Anda di halaman 1dari 9

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Energi
Energi dibutuhkan tubuh yang pertama untuk memelihara fungsi dasar tubuh
yang disebut metabolisme dasar sebesar 60-70 % dari kebutuhan energi total.
Kebutuhan energi untuk metabolisme basal adalah kebutuhan energi minimum dalam
keadaan istirahat total, tetapi dalam lingkungan suhu yang nyaman dan suasana
tenang. Energi juga diperlukan untuk fungsi tubuh lain seperti mencerna, mngolah,
menyerap, serta bergerak, berjalan, bekerja dan beraktivitas lainnya (Soekirman,
2000) .
Manusia yang kurang makan akan lemah baik daya tahan tubuh, kegiatan
pekerjaan-pekerjaan fisik maupun daya pemikirannya karena kurangnya zat-zat
makanan yang diterima tubuh sehingga energi yang dihasilkan lebih sedikit
(Kartasapoetra, 2008). Penelitian terkait aktivitas fisik dan kecukupan energi
dilakukan Farah Azziza (2008) didapatkan hasil bahwa semakin baik tingkat
kecukupan energi, maka semakin banyak aktivitas fisik yang dapat dilakukan. Hal
tersebut dibuktikan dengan hubungan signifikan positif antara rat-rata faktor aktivitas
dengan tingkat kecukupan energi.
Menurut Suhardjo dan Clara M. Kusharto (1999) dalam Prinsip-Prinsip Ilmu
Gizi, seseorang tidak dapat bekerja melebihi dari energi yang diperoleh dari asupan
makanan kecuali jika meminjam atau menggunakan cadangan energi dalam tubuh.
Namun kebiasaan meminjam ini akan mengakibatkan keadaan yang gawat, yaitu
kurang gizi khususnya energi (Kartasapoetra, 2008).
Energi dalam tubuh manusia dapat timbul dikarenakan adanya pembakaran
karbohidrat, protein, dan lemak. Sehingga manusia membutuhkan zat-zat makanan
yang cukup untuk mememnuhi kecukupan energinya (Budiyanto, 2002).

2.2 Penafsiran Kebutuhan Energi


Kebutuhan energi yang diperlukan tubuh dapat diperoleh dari asupan
makanan sehari-hari. Kebutuhan energi sebaiknya diimbangi oleh asupan energi
dengan jumlah yang sama (Karsin, 2004). Berdasarkan aktivitas fisik masing-masing
orang, maka kebutuhan energi setiap orang akan berbeda-beda pula. Khumaidi (1989)
menyatakan, semakin berat aktivitas yang dilakukan, semakin banyak energi yang
diperlukan untuk melakukan aktivitas tersebut. Sehingga pekerjaan yang memerlukan
kekuatan fisik akan membutuhkan energi yang lebih besar dibandingkan pekerjaan
yang mengandalkan keahlian (Wardani, 2008).
Menaksirkan kebutuhan energi berdasarkan aktivitas fisik dapat dihitung
dengan :
Rumus cara sederhana :
Kebutuhan Energi = Angka Metabolisme Basal (AMB) x faktor aktivitas
Nilai berdasarkan jenis aktivitas fisik dapat dilihat pada tabel berikut :
Faktor

Tingkat Aktivitas
Perempuan
Sangat Ringan
Ringan
Sedang
Berat

1,30
1,65
1,76
2,10

Aktivitas
Laki-laki
1,30
1,55
1,70
2,00

Menaksirkan kebutuhan energi seseorang berdasarkan aktivitasnya kita perlu


mengetahui kebutuhan gizi berdasarkan Angka Metabolisme Basal (AMB). Untuk
mengetahui AMB dapat dilakukan dengan beberapa cara anatara lain :
1. Rumus Harris Bennedict
Laki-laki = 66,5 + (13,7 x BB) + (5 x TB) + (6,8 x U)
Perempuan = 665,1 + (9,6 x BB) + (1,8 x TB) + (4,7 x U)
Dimana : BB = Berat Badan (kg) TB = Tinggi Badan (cm) U = Umur (tahun)
2. Cara Cepat
a. Laki-laki = 1 kkal x kg BB x 24 jam

Perempuan = 0,95 kkal x kg BB x 24 jam


b. Laki-laki = 30 kkal x kg BB
Perempuan = 25 kkal x kg BB
3. Cara FAO/WHO/UNU
Menentukan AMB dengan cara ini dapat dilakukan dengan menggunakan
rumus sebagai berikut :
Kelompok Umur
03
3 10
10 18
18 30
30 60
60

AMB (kkal/hari)
Perempuan
Laki-laki
60,9 B 54
22,7 B + 495
17,5 B + 651
15,3 B + 679
11,6 B + 879
13,5 B + 487

