kompleks

enzim-substrat

(ES)

Enzim (E) + Hasil reaksi (P)


Michaelis dan Menten berkesimpulan bahwa kecepatan reaksi tergantung pada
konsentrasi kompleks enzim-substrat (ES), sebab apabila tergantung konsentrasi substrat (S),
maka penambahan konsentrasi substrat akan menghasilkan pertambahan kecepatan reaksi yang
apabila digambarkan akan merupakan garis lurus.
3. Penggolongan Enzim
Enzim digolongkan menurut reaksi yang diikutinya, sedangkan masing-masing enzim
diberi nama menurut substratnya, misalnya urease, arginase dan lain-lain. Di samping itu ada
pula beberapa enzim yang dikenal dengan nama lainnya misalnya pepsin, tripsin dan lain-lain.
Oleh Commission on Enzymes of the International Union of Biochemistry, enzim dibagi dalam

enam golongan besar. Penggolongan ini didasarkan atas reaksi kimia dimana enzim memegang
peranan, yaitu : oksidoreduktase, tranferase, hidrolase, liase, isomerase, dan ligase.
a. Oksidoreduktase
Enzim-enzim yang termasuk golongan ini dapat dibagi dalam dua bagian yaitu dehidrogenase
dan oksidase. Dehidrogenase bekerja pada reaksi-reaksi dehidrogenase, yaitu reaksi pengambilan
atom hidrogen dari suatu senyawa (donor). Hidrogen yang dilepas diterima oleh senyawa lain
(akseptor).

b. Tranferase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi pemindahan suatu gugus
dari suatu senyawa kepada senyawa lain. Beberapa contoh enzim yang termasuk golongan ini,
ialah metiltransferase, hidroksimetiltransferase, karboksiltranferase, asiltranferase dan amino
tranferase atau disebut juga transaminase.
c. Hidrolase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja sebagai katalis pada reaksi hidrolisis. Ada tiga jenis
hidrolase, yaitu yang memecah ester atau esterase, memecah glikosida, dan yang memecah
ikatan peptide. Contoh enzim golongan ini adalah esterase, lipase, fosfatase, amylase, amino
peptidase, karboksi peptidase, pepsin tripsin dan krimotripsin.
d. Liase
Enzim yang termasuk golongan ini mempunyai peranan penting dalam reaksi pemisahan suatu
gugus dari suatu substrat (bukan cara hidrolisis) atau sebaliknya. Contoh enzim golongan ini
antara lain dekarboksilase, aldolase dan hidratase.
e. Isomerase

Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada perubahan intramolekuler, misalnya reaksi
perubahan glukosa menjadi fruktosa, perubahan senyawa L menjadi senyawa D, senyawa sis
menjadi senyawa trans dan lain-lain.
f. Ligase
Enzim yang termasuk golongan ini bekerja pada reaksi-reaksi penggabungan dua molekul. Oleh
karena itu enzim-enzim tersebut juga dinamakan sintetase. Ikatan yang terbentuk dari
penggabungan tersebut adalah ikatan C-O, C-S, C-N, atau C-C. Contoh enzim golongan ini
antara lain glutamine sintetase dan piruvat karboksilase.
4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kerja Enzim
Ada bebeerapa faktor yang mempengaruhi kerja enzim, yaitu :
a. Konsentarsi enzim
Pada suatu konsentrasi substrat tertentu, kecepatan reaksi bertambah dengan bertambahnya
konsentrasi enzim.
b. Konsentarsi Substrat
Hasil eksperimen menunjukkan bahwa dengan konsentrasi enzim yang tetap, maka pertambahan
konsentrasi substrat akan menaikkan kecepatan reaksi. Akan tetapi pada batas konsentrasi
tertentu, tidak terjadi kenaikan kecepatan reaksi walaupun konsentrasi substrat diperbesar.
c. Suhu
Pada suhu rendah reaksi kimia berlangsung lambat, sedangkan pada suhu yang lebih tinggi reaksi
berlangsung lebih cepat. Di samping itu, karena enzim adalah suatu protein, maka kenaikan suhu
dapat menyebabkan terjadinya proses denaturasi, sehingga bagian aktif enzim akan terganggu
dan dengan demikian konsentrasi efektif enzim menjadi berkurang dan kecepatan reaksinya pun
menurun. Kenaikan suhu sebelum terjadinya proses denaturasi dapat menaikkan kecepatan
reaksi. Namun kenaikan suhu pada saat terjadinya denaturasi akan mengurangi kecepatan reaksi.
Oleh karena ada dua pengaruh yang berlawanan, maka akan terjadi suatu titik optimum, yaitu
suhu yang paling tepat bagi suatu proses reaksi yang menggunakan enzim tersebut.

