Anda di halaman 1dari 5

LAPORAN PENDAHULUAN

STASE KEPERAWATAN GERONTIK

Nama: Eva Yulianti


1406649731
Asuhan Keperawatan pada Klien dengan Acute Coronary Syndrome (ACS)

Penuaan adalah sebuah proses yang pasti dialami semua orang, hal ini berarti perubahan pada
fisiologi dan anatomi jantung juga akan terjadi pada semua orang. Dengan bertambahnya usia
dikatakan normal bila kondisi dan fungsi tubuh pun makin menurun. Usia lanjut adalah usia
yang sangat renta terhadap berbagai penyakit. Pada umumnya yang mendasari penyakit
disaat lanjut usia adalah akibat dari sisa penyakit yang pernah diderita di usia muda, penyakit
karena akibat kebiasaan dimasa lalu (seperti: merokok, minum alkohol dan sebagainya) dan
juga penyakit tertentu yang mudah sekali menyerang saat usia lanjut. Tak heran bila pada
usia lanjut, semakin banyak keluhan yang dilontarkan karena tubuh tidak lagi mau bekerja
sama dengan baik seperti kala muda dulu (Ebersole and Hess and Touhy and Jett, 2014).
Menurut Stanley (2002), dengan meningkatnya usia, maka jantung manusia akan mengalami
perubahan struktur maupun fungsional. Penurunan terjadi secara berangsur-angsur sesuai
dengan menurunya pola aktifitas. Ukuran jantung manusia tetap proporsional sesuai dengan
berat badan. Hal hal yang mempengaruhi jantung akibat penuaan yaitu:
1. Secara fisiologis ukuran ruang jantung tidak berubah
2. Dinding ventrikel kiri menjadi lebih tebal karena peningkatan densitas kolagen dan
hilangnya fungsi serat serat elastis.
3. Area permukaan didalam jantung akan mengalami penebalan karena mengalami aliran
darah dengan tekanan tinggi dan akan membentuk penonjolan sepanjang garis katup.
4. Terjadinya kekakuan pada bagian dasar pangkal aorta menghalangi pembukaan katup
secara lengkap sehingga menyebabkan obstruksi parsial terhadap aliran darah selama
denyut sistole.

5. Tidak sempurnanya pengosongan ventrikel terjadi selama peningkatan denyut jantung


seperti karena demam, stres, olahraga, dan gangguan pada arteri koroner dan sirkulasi
sistemik.
6. Perubahan struktur mempengaruhi konduksi sistem jantung melalui peningkatan jumlah
jaringan fibrosa dan jaringan ikat.
7. Jumlah total facemaker mengalami penurunan
8. Berkas his kehilangan serat konduksi yang membawa impuls ke ventrikel.
9. Didaerah nodus sinoatrial (SA) terjadi penebalan pada jaring elastis dan retikuler dengan
infiltrasi lemak
10. Sistem aorta dan arteri menjadi kaku dan tidak lurus karena terjadi peningkatan serat
kolagen dan hilangnya serat elastis dalam lapisan medial arteri.
11. Lapisan intima arteri menebal dengan peningkatan deposit kalium.
12. Sebagai kompensasi, aorta dan arteri besar secara progresif mengalami dilatasi untuk
menerima lebih banyak volume darah.
13. Vena menjadi menegang dan berdilatasi. Katup vena menjadi tidak kompeten untuk
menutup secara sempurna.
Menurut Miller (2012), Perubahan usia mengakibatkan berubahnya fungsi utama yang
melibatkan elektrofisiologi jantung (sistem konduksi jantung). Perubahan usia pada sistem
neurokonsuksi yaitu menurunnya jumlah sel pacemaker, meningkatkan ketidakteraturan pada
bentuk alat pacemaker, meningkatkan lemak, kolagen, dan serat elastis disekitar simpul
sinoatrial. Bertambahnya usia juga berpengaruh terhadap lapisan pembuluh darah. Misalnya
lapisan paling dalam pembuluh darah yaitu lapisan tunika intima akan berpotensi dalam
perkembangan aterosclerosis ketika usia lanjut. Sedangkan dilapisan tengah pembuluh darah
(tunika media) beresiko menyebabkan hipertensi. Lapisan terluar pembuluh darah (tunika
ekterna) tidak berpengaruh terhadap bertambahnya usia. Tunika intima terdiri dari lapisan
endotel yang berfungsi sebagai kontrol lipid dan zat lain dari darah ke dinding arteri sehingga
memungkinkan darah mengalir tanpa pembekuan. Ketika lansia, tunika intima mengental
karena fibrosis, proliferasi sel dan lipid serta akumulasi kalsium. Ukuran dan bentuk sel
endotel menjadi tidak teratur yang menyebabkan arteri membesar dan memanjang sehingga
arteri berisiko terjadinya aterosklerosis (Miller, 2012).

