REPUBLIK INDONESIA
Menimbang
Mengingat
-2-
MEMUTUSKAN:
Menetapkan : PERATURAN MENTERI MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG/KEPALA
BADAN
PERTANAHAN
NASIONAL
TENTANG PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG.
BAB I
KETENTUAN UMUM
Pasal 1
Dalam Peraturan Menteri ini yang dimaksud dengan:
1. Rencana Tata Ruang yang selanjutnya disingkat RTR
adalah hasil perencanaan tata ruang.
2. Rencana Tata Ruang Wilayah yang selanjutnya
disingkat RTRW adalah hasil perencanaan tata ruang
pada wilayah yang merupakan kesatuan geografis
beserta segenap unsur terkait yang batas dan sistemnya
ditentukan berdasarkan aspek administratif.
3. Peninjauan Kembali RTR adalah upaya untuk melihat
kesesuaian antara RTR dan kebutuhan pembangunan
yang
memperhatikan
perkembangan
lingkungan
strategis dan dinamika internal, serta pelaksanaan
pemanfaatan ruang.
4. Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional yang selanjutnya
disingkat RTRWN adalah arahan kebijakan dan strategi
pemanfaatan ruang wilayah negara.
5. Rencana Tata Ruang Wilayah Provinsi yang selanjutnya
disingkat RTRWP adalah rencana tata ruang yang
bersifat umum dari wilayah provinsi yang merupakan
penjabaran dari RTRWN dan yang berisi: tujuan,
kebijakan, strategi penataan ruang wilayah provinsi;
rencana struktur ruang wilayah provinsi; rencana pola
ruang wilayah provinsi; penetapan kawasan strategis
provinsi; arahan pemanfaatan ruang wilayah provinsi;
dan arahan pengendalian pemanfaatan ruang wilayah
provinsi.
-3-
-4-
-5-
BAB III
TATA CARA PENINJAUAN KEMBALI RTRW
Bagian Kesatu
Tata Cara Peninjauan Kembali RTRW
yang Dilakukan 1 (Satu) Kali dalam 5 (Lima) Tahun
Pasal 8
Peninjauan kembali RTRW yang dilakukan 1 (satu) kali
dalam 5 (lima) tahun dilakukan melalui:
a. penetapan pelaksanaan peninjauan kembali RTRW;
b. pelaksanaan peninjauan kembali RTRW; dan
c.
perumusan
rekomendasi
tindak
lanjut
pelaksanaan peninjauan kembali RTRW.
hasil
Paragraf 1
Penetapan Pelaksanaan Peninjauan Kembali RTRW
Pasal 9
Peninjauan RTRW ditetapkan dengan:
a. keputusan Menteri untuk peninjauan kembali terhadap
RTRWN;
b. keputusan gubernur untuk peninjauan kembali RTRWP;
dan
c.
-6-
lembaga penelitian.
Pasal 15
-7-
c.
-8-
penilaian.
Pasal 23
-9-
Pasal 24
(1) Evaluasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22 huruf b
dilakukan terhadap hasil pengkajian sebagaimana
dimaksud dalam Pasal 23 dan pelaksanaan pemanfaatan
ruang.
(2) Evaluasi sebagaimana dimaksud
dilakukan untuk melihat:
pada
ayat
(1)
a. kualitas RTRW;
b. kesahihan RTRW; dan
c.
permasalahan
pemanfaatan
simpangan pemanfaatan ruang.
ruang
berupa
Pasal 25
(1) Kualitas RTRW sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24
ayat (2) huruf a dinilai dengan memperhatikan:
a. kelengkapan muatan RTRW;
b. kedalaman pengaturan muatan RTRW;
c.
d. kesesuaian
antara
RTRW
pembangunan yang berkembang.
dan
dinamika
pada
ayat
(1)
- 10 -
c.
Pasal 28
Ketentuan mengenai persentase penilaian terhadap tingkat
kualitas RTRW, tingkat kesahihan RTRW, dan tingkat
permasalahan pemanfaatan ruang berupa simpangan
pemanfaatan ruang secara lebih terperinci tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari
Peraturan Menteri ini.