d. Pengaruh pH
Struktur ion enzim tergantung pada pH lingkungan. Enzim dapat berbentuk ion positif, ion
negative atau ion bermuatan ganda (zwitter ion). Dengan demikian perubahan pH lingkungan
akan berpengaruh terhadap efektifitas bagian aktif enzim dalam membentuk kompleks enzim
substrat. Tinggi rendahnya pH juga dapat menyebabkan denaturasi yang dapat menurunkan
aktifitas enzim, sehingga diperlukan suatu pH optimum yang dapat menyebabkan kecepatan
reaksi enzim yang paling tinggi.
e. Pengaruh Inhibitor
Molekul atau ion yang dapat menghambat reaksi pembentukan kompleks enzim-substrat disebut
inhibitor.
5. Koenzim
Sejumlah besar enzim membutuhkan suatu komponen lain untuk dapat berfungsi sebagai
katalis. Komponen ini secara umum disebut kofaktor. Kofaktor ini dibagi tiga kelompok, yaitu
gugus prostetik, koenzim dan aktivator. Gugus prostetik adalah kelompok kofaktor yang terikat
pada enzim dan tidak mudah terlepas dari enzimnya, contohnya flavin adenine dinukleotida yang
merupakan gugus prostetik yang terikat pada enzim suksinat dehidrogenase. Suatu koenzim
adalah molekul organik kecil, tahan terhadap panas, yang mudah terdisosiasi dan dapat
dipisahkan dari enzimnya dengan cara dialisis, contohnya adalah NAD, NADP, asam tetra
hidrofosfat, tiamin pirofosfat dan ATP. Aktivator pada umumnya ialah ion-ion logam yang terikat
atau mudah terlepas dari enzim, contohnya aktivator logam adalah K ++, Mn++, Mg++, Cu++ atau
Zn++.
Beberapa koenzim mempunyai struktur yang mirip dengan vitamin bahkan menjadi
bagian dari molekul vitamin tersebut. Hubungan antara vitamin dengan koenzim tamapak pada
contoh berikut :
a. Niasin, merupakan nama vitamin yang berupa molekul nikotinamida atau asam nikotinat.
Molekul nikotinamida terdapat sebagai bagian dari molekul NAD+, NADP+. Kekurangan
niasin akan mengakibatkan pellagra pada manusia.

b. Molekul riboflavin atau vitamin B2 terdiri atas D ribitol yang terikat pada cincin
issoaloksazon yang tersubstitusi. Vitamin ini dikenal sebagai faktor pertumbuhan.
Molekul riboflavin merupakan bagian dari molekul FAD.
c. Asam lipoat adalah suatu vitamin yang juga merupakan faktor pertumbuhan dan terdapat
dalam hati. Asam ini terdapat dalam dua bentuk teroksidasi dan tereduksi, berfungsi
sebagai kofaktor pada enzim piruvat dehidrogenase dan ketoglutarat dehidrogenase,
berperan dalam reaksi pemisahan gugus asil.
d. Biotin adalah vitamin yang terdapat dalam hati dan berikatan dengan suatu protein.
Biotin berfungsi sebagai koenzim dalam reaksi karboksilasi.
e. Tiamin atau vitamin B1 umumnya terdapat dalam keadaan bebas dalam beras atau
gandum. Kekurangan vitamin B1 akan mengakibatkan penyakit beri-beri. Koenzim yang
berasal dari vitamin B1 ialah tiaminifosfat (TPP) dan berperan dalam reaksi yang
menggunakan enzim alpa keto dekarboksilase, asam alpa keto oksidase, transketolase dan
fosfo ketolase.
f. Vitamin B6 terdiri dari tiga senyawa yaitu piridoksal, piridoksin dan piridoksamin.
Kekurangan vitamin B6 dapat mengakibatkan dermatitis (penyakit kulit) dan gangguan
pada sistem saraf pusat. Koenzim dari vitamin B 6 ialah piridoksalfosfat dan
piridoksaminofosfat.
g. Asam folat dan derivatnya terdapat banyak dalam alam. Bakteri dalam usus memproduksi
asam fosfat dalam jumlah kecil. Koenzim yang berasal dari vitamin ini ialah asam
tetrahidrofosfat (FH4). Peranan FH4 ialah sebagai pembawa unit senyawa satu atom
karbon yang berguna dalam biosintesis purin, serin dan glisin.
h. Vitamin B12 sebagaimana diisolasi dari hati adalah sianokobalamina. Fungsi vitamin B12
adalah bekerja pada beberapa reaksi anatara lain reaksi pemecahan ikatan C-C, ikatan CO, dan ikatan C-N dengan enzim mutase dan dehidrase.

i. Asam pantotenat terdapat dalam alam sebagai komponen dalam molekul koenzim A.
vitamin ini diperlukan oleh tubuh sebagai faktor pertumbuhan. Koenzim A berperan
penting sebagai pembawa gugus asetil, khususnya dalam biosintesis asam lemak.
Di samping koenzim yang mempunyai hubungan struktural dengan vitamin, ada pula
koenzim yang tidak berhubungan dnegan vitamin, yaitu adenosine trifosfat atau ATP. Koenzim
ini termasuk golongan senyawa berenergi tinggi. ATP berfungsi sebagai koenzim yang
memindahkan gugus fosfat. Bila ATP melepaskan 1 gugus fosfat, maka ATP akan berubah
menjadi adenosine difosfat (ADP) juga energi yang digunakan untuk reaksi lain. ATP bersama
dengan enzim kinase, misalnya heksokinase dan piruvat kinase berperan dalam metabolisme
karbohidrat.

Anda mungkin juga menyukai