Penyakit yang berhubungan dengan kardiovaskular pada lansia mempunyai penyebab yang
multifaktorial yang saling tumpang tindih. Untuk itu, perawat harus terlebih dahulu
memahami mengenai konsep faktor risiko dan penyakit degeneratif. Faktor risiko adalah
suatu kebiasaan, kelainan dan faktor lain yang bila ditemukan/dimiliki seseorang akan

menyebabkan orang tersebut secara bermakna lebih berpeluang menderita penyakit


degeneratif tertentu. Penyakit degeneratif adalah suatu penyakit yang mempunyai penyebab
dan selalu berhubungan dengan satu faktor risiko atau lebih,di mana faktor-faktor risiko
tersebut bekerja sama menimbulkan penyakit degeneratif itu. Penyakit degeneratif itu sendiri
dapat menjadi faktor resiko untuk penyakit degeneratif lain. Misalnya: penyakit jantung dan
hipertensi merupakan faktor resiko stroke. Inilah yang menyebabkan pembahasan mengenai
penyakit jantung pada lansia dapat berkembang sangat luas, yaitu karena adanya keterkaitan
yang sangat erat antara penyakit yang satu dengan penyakit yang lain. Sekitar 60% lansia
akan mengalami hipertensi setelah berusia 75 tahun. Kontrol tekanan darah yang ketat pada
pasien diabetes berhubungan dengan pencegahan terjadinya hipertensi yang tak terkendali.
Hipertensi merupakan gejala yang paling sering ditemui pada orang lanjut usia dan menjadi
faktor risiko utama insiden penyakit kardiovaskular. Karenanya, kontrol tekanan darah
menjadi perawatan utama orang-orang lanjut usia. Selain itu penyakit yang perlu diperhatikan
untuk lansia adalah penyakit hipotensi ortostatik dan arterosklerosis. Maka dari itu, perawat
diharapkan memiliki pengetahuan dan keterampilan dalam melakukan pengkajian pada lansia
yang mengalami perubahan fisiologis maupun patologis pada sistem kardiovaskular (Stanley
and Beare, 2002).
A. Pengkajian sistem Kardiovaskuler pada Lansia
1. Riwayat Penyakit
Riwayat penyakit meliputi data subjektif yang berasal dari klien maupun
keluarga. Yang perlu juga ditanyakan pada klien adalah adanya riwayat penyakit
jantung bawaan, atau gangguan darah. Adakah penyakit lain yang mendasari seperti
penyakit paru obstruktif kronis, emfisema, merokok, paparan asbes atau zat kimia,
infark miokard atau gagal jantung kongestif (Black, 2014).
2. Data Biografi dan Demografi
Data biografi dan demografi meliputi nama, usia, jenis kelamin, tempat lahir,
status perkawinan, pekerjaan, latar belakang ras/etnik. Perubahan fisiologis
kardiovaskuler dapat mempengaruhi atau menyebabkan perubahan lansia pada
pekerjaanserta statusnya dalam keluarga.
3. Keluhan Utama
Kaji adanya keluhan nyeri dada, sesak, mudah lelah, pusing, palpitasi
(berdebar-debar), nyeri punggung, adanya sianosis ( warna kebiruan pada membran

