Anda di halaman 1dari 3

4.

3 Pembahasan
Pada praktikum kali ini, yang berjudul Esterifikasi : Pembuatan Etil Asetat
dengan bahan baku asam oleat 20mL, methanol 100mL dan tetrahidrofuran 6%
dengan menggunakan amberlyst 15 sebagai katalis untuk mempercepat
reaksi.Fungsi tetrahidrofuran pada praktikum ini adalah sebagai pelarut.
Metode memproduksi biodiesel dari mnyak nabati melibatkan penggunaan
katalis alkali, dan katalis alkali dengan adanya FFA (Free fatty acid) membentuk
sabun yang tidak diinginkan seperti mengkonsumsi katalis, membuat pemisahan
produklebih sulit sehingga mengurangi produk biodiesel yang dihasilkan. Alih
alih mengguakan katalis alkali, katalis asam dapat digunakan untuk mengkonversi
FFA menjadi biodiesel pada reaksi esterifikasi. Hal ini dapat dilakukan sebagai
pre-esterifikasi langkah sebelumnya menggunakan katalis alkali pada asam lemak
bebas yang dihasilkan engurangi minyak untuk transesterifikasi konvensional.
Untuk tujuan ini, penggunaan katalis asam homogen seperti asam sulfat adalah
umum dan banyak yang harus dikerjakan, hal ini membutuhkan peralatan tahan
korosif karena tingkat keasaman yang sangat tinggi, pemisihan dan langkah
netralisasi dan proses juga akan menghasilkan produk signifikan dengan jumlah
air limbah yang terkontaminasi, sehingga digunakan katalis heterogen untuk
menghindari masalah ini dan dapat digunakan kembali dengan menawarC kan
kondisi operasi yang lebih ringan dalam penggunaannya. (Hykerund & Marchetti,
2016)
Dengan masalah tersebut, digunakanlah katalis amberlyst 15 pada
praktikum ini. Selain penambahan katalis, dikarenakan reaksi esterifikasi adalah
reaksi yang reversible/bolak balik maka untuk mempercepat reaksi dengan
pemberian reaktan agar reaksi bergeser ke kanan. Secara umum faktor faktor
yang mempengaruhi reaksi esterifikasi adalah pengadukan, suhu, katalis,
perbandingan reaksi dan waktu reaksi. (Mittel Bach, 2004)
Dalam praktikum ini, waktu operasi yang dilakukan selama 90 menit
dimana setiap 15 menit sekali di ambil sample produk sebanyak 5mL untuk di
uji indeks bias dan juga di titrasi untuk mengkonversi angka asamnya.
Setelah melakukan percobaan, pada waktu ke 0 menit, dengan suhu
rekator 60C, didapatkan indeks bias sebesar 1.3546 dengan menghasilkan warna
kuning bening dan bau yang menyengat. Ketika di titrasi volume KOH alkoholik
sebagai penitran terpakai sebanyak 1.8 mL, dengan massa larutan sample 0.71
gram, dan memiliki konsentrasi sebenarnya 0.18 N, dengan angka asam 25.55 dan
% konversi 0. Dilanjutkan sanpai didapatkan 7 data. Pada data terakhir, yaitu
menit 90, dengan suhu reaktor 53, didapatkan indeks bias sebesar 1.3595 dengan
menghasilakan warna kuning bening dan bau yang menyengat. Ketika di titrasi
volume KOH alkoholik sebagai penitran terpakau sebanyak 1 mL dengan massa

larutan sample 0.69 gram dan konsentrasi sebenarnya 0.1 N dengan angka asam
8.75 dan %konversi 65.75.
Dari grafik hasil perhitungan, antara %konversi Vs Waktu, terlihat saat
pertama grafik naik drastis, lalu pada menit ke 45 terjadi penurunan sedikit, lalu
naik lagi pada menit 60, dan mengalami lagi penurunan pada menit 75 dan
terakhir naik lagi pada menit ke 90.
Sedangkan grafik indeks bias vs waktu, terlihat pada awal indeks bias
turun, lalu naik drastic pada menit ke 50 dan turun lahi tajam pada waktu ke 45
menit, setelah itu naik lagi drastic pada menit ke 60 dan terjadi penutunan yang
tidak berarti pada menit 75 menit dan terakhir pada menit ke 90 terjadi kenaikan
yang kecil.
Sedangkan hasil penelitian dari Aleksander Hykkrud dan Jorge M
Marchetii, dengan judul Esterification of Oleic Acid with Ethanol in the Presence
of Amberlyst 15, dari grafik antara %konversi dengan waktu menunjukkan grafik
yang cenderung mengalami kenaikan pada kondisi operasi 45C, lalu pada kondisi
operasi 60C merngalami sedikit penurunan pada pertengahan waktu reaksi
namun terjadi kenaikan yang teratur pada menit menit terakhir, sedangkan pada
kondisi operasi pada 75C, terjadi kenaikan yang sangat drastic meskipun tejadi
penurunan sedikit. Sehingga dapat di simpulkan bahwa suhu sangat berperan
penting dalam reaksi esterifikasi.
Pada percobaan kelompok ini, suhu reaktor pada saat pertama di pakai,
meunjukkan suhu di atas 60C, hal ini tentu berpengaruh karena suhu operasi
yang akan di pakai adalah keadaan ketika suhu reaktor sebesar 50C, sehingga
mempengaruhi hasil perolehan.
Hasil penelitian dari Aleksander Hykkrud dan Jorge M Marchetti, dengan
judul Esterification of Oleic Acid with Ethanol in the Presence of Amberlyst 15,
dengan keadaan suhu operasi 60C dan rasio alkohol dan mol dari asam lemak
6:1, dari grafik antara %konversi dengan waktu menunjukkan grafik yang
cenderung naik namun sedikit pada persen katalis yang digunakan sebesar 10%,
dan pada persen katalis yang digunakan sebesar 15%, grafik mengalami kenaikan
dan banyak yang cenderung stabil, tidak mengalami penurunan, dan pada persen
katalis yang digunakan sebesar 20%, pada grafik mengalami kenaikan yang cukup
signifikan. Sehingga, dapat disimpulkan bahwa banyaknya katalis mempegaruhi
%konversi pada reaksi.
Jika di bandingkan dengan kelompok 6, dari grafik pengaruh %konversi
terhadap waktu pada saat awal reaksi menunjukkan kenaikkan yang sangat tinggi
lalu setelahyha mengalami penurunan sampai akhir reaksi. Sedangkan pada grafik

bilangan asam vs waktu, pada awal reaksi, terjadi penurunan yang sangat drastic
lalu perlahan naik sampai akhir reaksi.
Dikarenakan reaksi esterifikasi bersifat reversible/bolak balik dimana
reaksi antara asam karboksilat dengan alkohol menghasilkan ester dan air sebagai
hasil samping, maka pada awal reaksi di sarankan tidak ada air sebab air akan
kembali dan tidak terkonversi/terlarut.
Dapat disimpulkan bahwa pada praktikum ini, pengaruh suhu sangat
berpengaruh pada hasil esterifikasi, konsentrasi dari titran juga berpengaruh
terhadap angka asam dan %konversi, sehingga juga berpegaruh pada nilai indeks
bias karena konsentrasi berbeda beda.

Anda mungkin juga menyukai