Paragraf 3
Perumusan Rekomendasi Tindak Lanjut
Hasil Pelaksanaan Peninjauan Kembali RTRW
Pasal 29
Pelaksanaan peninjauan kembali
rekomendasi tindak lanjut berupa:
RTRW
menghasilkan
- 11 -
Pasal 30
Rekomendasi tidak perlu dilakukan revisi terhadap RTRW
sebagaimana dimaksud dalam Pasal 29 huruf a diberikan
jika:
a. tidak terjadi perubahan kebijakan yang mempengaruhi
pelaksanaan RTRW;
b. tidak terdapat dinamika pembangunan yang menuntut
perlunya dilakukan revisi RTRW; dan
c.
kebijakan
yang
mempengaruhi
menuntut
- 12 -
- 13 -
BAB IV
REKOMENDASI HASIL PENINJAUAN KEMBALI RTRW
Pasal 36
(1)
(2)
Perubahan
peraturan
perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a dilakukan
jika perubahan materi muatan RTRW tidak lebih dari
20% (dua puluh persen).
(3)
Pencabutan
peraturan
perundang-undangan
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf b dilakukan
jika perubahan materi muatan RTRW lebih dari 20%
(dua puluh persen).
Pasal 37
- 14 -
BAB III
KETENTUAN PENUTUP
Pasal 40
Peraturan Menteri
diundangkan.
ini
mulai
berlaku
pada
tanggal
Agar
setiap
orang
mengetahuinya,
memerintahkan
pengundangan
Peraturan
Menteri
ini
dengan
penempatannya dalam Berita Negara Republik Indonesia.
Ditetapkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI AGRARIA DAN TATA
RUANG
REPUBLIK INDONESIA,
Diundangkan di Jakarta
pada tanggal
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA
REPUBLIK INDONESIA,
YASONNA H. LAOLY
- 15 -
PENJELASAN
ATAS
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG/
KEPALA BADAN PERTANAHAN NASIONAL
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG
I.
UMUM
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang tentang Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang merupakan peraturan pelaksanaan
Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Penyelenggaraan
Penataan Ruang sebagaimana penyusunannya diamanatkan dalam
Pasal 92 Peraturan Pemerintah dimaksud yang menyatakan bahwa
tata cara peninjauan kembali rencana tata ruang diatur dengan
peraturan menteri Namun, ruang lingkup Peraturan Menteri ini
diperluas tidak hanya mengatur mengenai tata cara, tetapi juga kriteria
peninjauan kembali dan revisi RTR. RTR dimaksud yaitu RTRW yang
meliputi RTRWN, RTRWP, dan RTRWK/K. Adapun untuk pengaturan
mengenai kriteria peninjauan kembali, tata cara peninjauan kembali,
dan revisi rencana rinci tata ruang akan diatur dalam peraturan
menteri tersendiri.
Peraturan Menteri Agraria dan Tata Ruang tentang Peninjauan
Kembali Rencana Tata Ruang disusun dengan dasar pada pemikiran
bahwa Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan
Ruang dan Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan Penataan Ruang belum mengatur secara lebih rinci
mengenai peninjauan kembali RTRW sehingga dalam pelaksanaannya
dibutuhkan peraturan pelaksanaan yang lebih terperinci agar
peninjauan kembali RTRW dapat dilaksanakan dengan baik sesuai
dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Secara umum Peraturan Menteri ini memuat materi-materi pokok
yang disusun secara sistematis sebagai berikut: kriteria peninjauan
kembali, tata cara peninjauan kembali, dan revisi RTRW. Selain materi
muatan tersebut, juga dalam Lampiran dimuat matriks mengenai
persentase bobot untuk setiap perubahan materi muatan RTRW.
Matriks dimaksudkan untuk memperjelas dan memberikan pedoman
dalam perhitungan persentase perubahan RTRW untuk menentukan
bentuk revisi yang akan ditempuh.
- 16 -
II.
Pasal 1
Cukup jelas.
Pasal 2
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan peninjauan kembali RTR yang
berkualitas adalah peninjauan kembali yang dilaksanakan
sesuai dengan prosedur yang benar dan menghasilkan
rekomendasi yang dapat dipertanggungjawabkan secara teknis
substantif.
Pasal 3
Ayat (1)
Huruf a
Yang dimaksud dengan kriteria peninjauan kembali RTR
adalah syarat-syarat yang menjadi dasar dilakukannya
peninjauan kembali RTR.
Huruf b
Cukup Jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan revisi RTR adalah proses
memperbaiki RTR melalui perubahan materi muatan RTR
sebagai
tindak
lanjut
peninjauan
kembali
yang
menghasilkan perlunya dilakukan revisi RTR.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Pasal 4
Huruf a
Yang dimaksud 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun adalah
setelah RTRW berlaku 5 (lima) tahun.