mukosa atau kulit disebabkan penurunan perfusi darah atau penurunan kadar
hemoglobin). Pengkajian keperawatan pada pasien jantung lansia memerlukan
riwayat kesehatan yang berbeda dari pasien jantung lain. Beberapa pertanyaan yang
dipilih mengenai nyeri dada dan gejala yang berhubungan (seperti napas pendek, atau
palpitasi), alergi obat, riwayat merokok ditanyakan bersamaan dengan pengkajian
kecepatan, irama jantung, tekanan darah. Dalam kondisi pasien stabil, tanyakan
kembali tentang riwayat kesehatan secara lebih mendalam (Brunner & Suddart, 2002).
Pemeriksaan kardiovaskuler yang dilakukan pada pasien lansia (manula) ada
beberapa hal yang perlu diperhatikan. Denyut nadi perifer pada pasien lansia (manula)
lebih mudah dipalpasi karena semakin mengerasnya arteri dan telah hilangnya
jaringan penyambung di sekitarnya. Melakukan palpasi pada prekordium pasien lansia
perlu memperhatikan perubahan bentuk dada. Kiposkoliosis, suatu deformitas spinal
yang sering terjadi pada lansia, dapat mengakibatkan apeks jantung bergeser ke
bawah sehingga palpasi PMI menjadi tidak jelas.
Pada pemeriksaan auskultasi, S4 terdengar pada 90 % pasien lansia,
diperkirakan akibat penurunan kemampuan ventrikel untuk meregang. S2 biasanya
pecah. Murmur terdapat pada 60 % atau lebih pasien lansia. Murmur yang paling
sering terdengar adalah murmur ejeksi sistolik lembut akibat perubahan sklerotik
bilah katup aorta (Brunner & Suddart, 2002).
4. Pengkajian sistem kardiovaskuler pada lansia meliputi:
a. Sirkulasi perifer, warna dan kehangatan
b. Tekanan darah di atas normal dari biasanya
c. Adalah pembengkakan vena jugularis
d. Sakit kepala bagian belakang atau pusing dan kaku kuduk
e. Sulit tidur dan gelisah/cemas.
f. Dada berdebar-debar.
g. Sesak napas, lemas, berkeringat, dan pingsan.
h. Adanya edema.
i. Riwayat pola makan.
j. Kebiasaan merokok, minum kopi.
k. Riwayat keturunan/keluarga.
l. Hipotensi ortostatik.
5. Pengkajian psikososial
Menurut Tamher & Noorkasiani (2009), pengkajian psikososial pada lansia
meliputi hal-hal sebagai berikut:

a. Apakah klien memperlihatkan ekspresi tidak ragu-ragu, maju mundur, serta tidak
memperlihatkan postur atau gerakan-gerakan yang agresif.
b. Apakah klien menunjukkan kontak mata, menampilkan ekspresi wajah secara
tepat.
c. Apakah ekspresinya menunjukkan ansietas, nyeri, apatis, bermusuhan, takut, dan
mudah beralih perhatian.
d. Observasi mengenai ekspresi wajah, seperti kontak mata .
e. Klien kadang-kadang menyembunyikan mulut dengan

tangan,

takut,

merintih/nyeri, pucat, berkeringat.


f. Ada tidaknya gambaran asimetris akibat paralisis, kontraktur, atropi otot.
g. Dalam hal bicara, apakah terdapat kesulitan dalam merespon pertanyaan/instruksiinstruksi yang diajukan oleh perawat. Kadang-kadang klien terlalu banyak bicara,
atau bila mengelak dilakukan berulang-ulang. Artikulasi: terdapat bunyi khusus
pada saat berbicara. Amati apakah variasi topik bicaranya tepat. Apakah ada
keragu-raguan/gagap/atau bicara monoton.

Anda mungkin juga menyukai