61,0 B 51
22,5 B + 499
12,2 B + 746
14,7 B + 496
8,7 B + 829
10,5 B + 596

2.3 EnergiEkspenditur
Energy Expenditure adalah jumlah dari tingkat metabolisme basal (BMR)
(jumlah energi yang dikeluarkan saat beristirahat pada suhu netral dan dalam keadaan
puasa), TEF atau Thermic Effect of Food (atau dikenal sebagai dietary-induced
thermogenesis) danenergi yang dikeluarkan dalam aktivitas sehari-hari. Sebagian
besar pengeluaran total energy dicatat oleh BMR atau Basal Metabolic Rate, yang
ditentukan oleh massa tubuh dan komposisi tubuh keduanya bervariasi dengan usia
dan jenis kelamin. Berikut ini merupakan komponen dari Energy Expenditure:
2.3.1 Basal Energy Expenditure
Basal metabolism atau sering disebut dengan Energi Pengeluaran Basal
(Basal Energy Expenditure [BEE]) merupakan jumlah keseluruhan aktivitas
metabolism dalam keadaan istirahat fisik dan mental. Dalam hal ini oksigen di
perlukan sedikit karena jaringan bekerja paling sedikit. Kecepatan
metabolisme basal diukur pada orang yang istirahat di tempat tidur, sebelum
makan, sebelum minum dan malam hari.

Disamping

itu

belum

terganggu

pemasukan

oksigen

maupun

pengeluaran karbondioksida. Kecepatan metabolism bergantung pada kegiatan


seseorang,

ketegangan

saraf

juga

merupakan

factor

penting

yang

mempengaruhi pernapasan dan kerja jantung. Ada beberapa penyakit kelainan


tiroid, kegiatan kelenjar tiroid

yang berlebihan menaikkan kecepatan

metabolisme, misalnya penyakit hipertiroidisme. Pada penyakit kreatinisme


dan miksedema, kecepatan metabolism akan menurun.
Kalori dalam tubuh digunakan untuk menghindari kehilangan berat
badan, mempertahankan suhu tubuh dan membiarkan persendian untuk
aktivitas fungsional semua jaringan, kelenjar dan organ.
Tujuan dari BEE ini adalah untuk memenuhi kebutuhan energy untuk
mempertahankan kehidupan atau energi yang mendukung proses dasar
kehidupan, contohnya mempertahankan temperature tubuh, kerja paru-paru,
pembuatan sel darah merah, detak jantung, filtrasi ginjal, dan lain sebagainya.
Untuk menentukan nilai dari BEE ini harus dalam kondisi basal. Kondisi
basal tersebut meliputi : 12-16 jam setelah makan, posisi berbaring, tidak ada
aktivitas fisik satu jam sebelum pemeriksaan, kondisi rileks, temperature
tubuh normal, temperature ruanganharus 21-250C, dan dalam kondisi yang
kelembapannya normal.
BMR rata-rata yang harus dimilki oleh setiap orang adalah 2.000 kalori /
hari. Kebutuhan energy manusia lebih dari 2.000 kalori / hari yang
dipergunakan untuk BMR, Kegiatan fisik dan aksi dinamik spesifik (SDA).
SDA (specific Dinamic Action) yaitu energi yang dibutuhkan untuk
metabolism makanan.
Untuk menghitung kebutuhan energy seseorang, maka harus diketahui
BMRnya dan kegiatan fisiknya, dan untuk memperkirakan jumlah energi yang
diperlukan dapat dihitung dengan menggunakan rumus berikut.

Laki-laki

66

+ (13,7 x BB kg) + (5 x TB cm)

(6,8 x umur)

Perempuan

665

+ (9,6 x BB kg)

+ (1,7 x TB cm) -

(4,7 x umur)

Dalam menentukan nilai Basal Energy Expenditure (BEE) ini, Harris


dan Benedict menemukan sebuah metodadengancaraperhitungan :
Dengan BB adalah nilai dari berat badan normal. Dapat dihitung dengan cara :
Jika umurnya kurang dari 30 tahun (<30)
BB =

(TB-100) - (10%(TB-100))

Jika umurnya lebih dari 30 tahun (>30)


BB =

(TB-100) 100%
Over weight 110-120 %

Obesitas

> 120 %

Dan apabila ingin mengkoreksi berat badan (digunakan untuk pasien


obesitas), dapat dihitung dengan jalan :
Adjusted Body Weight = BB saatini (25% (BB saatini BB normal)
Basal Energy Expenditure (BEE) juga dipengaruhi oleh beberapa
faktor, faktor-faktor tersebut diantaranya:
1

Umur

Pada umur diatas 20 tahun, maka BEE akan

Gender

menurun 2% setiap 10 tahunnya.