- 17 -
Huruf b
Yang dimaksud lebih dari 1 (satu) kali dalam 5 (lima) tahun
adalah sebelum RTRW berlaku 5 (lima) tahun.
Pasal 5
5 (lima) tahun berlakunya RTRW dihitung sejak peraturan
perundang-undangan tentang RTRW, seperti peraturan daerah
kabupaten tentang RTRWK/K, diundangkan dalam lembar daerah.
Misalnya, jika RTRWK/K diundangkan Tahun 2014, RTRWK/K
tersebut ditinjau kembali pada Tahun 2019.
Pasal 6
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan dilakukannya sebelum RTRW berlaku
5 (lima) tahun misalnya RTRWK/K yang diundangkan Tahun
2014 ditinjau kembali pada Tahun 2017.
Ayat (2)
Huruf a
Yang dimaksud dengan bencana alam skala besar adalah
bencana, baik bencana nasional maupun bencana daerah,
sebagaimana dimaksud dalam peraturan perundangundangan yang ditetapkan berdasarkan besaran jumlah
korban jiwa, kerugian harta benda, kerusakan sarana dan
prasarana, cakupan luas wilayah yang terkena bencana,
dan dampak sosial ekonomi yang ditimbulkan.
Huruf b
Yang dimaksud dengan perubahan batas teritorial Negara
adalah perubahan batas Negara yang meliputi perubahan
matra darat, matra laut, dan matra udara.
Huruf c
Yang dimaksud dengan perubahan batas wilayah daerah
adalah perubahan batas daerah yang berupa pemekaran
wilayah atau penggabungan wilayah sesuai dengan
ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 7
Misal RTRWK/K berlaku Tahun 2014 s.d. 2034, kemudian oleh
karena terdapat perubahan batas wilayah daerah pada Tahun 2017
- 18 -
- 19 -
Pasal 14
Cukup jelas.
Pasal 15
Cukup jelas.
Pasal 16
Cukup jelas.
Pasal 17
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perguruan tinggi lokal adalah
perguruan tinggi yang berdomilisi di daerah provinsi yang
melakukan peninjauan kembali RTRWP.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan provinsi sekitarnya adalah provinsi
yang berada di sekitar provinsi yang melakukan peninjauan
kembali RTRWP, terutama provinsi yang berbatasan.
Pasal 18
Ayat (1)
Yang dimaksud dengan perguruan tinggi lokal adalah
perguruan tinggi yang berdomilisi di daerah kabupaten/kota
yang melakukan peninjauan kembali RTRWK/K.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan kabupaten/kota sekitarnya adalah
kabupaten/kota yang berada di sekitar kabupaten/kota yang
melakukan
peninjauan
kembali
RTRWK/K,
terutama
kabupaten/kota yang berbatasan.
Pasal 19
Cukup jelas.
Pasal 20
Ayat (1)
- 20 -
- 21 -
Pasal 25
Ayat (1)
Huruf a
Cukup jelas.
Huruf b
Cukup jelas.
Huruf c
Yang dimaksud dengan karakteristik daerah adalah
kearifan lokal dan karakteristik fisik, misalnya bentang
alam, daerah rawan bencana, dll.
Huruf d
Yang dimaksud dengan dinamika pembangunan adalah
tuntutan perubahan yang berkaitan dengan nilai-nilai
kearifan lokal dan kebutuhan pembangunan, antara lain
terkait dengan perkembangan paradigma pemikiran,
kebijakan, perkembangan teknologi, penemuan sumber
daya alam, upaya mitigasi bencana, dan perubahan
perilaku sosial dan ekonomi yang mempengaruhi
pencapaian tujuan penataan ruang wilayah.
Ayat (2)
Cukup jelas.
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 26
Cukup jelas.
Pasal 27
Cukup jelas.
Pasal 28
Cukup jelas.
Pasal 29
- 22 -
Cukup jelas.
Pasal 30
Cukup jelas.
Pasal 31
Cukup jelas.
Pasal 32
Cukup jelas.
Pasal 33
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Yang dimaksud dengan prosedur penyusunan RTRW adalah
prosedur penyusunan RTRW berdasarkan ketentuan peraturan
perundang-undangan terkait dengan perencanaan tata ruang,
terutama Bab IV tentang Pelaksanaan Perencanaan Tata
Ruang dalam Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2010
tentang Penyelenggaraan Penataan Ruang.
