Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang, hal ini berarti perubahan pada
fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia
dikatakan normal bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia
yang sangat renta terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit
disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit
karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan
juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada
usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tidak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu (Ebersole and Hess and Touhy and Jett, 2014).
Menurut Stanley (2002), dengan meningkatnya usia, maka jantung manusia akan mengalami
perubahan struktur maupun fungsional. Penurunan terjadi secara berangsur-angsur sesuai
dengan menurunya pola aktifitas. Ukuran jantung manusia tetap proporsional sesuai dengan
berat badan. Hal hal yang mempengaruhi jantung akibat penuaan yaitu:
1. Secara fisiologis ukuran ruang jantung tidak berubah
2. Dinding ventrikel kiri menjadi lebih tebal karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat serat elastis.
3. Area permukaan didalam jantung akan mengalami penebalan karena mengalami aliran
darah dengan tekanan tinggi dan akan membentuk penonjolan sepanjang garis katup.
4. Terjadinya kekakuan pada bagian dasar pangkal aorta menghalangi pembukaan katup
secara lengkap sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama
denyut sistole.
Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu, perawat harus terlebih dahulu
memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah
suatu kebiasaan, kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan
mukosa atau kulit disebabkan penurunan perfusi darah atau penurunan kadar
hemoglobin). Pengkajian keperawatan pada pasien jantung lansia memerlukan
riwayat kesehatan yang berbeda dari pasien jantung lain. Beberapa pertanyaan yang
dipilih mengenai nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendek, atau
palpitasi), alergi obat, riwayat merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian
kecepatan, irama jantung, tekanan darah. Dalam kondisi pasien stabil, tanyakan
kembali tentang riwayat kesehatan secara lebih mendalam (Brunner & Suddart, 2002).
Pemeriksaan kardiovaskuler yang dilakukan pada pasien lansia (manula) ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Denyut nadi perifer pada pasien lansia (manula)
lebih mudah dipalpasi karena semakin mengerasnya arteri dan telah hilangnya
jaringan penyambung di sekitarnya. Melakukan palpasi pada prekordium pasien lansia
perlu memperhatikan perubahan bentuk dada. Kiposkoliosis, suatu deformitas spinal
yang sering terjadi pada lansia, dapat mengakibatkan apeks jantung bergeser ke
bawah sehingga palpasi PMI menjadi tidak jelas.
Pada pemeriksaan auskultasi, S4 terdengar pada 90 % pasien lansia,
diperkirakan akibat penurunan kemampuan ventrikel untuk meregang. S2 biasanya
pecah. Murmur terdapat pada 60 % atau lebih pasien lansia. Murmur yang paling
sering terdengar adalah murmur ejeksi sistolik lembut akibat perubahan sklerotik
bilah katup aorta (Brunner & Suddart, 2002).
4. Pengkajian sistem kardiovaskuler pada lansia meliputi:
a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
b. Tekanan darah di atas normal dari biasanya
c. Adalah pembengkakan vena jugularis
d. Sakit kepala bagian belakang atau pusing dan kaku kuduk
e. Sulit tidur dan gelisah/cemas.
f. Dada berdebar-debar.
g. Sesak napas, lemas, berkeringat, dan pingsan.
h. Adanya edema.
i. Riwayat pola makan.
j. Kebiasaan merokok, minum kopi.
k. Riwayat keturunan/keluarga.
l. Hipotensi ortostatik.
5. Pengkajian psikososial
Menurut Tamher & Noorkasiani (2009), pengkajian psikososial pada lansia
meliputi hal-hal sebagai berikut:
a. Apakah klien memperlihatkan ekspresi tidak ragu-ragu, maju mundur, serta tidak
memperlihatkan postur atau gerakan-gerakan yang agresif.
b. Apakah klien menunjukkan kontak mata, menampilkan ekspresi wajah secara
tepat.
c. Apakah ekspresinya menunjukkan ansietas, nyeri, apatis, bermusuhan, takut, dan
mudah beralih perhatian.
d. Observasi mengenai ekspresi wajah, seperti kontak mata .
e. Klien kadang-kadang menyembunyikan mulut dengan
tangan,
takut,