BEE pada laki-laki > wanita (pada umur > 10

Pertumbuhn

tahun)
BEE paling tinggi pada saat masa pertumbuhan

Tinggi badan

(masa bayi dan remaja)


Orang yang lebih tinggi memiliki BEE yang lebih

Massa otot

tinggi pula
BEE akan lebih tinggi pada masa otot yang lebih

Temperature

banyak
Setiap peningkatan temperature sebesar 10C (di

2
3

atas temperature normal, 370C) BEE akan


7
8

Tidur
Endokrin

meningkat 13%.
BEE akan berkurang 10%
a. Hipertiroid : BEE meningkat 75 100 %
b. Hipotiroid : BEE menurun 30 40 %
c. Sebelum
menstruasi
BEE
sedikit
meningkat dan selama menstruasi BEE

Status nutrisi

menurun.
BEE menurun pada Protein Energy Malnutrition

10

Kehamilan

(PEM)
BEE meningkat 15 25 %

2.3.2 Physical Activity


Komponen kedua dari pengeluaran energy seseorang adalah aktivitas
fisik (physical activity): pergerakan dari otot dan system penunjang. Aktivitas
fisik ini merupakan komponen yang sangat bervariasi dan sering berubah-

ubah dari pengeluaran energi. Akibatnya, pengaruh pada penambahan dan


pengurangan berat badan sangat signifikan.
Jumlah aktivitas fisik meliputi aktivitas pekerjaan, pekerjaan rumah
tangga, perawatan, kegiatan waktu luang, transportasi (jalan kaki atau
bersepeda untuk bekerja) dan olahraga. Aktivitas fisik dapat lebih
dikategorikan dalam hal frekuensi, durasi dan intensitas aktivitas.
Selama aktivitas fisik berlangsung, otot membutuhkan energy ekstra
untuk bergerak, dan jantung serta paru-paru membutuhkan energy ekstra
untuk menerima nutrisi dan aksigen (O2) dan pembentukan zat sisa. Jumlah
energi yang dibutuhkan untuk beberapa aktivitas, apakah bermain tenis atau
belajar tergantung pada tiga faktor : masa otot, berat badan, dan aktivitasnya.
Masa otot dan berat badan yang lebih besar membutuhkan energi yang lebih
besar pula saat melakukan aktivitas. Durasi ,frekuensi, dan intensitas aktivitas
juga mempengaruhi pengeluaran energi : durasi yang lebih panjang, frekuensi
dan intensitas yang lebih tinggi akan membutukan penggeluaran energi yang
besar pula.
Secara umum energy aktivitas fisik ini dapat dikategorikan sebagai
berikut:
Macam Aktivitas Fisik
Sangat ringan

Perhitungan
10-30

Contoh
Aktivitas pada kondisi duduk,

Ringan

30-50

bedrest
Mengajar, ibu rumah tangga,

50-80

dosen, praktisi
Petani, siswa

80-100

olahraga), pekerja kantor


Atlet selama training center,

Sedang
Berat

(melakukan

buruh, pekerja pabrik, tentara


Sangat berat

>100

selama latihan.
Penebang pohon, penambang,
tukang

becak,

kereta roda dua.


2.3.3 Thermic Effect of Food

pendorong

Ketika seseorang makan, otot kawasan gastro intestinal (GI tract)


meningkatkan

kecepatan

kontarksinya,

sel

yang

membuat

dan

mengsekresikan asam lambung memulai tugasnya, dan beberapa nutrient


diabsopsi dengan transport aktif. Kecepatan dari aktivitas ini memerlukan
energy dan produksi panas, yang disebut dengan efek panas makanan
atau thermic effect of food (TEF) dan sering disebut juga Specific Dynamic
Activity (SDA). Pendek kata, TEF atau SDA ini adalah jumlah energi yang
digunakan untuk pencernaan, penyerapan dan pemanfaatan konsumsi
makanan. Nilai TEF daribeberapa nutrient adalah :
Karbohidrat
5-10% dari BEE
Protein
20-30% dari BEE
Lemak
0-5% dari BEE
Alkohol
15-20% dari BEE
Persentase tersebut dihitung dengan membagi energy pengeluaran
selama pencernaan dan absorpsi dengan isi energy dalam makanan.
Secara khusus nilai rata-rata Thermic Effect of Food di Indonesia dapat
dihitung dengan cara
10% BEE + PA (Physical Activity).
Dari beberapa komponen energy pengeluaran yang disebutkan
sebelumnya, maka didapatkan metoda untuk menentukan total energy
pengeluaran (total energy expenditure) dengan cara :
TEE = BEE + PA + TEF
Namun pada kondisi hipermetabolisme, energy pengeluaran juga
dipengaruhi oleh factor tekanan (stress factor), sehingga cara untuk
memperoleh total energi pengeluaran menjadi :
TEE = BEE x SF (Stress Factor) x PA
Dengannilaiuntuk stress factor sebagaiberikut :
Postoperative (tanpakomplikasi)
Patahtulang (panjang)
Kangker
Peritonitis/sepsis
Infeksiserius/multi trauma
Multiple organ failure syndrome

1.00 1.10
1.15 1.30
1.10 1.30
1.10 1.30
1.20 1.40
1.20 1.40

Terbakar

1.20 2.00

Nutrition.org.uk. (2013). Retrieved from Nutrition UK:


https://www.nutrition.org.uk/nutritionscience/obesity-and-weightmanagement/energy-intake-and-expenditure.html?limit=1&start=5
DeLany JP, Lovejoy JC. Energy expenditure. EndocrinolMetabClin North Am (1996)
25(4):83146. doi:10.1016/S0889-8529(05)70357-1

Anda mungkin juga menyukai