Pasal 34
Cukup jelas.
Pasal 35
Cukup jelas.
Pasal 36
Ayat (1)
Cukup jelas.
Ayat (2)
Cukup jelas.
- 23 -
Ayat (3)
Cukup jelas.
Pasal 37
Cukup jelas.
Pasal 38
Cukup jelas.
Pasal 39
Dengan dicabutnya peraturan perundang-undangan tentang RTRW
yang direvisi, maka RTRW hasil revisi merupakan RTRW baru yang
oleh karenanya memiliki masa berlaku 20 (dua puluh) tahun sejak
peraturan
perundang-undangan
tentang
RTRW
baru
diundangankan.
Pasal 40
Cukup jelas.
- 24 -
LAMPIRAN I
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG
KEPUTUSAN ____(1)____
NOMOR: ____(2)____
TENTANG
PENETAPAN PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI ____(3)____
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
____(4)____,
Menimbang
a. bahwa
sesuai
dengan
ketentuan
____(5)____,
____(6)_____ ditinjau kembali 1 (satu) kali dalam 5
(lima) tahun;
b. bahwa tahun ____(7)____ merupakan masa periodik 5
(lima) tahun pertama untuk dilakukan peninjauan
kembali ____(8)____ untuk melihat kesesuaiannya
dengan kebutuhan pembangunan;
c. bahwa sesuai dengan ketentuan ____(9)____ Peraturan
Pemerintah
Nomor 15 Tahun 2010 tentang
Penyelenggaraan
Penataan
Ruang,
penetapan
pelaksanaan
peninjauan
kembali
____(10)____
dilakukan dengan Keputusan ____(11)____;
- 25 -
Menetapkan :
KEPUTUSAN
____(15)____
TENTANG
PENETAPAN
PELAKSANAAN PENINJAUAN KEMBALI ____(16)____
KESATU
Menetapkan
____(17)____.
KEDUA
Pelaksanaan
peninjauan
kembali
____(18)____
sebagaimana dimaksud dalam DIKTUM KESATU
dilakukan oleh Tim Peninjauan Kembali ____(19)____.
KETIGA
KEEMPAT
pelaksanaan
peninjauan
kembali
- 26 -
materi
peninjauan
kembali
b. melakukan
penyusunan
dan
perumusan
rekomendasi peninjauan kembali ____(26)____;
c. melakukan
pembahasan
hasil
perumusan
bersama Tim Pengarah dan Narasumber;
d. melakukan koordinasi dengan berbagai pihak
dalam seluruh rangkaian kegiatan peninjauan
kembali____(27)____;
e. menyampaikan laporan pelaksanaan tugasnya dan
bertanggung jawab kepada ____(28)____ melalui
Tim Pengarah;
3. Narasumber
bertugas
memberikan
profesional sesuai bidang keahliannya
masukan
KELIMA
KEENAM
Segala
biaya
ditetapkannya
____(31)____.
KETUJUH
yang
dikeluarkan
sebagai
akibat
Keputusan
ini
dibebankan
pada
____(36)____
- 27 -
____(38)____
Tanggal
____(39)____
NAMA/INSTANSI
A.
1.
TIM PENGARAH
2.
3.
...
B.
1.
dll.
TIM PELAKSANA
2.
3.
....
dll.
KEDUDUKAN
DALAM TIM
Ketua
merangkap anggota
Wakil Ketua
merangkap anggota
Anggota
Ketua
merangkap anggota
Wakil Ketua
merangkap anggota
Anggota
____(41)____
____(42)____
- 28 -
Keterangan:
(1), (4), (11), (12), (15), (24), (28), (35), (37), dan (41): untuk RTRWN yaitu
Menteri Agraria dan Tata Ruang, untuk RTRWP yaitu gubernur
yang RTRWP-nya ditinjau kembali, dan untuk RTRWK/K yaitu
bupati/walikota yang RTRWK/K-nya ditinjau kembali
(2), (38):
nomor
(3), (6), (8), (10), (13), (16) s.d (23), (25) s.d. (27), (29), (30), (40): RTRW yang
ditinjau kembali
(4)
(5)
pasal
dalam
peraturan
perundang-undangan
yang
mengamanatkan dilakukannya peninjauan kembali, yaitu sbb.:
-
(7)
(9)
pasal
dalam
peraturan
perundang-undangan
yang
mengamanatkan penetapan pelaksanaan peninjauan kembali
RTRW, yaitu sbb.:
-
- 29 -
(14)
menjadi dasar
bupati/walikota
bupati/walikota
memerintahkan
bupati/walikota
(31)
(32)
pimpinan
kementerian/lembaga
terkait
serta
instansi
pemerintah daerah provinsi dan kabupaten/kota terkait.
(33)
atau
- 30 -
LAMPIRAN II
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG
PERS ENTAS E TINGKAT KUALITAS RTRW,
TINGKAT KESAHIH AN RTR W, DAN TINGKAT
PERMASAL AHAN PEMANFAA TAN RUANG
No.
1.
Objek
kualitas
RTRW
Variabel
Keterangan
kelengkapan
muatan RTRW
a. tujuan,
kebijakan,
lengkap
tidak lengkap
dan
strategi penataan
ruang
b. rencana struktur
ruang wilayah
c. rencana
pola
ruang wilayah
d. penetapan
kawasan
strategis
e. arahan
pemanfaatan
ruang
Nilai
12,50% - 25,00%
0% - 12,49%
- 31 -
No.
Objek
Variabel
Keterangan
Nilai
f. arahan
pengendalian
pemanfaatan
ruang
kedalaman
pengaturan muatan
RTRW
sesuai (dengan
pedoman
penyusunan
RTRW)
12,50% - 25,00%
a. untuk
rtrw
provinsi mengacu tidak sesuai
(dengan
pada Permen PU pedoman
No.
penyusunan
15/PRT/M/2009 RTRW)
b. untuk
rtrw
kabupaten
mengacu
pada
0% - 12,49%
Permen PU No.
16/PRT/M2009
c. untuk rtrw kota
mengacu
pada
Permen PU No.
17/PRT/M/2009
2.
kesahihan
RTRW
kesesuaian antara
muatan RTRW dan
karakteristik daerah
(berdasarkan
subyektifitas tim
peninjauan kembali)
sesuai
kesesuaian antara
RTRW dan dinamika
pembangunan yang
berkembang
(berdasarkan
subyektifitas tim
peninjauan kembali)
sesuai
kesesuaian dengan
peraturan
perundangundangan terkait
sesuai
tidak sesuai
12,50% - 25,00%
0% - 12,49%
12,50% - 25,00%
tidak sesuai
0% - 12,49%
tidak sesuai
50,00% - 100,00%
0% - 49,99%
- 32 -
No.
3.
Objek
Variabel
simpangan
pemanfaatan
ruang
kesesuaian antara
perda tentang RTRW
dan pemanfaatan
ruang di lapangan
Keterangan
sesuai
tidak sesuai
Nilai
50,00% - 100,00%
0% - 49,99%
LAMPIRAN III
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG
FORMAT KONS EP SURAT REKOM ENDASI
TIDAK PER LU DIL AKUKAN R EVISI TERHADAP RTRW
Nomor
Tanggal
Lampiran
: ____(1)____
: ____(2)____
: ____(3)____ berkas
Kepada Yth.
____(4)____
di
____(5)____
Perihal
- 33 -
Nomor
Tanggal
Lampiran
: ____(1)____
: ____(2)____
: ____(3)____ berkas
Kepada Yth.
____(4)____
di
____(5)____
Perihal
- 34 -
__________________
Keterangan:
(1)
nomor surat
(2)
tanggal surat
(3)
(4)
(5)
(6), (7), (9), (10), (11), (12), (13): RTRW yang ditinjau kembali
(8)
pasal
dalam
peraturan
perundang-undangan
yang
mengamanatkan dilakukannya peninjauan kembali, yaitu sbb.:
-
- 35 -
LAMPIRAN IV
PERATURAN MENTERI AGRARIA DAN TATA RUANG
NOMOR TAHUN
TENTANG
PENINJAUAN KEMBALI RENCANA TATA RUANG
Materi Muatan
RTRWN
(% maks.)
RTRWP
(% maks.)
RTRWK/K
(% maks.)
1.
15%
15%
15%
2.
40%
40%
20%
5%
5%
5%
35%
35%
15%
20%
20%
40%
5%
5%
15%
15%
15%
25%
4.
5%
5%
5%
5.
10%
10%
10%
3.
- 36 -
6.
Materi Muatan
RTRWN
(% maks.)
RTRWP
(% maks.)
RTRWK/K
(% maks.)
5%
5%
5%
5%
5%
5%
ARAHAN PENGENDALIAN
PEMANFAATAN RUANG
10%
10%
10%